1. Jenis Layanan : Layanan Pembelajaran
2. Bidang Bimbingan : Bimbingan Pribadi
3.Jenis Layanan : Informasi
4.Fungsi Layanan : Pemahaman,dan Pencegahan
5. K e l a s/semester : VIII/satu
6. Waktu : 2 x 45 menit
==========================================================================================
-
Tujuan khusus pelayanan .
1. Siswa dapat mengetahi penyebeb remaja minim budi pekerti yang baik
2. Siswa dapat mengetahui faktor – faktor penyebab dangkalnya budi pekerti remaja
3. Siswa dapat menyebutkan macam-macam hal yang haus dibenahi agar remaja berbudi pekerti luhur
4. Siswa dapat mengetahui/ menyebutkan lima hal yang harus dijalani dan dikembangkan agar
pendidikan kejujuran dapat terwujud
5. Siswa mampu mengembangkan perilaku positif untuk mendukung pendidikan kejujuran
II . Materi : Materi 1
Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti
III .Uraian Materi : Pentingnya Penanaman Budi Pekerti Sejak Dini
Dijaman modern seperti saat ini budi pekerti sangatlah dibutuhkan, tapi sayangnya banyak anak-anak bahkan para remaja yang masih kurang mempunyai budi pekerti yang baik dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Semua ini dapat saja terjadi karena terpengaruh adanya faktor diantaranya yaitu faktor lingkungan, sekolah, tempat tinggal, pergaulan bahkan keluarga. Semua bukan sepenuhnya kesalahan mereka bisa saja semua dapat terjadi karena kurangnya bekal yang seharusnya didapatkan sejak dini dalam keluarga.
Padahal semua dapat dilakukan oleh orang tua dalam menanamkannya sejak dini, karena penanaman budi pekerti sejak dini merupakan sutu hal yang paling penting dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar anak tersebut mempunyai budi pekerti yang baik dan dapat menjadi bekal untuk kehidupan mereka ke depannya. Hal-hal yang dapat dilakukan dan dilatih kepada anak-anak sejak dini misalnya melatih hormat menghormati kepada sesama atau orang yang lebih tua, berbicara sopan kepada siapa pun, menyapa setiap kali bertemu orang, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan orang tua kepada anaknya dalam menerapkannya sejak dini. Jadi mereka tidak hanya diajarkan di sekolah saja namun mereka juga mendapatkan ajaran dari orang tua didalam rumah.
Budi Pekerti sangatlah penting untuk anak-anak dan para remaja untuk menyongsong masa depannya, dengan adanya budi pekerti yang sudah tumbuh didalam diri seorang anak maka diharapkan mereka dapat menerepkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar citra Warga Negara Indonesia tidak hilang dimakan jaman. Karena akan sedih sekali apabila nanti melihat semua Warga Negara Indonesia sudah tidak mengenal lagi citra diri bangsa Indonesia yang sangat hormat menghormati antar sesama.
Harapan untuk kedepannya adalah dengan adanya penanaman budi pekerti sejak dini diharapakan Warga Negara indonesia tidak melupakan citra diri bangsa Indonesia walaupun adanya perkembangan jaman yang semakin modern dan saling hormat menghormati satu sama lain, agar Warga Negara Indonesia dapat tetap bersatu.
Oleh : I Wayan Catrayasa
Coba kita perhatikan tayangan TV dan media cetak seperti surat khabar. Kedua media tersebut amat banyak kita menyaksikan tayangan peristiwa-peristiwa berbagai tindak kriminalitas dan amoral, seperti pembunuhan, memeras teman di sekolah digunakan membeli obat-obat psikotropika, pornografi, pornoaksi, perselingkuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan dll. Semua tayangan tersebut ibarat pisau bermata dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut untuk diwaspadai, jangan sampai menjadi korban dan jangan dilakukan pihak lain maupun diri sendiri. Di sisi yang lain dapat juga mendorong seseorang untuk menirukan atau melakukan perbuatan yang ditayangan tersebut.
Menghadapi fenomena sosial demikian, disamping realitas hidup di dalam masyarakat lokal, regional dan global, maka peranan pendidikan budi pekerti sangat menentukan. Bila penanaman dan penumbuh kembangan budhi pekerti dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh orang tua dan keluarga di rumah, para guru di sekolah, dan tokoh-tokoh agama serta tokoh-tokoh masyarakat, maka seorang anak ketika mencapai fase kedewasaan, akan menjadi manusia yang berbudhi pekerti yang luhur, sangat dibanggakan oleh orang tua di rumah, para guru di sekolah dan lingkungan masyarakatnya, namun bila sebaliknya, anak-anak yang tumbuh menjadi orang yang tidak memiliki kepribadian yang mantap, mudah terkena pengaruh lingkungan yang buruk dan tidak segan melakukan tindak kriminal dan amoral.
Dalam kehidupan global dengan sarana komunikasi yang sangat canggih, segala sesuatu yang terjadi di luar rumah dan bahkan di luar negeri dapat dilihat melalui tanyangan TV, demikian pula media elektronik seperti film/VCD termasuk internet dan sejenisnya yang memuat ceritra tentang kriminalitas dan amoral sangat sulit dibendung dan tidak sulit untuk mendapatkannya. Kita banyak berharap semoga semua orang tua dan anak menjadi dua kelompok yang bersinergi untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan ajaran agama Allah.
Mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan
Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Pertanyaan ini sangat klasik. Sejak manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, pertanyaan ini selalu muncul. Orang-orang sangat sibuk dengan usaha untuk mewujudkan kepuasan duniawi. Dengan diturunkannya ajaran agama melalui kitab suci, bertujuan agar manusia sebagai ciptaan-Nya, menyadari hakekat dirinya, makna hidup serta tujuan hidup yang patut kita usahakan. Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari segi penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah serta memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang yang demikian apalagi ditambah giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancar kasih sayang yang sejati. Ketika kita merenung tentang tujuan hidup, bagi mereka yang mendalami ajaran agama , tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma, yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat pada
Norma-norma Hukum Tuhan, hukum negara dan norma masyarakat .
Mencapai Tujuan Tertinggi
Coba kita amati, jika seorang anak ditanya tentang cita-citanya. Hampir semuanya menjawab sebatas kalau sudah tamat, mejadi seorang dokter, insinyur, atau guru. Hampir tidak pernah orang memikirkan lebih jauh dari hal tersebut. Bila ditanyakan hal-hal yang lebih bersifat spiritual, spesifik, sepertinya mereka tidak memberikan jawaban yang tegas. Mengapa jarang dijumpai anak-anak mempunyai cita-
cita menjadi seorang pemangku, tokoh-tokoh yang berperan sebagai spiritualis di masyarakat ?.
Menanamkan Sopan Santun Pada Anak
Seiring perkembangan jaman dan meluasnya pengaruh globalisasi, norma kesopan santunan merupakan hal yang semakin sulit diajarkan. Untuk itu, ada baiknya sejak dini, si kecil mulai diperkenalkan dengan perilaku sopan santun. Adapun, beberapa cara yang dapat dilakukan oleh ayah dan bunda dalam menularkan perilaku
sopan santun kepada buah hati yaitu sebagai berikut :
1. Jadikan diri sendiri sebagai contoh
Karena pada masa ini, anak-anak sedang mengalami masa imitasi, dimana umumnya mereka meniru
setiap perilaku orangtua.
2. Sampaikan apa yang diinginkan dari buah hati
Sampaikan secara langsung bila ayah atau bunda berkeinginan agar si kecil bersikap yang baik dan
tidak rewel saat berkunjung ke rumah teman atau orang tua
3. Beri pujian
Bila anak telah bersikap sopan, tak ada salahnya memberi pujian.
4. Jangan paksa anak untuk menjadi sempurna
Bila Anda berharap terlalu banyak dari anak, bisa-bisa yang terjadi adalah "perang" dengan anak.
Lakukan secara bertahap, sesuai perkembangan anak.
5. Jangan mempermalukan anak
Salah adalah hal biasa. Begitu pula jika anak melakukan kekeliruan yang menurut Anda tidak sopan.
Beritahu anak kesalahannya dan katakan apa yang Anda harapkan. Jangan langsung memarahi atau
mempermalukannya di depan orang lain.
Sumber: -menanamkan-sopan-santun-pada-anak
Kebenaran dan Kebohongan dalam sopan santun.
Pada umumnya kita mengetahui bahwa selalu ada kebohongan-kebohongan dalam "pergaulan yang sopan",
seolah-olah orang sudah sepakat dalam kebohongan itu.
Apabila orang saling memberi salam, surat menyurat ,menerima atau menyambut kedatangan tamu maka sering kita saksikan penyambutan yang pura-pura dan berlebihan. Menyebutkan gelar seseorang secara berlebihan,keramah-tamahan yang berlebihan. dalam pidato-pidato atau percakapan pribadi lidah orang seringkali dapat memuji dengan fasihnya,tetapi rasa hormat sebenarnya tidak ada dalam hatinya.. Kita bisa melihat dua orang yang saling membenci,tetapi dalam perkataan surat-menyurat justeru memakai kata-kata yang halus.
Tuan rumah menyambut kedatangan tamunya dengan "selamat datang",dengan senyum manis dan kata-kata gembira. tetapi sebenarnya ia ingin tamu itu datang dilain waktu saja. Si anak disuruh menjawab pertanyaan seorang tamu dengan"Bapa tidak ada dirumah",padahal bapak benar-benar ada dirumah,cuma segan menerima tamu tersebut.. Tanpa kita sadari dalam pergaulan sopan ini,banyak sekali kita temukan orang berbohong (dusta). Mulut kita,lidah kita, pena dan senyum kita berbohong dengan frekuensi luar biasa.
kebohongan dan kepura-puraan itu dalam pergaulan tidak akan bebas dari hukuman, karena hal itu salah. Kalau begitu, bolehkah kita bertindak tidak sopan? sudah tentu, tidak ! Bolehkah kita bertindak bijaksana? Sudah tentu harus. tetapi sopan santun dan kebijaksanaan dalam pergaulan itu tidak boleh lepas dari kejujuran dan kebenaran.. Kasih sejati kepada sesama manusia bukanlah tak sopan dan bukan tak bijaksana,melainkan jujur dan ikhlas. Makna sopan santun adalah kasih sayang kepada sesama manusia. Kasih yang jujur tidak mengecualikan keikhlasan hati, bahkan sebaliknya.Keikhlasan hati termasuk dalam kasih yang jujur. Sopan santun yang ikhlas dan sejati tidak berbicara dengan lidah bujuk rayu. Sopan santun yang jujur dan sejati
mengatakan yang sebenarnya.
Sopan santun yang jujur dan sejati mengajarkan kita bergumul melawan kepura-puraan menuju pergaulan yang ikhlas dan jujur, supaya kasih sayang dan kebenaran tampak dengan jelas.
Dostları ilə paylaş: |