TERIMALAH DIA SEBAGAI JODOHMU DENGAN PENUH CINTA DAN APA ADANYA
KELOMPOK IX :
ARI WIBOWO
FACHRURROZI A.R
FREDI YANTO
TEDDY KRISNA A.
BAB I
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
Dalam hidup tentunya ada tujuan, salah satunya adalah untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Memiliki pasangan yang memang sudah ditakdirkan sebagai jodoh adalah suatu anugrah yang sangat indah.
Jodoh yang baik ini adalah jodoh yang menurut pasanganya itu dapat saling mengerti dan dapat saling menghargai sesamanya dari segi apapun. Kesalahan dalam menentukan jodoh akan sangat berpengaruh dalam menjalani hidup berumah tangga akan banyak sekali perkara yang muncul akibat hal sepele dan ahirnya dapat berakibat fatal untuk kebahagiaan bagi pasangan.
Mencintai seseorang hendaklah dengan tulus karna allah dan bukan karena nafsu, mencintai harus dengan sepenuh hati dan benar – benar perasaan itu muncul dari hati nurani tanpa ada paksaan dari manapun, dengan begitu kebahagiaan akan terus dapat terjaga sampai ahir hayat.
-
Tujuan
Jodoh memang sudah ditentukan oleh yang maha kuasa, akan tetapi bukan berarti kita hanya pasrah dalam mencari pasangan hidup usaha dan doa juga harus dilakukan. Tuhan telah menciptakan mahluknya dengan berpasang-pasangan tugas kita sebagai mahluknya adalah bagaimana memanfaatkan daya pikir untuk berusaha dan berjuang untuk menemukan pasangan tersebut.
Bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepada hambanya untuk dapt berfikir dan berbuat untuk yang terbaik. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan memberikan apa yang kita inginkan berusaha dan pantang menyerah.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
-
Rumusan Masalah
-
Pandangan islam tentang jodoh?
-
Cara mendapatkan jodoh menurut islam?
-
Bagaimanakah jodoh yang baik menurut islam?
-
Hukum pacaran menurut islam?
BAB III
PEMBAHASAN
Konsep jodoh menurut Islam merupakan bagian dari konsep TAKDIR, artinya hal tsb sudah menjadi ketentuan Allah sejak zaman azali untuk manusia dalam kitab lauhul mahfudz Nya. Sesungguhnya Allah sudah menciptakan jodoh sesuai dengan kualitas diri serta keImanan yg cocok untuk sang hamba, demikian untuk dipertemukan dengan Timing (momentum) yg sangat tepat bagi Nya. Jadi tidak ada istilah terlalu cepat atau terlalu lambat untuk ikrarnya sebuah jodoh, semua sangat mungkin bagi Allah. Namun jodoh yg bagaimana yg diridhoi Allah? tentu saja yg diikat oleh akad melalui ikatan pernikahan yg sah Seperti ayat yg paling beken, yg menghiasi kartu2 undangan pernikahan, bahkan lebih beken dari foto prewed. Tercantum dalam firmanNya;
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram bersamanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tandan (kekuasananNyabagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum:30).
Dari ayat di atas kita bisa lihat, bahwa tujuan pernikahan adalah memberikan rasa tentram dan damai, dimana sang istri dapat membuat rasa tenang suaminya dengan kelembutan yg dimiliki. Begitu juga sang suami dapat menciptakan rasa tenang untuk istrinya sebagai pemimpin keluarga dan imam yg bertanggung jawab. Masalahnya adalah, bagaimana cara mendapatkan calon yg sesuai dengan kriteria tsb? Rasulullah bersabda dalam haditsnya;
"Seorang perempuan biasanya dinikahi karena empat perkara: Harta, nasab (keturunan), kecantikan dan agamanya. Maka utamakan memilih perempuan karena agamanya, kamu akan merugi bila tidak memilihnya." (HR Bukhari)
Memang tidak ada calon yg sangat sempurna untuk kriteria di atas, mengingat bahwa kita sebagai seorang laki – laki pun tidak ada yg sempurna di mata perempuan. Menurut ustadz cinta Restu Sugiarto, kriteria minimal yang perlu kita perhatikan saat memilih calon jodoh kita adalah bahwa dia harus memiliki 3M. Yg dimaksud 3M tersebut adalah; Memaklumi, Memaafkan, dan Memotivasi. Jika hal – hal ini sudah terpenuhi, insyaAllah kehidupan rumah tangga akan langgeng.
-
Memperbaiki Diri
Untuk mendapatkan jodoh yang baik tentunya ada usaha yang baik pula dari diri sendiri, karena orang yang baik itu hanya untuk orang yang baik pula. Berusaha menjadi yang terbaik agar dimudahkan untuk mendapatkan jodoh yang baik dan sesuai keinginan.
-
Tidak putus asa dalam berdoa
Dibalik usaha tentunya ada doa yang tidak boleh dilewatkan karena doa dan usaha berjalan seiringan tidak boleh dilakukan dengan setengah – setengah. Jangan pernah berputus asa dalam usaha dan berdoa karena allah telah menyerukan pada umat manusia bahwasanya janganlah kamu berputus asa.
-
Kreteria tidak muluk – muluk
Pilihan untuk mendapatkan pasangan jangan terlalu mempersulit, jika memang merasa sudah mendapatkan yang terbaik dan pas menurut selera hati segera jujur pada diri sendiri bahwa memang itu yang terbaik.
-
Memperluas pergaulan
Untuk mendapatkan jodoh juga perlu adanya pilihan, dan untuk mendapatkan itu perlu adanya pergaulan yang luas agar pilihan itu mudah untuk didapatkan karena terkadang jodoh didapat karena seseorang memiliki pergaulan yang luas sehingga wawasanya bisa meyakinkan oleh pasangan.
-
Memperbanyak ibadah sunnah
Selain ibadah wajib, ibadah sunah juga perlu ditingkatkan karena dengan begitu allah akan mempermudah usaha seseorang didunia karena usaha dan cintanya yang tinggi pada Allah lebih diutamakan.
-
Bantuan orang lain
Hidup didunia ini perlu adanya saling komunikasi itu sebabnya perlu adanya bantuan orang lain untuk meminta pendapat yang bisa membuat pandangan atau pilihan tidak begitu kesulitan, orang yang dibutuhkanpun tentunya orang yang sudah memiliki pengalaman lebih jauh.
-
Menyatakan hasrat secara langsung
Keberanian dan mental yang kuat untuk dapat mengungkapkan semua hasrat yang mungkin terpendam lama, agar pasangan yang dianggap sudah bisa membuatnya bahagia lebih yakin dan berharap bisa lebih erat lagi.
Siapa yang paling bisa Memaklumi, Memaafkan dan Memotivasi kita ke arah yang lebih baik dan mendorong kita juga untuk lebih giat beribadah kepada Allah. Insya Allah itu jodoh kita. Firman Allah dalam surat Ar-Ruum:30
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram bersamanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda (kekuasananNya) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum:30).
Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).
Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual da lam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !
Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."
Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalih" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atawa memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !
Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.
BAB IV
KESIMPULAN
Allah SWT menciptakan mahluk dimuka bumi ini dengan berpasang – pasangan, dan Allah menciptakan perbedaan diantara mahluknya sebagai pembelajaran agar bisa lebih bersyukur dan menerima apa yang telah diberikan pada mahluknya.
Jodoh untuk umat manusia sudah ditentukan oleh yang maha kuasa, tugas manusian sebagai mahluknya adalah berusaha bagaimana caranya untuk mendapatkan jodoh tersebut. Orang baik tentunya untuk orang yang baik pula, jodoh yang telah diberikan Allah kepada manusia hendaknya disyukuri dan disayangi dengan setulus hati.
Mendapatkan jodoh di dunia adalah sebuah nikmat yang luar biasa, karena ada juga diantara manusia yang belum berjodoh di dunia, sehingga jika seseorang telah diberikan jodoh maka terimalah dia sebagai jodoh yang baik dan wajib menerimanya dengan setulus hati.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
www.indomedia.com
Wikipedia.com
Ustz . Herlini Amran
Kompasiana.com
Zoya.com
www.olmagazine.com
Dostları ilə paylaş: |