Topik 1: Dzalika Al-Kitabu



Yüklə 1 Mb.
səhifə8/13
tarix26.10.2017
ölçüsü1 Mb.
#14177
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

Bagaimana kalau, di dalam rumah itu, anak laki-lakinya belum diketahui. Oh ya, sebelumnya, Anda pasti tahu kan apa bedanya dua kalimat ini:

The boy is in the house

A boy is in the house

Dalam kalimat kedua, anak laki-lakinya belum diketahui. Bisa anak siapa saja. Sehingga dipakai A Boy (waladun, bukan al-waladu). Sedangkan dalam kalimat pertama, anak laki-lakinya adalah sudah diketahui, misal Anaknya Bang Faisal, misalkan. Dalam kalimat pertama, karena Boy nya sudah diketahui maka dipakai The (atau al, sehingga menjadi al-waladu)

Dalam bahasa Arab, kedua kalimat itu sebagai berikut.

The boy is in the house : الولدُ في البيتِ

A boy is in the house : ???

Apa kira-kira yang akan Anda isi untuk ??? diatas. Jawabannya Insya Allah di topik selanjutnya. Ini masuk dalam Bab Khobar Muqoddam (khobar yang didahulukan). Baca topik selanjutnya.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-59-jenis-jenis-khobar.html

Topik 60: Khobar Muqoddam

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita menyisakan pertanyaan pada topik 59, yaitu apa bahasa Arabnya:

A boy is in the house?

Mas… Kalau:

The boy is in the house, bahasa Arabnya: الولدُ في البيتِ – al-waladu fii al-bayti

Nah kan Mas pernah bilang, kalau kata benda yang belum diketahui, maka tinggal buang AL nya, sehingga al-waladu, buang al, menjadi waladun.

ولدٌ في البيتِ – waladun fii al-bayti

Secara umum sih iya. Anda betul sekali. Hanya saja, dalam bahasa Arab, adalah janggal (jarang dipakai, atau agak aneh), jika mubtada itu bukan kata benda yang tidak definitive (sudah diketahui).

Dalam bahasa Arab ada dua istilah: ma’rifah dan nakiroh.

ولدٌ – waladun : A Boy (seorang anak laki-laki) ini disebut nakiroh (umum, belum spesifik)

الولدُ – al-waladu: The Boy (anak laki-laki itu), ini disebut ma’rifah (jelas anak laki-laki mana yang dimaksud)

Nah kembali ke kalimat diatas:

ولدٌ في البيتِ – waladun fii al-bayti

Mubtada: waladun (nakiroh)

Khobar: fii al-bayti

Kalimat diatas jarang ditemukan, atau janggal. Lalu biar gak janggal gimana dong Mas? Nah orang Arab ada solusinya. Gimana tuh? Solusinya, Khobarnya dikedepankan (muqoddam). Sehingga kalimatnya menjadi:

في البيتِ ولدٌ – fii al-bayti waladun : A boy is in the house, atau bisa juga In the house, (there) is a boy.

Nah terlihat bahwa kadang khobar mengawali kalimat.

Dalam Al-Quran kita sering menemukan khobar muqoddam ini. Contohnya sudah pernah dibahas dulu dalam Surat Al-Baqoroh ayat 10.

في قلوبهم مرضٌ – fii quluubihim maradhun : dalam hati mereka ada penyakit. Atau lebih tepat sebenarnya: Penyakit (ada) dalam hati mereka. Tapi masalahnya karena penyakit itu bersifat general (umum) artinya bisa penyakit apa saja, maka tidak dipakai al-maradhu, tetapi maradhun.

Kalau penyakitnya itu jelas apa jenisnya, maka dipakai al-maradhu. Jika al-maradhu, maka kalimatnya (umumnya) mengikuti pola yang umum yaitu:

المرضُ في قلوبهم – al-maradhu fii quluubihim.

Perhatikan mubtada adalah maradhu (penyakit) sedangkan khobar adalah fii quluubihim (dalam hati mereka).

Dan perhatikan, karena mubtada’nya nakiroh (maradhu), sehingga tidak bisa diawal kalimat, yang akibatnya mubtada “mengalah” menjadi di-akhir kalimat. Jadilah dia menjadi: في قلوبهم مرضٌ – fii quluubihim maradhun : dalam hati mereka ada penyakit, atau Penyakit (ada) dalam hati mereka.

Allahu a’lam bish-showwab.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-60-khobar-muqoddam.html

Topik 61: Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 2 dan 3

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah beberapa hari ini off, maka Insya Allah kita lanjutkan lagi pelajaran kita, dengan melanjutkan latihan surat Al-Ashr. Kita sudah pajang lebar membicarakan kaana, inna, anna, dan terakhir masalah mubtada dan khobar. Apa lagi yang kita akan pelajari? Sebenarnya masalah mubtada dan khobar masih ada kelanjutannya, tetapi kita pending dulu ya… Bosen juga kan, mending kita masuk ke latihan dulu…

Oke baiklah. Kita tuliskan ayat 2 surat Al-‘Ashr:

إنّ الإنسان لفي خسر

Kita sudah membahas Inna yang artinya : sesungguhnya.

Al-Insaana = insan (manusia)

La = sungguh

Fii = dalam

Khusrin = kerugian

Kalimat diatas bisa kita ringkas kan, dengan membuang Inna, dan lam taukid (lam penguat), menjadi:

الإنسانُ في خسر - al-insaanu fii khusrin : manusia itu dalam kerugian

Mubtadanya al-insaanu dan khobarnya fii khusrin. Hanya kalimat diatas kurang ada penekanannya, maka dimasukkanlah Inna dan La. Ingat bahwa dengan memasukkan Inna, maka mubtada al-insaanu berubah menjadi al-insaana.

Oke, itu tadi mengenai ayat 2. Sekarang kita masuk ke ayat 3 penggalan pertama.

إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات – illa alladziina aamanu wa ‘amilu ash-shoolihaat

Illa = kecuali

Alladziina = orang-orang yang

Aamanuu = (orang-orang yang) beriman

Wa = dan


‘aamilu = orang-orang yang beramal

Ash-shoolihaat = yang sholeh

Disini banyak sekali pelajaran yang akan kita petik. Insya Allah. Apa saja?

Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb:

1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung adanya pengecualian (dengan Illa).

2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan fungsinya.

3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang ketiga jamak, yaitu adanya waw alif

4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan beraturan).

Wuih banyak juga ya. Padahal ini hanya penggalan pertama ayat 3 lho... Insya Allah kita akan tuntaskan pembahasannya dalam topik ini.

Oke, kita lihat yang pertama. Jika kita membaca ayat Al-Quran ada kata Inna .... Illa ... maka ayat tersebut menekankan bahwa sesuatu itu sungguh (inna) akan terjadi demikian, kecuali (illa) suatu kondisi. ”Sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian”, kecuali (kondisi).

Biasanya ayat ayat Al-Quran menggunakan illa dalam kondisi seperti ini:

Inna (kata benda + keterangan) Illa (kondisi)

Laa (kata benda + maujuudun) Illa (kondisi)

Laa (KKS) Illa (kondisi)

Maa (KKL) Illa (kondisi)

Contoh:


Inna Illa

فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ

karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam (Asy-syuara : 77)

Laa Illa


لا أستاذ إلا عمر – laa ustaadza illa Umaar (tidak ada Ustadz (yang hadir) kecuali Umar)

Laa Illa


لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali orang yang disucikan (Al-Waqiah:79)

Maa Illa

وَمَا أَضَلَّنَا إِلَّا الْمُجْرِمُونَ

Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa (Asy-syu’ara:99)

Oke saya rasa kita sudah cukup melihat contoh-contoh pemakaian Illa. Sekarang kita masuk ke topik berikutnya yaitu tentang isim maushul (kata penghubung).

ISIM MAUSHUL

Dalam bahasa Indonesia kata penghubung ini disebut kata sambung, dalam bahasa Arab contohnya الذي -alladzi dan الذين – alladziina. Terjemahan yang pas untuk kedua ini adalah: "yang" untuk alladzi dan "orang-orang yang" untuk alladziina. Bentuk lainnya banyak ada alladzaani (untuk 2 orang, atau 2 hal), allati (untuk yang – perempuan) dst.

Tapi yang banyak adalah alladzii dan alladziina.

Contohnya:

أنت مجتهد – anta mujtahidun : Anda orang yang ulet

أنت تدرسُ دائما – anta tadrusu daaiman: Anda senantiasa belajar

Jika digabung:

Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet.

أنت الذي يدرسُ دائما مجتهدٌ – anta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun

Perhatikan bahwa kalimat pertama dan kalimat kedua jika digabung maka perlu isim maushul. Dalam bahasa Inggris, isim maushul ini sering kali adalah: that, which, who, dsb.

You are diligent.

You always study.

Digabung:

You who always study are diligent.

Shilah

Apa itu shilah? Shilah yaitu kata atau kalimat setelah isim maushul, yang jenisnya harus sama dengan jenis isim maushulnya. Contohnya:



Jika kita pakai alladzii, maka ini merujuk kepada orang ke-3 tunggal, maka shilahnya juga orang ke-3 tunggal. Lihat bedanya:

تدرسُ – tadrusu: belajar (orang kedua tunggal)

يدرسُ – yadrusu: belajar (orang ketiga tunggal)

Pada kalimat awal: kita pakai tadrusu. Tetapi tadrusu berubah menjadi yadrusu, karena dia terletak setelah alladzii. Yadrusu adalah shilah bagi alladzi.

Perhatikan lagi kalimat setelah digabung:

أنت الذي يدرسُ دائما مجتهدٌ – anta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun : Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet.

Perhatikan dalam kalimat (yang panjang) diatas, mubtada nya anta, dan khobarnya adalah mujtahidun. Sedangkan alladzii yadrusu daaiman adalah pelengkap. Jadi terkadang kalimat yang panjang dalam bahasa Arab itu bisa kita "peras" menjadi hanya mubtada + khobar, sisanya adalah pelengkap kalimat saja. Mengetahui mubtada dan khobar ini akan membantu kita dalam menerjemahkan bahasa Arab al-Quran.

Insya Allah akan kita lanjutkan dengan pembahasan mengulagi fiil madhy dan bentuk jamak muannats salim.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/26/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-latihan-surat-al-ashr-ayat-2-dan.html

Topik 62: Lanjutan Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 3

Bismillahirrahmanirrahim

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah membahas separoh dari ayat 3 surat Al-Ashr. Kita ulangi lagi ya.

إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات – illa alladziina aamanu wa ‘amilu ash-shoolihaat

Illa = kecuali

Alladziina = orang-orang yang

Aamanuu = (orang-orang yang) beriman

Wa = dan


‘aamilu = orang-orang yang beramal

Ash-shoolihaat = yang sholeh

Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb:

1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung adanya pengecualian (dengan Illa).

2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan fungsinya.

3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang ketiga jamak, yaitu adanya waw alif

4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan beraturan).

Pembahasan 1 dan 2 sudah kita selesaikan pada topik 61. Pada topik ini kita akan bahas mengenai pembahasan 3 dan 4. Insya Allah.

Oke baiklah, kita mulai.

Ambil kata آمنوا وعملوا = (mereka) (telah) beriman dan (mereka) (telah) beramal. Kenapa saya tambahkan (mereka) dan (telah)? Karena kata tersebut menunjukkan pelakunya orang ke 3 jamak (mereka) dan kata kerjanya kata kerja lampau KKL. Sehingga paling pas ditambahkan "telah".

Kita ulang-ulang lagi mengenai jenis-jenis fi’il (verb) atau kata kerja. Dalam bahasa Arab fi’il hanya dibagi dua:

1. KKL (Kata Kerja Lampau) Fi’il Madhy

2. KKS (Kata Kerja Sedang) Fi’il Mudhori’

Kita ambil contoh yang sering kita pakai: to write (menulis) : كتب – يكتب : kataba – yaktubu

Kata KATABA-YAKTUBU itulah entri pertama yang kita lihat dalam kamus. Oh ya, bagi yang belum pernah melihat kamus bahasa Arab, dijamin akan bingung pada awalnya untuk mencari kata dalam kamus tsb. Perlu pembiasaan, dan keterampilan untuk mencari akar kata. Oh ya, akar kata dalam tulisan disini sering disebut juga KKL. Seperti to write (menulis) KKL nya adakah kataba كتب , maka kita cari di KAF ك . Hampir semua (atau sebagian besar) kata dalam bahasa arab, khususnya kata kerja dan kata benda terdiri dari akar kata (KKL) tiga huruf. Seperti to write (menulis), KKL nya كتب – kataba, dan KKS nya يكتب – yaktubu.

Oh iya ingat-ingat kembali bahwa kata kerja itu dalam bahasa Arab, aslinya kebanyakan berbentuk 3 huruf. Sedangkan dari kata kerja asli itu bisa kita bentuk KKT – Kata Kerja Turunan. Ada 8 jenis bentuk kata kerja turunan. Sehingga secara pola kata كتب - kataba itu bisa kita bentuk menjadi 8 bentuk kata kerja baru, yang kita sebut KKT-1, KKT-2, dst, sampai KKT-8.

Balik lagi ke fungsi kamus, dan cara membaca kamus bahasa Arab. Di kamus bahasa Arab, kata-kata disusun berdasarkan entri KKL dari Kata Kerja Asli. Contoh: kalau kita menemukan kata قاتل – qoo ta la, maka bagaimana cara mencari di Kamus?

Atau kalau kita menemukan kata ينزل – yunzilu, nah bagaimana cara mencari arti kata itu di Kamus?

Ini perlu latihan. Sekali lagi latihan. Apa? Latihan. Hehe... Ya, practice makes perfect, kan. Oke kalau kita lihat lagi contoh soal:

Kata قاتل –qootala, maka kita tahu bahwa ini adalah bentuk dari KKT-2 (artinya bukan Kata Kerja Asli, tapi KK Turunan). Lho-lho ntar dulu, kok Mas tahu ini KKT-2. Hmm ini sudah dijelaskan dulu rasanya. Tapi baiklah, mengulang-ulang pelajaran itu membuat lebih ingat. KKT-2 itu ada tambahan alif setelah huruf pertama dari KKL nya.

Kalau قاتل – qootala, adalah KKT-2, dan katanya KKT-2 itu ada tambahan alif, berarti alif dalam qootala itu adalah tambahan. Kalau saya buang maka dia berubah jadi KK Asli. Benar gak? Benar! Anda tepat sekali.

Dengan kata lain kata قاتل – harus dicari di entri قتل – qotala. Kalau ketemu, telusuri kata-kata dibawahnya, niscaya dikamus Anda akan bertemu entri قاتل – qootala, nah lihat deh tuh artinya apa. Kurang lebih di kamus urutannya spt ini:

قتل – qotala : membunuh

dibawah entri qotala itu akan ditemukan:

قاتل – qootala: berperang

Oke untuk anzala, lihat lagi topik2x yang lalu, sudah panjang lebar dibahas.Tapi saya ringkas saja, kalau mencari anzala أنزل jangan cari di ALIF أ, tapi carilah di huruf ن. Kenapa, karena alif itu huruf tambahan bagi KKT-1. Sama juga dengan mencari yunzilu ينزل - jangan cari di ي , karena ya itu tambahan bagi fi'il mudhori' (ingat tambahan YA ANITA di fi'il mudhori'). Ah... belum ngerti... oke... baca lagi dari topik 1 ya... pelan-pelan...

Kembali ke laptop… Kita kembali ke ayat :

آمنوا وعملوا - aamanuu ‘amiluu

Ini adalah ciri-ciri KKL yang akan sering kita temukan di dalam Al-Quran. Apa itu yaitu adanya waw alif. وا .

Eit bentar dulu. Huruf Waw Alif itu, tidak hanya mengindikasikan KKL lho... Setidaknya jika ketemu Waw Alif, maka itu hampir pasti Kata Kerja, dan bisa menjadi salah satu dari hal-hal berikut ini, yaitu dia:

1. KKL untuk orang ke 3 atau 2 jamak, atau

2. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak yang kena huruf amil jazm

3. KK Perintah (fi’il amr) untuk orang ke 2 jamak

4. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak dalam kalimat syarat jawab

Oke banyak buaaanget sih... puzinggg... Tenang-tenang... yang paling banyak itu adalah no.1. Jadi kalau ketemu kata yang akhirnya adalah waw alif, maka kita bisa duga dia adalah KKL untuk orang ketiga jamak. Contoh surat Al-'Ashr ayat 3 ini.

Contoh Kasus no. 2:

فليعبدوا رب هذا البيت - falya'buduu rabba hadzaa al-bayti (QS. 106:3)

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah).

Perhatikan kata falya'budu itu asalnya sbb:

يعبدون - ya'buduuna = mereka menyembah (KKS)

Karena kemasukan amil jazm (huruf yang menjazmkan) yaitu لِ - li : hendaklah, maka kata itu berubah menjadi

ل + يعبدوا

atau menjadi ليعبدوا - liya'buduu = hendaklah mereka menyembah. Oh ya huruf LI (=hendaklah) ini dalam bahasa Arab disebut Harf LI AMR (huruf Li perintah, untuk orang 3 tunggal atau jamak).

So,lihat lagi contoh 1, 2 diatas, perhatikan lagi kata yang ada waw alif (وا ) di-akhir kata, maka dapat dipastikan itu adalah kata kerja kata kerja yang jika diterjemahkan mereka .... Tinggal dilihat jika depannya ada YA ANITA maka dia KKS. Tapi jika tidak ada YA ANITA seperti آمنوا وعملوا (aamanuu atau 'amiluu), maka kata itu adalah KKL (Kata Kerja Lampau), sehingga kalau mau nerjemahin letterlej: mereka (telah) beriman, mereka (telah) beramal.

Contoh Kasus no. 3:

اعيدلوا هو أكرب للتقوى - i'diluu huwa aqrabu littaqwaa (QS 5:8)

Berbuat adillah kalian, karena dia lebih dekat kepada taqwa.

Perhatikan pada kata i'diluu, ada waw alif disitu, menandakan dia kata kerja untuk orang ke 2 / ke 3 jamak. Dan lihat ada tambahan Alif Amr sebelum ain, menandakan ini Kata Kerja Perintah, untuk orang ke 2 (Ingat Alif Amr itu merujuk kepada perintah bagi orang ke 2, sedangkan LI AMR merujuk kepada orang ke 3 - lihat kasus no. 2).

Contoh Kasus no. 4:

فأينما تولوا فثم وجه الله - fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhu allahi (QS 1:115)

Maka kemanapun kamu memalingkan mukamu, maka disana (ada) wajah Allah.

Perhatikan disini, ada kalimat syarat: kemanapun kamu memalingkan mukamu, dan ada kalimat jawab: maka disana (ada) wajah Allah.

Perhatikan bahwa asal katanya sbb:

تولون - tuwalluuna : kalian memalingkan, karena dalam posisi kalimat syarat, maka dia berubah menjadi: تولوا - tuwalluu

Atau contoh lain:

إن يجلسوا أجلسْ - in yajlisuu ajlis : jika mereka duduk, (maka) aku(pun) duduk.

Asal kalimatnya begini:

يجلسون أجلسُ - yajlisuuna ajlisuu : mereka duduk, saya duduk.

Kalau kita hendak mengatakan: jika mereka duduk, saya(pun) duduk, maka kedua Kata Kerja tersebut harus di Jazm-kan.

Perhatikan asalnya adalah يجلسون - yajlisuuna = mereka duduk, karena menjadi bagian dari kalimat syarat (jika mereka duduk), maka yajlisuuna, berubah menjadi يجلسوا - yajlisuu (ada waw alif nya). Dan kalimat jawabnya adalah أجلسْ - ajlis (maka sayapun duduk). Lihat kata ini JAZM, maka huruf terakhir harokatnya mati, sehingga dibaca ajlis (tidak boleh ajlisu).

Demikianlah sudah kita bahas dengan panjang lebar, apa faedah melihat adanya وا dalam di sebuah akhir kata. Dimana adanya waw nun ini, kita jadi tahu, itu adalah Kata Kerja untuk pelaku jamak (orang ke 3 atau orang ke 2). Sedangkan apakah dia KKL atau tidak tinggal dilihat, apakah ada tambahan-tambahan YA ANITA didepannya. Nah, yang terjadi disurat Al-'Ashr ayat 3 ini, ayat yang sedang kita latih, adalah kasus waw alif sebagai ciri dari Kata Kerja Lampau (KKL) / fi'il madhy, untuk orang ke 3 jamak (mereka).

Perubahan dari waw nun ون ke waw alif وا pada KKS, secara ringkas disebabkan 2 hal:

1. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menashobkan fi'il mudhory, seperti أن - an, حتى - hatta , dll

2. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menjazmkan fi'il mudhory, seperti لم - lam, ل - li (amr), لا - laa (laa nahi), dll

Selain dari hal itu, maka وا itu ada karena memang bagian dari KKL (bukan karena KKS yang kemasukan amil nashob atau amil jazm.

Bingung gak ya? Semoga gak ya... Next time saya akan usahakan deh mbahas yang mudah-mudah dulu...

Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas Jamak Muannats Salim (Jamak Perempuan Beraturan).

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/05/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-61-lanjutan-latihan-surat-al-ashr.html

Topik 63: Jamak Muannats Salim

Bismillahirrahmanirrahim

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Pada topik ini kita akan bahas mengenai Jamak Muannats Salim. Apa itu?

Sebagaimana diketahui jenis kata benda dalam bahasa Arab ada 2, yaitu:

1. Mudzakkar (pria)

2. Muannats (wanita)

Pembagian tersebut berdasarkan sima’i (apa yang didengar) dari perkataan orang Arab. Contoh kata benda yang berjenis Mudzakkar:

البيت – al-baytu : rumah

الولد – al-waladu : anak laki-laki

الرجال – ar-rijaalu : laki-laki dewasa

الباب – al-baabu : pintu

الكتاب – al-kitaabu : buku

القلم – al-qolamu : pena

الفتى – al-fataa : pemuda

Semua kata benda diatas adalah kata benda berjenis mudzakkar. Dan semuanya adalah kata benda tunggal.

Bagaimana bentuk dual (dua buah/dua orang)? Oh ya, bentuk dual ini, saya baru tahu loh, ada. Karena selama ini hanya kenal bahasa Inggris dan Indonesia saja, saya kaget juga begitu tahu, ooo... ternyata di bahasa Arab ada bentuk dual. Dan bentuk dual ini, alhamdulillah, bukan sima’i (alias ada rumusnya). Rumusnya sederhana, tambahkan alif dan nun ( ان ). Sehingga kalau diterapkan di contoh-contoh diatas:

البيت – al-baytu : satu rumah, menjadi البيتان – al-baytaan : dua rumah

الولد – al-waladu: satu anak laki-laki, menjadi الولدان – al-waladaan : dua anak laki-laki

البنت – al-bintu : satu anak perempuan, menjadi البنتان – al-bintaan : dua anak perempuan (eh ngomong2x pulau bintan itu, apa ngambil dari bahasa Arab ya?)

Dan seterusnya. Nah bagaimana, bentuk 3 buah atau 3 orang atau lebih. Ini disebut jamak. Nah kata-kata diatas, bentuk jamaknya, susaaaaaah…. Harus diahafalin… wekk… Orang udah umuran kayak saya ini paling sukar ngafal hik hik… So, singkat kata, jamak mudzakkar itu ada 2 macam. Ada yang teratur (ada rumusnya), ada yang tidak teratur (tidak ada rumusnya, alias harus dihafal jek!!!)

Nah yang beraturan itu disebut: Jamak Salim. Sedangkan yang tidak beraturan disebut Jamak Taksir.

Contoh kata-kata diatas:

البيت – al-baytu : satu rumah. Banyak rumah? البيوت – al-buyuut : banyak rumah. (Ngomong-ngomong dibahasa kita bapaknya kakek disebut buyut, kan?)

Gimana aturannya dari baytu menjadi buyuut? Gak ada. Alias harus dihafal. Jadi singkat cerita, kalau bicara Jamak Mudzakkar, itu lebih kompleks fren... Kudu musti minum gingobiloba (obat vitamin otak -red)... hehehe... Sangking rada kompleks biasanya buku bahasa Arab, misahin dalam satu atau dua bab sendiri, untuk mbahas jamak mudzakkar ini.

Leh leh leh... BTW, kita kan harusnya ngomogin Jamak Muannats Salim (Jamak Perempuan Beraturan) ya...? Eh iya...ya... Kan kita lagi bahas surat Al-Ashr ayat 3...Oke oke... Kembali ke jalan yang benar...

Ingat lagi ayat 3 Surat Al-‘Ashr:

وعملوا الصالحات – wa ‘amiluu ash-shoolihaati

Nah kita sudah bahas kan, masalah waw alif pada kata ‘aamiluu. Sekarang kita bahas kata الصالحات – ash-shoolihaat: yang sholeh-sholeh. Ini adalah kata jadian dari kata kerja صلح – sholiha : sholeh (kata kerja). Lalu isim fai’il (kata kerja pelaku) dari kata sholih tersebut adalah: صالح -shoolihun: yang artinya yang sholih. Kata ini sebenarnya adalah kata shifat, yang setara dengan isim fa’il.

Oke, kita kembali:

الصالح - ash-shoolih: yang sholeh (tunggal)

الصالحان - ash-shoolihaan: dua yang sholeh

الصالحون – ash-shoolihuun : yang sholeh-sholeh – Jamak Mudzakkar Salim

Sekarang kalau kata الصالح – ash-shoolih jika berbentuk Muannats, maka perubahannya sbb:

الصالحة - ash-shoolihah: yang sholeh (tunggal)

الصالحتان - ash-shoolihataan: dua yang sholeh

الصالحات – ash-shoolihaat : yang sholeh-sholeh – Jamak Muannats Salim

Lihat bahwa membentuk Jamak Muannats Salim, sangat sederhana rumusnya. Apa itu? Huruf ta marbuthoh nya ( ـة) diganti menjadi ات . Contohnya:

مسلمة – muslimatun (bisa juga dibaca muslimah): 1 orang wanita muslim

مسلمات – muslimaatun (bisa juga dibaca muslimaat): banyak wanita muslim

الكرة – al-kurah : 1 buah bola

الكرات – al-kuraat : banyak bola

مسرورة – masruuratun : 1 wanita bahagia

مسرورات – masruuraatun : banyak wanita bahagia

شيارة – sayyarah : 1 buah mobil

شيارات – sayyaraat : banyak mobil

Dan banyak lagi kata-kata jamak muannats salim yang bisa dibuat. Intinya kalau bertemu dengan satu kata yang diakhiri dengan ta-marbuthah ةatau ـة maka dapat diduga itu adalah kata benda untuk muannats (wanita) tunggal. Jika ingin membentuk kata jamaknya maka tinggal diubah menjadi ات .

Dalam kalimat kita bisa buat sbb:

This is a car: هذه شيارة – hadzihi syayyaarah : ini sebuah mobil

These are two cars: هاتان شيارتان – haataani syayyaarataan : ini dua buah mobil

These are cars : هآألآء شيارات – haaulaa-i syayyaaraat : ini banyak mobil

Lihat bahwa kata benda penunjuk (isim isyaroh) mengikuti bentuk kata bendanya.

Jika kalimatnya kita buat panjang, artinya kata benda tersebut kita tambahkan lagi shifat, maka contohnya sebagai berikut.


Yüklə 1 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin