محمد يَقْرَأُ الكِتَابَ Muhammadun yaqra-u al-kitaaba (Muhammad sedang membaca buku)
محمد قَرَأَ الكِتَابَ Muhammadun qara-a al-kitaaba (Muhammad telah membaca buku)
Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu محمد dan الكِتَابُ . Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai kata benda spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata buku (كِتَابٌ – kitaab) maka karena ada ( al- الــ ) maka dia menjadi spesifik (artinya orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah mengerti buku mana yang dimaksud). Jika ingin tahu lebih detail masalah ini lihat topik-topik yang lalu.
Isim yang kedua adalah محمد Muhammadun (atau kalau dalam bahasa lisan – Muhammad). Karena ini nama orang, bukan nama jenis, maka ini termasuk spesifik. Artinya pendengar (orang yang mendengar kalimat ini diucapkan), dianggap telah tahu Muhammad mana yang dimaksud (apakah Muhammad Rafli, Muhammad Satori, dll).
Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata kerja : membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu:
يَقْرَأُ --ya'ra-u dia sedang membaca
قَرَأَ –-qa-ra-a dia telah membaca
Nah, pada topik kali ini kita telah mempelajari dua jenis kata kerja yaitu: kata kerja sedang, dan kata kerja telah (lihat contoh diatas).
Oke oke... bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat sedang (fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)?
Lihat contoh diatas baik-baik. Terlihat bahwa beda antara bentuk sedang dan telah hanyalah apakah ada tambahan kata didepan nya. Bingung?
Gini… gini… Kata membaca
قَرَأَ – qa-ra-a adalah asal kata dari membaca… Aduh apa lagi nih… apa maksud asal kata itu?
Gini. Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal kata
مُسْلِمٌ muslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya أَسْلَمَ dan akar kata dari aslama adalah سَلَمَ – sa-la-ma. Sebagai informasi awal (Insya Allah akan dibahas lebih detail), akar kata "asli" bahasa Arab, terdiri dari 3 huruf. Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari kata muslim مُسْلِم jangan dicari di huruf
م , tapi carilah di huruf س.
Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu
قَرَأَ – qa-ra-a kalau dicari di kamus dicari di huruf ق.
Jangan mentang-mentang ketemu kata-kata
يَقْرَأُ – yaq’ra’u (yang artinya juga membaca), maka Anda ujug-ujug mencari di kamus pada huruf
ي . Insya Allah gak bakalan ketemu…. Hahaha…
So, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah: Kalau mau menjadikan suatu kata kerja menjadi bentuk sedang maka tambahkan ي atau يـــ (ya) di depan kata kerja bentuk lampau (kata kerja telah). Gampangkan?
Sebagai latihan mari kita lanjutkan surat Al-Baqorah ayat 3
Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1 bentuk telah? Bisa Anda tebak? Mestinya bisa doongg... kan saya dah kasih rumusnya...
Yang bentuk sedang
يؤمنون – yu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang beriman
يقيمون – yu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat)
ينفقون – yun fi-quun (lihat ada tambahan يــ diawak kata) – mereka sedang berinfaq
Yang bentuk lampau
رزقناهم -- asal nya adalah رزق – ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran نا (yang artinya kami telah) dan هم (yang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka). Mengenai akhiran ini akan kita bahas pada topik berikut.
Rasa Bahasa / Makna Sedang
Kalau kita baca “sedang beriman”, “sedang mendirikan (sholat)”, “sedang berinfaq”, kurang cocok dengan rasa bahasa Indonesia. Maka kembali ke hokum dasar, maka kata kerja bentuk sedang dalam bahasa Arab juga dapat diterjemahkan kebiasaan (atau pekerjaan yang rutin dilakukan).
Maka kalimat diatas dapat diterjemahkan:
Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan mereka rajin berinfaq
Demikian dulu topik ini kita akhiri. Insya Allah, pembahasan yang lebih dalam akan kita lanjutkan nanti.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/10/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_10.html
Topik 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka
Bismillahirrahmanirrahim.
Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke 3 untuk laki-laki, yaitu:
Dia هُوَ huwa
Dia berdua هُمَا humaa
Mereka هُمْ hum
Hafalkan: huwa, humaa, hum
Contoh kalimat:
Dia ganteng: هو جميلٌ huwa jamiilun
Dia berdua ganteng: هما جميلانِ huma jamiilaani
Mereka ganteng: هم جميلُوْن hum jamiiluuna
Kata ganti orang berdua (dia berdua atau هما-humaa) agak jarang ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) هو-huwa, atau Dia banyak (mereka) هم-hum. Jadi ingat sekali lagi:
هو-huwa dia
هم-hum mereka
Latihan 1:
Farid adalah seorang siswa. Dia jujur.
Farid فريد-Fariid
adalah -- dalam bahasa Arab, tidak ada kata pengganti adalah
seorang siswa تلميذ-tilmiizun
Dia هو-huwa
jujur صادق-shoodiqun
Jadi kalimatnya menjadi:
فريد تلميذ-fariidun tilmiizun (farid seorang siswa)
هو صادف-huwa shoodiqun (dia jujur)
Latihan 2:
Orang-orang muslim itu ganteng. Mereka orang-orang yang jujur.
المسلمون جميلون-almuslimuuna jamiiluuna (orang-orang muslim itu ganteng-ganteng)
هم صادقون-hum shoodiquuna (mereka jujur)
TIPS:
Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang (dia satu orang) tidak ada tambahan waw nun (ون). Lihat bedanya dengan untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di akhir kata sifatnya. Ingat صادق dengan صادقون.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/12/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_12.html
Topik 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il)
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja Sedang (KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL)
Kembali ke Laptop, eh maksudnya ke Quran. Surat Al-Baqarah ayat 3:
Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Insya Allah Anda sudah tahu bukan? Saya ulangi kembali:
Yang bentuk sedang
يؤمنون – yu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang beriman
يقيمون – yu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat)
ينفقون – yun fi-quuna (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang berinfaq
Yang bentuk lampau
رزقناهم -- asal nya adalah رزق – ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran نا (yang artinya kami (telah)) dan هم (yang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka).
Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata kerja itu termasuk KKS atau KKL.
Perhatikan contoh diatas sekali lagi. Sebelum saya kasih tips nya, kita lihat satu contoh dulu:
Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata kerjanya. Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya adalah كتب-kataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang (KKS), tambahan huruf sebelum كتب- yang biasa (sering muncul di Al-Quran adalah) أ, ت, يـ, يـ..ون . Jadi asal ketemu kata-kata tambahan tsb terhadap suatu kata kerja, maka bisa dikira-kira maksud kata kerja tsb adalah kata kerja sedang (KKS).
Hal itu dapat diringkaskan dalam rumus berikut:
Mas, oke deh... Saya dah ngerti, mengenai teknik membedakan KKS dan KKP. Tapi Mas... hmmm ngomong-ngomong kok kita gak beranjak dari Ayat 3 surat Al-Baqaroh. Padahal ini sudah topik yang ke 10 loh.
Ok. ok. Terima kasih diingatkan. Sekarang saya kasih tugas. Ada berapa Fi'il dalam ayat 4 ini?
Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya Insya Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata أنزل-unzila, adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia KKL (fi'il madhy), maka lebih tepat artinya "telah diturunkan". Bagaimana ciri-ciri KKL Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah pesan-pesan berikut.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/17/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_17.html
Topik 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif. Kenapa kita masuk topik ini? Ingat pada topik sebelumnya kita sudah sampai pada ayat 4 surat Al-Baqaroh. Pada ayat 4 ini kita Insya Allah temukan kata-kerja lampau pasif tersebut.
Oke oke... Ada gak beda kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia dan Arab? Sepintas saya lihat tidak ada (nanti Insya Allah kita akan bahas lebih dalam bahwa sebenarnya ada bedanya yang cukup signifikan).
Misal, dalam bahasa Indonesia kita berkata begini:
Umar telah memukul --> Kata kerja lampau aktif
Umar telah dipukul --> Kata kerja lampau pasif
Dalam bahasa Arab juga demikian.
ضَرَبَ عُمَرُ -- dhoraba 'umaru
(Umar telah memukul)
Oh iya sebelum saya lupa, dalam bahasa Arab (atau dalam Al-Qur'an)biasanya lebih umum meletakkan Pelaku dibelakang kata kerjanya. Contoh diatas: Umar memukul, dapat saya tulis
عُمَرُ ضَرَبَ ('umaru dhoraba) --> Umar telah memukul
ضَرَبَ عُمَرُ (dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul (lebih sering digunakan)
Nah sekarang untuk membentuk pasif, kata ضَرَبَ (dhoraba--telah memukul) berubah menjadi ضُرِبَ (dhuriba--telah dipukul).
Oh berarti perubahannya hanya pada harokat kata kerja lampaunya ya? Ya.. ya... Anda cerdas...
INGAT RUMUS INI : AA - UI
AA adalah kata kerja lampau (KKL) aktif
UI adalah kata kerja lampau (KKL) pasif
Ingat:
ضَرَبَ - harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir A (ra)--> telah memukul
ضُرِبَ - harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir I (ri)--> telah dipukul
Kasih contoh lain dong Mas. Oke lihat surat Al-baqorah ayat 4.
Terlihat disitu ada kata: أُنْزِلَ (unzila-- telah diturunkan)
Kata kerja ini terdiri dari 4 huruf.
RUMUS AA - UI : AKTIF - PASIF
أُنْزِلَ -- unzila (telah diturunkan)
أَنْزَلَ -- anzala (telah menurunkan)
4 Huruf: (1) Alif, (2) Nun, (3) Zal, (4) Lam
AKTIF AA --> harokat huruf 1 = A (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = A (untul huruf Zal)
PASIF UI --> harokat huruf 1 = U (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = I (untuk huruf Zal)
Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau). Insya Allah akan kita lanjutkan lagi minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_26.html
Topik 12: Surat Al-Baqarah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Sebenarnya saya mau lanjut ke ayat 5, tapi karena pada topik 11, di bagian comments ada yang "ngeluh" kok susah ya, akhirnya saya tunda dulu membahas ayat 5. Gak apa-apa deh, yang penting pemirsa ngerti... Kaif? eh gomong-ngomong kaif itu artinya "gimana".
Oke, lanjut. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada fi'il majhul. Aduh mas jangan kasih istilah-istilah yang berat dong... Oke. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada kata kerja pasif. Mungkin makin tinggi topiknya terasa makin berat ya? Hmm... bisa jadi karena saya agak sedikit sibuk, sehingga tulisannya pendek-pendek (beda dengan topik awal kali ya, yang tulisannya panjang-panjang). Atau bisa jadi model penulisannya, dimulai dari teori, baru praktek. Model begini mungkin terasa membosankan. Oke deh, saya ubah modelnya, pertama latihan dulu baru terakhir teori.
Balik ke ayat 4 surat al-Baqarah.
Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan dan apa yang diturunkan kepada sebelummu, dan kepada hari akhirat mereka yakin.
Hafalkan kata-kata berikut (gak diafalin juga gak apa-apa):
و-wa : dan
الذين-al ladziina : orang-orang yang
يؤمنون- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada يـ dan ون sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan ون sebagai tanda untuk "mereka"
بـ-bi : dengan
ـما-ma : apa-apa yang
أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
إليـ-ilay / asalnya إلي-ilaa : kepada
ك-ka : engkau
و-wa : dan
ما-maa : apa-apa yang
أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
من-min : dari --> huruf jar (lihat topik sebelumnya)
قبلـ-qabli / asalnya قبل-qobla : sebelum
ك-ka : engkau
و-wa : dan
بـ-bi : dengan
الأخرة-akhiirat : akhirat
هم-hum : mereka
يوقنون-yuuqinuun : mereka senantiasa yakin --> KKS
Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu kita dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/27/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-dari-al-quran-tpoik-12.html
Topik 13: Muannats, Mudzakkar, Mufrod, Mutsanna, Jamak
Bismillahirrahmanirrahim
Kaifa haalukum كيف حالكم? Gimana permirsa kabar antum sekalian? Kaif? Semoga tetap semangat dalam belajar Al-Lughoh Al-Arabiyyah اللغة العربية
Terakhir kemaren ayat berapa? Ayat 4, ya... Okeh... Insya Allah topik kali ini kita masuk ke ayat 5, dan 6. Dan kita akan pelajari mengenai kata benda (isim) yang berjenis maskulin (pria) / mudzakkar, dan yang berjenis feminim (wanita) / muannats.
Muannats - Mudzakkar
Apa sih ini? Okeh, dalam bahasa Arab bedanya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sebuah kata benda itu di"takdir"kan punya jenis, apakah jenis perempuan, atau laki-laki. Yang berjenis perempuan itu biasanya ada tanda ta marbutoh dibelakanngnya misalkan:
الشجرة- asy-syajaratu (sebuah pohon)
الطائرة- ath-thooirotu (sebuah pesawat)
الدراجة- ad-darroojatu (sebuah sepeda)
Kata-kata isim alam (kata benda yang tampak wujudnya) spt diatas, kalau digandengkan dengan kata sifat (besar, kecil, dll), atau kata tunjuk (ini, itu) maka kata sifat atau kata tunjuk yang dipilih adalah kata berjenis perempuan juga. Kenapa? Hehehe... sudah lupa ya, dalam bahasa Arab, kata sifat itu adalah kata benda, dan kata tunjuk itu juga kata benda (isim). Dua isim yang saling terkait harus berjenis sama.
Contoh:
تلك الشجرة - tilka asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> BETUL
ذلك الشجرة - dzalika asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> salah secara grammar, karena ذلك-dzaalika (itu) adalah kata tunjuk (isyim isyaroh) berjenis laki-laki, sedangkan pohon, adalah isim yang berjenis perempuan.
Mufrod, Mutsanna, Jamak
Apalagi nih? Nah bahasa Arab juga sangat "care" tentang jumlah benda. Misal dalam bahasa Indonesia:
Saya membeli mobil.
Apa yang terbayang? Bisa jadi mobil yang dibicarakan itu satu buah mobil, bisa dua mobil, bisa 3 mobil atau lebih. Dan kadang kita juga 'gak peduli ya?
Dalam bahasa Arab, saya sebut spt ini:
إشتريتُ سيارةً-isytaraitu sayyaaratan (saya telah membeli sebuah mobil)
Kalau saya telah membeli 2 mobil, maka saya mengatakan:
إشتريتُ سيارتان-isytaraitu sayyarataani (saya telah membeli dua buah mobil)
Dan kalau saya membeli lebih dari 2 mobil (3 atau lebih), maka saya mengatakan:
إشتريتُ سياراتَ-isytaraitu sayyaaraatan (saya telah membeli banyak mobil)
TIPS:
1. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah dua, maka kita perlu menambahkan ALIF NUN ان dibelakang kata bendanya. Contoh:
سيارتان، سيارة- sayyarataani (2 buah mobil)
طائرتان، طائرة- thooirotaani (2 buah pesawat)
دراجتان، دراجة- darroojataani (2 buah sepeda)
2. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah banyak (lebih dari 2), maka untuk yang berakhir ta marbutah ة atau ـة tinggal diubah menjadi ALIF TA ات. Contohسيارات، سيارة- sayyaarootun (banyak mobil)
طائرات، طائرة- thooirootun (banyak pesawat)
دراجات، دراجة- darroojaatun (banyak sepeda)
Demikian dulu permirsa, Insya Allah akan kita lanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik.html
Topik 14: Kalimat Pertanyaan
Bismillahirrahmanirrahim.
Kita mulai dengan ayat 5 surat Al-Baqaroh:
أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
ulaaika=mereka itulah; ‘alaa=diatas; hudan=petunjuk; min=dari; rabbi=Tuhan; him=mereka; wa=dan; ulaaika=mereka itulah; hum=mereka; al-muflihuun=orang-orang yang beruntung.
dan ayat 6 surat Al-Baqaroh
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
inna=sesungguhnya; alladziina=orang-orang yang; kafaruu=mereka telah kafir; sawaaun=sama; 'alaihim = atas mereka; a=apakah; andzarta=engkau telah beri peringatan; hum=(kepada) mereka; am=atau; lam=tidak; tundzir=engkau (sedang/selalu) beri peringatan; hum=(kepada) mereka; laa=tidak; yu'minuun= meraka (sedang/akan) beriman.
Sampai disini mudah-mudahan permirsa saya harap tidak bingung, apa bedanya hum=mereka, dan him=mereka (lihat ayat 6 diatas). Ada kata-kata 'alayhim=atas mereka, dan andzartahum=engkau telah beri peringatan mereka. Dua-duanya hum dan him artinya mereka. Gak bingung ya? Kalo bingung ngaku, berarti kita harus ulang mengenai topik huruf jar (harf jar). Oke ringkasnya, kalau pada 'alayhim asalnya hum tapi karena terletak setelah huruf jar, berubah menjadi him. Sedangkan pada andzartahum, hum disini sebagai maf'ul (objek penderita). Sama halnya: saya telah melihat mereka رأيتهم ra-ai-tu-hum. Ra-a=telah melihat; tu=saya; hum=mereka.
YES/NO QUESTIONS
Di ayat 6 ada hal yang menarik untuk dipelajari, disitu tertulis:
أأنذرتهم a andzar-ta-hum = apakah engkau telah memberi peringatan untuk mereka.
Secara kata per kata:
أ-a = apakah
أنذرت-andzarta = engkau telah mengingatkan
هم-hum = (kepada) mereka
Terlihat disini cara untuk bertanya YES/NO question (pertanyaan yang menghendaki jawaban YA/TIDAK) dalam bahasa Arab adalah:
أ-a = apakah (YES/NO)
atau
هل-hal = apakah (YES/NO)
Misalkan saya melihat sesuatu berbentuk stik runcing diatas meja. Saya menebak "kayaknya ini sebuah pena". Lalu saya tanya ke seseorang yang ada dekat benda itu sambil bertanya: "Apakah ini pena?"
أ هذا قلم؟-a hadzaa qolamun = apakah ini pena?
Atau saya juga bisa tanya:
هل هذا قلم؟-hal hadzaa qolamun = apakah ini pena?
OPEN ENDED QUESTION
Misalkan saya mengharapkan si penjawab menjawab "ini pena". Maka dalam bahasa Arab, pertanyaan yang menghendaki jawaban selain YES/NO, menggunakan isim istifham (kata tanya), menggunakan kata ما - maa.
Jadi saya akan tanya:
ما هذا؟ - maa hadza = apa ini?
Dia akan jawab:
هذا قلم - hadzaa qolamun = ini sebuah pena.
QUIZ-1:
Saya menanyakan sebuah kotak yang berbentuk buku. "Apakah ini buku?"
أ هذا كتاب؟ - a hadzaa kitaabun?
atau
ما هذا كتاب؟ - maa hadzaa kitaabun?
Jawab: yang benar adalah jawaban yang pertama. Karena أ atau هل menghendaki jawaban Ya (نعم - na'am) atau Tidak (لا - laa). Pertanyaan pada jawaban ke dua salah, karena kalau saya pakai ما - maa, maka pertanyaannya menjadi:
ما هذا؟ - maa hadzaa = apa ini?
Ingat:
Struktur ما هذا كتاب؟ adalah struktur kalimat yang salah.
Insya Allah kita lanjutkan minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/04/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dengan-al-quran_414.html
Topik 15: Kalimat Berita Negatif
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah melihat pada ayat 1 s/d 5 surat Al-Baqorah, banyak sekali kalimat berita disitu. Maksud kalimat berita adalah kalimat yang memberitakan sesuatu. Loh berarti ada jenis kalimat lain? Ada... Ada... Yaitu Kalimat Perintah, dan Kalimat Bertanya.
Topik kemaren kita sudah membahas topik kalimat bertanya bukan? Ingat closed-ended question pakai أ-aa (apakah), atau هل-hal (apakah), dan ingat open-ended question yaitu ما-maa (apakah), atau من-man (siapakan), atau متى-mataa (kapan), atau أين-aina (dimanakah), dll.
Kalimat berita contohnya:
Engkau sedang mengingatkan mereka: أنت تنذرهم-anta tundziru hum
Kalau saya ingin memberitakan bahwa: Engkau sedang tidak mengingatkan mereka, maka saya akan berkata:
أنت لم تنذرهم-anta lam tundzir hum
Perhatikan disini bahwa kita memakai لم-lam untuk me-negatif-kan suatu kalimat berita. Kata lam ini hanya dipakai untuk KKS (Kata Kerja Sedang).
Ada bentuk lain yaitu pakai Laa لا
أنت لا تنذرهم-anta laa tundziru hum
Kedua bentuk tsb artinya sama: yaitu engkau sedang tidak mengingatkan mereka. Lalu apa bedanya?
Nah disini, perhatikan ya... penting nih soalnya Anda akan banyak temui dalam AQ. Point2xnya:
1. Jika pakai lam لم, maka kata kerja sedang setelah lam tsb huruf terakhirnya disukunkan (dimatikan). Jadi yang betul:
لم تنذرْ-lam tundzir
2. Jika pakai laa لا, maka kata kerja setelahnya berbentuk KKS biasa. Bentuk diatas menjadi:
لا تنذرُِ-laa tundziru
Sebagai latihan, terjemahkan ayat 6 surat Al-Baqorah. Insya Allah kita lanjutkan minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/11/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_11.html
Topik 16: Kalimat Perintah Larangan
Bismillahirrahmanirrahim.
Mohon maaf minggu kemaren saya tidak dapat posting artikel lanjutan, karena satu dan lain hal. Terakhir sudah sampai ayat berapa ya? Kalau tidak salah ayat 6. Di ayat 6 ini ada ada yang unik yang kita temukan yaitu kata لم - lam. Kedudukan lam ini dalam bahasa Arab, berfungsi untuk membuat kalimat berita negatif.
Sekedar me-refresh, kalimat berita negatif itu agak berbeda dengan kalimat larangan. Misal saya mengatakan: Sekarang dia sedang makan. Ini adalah kalimat berita. Kalau saya katakan: Sekarang dia tidak sedang makan. Maka ini adalah kalimat berita nengatif (penyangkalan).
Oke... mudah-mudahan jelas ya... Nah topik 16 ini membahas suatu pola baru yaitu kalimat perintah larangan, yang terdapat di ayat 11. Eit... eit... bentar dulu Mas... Kemaren kan terakhir ayat 6. Kenapa tidak dibahas ayat 7, 8, 9, dan 10. Hmm... gini... Gimana kalau saya suruh, buat jadi PR saja? Kenapa gitu Mas?
Soalnya, belum ada pola baru yang ditemukan di 4 ayat tersebut. Yang ada adalah kata-kata baru, seperti quluub (hati), maradh (penyakit) dll. Maka silahkan latihan sendiri ya. Teknik latihannya, ayat 7, 8, 9, dan 10, dipenggal-penggal, lalu tentukan apakah dia ISIM, FI'IL, atau HURF.
KALIMAT PERINTAH LARANGAN
Nah kita masuk ke topik inti. Siap? Insya Allah ya... Oke. Sekarang saya mau kasih tahu dulu apa contohnya kalimat perintah larangan.
Kalau saya sebut: RUSAKKANLAH! maka ini adalah kalimat perintah.
Kalau saya sebut: JANGAN MERUSAK! maka ini disebut kalimat perintah larangan.
Bagaimana bahasa arabnya JANGAN MERUSAK!
Perlu diketahui, dalam bahasa Arab, kalimat perintah langsung itu ditujukan untuk orang ke-dua tunggal, dual, atau jamak. Intinya untuk orang ke-dua tunggal. Nah agak bingung nih Mas... Oke gini. Kata orang ke-dua tunggal itu adalah: KAMU, KAMU BERDUA, KALIAN. Artinya lawan bicara itu ada di depan kita sebagai pemberi perintah.
Okeh. Sekarang balik lagi: JANGAN MERUSAK! Bagaimana bahasa Arabnya?
Jangan itu لا - laa
merusak itu أفسد - afsada (untuk orang ke 3 tunggal)
Oh kalo gitu: JANGAN MERUSAK! = لا أفسد - laa afsada
Bener gak Mas? Ya not bad lah, untuk pemula. Hampir betul. Lah... Hampir betul? Kalo gitu yang betul itu gimana Mas?
Yang betul itu: لا تُفْسِدْ - laa tufsid
Oh gitu... Kenapa ditambahin TA? Lalu kenapa bukan LA TAFSADA. Oke oke... berarti ada 2 pertanyaan ya.
Pertanyaan pertama, kenapa ditambahin TA? Karena kita memerintahkan orang yang didepan kita (berarti orang ke 2 tunggal KAMU). Ingat ciri-ciri Fi'il Mudhori' yaitu adanya YA ANITA (masih ingatkan?). Nah tambahan TA itu diperlukan untuk menunjukkan kata kerja itu ditujukan kepada KAMU (atau ENGKAU).
Pertanyaan kedua, kenapa bacanya tidak AFSADA + TA menjadi TAFSADA atau TA-AFSADA? Mengapa TUFSID? Nah ini kembali ke hukum fi'il mudhori'. Kalau kata merusak itu bahasa arabnya AFSADA أفسد ini untuk fi'il madhy (KKL), sedangkan KKSnya YUFSIDU, untuk orang ke 3, dan TUFSIDU untuk orang ke dua. Lihat penjelasan berikut:
أفسد - AFSADA = (dia telah) merusak
يفسد - YUFSIDU = (dia sedang) merusak
تفسد - TUFSIDU = (engkau sedang) merusak
لا تفسدُ - LAA TUFSIDU = (engkau sedang) tidak merusak.
لا تفسدْ - LAA TUFSID = (engkau) JANGAN MERUSAK!
Kebayang kan? Hayoo jawab yang jujur... Kalau dah kebanyang, sekarang buka Al-Quran lihat surat 2 ayat 11. Disitu ada tertulis:
لا تفسدوا - LAA TUFSIDUU
Kenapa ada tambahan وا - waw dan alif? Karena perintah ini ditujukan untuk banyak orang. Jadi
لا تفسدوا - LAA TUFSIDUU = (wahai KALIAN SEMUANYA) JANGAN MERUSAK !
Itulah guna dari tambahan waw dan alif tsb. Mudah-mudahan jelas ya... Insya Allah kita lanjut pekan depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_22.html
Topik 17: Kata Kerja Perintah
Bismillahirrahmanirrahim.
Topik 17 ini sangat dekat dengan topik 16. Di dalam buku-buku pelajaran bahasa Arab biasanya topik ini digabung dalam satu bab.
Okeh... mari kita ingat-ingat topik 16. Di topik 16 dijelaskan bentuk kata kerja perintah larangan.
Kita telah jelaskan, apa bahasa Arabnya : JANGAN MERUSAK?
Udah tahu kan? Hmmm belum Mas... Ehmm belum tahu atau lupa? Hehehe... Kalau lupa silahkan baca kembali topik 16. Sekarang... (ta' itungin nih ... 1, 2, 3, ..., 100). Udah? Oke... jawabnya apa?
LAA TUFSID لا تفسدْ Mas... Oke anda betul. Sekarang saya kasih soal.
Apa bahasa arabnya: MERUSAKLAH!
Hehe itu mah gampang. Kalau jangan merusak! = LAA TUFSID!, berarti kalau merusaklah! = TUFSID! Betul gak?
Hmm kali ini Anda salah.
Lalu yang benar apa Mas? Yang benar itu:
(hoi kamu) MERUSAKLAH! = AFSID افسدْ
Duh kok susah ya Mas? Sabar... sabar... saya juga pertama pikir susah, sampai saya ketemu cara mudah. Mau tak kasih tahu gak?
Gini...
Rumus Mudah Membentuk Kata Kerja Perintah (Fi'il amr)
1. Tentukan kata kerja KKL yang mau dijadikan kata kerja perintah.
2. Cari KKS nya
3. Buang huruf YA didepan KKS nya
4. Harokat huruf akhir jadikan sukun (mati)
5. Jika kata awalan berharokat sukun (mati), maka tambahkan alif
6. Harokat alif, umumnya kasroh (baris bawah) atau bisa juga fathah (baris atas), atau dhommah.
Wadaw... buanyak baget langkahnya... Hehehe... tenang-tenang, kelihatannya saja banyak... kalau dah latihan Insya Allah gampang kok.
Kasih contoh latihan dong Mas. Okeh kita kasih dua contoh. Duduk dan Memuliakan.
Contoh 1: Duduk
Langkah 1. Tentukan KKL dari duduk. KKL dari duduk adalah JALASA جلس
Langkah 2. Tentukan KKSnya. KKS dari JALASA adalah YAJLISU يجلس (ingat rumus YA ANITA)
Langkah 3. Buang huruf YA pada kata YAJLISU --> JLISU جْلِسُ
Langkah 4. Harokat huruf akhir jadikan sukun : JLISU menjadi JLIS جْلِسْ
Langkah 5. Jika harokat huruf awal sukun --> Harokat JIM sukun, maka tambahkah Alif. Berarti JLIS جْلِسْ bisa menjadi AJLIS اجْلِسْ atau IJLIS اجْلِسْ.
Langkah 6. Yang umum adalah harokat alif kasroh (baris bawah) jika KKL 3 huruf nya tidak diawali alif fathah. Lihat langkah 1 KKL nya diawali JIM ج bukan ALIF أ, maka yang dipilih adalah IJLIS اجْلِسْ . Catatan: Rumus 6 ini akan dipertajam lagi pada pembahasan topik-topik selanjutnya (Insya Allah pada topik fi'il mazid).
Kesimpulannya:
(dia telah) duduk = JALASA جلس
(dia sedang) duduk = YAJLISU يجلس
(dia sedang) tidak duduk = LAA YAJLISU لا يجلس
(hai kamu) Jangan Duduk = LAA TAJLIS لا تجلسْ
(hai kamu)DUDUKLAH = IJLIS اجْلِسْ
Contoh 2: Memuliakan
Langkah 1. KKL memuliakan --> AKRAMA أكْرم
Langkah 2. KKS memuliakan --> YUKRIMU يكرم
Langkah 3. Buang YA --> KRIMU كْرمُ
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> KRIM كْرمْ
Langkah 5. Harokat KAF sukun --> tambahkan alif --> AKRIM أكرم atau IKRIM إكرم
Langkah 6. Pilih AKRIM atau IKRIM. Karena KKL diawali dengan Alif dan 4 huruf, maka yang dipilih AKRIM (Harokat alif Fathah).
Kesimpulannya:
(dia telah) memuliakan = AKRAMA أكْرم
(dia sedang) memuliakan = YUKRIMU يُكْرم
(dia sedang) tidak memuliakan = LAA YUKRIMU لا يكرم
(hai kamu) jangan memuliakan! = LAA TUKRIM لا تكرم
(hai kamu) Muliakanlah! = AKRIM أكرم
Demikian dulu ya... semoga tidak jadi bingung... Tetap semangat... Wassalam
Catatan tentang langkah 6: Jika ditambah alif, maka harokat alif biasanya kasroh, atau dhommah. Insya Allah kita akan dalami, rumus baku nya pada lanjutan tulisan ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/23/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik_23.html
Topik 18: Tolonglah!
Bismillahirrahmanirrahim
Kita masih akan lanjutkan mengenai topik Fi'il Amr (Kata Kerja Perintah). Pada topik sebelumnya telah kita bahas 6 langkah mudah membentuk Fi'il Amr. Masih ingat kan? Gak ingat juga gak apa... Hehe... Topik kali ini akan kita lanjutkan lagi, pendalaman 6 langkah tsb.
Kita akan beri 2 contoh: yaitu menolong - nashoro نَصَرَ dan mempelajari/belajar - 'allama علّم
Contoh 1: نصر
Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menolong --> NASHARA نصر
Langkah 2. KKS menolong --> YANSHURU ينصُرُ
Langkah 3. Buang YA --> NSHURU نْصُرُ
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> NSHUR نصُرْ
Langkah 5. Harokat NUN sukun --> tambahkan alif --> Kemungkinan UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR
Langkah 6. Pilih UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR.
Kita berhenti sejenak disini. Kita dihadapkan dengan 3 pilihan. Dalam topik 18 ini, langkah ke 6 kita pertajam sbb:
6.1 Jika KKL terdiri dari 4 huruf, huruf pertama alif fathah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) berharokat Fathah (lihat contoh AFSID : RUSAKLAH, pada topik 17).
6.2 Jika KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka harokat Alif tambahan (hasil langkah 5) adalah:
- kasroh jika huruf KKS sebelum terakhir fathah atau kasrah
- dhommah jika huruf KKS sebelum terakhir dhommah
Wuih... mangkin puyeng aje nih ane... Bang... Tenang... Tenang... Kita akan beri 2 contoh untuk memudahkan (kelihatannya saja rumit, tapi kalau dilatih dengan contoh Insya Allah gak seserem yang dibayangkan)... Oke kembali kita ke topik NASHARO. Kita sudah sampai pada langkah ke 5, dengan memberikan pilihan: UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR.
Mari kita terapkan rumus 6.1 dan 6.2
6.1 KKL dari MENOLONG adalah NASHARA نصر . KKL adalah 3 huruf. Sehingga rumus 6.1 ini tidak berlaku, karena rumus ini hanya berlaku untuk KKL 4 huruf, huruf pertama adalah alif berharokat fathah. Kalau demikian lanjut ke 6.2
6.2 KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka kita tinggal melihat harokat huruf sebelum akhir dari KKSnya. Okeh... KKS dari NASHARO adalah YANSHURU, huruf terakhir dari ينصرadalah RO, huruf sebelum akhir adalah SHOD. ينصُر. Harokat SHOD apa???? Harokat SHOD dhommah ( ُ ). Jika dhommah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) juga berharikat dhommah. Sehingga menjadi انصر UNSHUR (bukan INSHUR, atau ANSHUR).
Jadi kita ringkas:
نصر - NASHARO : (dia telah) menolong --> KKL
ينصر - YANSHURU : (dia sedang) menolong --> KKS
لا تنصر - LA TANSHUR : (hai kamu) jangan menolong ! --> Perintah larangan
انصر - UNSHUR : (hai kamu) MENOLONGLAH! --> fi'il amer (PERINTAH)
Gimana Mas, jelas kan? Hmmm... rada ribet ya... Ya, namanya belajar, musti kudu bersusah-susah dikit. Jurus yang saya berikan ini sudah yang dipermudah loh... Bisa-bisa kalau Mas belajar dengan ustadz lain, rumus yang diberikan lebih susah hehe... Atau malah disuruh gapalin rumus?
Okeh... kita masuk ke contoh 2: 'ALLAMA (mempelajari/belajar)
Kita ulangi 6 langkah diatas.
1. KKL : 'ALLAMA علم
2. KKS : YU'ALLIMU يعلم
3. Buang YA: 'ALLIMU علِّمُ
4. Harokat akhir matikan: 'ALLIM علمْ
5. Harokat huruf awal, yaitu harokat 'AIN fathah, berarti rumus 5 tidak berlaku
6. Karena rumus 5 tidak berlaku maka rumus 6 juga tidak berlaku
Kesimpulan:
علّم - 'allama: (dia telah) memperlajari/belajar --> KKL
يعلم - yu'allimu: (dia sedang) belajar --> KKS
لا تعلم - laa tu'allim: (hai kamu) jangan belajar --> Kata kerja perintah larangan
علّم - 'allim (berhenti sampai langkah 4 diatas) : (hai kamu) Belajarlah! --> Fi'il amr.
Demikian dua contoh telah diberikan untuk mempertajam teknik menentukan fi'il amr. Insya Allah untuk contoh-contoh yang lain akan kita lanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/04/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/belajar-bahasa-arab-dari-al-quran-topik.html
Topik 19: Al-Baqaroh 12 & Manfaat Kamus
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah kita sudah sampai pada Al-Baqaroh ayat 11. Terakhir kita "terhenti" di ayat ini kan (lihat topik 16). Cukup panjang kita bahas ayat 11 ini sampai ke Topik 18. Kali ini kita mencoba baranjak maju ke ayat selanjutnya, yaitu ayat 12.
Kita cuplik ayat 12 ini:
Kita coba terjemahkan:
الا - alaa : ingatlah (dihafalkan saja)
ان - inna : sesungguhnya (akan dibahas dalam bab Harf Inna)
هم - hum : mereka
هم - hum : mereka (sebagai fa'il/pelaku)--> dibaca humu, karena setelahnya ada AL
المفسدون - al mufsiduuna : orang-orang yang berbuat kerusakan (fa'il)
و - wa : dan (terkadang bisa berarti tetapi)
لكن - la kinna : akan tetapi (akan kita bahas dalam bab Harf Inna)
لا - laa : tidak
يشعرون : mereka senantiasa (sedang) menyadari
Ingatlah, sesungguhnya mereka(lah) orang-orang yang berbuat kerusakan, akan tetapi tidak(lah) mereka (sedang) menyadari(nya).
Kita coba bahas ya.
Ada satu kata kerja (fi'il) dalam ayat ini yaitu : يشعرون - yas'uruuna : mereka sedang menyadari. Sisanya adalah isim dan harf. Isim yang menarik untuk dibahas adalah المفسدون - al mufsiduuna, dalam bentuk ma'rifah (spesifik), jika kita buang alif-lam menjadi مفسدون - mufsiduuna, dalam bentuk nakiroh (umum).
Oke kita bahas dua topik itu saja ya... Baiklah:
Kata يشعرون
Lihat pelajaran-pelajaran sebelumnya. Kita dihadapkan dengan kata kerja. Bagaimana tahunya dong mas? Sebenarnya sudah diajarkan dalam topik yang lalu, tapi tidak ada salahnya diulang disini. Oke tandanya bahwa dia itu kata kerja:
1. Dia diawali ya diakhiri waw nun.( يـ ... ون )
2. Ingat kembali bila ada pasangan YA, WAW, NUN itu merupakan ciri yang kuat dari fi'il mudhori' (KKS)
3. Arti dari KKS yang ada YA, WAW, NUN itu : mereka sedang ... kata-kerja
4. Jika kita buang YA, WAW, NUN, maka akan lahir kata kerja aslinya.
Kita elaborasi sedikit teknik ini:
Kata يشعرون kalau kita buang YA, WAW, NUN, maka tersisa شعر - sy 'u ru . Tinggal tiga kata: SYIN, 'AIN, RA.
Beberapa waktu yang lalu ada yang email ke alamat yahoo saya, menanyakan bagaimana caranya kita tahu harokat suatu huruf. Misal kita dikasih 3 huruf, arab gundul, شعر , nah bagaimana cara membacanya?
Oke kita bisa dapatkan banyak kemungkinan:
SYA 'A RA
SYA 'A RI
SYA 'A RU
SYA 'I RA
SYA 'I RI
SYA 'I RU
dst, banyak sekali kemungkinannya. Akan tetapi yang umum adalah biasanya (mayoritas) kata kerja asli yang terdiri dari tiga huruf itu harokatnya fathah semua, sehingga yang kita gunakan adalah:
شعر - sya 'a ra
untuk kepastian harokat tersebut kita perlu kamus (periksa di kamus). Di kamus akan ada entri berikut
شعر - يشعر : sya'a ra (KKL) - yas 'u ru (KKS) yang bisa berarti:
1. bersyair
2. menyadari / mengetahui
Maka kita pilih yang lebih tepat arti yang no. 2.
Disini dapat kita lihat arti pentingnya kamus bahasa Arab:
Jika kita sudah dapat akar kata (3 huruf) seperti SYIN 'AIN RA diatas, maka kita bisa mencari tahu 3 hal:
1. Kita bisa tahu apa KKL (Kata Kerja Lampau / fi'il madhy)
2. Kita bisa tahu apa KKS (Kata Kerja Sedang / fi'il mudhori')
3. Kita bisa tahu harokat untuk KKL dan KKS nya
Kembali lagi ke kasus diatas, kata يشعرون dalam Al-Baqaroh 12, jika kita pecah:
شعر - sya 'a ra : dia telah mengetahui
يشعر - yas 'u ru : dia sedang mengetahui
يشعرون - yas 'u ruu na : mereka sedang mengetahui
Oke mudah-mudahan jelas ya pren...
Sekarang kita masuk ke topik selanjutnya yaitu:
Kata al-mufsiduuna المفسدون
Kata al-mufsiduuna, ini adalah kata benda. Why? Jawabannya telah dijelaskan di topik-topik yang lalu, tapi kita ulangi saja disini ya:
1. Adanya huruf alif dan lam, ciri kata benda
2. Jikapun alif lam dibuang maka tinggal مفسدون - mufsiduuna, maka adanya MIM ... WAW NUN, maka ini ciri kata benda orang
Oke sekarang kita coba urai lagi...
Kata مفسدون - mufsiduuna, apa akar katanya?
Oke berikut kita coba teknik mencari akar kata untuk kata al-mufsiduun diatas:
Pertama-tama adanya MIM ... WAW NUN, berarti ciri dari kata benda orang, yang bisa berarti orang yang ...kata-kerja.
Oke kalau kita buang MIM, YA, NUN maka akan tersisa huruf FA SIN DAL.
فسد , sekali lagi, setelah proses pembuangan sebagian huruf kita tidak bisa langsung menentukan harokat masing-masing huruf bisa: fasada, fasadi, fasadu, fasuda, dst.
Lalu mana yang harus dipilih? Ini menjadi satu persoalan. Persoalan ke dua adalah, apakah akar kata al-mufsiduuna itu FASADA atau AFSADA? Loh apa lagi nih... bingung... biar gak bingung, Insya Allah temukan jawabannya dalam topik berikut, kita akan bahas mengenai topik DSK (Dhommah, Sukun, Kasroh), yang mana pola ini banyak sekali kita temui dalam al-Quran. Sebagai bocoran saja untuk topik depan, kata kerja asli (yang terdiri dari tiga huruf) dalam bahasa arab mempunyai 12 bentuk turunan. Yang umum adalah 8 bentuk. Bentuk yang sangat sering muncul dalam Al-Quran adalah bentuk turunan I.
Contoh kata kerja berikut:
nazala: turun
anzala: menurunkan (bentuk turunan I)
Nah bentuk turunan I ini yang Insya Allah kita akan pelajari. Kita akan mencari tahu apakah kata yang dipakai dalam Al-Baqarah 12 ini (dalam mufsiduun) itu:
fasada
afsada (bentuk turunan I).
Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/11/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-19-al-baqaroh-12-maanfaat-kamus.html
Topik 20: FASADA atau AFSADA? NAZALA atau ANZALA?
Bismillahirrahmaanirrahiim
Baiklah... topik yang lalu pertanyaan ini sudah dimunculkan. Kita bahas dalam topik ini ya... Insya Allah.
Sebagaimana telah disinggung sedikit, hampir semua kata kerja dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf. Beda dong ya sama bahasa Indonesia. Kata kerja "mempersatukan" dalam bahasa kita "asal" katanya (root) adalah satu (4 huruf). Kata "satu" ini mendapat awalan mem-per dan akhiran an. Banyak sekali orang asing yang sangat kesulitan dengan aturan imbuhan (awalan + akhiran) dalam bahasa Indonesia ini. Misalkan dalam tata bahasa Indonesia disebutkan:
me-xx-kan : membuat sesuatu menjadi xx
memper-xx-kan : membuat sesuatu menjadi saling ber-xx
maka,
me-satu-kan atau menyatukan (asimilasi) : membuat sesuatu menjadi satu
memper-satu-kan : membuat sesuatu saling bersatu
Nah, dalam bahasa Arab kata kerja juga mendapat imbuhan yang merubah arti. Dalam bahasa Arab proses penambahan imbuhan ini baik berupa awalan, sisipan, atau akhiran akan membentuk kata kerja baru yang disebut Kata Kerja Turunan (KKT).
Ada 12 jenis kata kerja turunan dalam bahasa Arab, akan tetapi yang paling sering digunakan hanya ada 8. Insya Allah kita akan bahas satu persatu nanti.
Oke biar gak bertele-tele kita akan kasih satu contoh. Kata kerja NAZALA نزل adalah kata kerja dasar (kadang disebut juga kata kerja asal, atau root word). NAZALA نزل artinya turun. Harap diingat lagi pelajaran-pelajaran sebelumnya yaitu kata kerja asal selalu bentuknya past tense dengan pelaku Dia laki-laki.Kita sudah jelaskan mengenai hal tersebut pada topik KKL (kata kerja lampau). Silahkan baca-baca lagi topik 1 s/d 5. Dengan aturan ini maka NAZALA نزل arti harfiahnya Dia turun.
Oh ya sebelum lupa, salah satu keunikan bahasa Arab adalah bahwa pada suatu kata kerja, pasti melekat siapa pelakunya. Contoh NAZALA artinya turun. Siapa pelakunya? Karena ini kata kerja asal (root) maka pelakunya adalah Dia laki-laki. Bagaimana kalau pelakunya saya, misalkan dalam kalimat:
"saya turun". Bahasa arabnya NAZALTU نزلتُ
Perhatikan: saya turun (2 kata) dalam bahasa arab hanya menjadi satu kata NAZALTU (inilah salah satu alasan mengapa terjemahan buku bahasa arab ke bahasa Indonesia menjadi lebih tebal dari buku aslinya).
Baiklah, kembali ke topik utama.
Kalau saya mau katakan "dia turun", maka kata turun disini tidak memerlukan objek. Beda kasusnya kalau saya sebut "dia makan", maka kata makan disini butuh objek (penderita). Saya bisa mengatakan "dia makan nasi". Kata nasi disini adalah objeknya.
Kalau begitu kata kerja dapat kita bagi menjadi kata kerja yang perlu objek dan kata kerja yang tidak perlu objek.
Sekarang kalau saya bertanya,bagaimana teknik mengubah kata kerja yang tidak perlu objek menjadi kata kerja yang perlu objek?
Proses pengubahan ini dalam bahasa arab disebut proses membentuk Kata Kerja Turunan Pertama atau KKT I
KKT I
Kata turun atau NAZALA, kalau saya ubah kata turun menjadi menurunkan, maka inilah yang disebut KKT I. Kenapa? Karena kata "turun" adalah kata kerja tidak perlu objek, dan kata "menurunkan" adalah kata kerja yang perlu objek.
Contohnya:
Dia turun : NAZALA نزل
Dia menurunkan buku: ANZALA AL-KITAABA أنزل الكتابَ
Kata turun dalam kalimat pertama tidak perlu objek. Tapi kata kerja pada kalimat kedua memerlukan objek.
Bagaimana prosesnya membentuk KKT I? Ternyata cukup sederhana. Kita hanya perlu menambahkan alif didepan kata kerja asal yang 3huruf. Huruf pertama sukunkan, huruh kedua dan ketiga fathahkan.
Sehingga:
nazala : dia turun نزل
anzala :dia menurunkan (sesuatu) أنزل
Allah menurunkan Quran : Allahu anzala al-quraana الله أنزل القرأن
Sama juga halnya dengan:
karuma : dia mulia كرم
akrama : dia memuliakan (seseorang) أكرم
Dia memuliakan ustadznya : akrama ustaazahu أكر م أستاذه
Atau contoh lain:
fasada: dia rusak فسد
afsada: dia merusakkan (sesuatu) أفسد
Dia merusakkan bumi : afsada al-ardha أفسد الأرض
Demikianlah telah kita bahas KKT I. Sebagai info tambahan bentuk kata kerja turunan tipe I (KKT I) ini cukup banyak ditemukan dalam Al-Quran. Untuk lebih mendalami KKT I ini insya Allah dua topik didepan akan mengkaji lebih dalam bentuk KKT I ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/15/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-20-fasada-atau-afsada-nazala-atau.html
Topik 21: MUSLIM dan Pola DSK
Bismillahirrahmanirrahim
Banyak sekali kita bertemu dengan pola-pola DSK di Al-Quran. Sebut contoh: muslim (orang yang tunduk), mu'min (orang yang beriman), mufsid (orang yang merusak), mundzir (orang yang memberi peringatan). Itu semua yang didepannya diawali oleh huruf Mim, yang merupakan ciri-ciri kata-benda orang (kata benda pelaku).
Belum lagi kata kerja sedang (KKS) yang berpola DSK, seperti: yuslim (sedang tunduk), yu'min (sedang beriman), yufsid (sedang merusak), yundzir (sedang memberi peringatan).
Perhatikan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 12. Semua kata-kata itu Anda temukan, bukan?
Semuanya berpola DSK. Apa itu pola DSK?
Pola DSK adalah pola yang harokat huruf pertama Dhommah, huruf kedua Sukun, huruf ketiga Kasroh. Ya, Dhommah, Sukun, Kasroh (DSK).
Mari kita ambil contoh:
Disitu terlihat apa yang saya maksud DSK. Lihat, lingkaran-lingkaran kecil warna merah. Lingkaran pertama untuk D (dhommah), lingkaran kedua untuk S (Sukun) lingkaran ketiga untuk K (Kasroh).
Apa pentingnya DSK? Ini saya kasih bocorannya ya... hihi...
Pertama-tama bahwa jika Anda ketemu DSK, misalkan kata: yuslim -Kata Kerja Sedang KKS(dia tunduk), atau muslim ISIM-kata benda (orang yang tunduk), maka jika ketemu DSK seperti ini ingat-ingatlah pesan "guru":
"Hai anak-ku jika kamu menemui pola DSK, maka sebenarnya akar katanya sudah mendapat tambahan Alif"
Nah Anda sebagai anak yang baik, membaca-baca lagi buku, apa sih maksud "guru". Setelah Anda baca-baca buku pelajaran bahasa Arab, Anda jadi mengerti. Maksud Pak Guru sbb:
Ambil contoh: kata muslim. Terdiri dari 4 huruf kan: mim, sin, lam, mim
Akar katanya adalah: sin lam mim (sa-li-ma) سلم
Di kamus, kata salima itu artinya: selamat, sentosa
Lalu Anda buru-buru mengambil kesimpulan, ooh kalau begitu kata muslim (ada tambahan mim), artinya orang yang selamat, atau orang yang sentosa (bahagia). Nah ini kesimpulan anda terlalu terburu-buru.
Yang betul itu, seperti ini.
Anda dapatkan kata:
مُسْلِمٌ
Muslim. Lihat harokatnya: DSK kan?
Lalu cari akar katanya: - buang mim di depan, menjadi: sin lam mim.
Cari di kamus, kata sin-lam-mim. Di kamus anda akan ketemu kata SALIMA artinya selamat, sentosa.
Nah, karena muslim itu DSK, maka Anda harus mencari di kata ALIF SIN LAM MIM
أسلم
itulah pentingnya pola DSK. Artinya apa? Artinya, untuk tahu arti kata muslim, anda cari di kata
أسلم aslama
Di kamus anda ketemu kata tsb:
أسلم aslama, artinya: menyerah, atau tunduk
Dengan demikian orang yang menyerah, atau orang yang tunduk disebut:
مسلم muslim
Kira-kira Anda mengerti gak? Saya ulangi. Kalau ketemu di Al-Quran, suatu kata baik dia kata benda, atau kata kerja yang punya pola DSK, maka jangan Anda kira, maksud kata tsb adalah akar kata 3 huruf nya, tapi akar kata 3 huruf plus Alif.
Coba bandingkan:
سلم - salima: dia selamat, atau dia sentosa
أسلم - aslama: dia tunduk
Beda kan... antara selamat, dengan tunduk... Maka kata bentukan dari أسلم - aslama, itu juga merujuk kepada makna : tunduk.
Contoh:
Aku telah tunduk: أسلمت - aslamtu
Aku selalu tunduk: أسلم - uslimu
Dia telah tunduk: أسلم - aslama
Dia selalu tunduk: يسلم - yuslimu
dst...
Demikian telah kita jelaskan pola DSK, dimana pola ini bermanfaat mana kala Anda, ingin mencari tahu arti kata di kamus. Sebagai penutup, kita beri contoh: kata mufsiduun. Perhatikan kata ini akar katanya: fasada. Tetapi karena kata bentukannya mufsiduun, berpola DSK, maka Anda harus mencari di kamus arti mata mufsiduun itu pada kata أفسد - afsada, bukan di kata فسد . Artinya, kalau ingin tahu apa arti kata mufsiduun, carilah di entri kata afsada.
Insya Allah akan kita lanjutkan pada topik berikutnya...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-21-muslim-dan-pola-dsk-seri.html
Topik 22: KKT I, dan KKT II
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah menyelesaikan bentuk KKT I. Dan dampak dari KKT I itu yaitu lahirnya pola DSK. Kita review sedikit ya.
KKT I, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan I. Bentuk ini didapat dengan menambahkah Alif didepan. Contoh yang sering kita bawa adalah:
KKD (Kata Kerja Dasar): nazala, artinya turun. KKT I nya adalah anzala, artinya menurunkan. Perhatikan:
KKD نزل - nazala: turun
KKT I أنزل - anzala: menurunkan
Fungsi dari KKT I ini adalah membuat kata yang tidak perlu objek menjadi perlu objek. Ingat kembali, kata "turun" adalah kata kerja tidak perlu objek. "Saya turun". Tapi kata "menurunkan" perlu objek. "Saya menurunkan buku, dari rak dilantai 2". Kata "buku" adalah objek dari kata "menurunkan".
Kita flash-back lagi, bentuk KKT I ini dalam bentuk kata kerja lampau (KKL), sedangkan bentuk kata kerja sedang (KKS) nya berpola DSK.
Contohnya:
KKT I, bentuk KKL: أنزل - anzala: dia (telah) menurunkan
KKT I, bentuk KKS: ينزل - yunzilu : dia (sedang) menurunkan --> Pola DSK
Sekarang fokus kita adalah KKT II, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan jenis ke dua.
KKT II
Bentuk ini adalah bentuk yang secara fungsi hampir sama dengan KKT I, yaitu menjadikan kata kerja yang tidak perlu objek menjadi objek. Contohnya di Al-Quran surat 2 ayat 97, yaitu kata nazzala, yang artinya sama dengan anzala yaitu menurunkan.
Jadi kata أنزل - anzala: menurunkan, dalam bentuk KKT I, bisa juga نزّل - nazzala: menurunkan, dalam bentuk KKT II.
Artinya sama, sama-sama menurunkan (sesuatu).
Demikianlah telah kita bahas sepintas bentuk KKT II. Ingat KKT II ini dibentuk dengan cukup mudah, yaitu, kata kerja dasar (KKD) 3 huruf, maka huruf kedua di tasydid.
Insya Allah akan kita lanjutkan topik ini...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/10/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-22-kkt-i-dan-kkt-ii-seri-belajar.html
Topik 23: Latihan Al-Fatihah ayat 1 & 2
Bismillahirrahmanirrahim
Sepertinya, kita perlu memperbanyak latihan dan saat ini mengurangi tempo untuk teori. Dan menurut sebagian orang, lebih baik latihannya dari surat-surat pendek yang biasa dibaca dalam sholat. Agar hafalan kita nambah dus, pengertian kita terhadap surat tsb menjadi lebih baik (karena bisa menerjemahkan).
Oke baiklah... Insya Allah kita mulai dengan surat Al-Fatihah.
بسم bismi
bi ب : dengan. Ini adalah huruf jar (kata depan). Ingat di topik-topik awal, kata setelah huruf jar adalah kata benda.
smi سم : asal katanya dari samaa سما (memberi nama), dan kata bendanya ismun إسم yang artinya nama. Mestinya ب dengan إسم menjadi بإسم bi-ismi, tapi karena huruf jar ب maka hamzahnya lebur, sehingga menjadi بسم bismi.
Apa arti bismi? Bi = dengan, smi = nama, dengan demikian bismi = dengan nama.
Oh ya ingat lagi sifat huruf jar, yaitu dia menasab-kan (istilah me-nasabkan ini sering dipakai dalam tatabahasa arab, yang artinya membuat harokat huruf akhir menjadi kasroh (baris bawah)). Dengan demikian, yang benar membacanya:
bismi,
bukan bismu, atau bisma.
Kata selanjutnya: الله . Sehingga بسم الله artinya dengan nama Allah.
Oh ya perlu dilihat disini harokat terakhir dari Allah, adalah kasroh. Dengan demikian dibaca:
Bismillahi,
bukan bismillahu, atau bismillaha.
Perlu ingat lagi (sudah dibahas ditopik kata majemuk), bahwa kalau 2 kata benda bertemu dan kata benda kedua berharokat kasroh, maka 2 kata itu adalah kata majemuk (dalam bahasa Arab disebut Mudhof).
Oke, jadi bismillahi, artinya dengan nama Allah.
Kalau kita urutkan dari asal-asal katanya:
ب إسم الله bi ismi Allahi, dibaca: bismillahi
Bagaimana kalau kita baca bismillahu? Dalam bahasa arab jika kata benda berharokat dhommah, maka dia menjadi pelaku. Sehingga kalau kita baca: Allahu, dalam bismillahu, maka artinya akan berobah, dimana Allah menjadi subject dan bismi menjadi prediket. Dengan demikian arti dari bismillahu, adalah Allah untuk nama, atau Allah dengan nama. Inilah fungsi i'rob dalam tatabahasa Arab, karena salah i'rob (harokat akhir) akan merubah arti.
الرحمن الرحيم
Arrohman, lihat ada alif lam, tandanya ini kata benda. Arrohiim, juga ada alif lam, tandanya ini kata benda. Hal kedua adalah, i'rob (harokat akhir) arrahmaan dan arrohiem adalah kasroh, sehingga ditulis arrahmaani, bukan arrohmaanu, atau arrohmaana. Dan arrahiemi, bukan arrahiemu, atau arrahiema. Apa artinya ini?
Perhatikan sebelum arrohman ada kata Allah, yang juga kasroh. Ini berarti kata - kata ini adalah kata kata majemuk (mudhof)
Dalam tatabahasa arab :
ب إسم الله الرحمن الرحيم
Kalimat diatas hanya terdiri dari 2 pola:
Huruf jar ب + Mudhof إسم الله الرحمن الرحيم
Arrohmaan berasal dari kata رحم rohima: mengasihi
Arrohiem berasal dari kata yang sama dengan arrohmaan, yaitu رحم : mengasihi, atau memberi ampunan.
Akan tetapi karena ada tambahan alif dan nun pada Arrohmaan, maka artinya berubah, menjadi sifat yang maha, artinya الرحمان artinya Maha Pengasih. Dan kata Arrohiem, karena ada tambahan ي maka artinya berubah menjadi sifat yang extensif dan terus menerus, yang sering diartikan Maha Penyayang.
Demikianlah kita telah selesaikan latihan menerjemah Surat Al-Fatihah ayat 1.
Sekarang kita masuk ke ayat 2:
الحمد لله رب العالمين
Kata الحمد alhamdu. Asal katanya adalah حمد hamida yang artinya memuji. Ada alif-lam berarti dia adalah kata benda. Kata حمد ini mempunyai masdar (kita belum pelajari ini) hamdun, yang artinya pujian.
Kata lillahi, لله , ini terdiri dari 2 kata, yaitu ل li (yang artinya untuk atau kepunyaan/milik) dan الله Allah. Seharusnya tertulis ل الله tetapi karena alif lebur ke li, maka menjadi ل لله dan karena li lebur kepada lam pada kata Allah, maka menjadi لله lillahi.
Perhatikan bahwa ل li adalah huruf jar. Sesudah huruf jar, adalah kata benda. Sehingga lillahi artinya untuk Allah, atau kepunyaan Allah. Sehingga:
الحمد لله alhamdu lillahi artinya segala puji milik Allah, atau segala puji untuk Allah.
Mengapa ada kata (segala)? Al-hamdu sendiri artinya pujian atau puji. Tetapi karena ini dilekatkan kepada Allah, maka maknanya meliputi semua hal pujian. Oleh karena itu Alhamdulillah biasa diterjemahkan segala puji milik Allah.
رب العالمين rabbul 'aalamien.
رب rabbu artinya Tuhan. العالمين berasal dari عالم yang artinya alam (karena ada tambahan ين maka artinya sesuatu yang banyak, atau sangat luas atau sering disebut semesta alam).
Perhatikan bahwa rabbu al-'aalamien ini juga kata majemuk (mudhof).
Dengan demikian pola kalimat
الحمد لله رب العالمين menggunakan pola
Subject (الحمد) + keterangan (لله) + keterangan (رب العالمين)
Apa tanda-tanda subject? Berulang kita katakan bahwa tanda Subject adalah adanya i'rob Dhommah. Lihat Alhamdu, bukan al-hamda, atau al-hamdi. Tandanya Al-Hamdu ini adalah Subject.
Sehingga ayat ke 2 ini: Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.
Insya Allah kita akan lanjutkan ayat berikut dan diteruskan dengan latihan surat-surat pendek lain.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-23-latihan-al-fatihah-seri.html
Topik 24: Latihan Al-Fatihah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, ditengah kesibukan saya, saya teruskan untuk membahas ayat 4. Alhamdulillah juga ada akhi dari Jawa Timur, yang mengatakan mengikuti dari topik 1 sampai 23. Senang rasanya, tulisan saya ada yang membaca. Saya teringat hadist Riwayat Muslim: Rasulullah SAW bersabda, siapa yang berbuat kebaikan, dia akan dapat pahala. Dan jika kebaikan itu dicontoh/dikerjakan orang, dia akan mendapat pahala dari orang itu, tanpa mengurangi pahala buat orang itu. Subhanallah...
Oke kita lanjutkan ke pelajaran berikutnya ayat 4.
Eitt kok ayat 3 dilewati Mas? Oh iya, sengaja, karena ayat 3 itu bagian dari ayat 1. Arrahmaan Arrahiem. Jadi pembahasannya sama dengan ayat 1.
مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ - maaliki yaumi ad-dien
Insya Allah kita bahas satu-satu ya... Oke..
Kata مالك : yang memiliki. Asal katanya ملك - malaka artinya memiliki. Hmmm... Kata ini sepertinya diserap ke bahasa Indonesia ya... Coba lihat kata ملك - malaka, ini adalah kata past tense (KKL), sedangkan KKSnya يملك - yamliku, kalau ya kita buang maka menjadi mlik, di bahasa Indonesia disebut milik.
Oke ملك -malaka, ini adalah kata kerja yang artinya memiliki. Nah, kita disini akan mempelajari membentuk kata-benda pelaku dari sebuah kata kerja. Dalam bahasa Arab ini disebut isim fa'il. Gimana caranya Mas? Insya Allah guampaaang....
Oke caranya:
1. Jika kata kerjanya 3 huruf, maka
2. Tambahkan alif setelah huruf pertama
dah... gampang kan... Contoh kata: نصر - nashoro (artinya menolong). Orang yang menolong? Guampang... tambahkan saja alif setelah nun, menjadi ناصر - naashirun, atau naashir (orang Indonesia sering menyebut nasir)... eh jadi ingat teman saya waktu SMA, namanya Nasir. Dulu saya suka manggil dia: Nasir, Nasir, darimana aja elo [pakai bahasa minang tentunya...] (sekarang setelah belajar bahasa Arab, jadi ingat dia... Pantesan ya si Nasir itu dulu suka menolong saya). Kalau yang menolong naashir, kalau orang yang ditolong apa dong? Insya Allah guampang juga. Tinggal tambahin mim didepan nun pada نصر dan tambahkan waw sebelum ro. Jadinya منصور - manshuurun (orang yang ditolong). Nah kalau ingat Mansur ini ingat penyanyi zaman saya SMP dulu. Sekarang kita jadi tahu ya... bahwa nasir sama mansur itu 2 orang dalam satu kejadian. Satu penolong (nasir), satu yang ditolong (mansur).
Oke deh, kembali ke MALIK... kalo gitu kata kerja ملك -malaka, artinya memiliki. Kalau saya buat seseorang yang memiliki berarti saya tinggal tambah alif setelah م yang menjadi مالك - maa li kun (orang/sesuatu yang memiliki). Oh gitu... hmmm... tapi Mas kok bacanya maalikun? Kok gak maalakin, maalukun, maalikan, dll?
Hmm ini sebenarnya ada topik yang membahasnya, sebutlah topik tinggat Advance gitu deh.... Tapi biar gak pusing, gini saya saya kasih ciri-cirinya:
1. Kata kerja 3 huruf, setelah ditambah alif, maka harokatnya adalah:
2. Huruf kedua (setelah alif) adalah kasroh.
Jadi, yang betul maalikun, bukan maalakun.
Oke. Lalu kenapa maalikun, bukan maaliku? Nah ini ingat lagi pelajaran awal-awal mengenai isim (kata benda). Aslinya kata benda itu, akhirannya dhommahtain (akhiran un). Sedangkan jika dia mendapatkan tambahan alif lam المالك , maka akhirannya dhommah, sehingga dibaca al-maaliku.
Oke, balik lagi ke ayat:
مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Ada 3 kata disini. Ke 3 nya kata benda (isim). Yaitu: maaliki yaumi addien.
Kata maaliki artinya yang memiliki. Lho, katanya yang betul maalikun. Kok sekarang jadi maaliki. Nah, ada 2 sebab kenapa maalikum menjadi maaliki:
1. Perhatikan, karena huruf kaf berharokat kasroh (mali- ki), maka kita mencurigai ada huruf jar di depannya. Artinya ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya yang ada huruf jarnya. Kalau dilihat ayat sebelumnya ada huruf jar Li pada Lillahi rabbil 'aalamin. Inilah yang menyebabkan kata maalikun menjadi maalikin.
2. Perubahan dari maalikin menjadi maaliki, karena kata ini merupakan kata majemuk (mudhof). Ingat rumus mudhof sbb:
KB1 (tidak pakai tanwin) + KB2 (alif-lam+kasroh)
Contoh: Rasul (milik) Allah = Rasulu Allahi atau dibaca Rasulullah.
رسول الله
Bukan dibaca Rasulun Allahi, atau Rasuulun Allaha, dsb
Oke kembali lagi ke ayat:
مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ :
Maaliki = yang memiliki
yaumi, berasal dari yaumun artinya hari. Menjadi yaumi, karena dia mudhof-ilah (bagian dari kata majemuk).
Ad-dieen, berasal dari daa-na yang berarti tunduk, sedangkan kata bendanya ad-dien, artinya agama.
Perhatikan harokat terakhir juga kasroh, karena dia ini mudhof-ilaih (bagian dari kata majemuk).
Sehingga ayat ke 4 ini jika diterjemahkan:
(2&3:segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang Rahman, yang Rahim), yang memiliki hari agama.
Hari-agama ini menurut ahli tafsir, artinya hari pembalasan. Hari dimana waktu itu manusia akan dibalas semua amal-amalnya. Hari pembalasan ini juga disebut, yaumul-qiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dsb. Masya Allah, bagaimana ya nasib kita nanti dihari ad-dien ini?
Allahu a'lam. Insya Allah kita lanjutkan nanti.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-24-latihan-al-fatihah-ayat-4-seri.html
Topik 25: Mari Berbahasa Nabi
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah surat dari seorang teman (namanya Noor Ihsan Jundulloh), ajakan untuk lebih giat belajar bahasa Arab. Saya kutipkan untuk kita semua:
Seandainya Nabi Muhammad masih hidup di sisi kita, siapakah yang bisa bercakap-cakap dengan beliau tanpa perantara?
Seandainya para sahabat, tabi'in, Imam mazhab, dll, dibangkitkan oleh Allah hari ini, siapakah yang akan mudah berbincang-bincang dengan mereka dan mendapat pengajarannya secara langsung?
Menurut saya, jawabannya adalah orang yang mengerti Bahasa Arab. Karena, bahasa yang mereka gunakan, sama dengan bahasa yang ada saat ini. Tidak berubah. Khususnya bahasa Arab resmi/fusha.
Arab sendiri artinya adalah padang pasir, tanah gundul, gersang. Hal yang wajar ketika penamaan yang diberikan pada sesuatu sesuai dengan kondisinya.
Bahasa Arab punya sifat isytiqoqiyah (bentukan). Maksudnya, suatu kata terbentuk dari kata lain yang memiliki asal yang sama. 'Asal' di sini bisa dibaca susunan
huruf yang sama. Sehingga, dalam kesehariannya, bahasa Arab lebih siap menghadapi perkembangan zaman.
Contoh, dulu pesawat belum ada. Mobil belum ada. Penamaan kata pesawat, diambil dari kata 'thaa ra' yang artinya terbang. Pesawat sendiri dalam bahasa Arab
disebut thaa i rah, artinya sesuatu yang terbang.
Tidak berbeda jauh dengan burung yang dalam bahasa Arabnya disebut thaa ir.
Begitu juga dengan mobil. Bahasa Arabnya sayyarah. Diambil dari kata saa ra yang memiliki asal kata yang sama dengan sirah, yang artinya perjalanan. Sayyarah pelaku dari kata sirah.
Banyak contoh-contoh lain yang bisa kita sebutkan nanti. Beberapa kata dari Bahasa Arab juga sudah menjadi kata dalam Bahasa Indonesia, alhamdulillah. Ketika awal mula mempelajari bahasa Arab seperti ini, seorang teman pernah berkata, 'bahasa kita ini unik ya,'
'unik gimana?' tanya saya
'orang Inggris bilang camel, orang Arab bilang jamal,
ga beda jauh kan? Lha, di kita jadi onta.'
'trus' katanya, 'orang Inggris bilang cat, orang Arab bilang qittun, ga beda jauhkan? Di kita jadi kucing.'
'unik kan?' katanya dengan semangat.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-25-mari-berhabasa-nabi-seri.html
Topik 26: Surga Tidak Berlari
Bismillahirrahmanirrahim
Sebelum kita lanjutkan dengan topik latihan Surat Al-Fatihan, ada baiknya kita selingi dengan topik kiriman dari rekan Noor Ihsan sbb:
Dalam Al-Quran, kata surga yang dalam bahasa arabnya 'jannah', disebut sebanyak 65 kali. Dengan kata yang lain, 'jannaat', bentuk plural dari jannah disebut sebanyak
61 kali. Total 126 kali Allah sebut surga di berbagai surat. 32 kali kata surga diikuti kata mengalir sungai di bawahnya.
Hanya sekali dalam Yunus : 9, Allah menyebut kata mengalir sungai di bawahnya sebelum kata surga. Jangan sampai kita salah membacanya, maksud saya, usahakan jangan berhenti saat kata tajri, misal '...yudkhilhu jannaatin tajri. min tahtihal anharu khalidiina...'
Artinya akan berubah menjadi '...Dia akan memasukannya ke dalam surga yang berjalan, di bawahnya ada sungai, mereka kekal di dalamnya....'
Dalam bahasa Arab, suatu kata yang berasal dari akar yang sama akan memiliki arti dan makna yang dekat.
Kata islam berasal dari 3 huruf, sin lam dan mim yang memiliki makna asli keselamatan, penyerahan diri. Bentukan kata dari 3 huruf ini akan memiliki arti yang
mirip. Misal, salamah atau keselamatan. Rasul bersabda, Muslim itu adalah orang yang mana muslim lain selamat dari keburukan lisan dan tangannya.
Atau kata mar'ah (wanita) yang berasal dari ra hamzah alif yang memiliki makna asli melihat. Mar'ah adalah tempat jatuhnya pandangan.
Atau kata An-nas (manusia) yang berasal dari kata nun sin alif yang memiliki makna asli lupa. Rasul bersabda manusia tempatnya salah dan lupa.
Begitu juga kata jannah, berasal dari 3 huruf, jim nun nun yang memiliki makna asli tertutupi atau tersembunyi. Bentukan kata darinya seperti junun (gila), janin, junnah (pelindung), dan jin memiliki arti yang dekat yaitu tertutupi.
Orang gila tertutupi akalnya, janin tertutupi oleh perut, jin tertutup dari pandangan kasat mata manusia.
Surga pun tertutupi dari manusia, dari matanya, dari akalnya, dari pendengarannya, dari perasaannya.
Sabda Rasul dalam hadis qudsi dari abi hurairah riwayat Bukhari
: Aku siapkan untuk hambaKu yang shalih apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya.
Maha benar Allah dengan firmanNya
'Falaa ta'lamu nafsun ma ukhfiya lahum min qurrati a'yun'
As-sajdah : 17
Wallahu a'lam
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-26-surga-tidak-berlari-seri.html
Topik 27: Latihan Al-Fatihah ayat 5
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik 24, kita telah membahas surat Al-Fatihah ayat 4. Dimana pada topik 24 tersebut kita pelajari cara membentuk isim fa'il (kata benda pelaku), dari sebuah kata kerja (fi'il). Baiklah kita lanjutkan dengan ayat 5.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Kalimat diatas terdiri dari 4 bagian: yaitu
iyyaka = kepada Engkau (saja)
na'budu = kami senantiasa menyembah
wa iyyaka = kepada Engkau (saja)
nasta'iin = kami minta tolong
Baiklah kita analisis satu persatu.
Kata إياك - iyya ka, terdiri dari dua kata yaitu: iyya dan ka. Iyya adalah kata tugas (harf), dan ka adalah kata ganti orang kedua tunggal laki-laki. Kedua kata ini secara bersama-sama, dalam tatabahasa sering digunakan untuk menjelaskan dhomir munfashil nashob. Munfashil artinya kata ganti (dalam hal ini ka - kamu) yang terpisah kedudukannya sebagai nashob, atau sebagai sesuatu yang dituju. Oh ya sebelum lupa, saya kasih contoh pembagian jenis kata ganti (saya, dia, kamu, dsb) dalam bahasa Arab, ada 3 macam:
1. Dhomir munfashil rafa' (kedudukannya sebagai subject). Contoh:
Dia membaca - huwa yaqra' هو يقرأ (kata huwa-dia, berkedudukan sebagai subjek)
2. Dhomir munfashil nashob (kedudukannya sebagai object). Contoh:
Umar memukul Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Umar memukul dia- 'umar dhoraba hu عمر ضربه(kata hu-dia, berkedudukan sebagai objek)
3. Dhomir muttashil (kedudukannya sebagai milik). Contoh:
Itu rumah Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Itu rumah dia - dzalika baituhu ذلك بيته (kata hu-dia, berkedudukan sebagai milik, artinya milik Amir)
Kembali ke kata iyyaka, maka kata iyya ini dalam bahasa kita sering diterjemahkan kepada ... saja. Jadi kalau iyyaka = kepada engkau saja. Kalau iyyanaa إينا= kepada kami saja, iyyaya إيي= kepada aku saja, iyaahu إيه= kepada dia saja, dst.
na'budu نعبد = kami menyembah. Kata ini adalah kata kerja sedang (KKS), dengan kata-ganti pelaku نحن nahnu = kami. Perhatikan ada huruf nun sebelum عبد. Asal katanya adalah 'a ba da عبد (KKL). Sebagai pengingat, kita ulang-ulang lagi tashrif dari عبد - يعبد sbb:
يعبد - ya'budu = dia (seorang pria) menyembah
أعبد - a'budu = saya menyembah
نعبد - na'budu = kami menyembah
Karena na'budu ini bentuk KKS, maka lebih bagus kita tambahkan kata senantiasa
نعبد - na'budu = kami senantiasa menyembah
wa iyyaka = dan kepada Engkau saja
nasta'iin = kami senantiasa minta tolong (dibahas pada topik setelah ini, topik 28)
Sehingga ayat ke 5 ini selengkapknya berarti:
kepada Engkau saja kami senantiasa menyembah, dan kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong.
Demikianlah ayat 5 ini telah kita bahas. Sedikit untuk bahan renungan, kita:
Perhatikan dhomir yang dipakai pada ayat 1 s/d 4, kepada Allah, menggunakan dhomir HU (dia). Tetapi pada ayat ke 5 ini, saat kita minta tolong, dhomir untuk Allah, adakah KA (Engkau). Mungkin terdapat rahasia disini, bahwa dalam menyembah Allah dan dalam minta pertolongan kepada Allah kita dianjurkan (bahkan diharuskan) langsung, atau tanpa perantara.
Rahasia kedua yang mungkin terdapat dalam ayat 5 ini kemungkinan adalah: perhatikan bahwa pada saat menyembah (dalam sholat) dan minta pertolongan kepada Allah, kata ganti yang dipakan adalah KAMI. Kepada Engkau saja KAMI menyembah, dan kepada Engkau saja KAMI minta tolong. Ini mungkin rahasianya, bahwa kalau bisa sholat dilakukan bersama-sama (berjamaah), demikian juga dalam implementasi ibadah dan permohonan tolong itu, terdapat rahasia hendaklah kaum muslimin ini saling bekerja sama dalam urusan-urusan agama, tidak mengasingkan diri dan bekerja sendiri-sendiri. Allahu a'lam.
Sebagai catatan terakhir: kata nasta'ien karena ini ada pengenalan bentuk KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk 8, maka kita akan bahas di bab khusus setelah ini. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-27-latihan-al-fatihah-ayat-5-seri.html
Topik 28: Latihan Al-Fatihah ayat 5 & KKT 8
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas ijin Allah SWT kita dapat melajutkan topik Surat Al-Fatihah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW.
Baiklah para pembaca yang dirahmati Allah. Topik 27 kita telah mengakhiri dengan pembahasan ayat 5. Tapi ada bagian yang kita tunda pembahasannya, yaitu membahas wa iyyaka nasta'iin. Insya Allah kita akan membahas kata nasta'iin, pada topik ini.
KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk ke 8 (KKT 8)
Ingat-ingat lagi kita sudah pernah membahas KKT 1 dan KKT 2. Nah, Insya Allah sekarang kita membahas KKT 8. Lho lho... Mas Mas... KKT 3 s/d KKT 7 nya kemana? Kok gak dibahas? Nah oke, saya jelaskan.
KK - Kata Kerja Asli (KK yang terdiri dari 3 huruf), sebagaimana telah saya jelaskan, dalam bahasa Arab dapat mengalami perubahan. Perubahan ini menyebabkan terbentuk kata kerja baru yang disebut KKT (Kata Kerja Turunan). Yang umum ada 8 bentuk KKT (bentuk KKT sendiri sebenarnya lebih dari 8, ada buku-buku yang menyebutkan sampai 12 macam atau lebih, tapi yang umum 8). Nah kita sudah bahas KKT 1 dan KKT 2. Dari bentuk KKT itu yang sering muncul hanya separonya salah satunya KKT 8. Maka karena dalam surat Al-Fatihah ini kita temukan bentuk KKT 8, maka dari itu dalam topik ini kita loncat saja membahas KKT 8 tsb.
OK, singkat cerita, KKT 8 itu dibentuk dengan menambahkan ALIF SIN TA kepada KK. Contoh:
غفر - ghofaro : artinya menutupi, atau mengampuni
Jika kita tambahkan ALIF SIN TA, maka artinya menjadi minta sesuatu. Dengan demikian:
إستغفر - istaghfaro (KKL) artinya: minta ampun. Bagaimana bentuk KKSnya?
Bentuk KKSnya adalah:
يستغفر - yastaghfiru (KKS) artinya: (dia seorang pria) sedang minta ampun.
Bagaimana bentuk perintahnya? Kalau kita menasehati orang: "Hai kamu minta ampunlah!", maka ini sudah kita bahas dulu di topik membentuk fi'il amr 6 langkah mudah (silahkan dilihat-lihat lagi).
Bentuk perintahnya: Lihat KKS, buang ya, jika setelah ya dibuang harokat sukun, tambahkan alif. Harokat alif lihat huruf sebelum terakhir, jika fathah, atau kasrah, maka harokat alif kasrah, jika harokat sebelum terakhir dhommah, maka harokat alif dhommah (lihat lagi latihan-latihan sebelumnya membentuk fi'il amr). Jika kita praktekkan:
- KKS : يستغفر - yastaghfiru
- buang ya, menjadi ستغفر - staghfiru
- harokat sin, sukun maka tambah alif menjadi إستغفر - istaghfir / ustaghfir
- lihat harokat huruf sebelum terakhir, yaitu fa, adalah kasroh, maka menjadi istaghfir : minta ampunlah!
Kita sering berkata: astaghfirullah, astaghfirullah... ini adalah bentuk KKS dengan pelaku saya (ana). Lihat kembali:
يستغفر - yastaghfiru : dia minta ampun
أستغفر - astaghfiru : saya minta ampun
Sedangkan astaghfirullaha: أستغفر الله - astaghfiru Allaha, artinya saya minta ampun (kepada) Allah. Terlihat disini, beda bahasa Arab dengan Indonesia. Dalam bahasa Arab, posisi suatu kata benda itu sudah ditentukan.
Contohnya:
أستغفر الله - astaghfiru Allaha - maka posisi Allah sebagai Object (sehingga diterjemahkan Aku mohon ampun kepada Allah). Kata "kepada" otomatis ditambahkan untuk memperjelas kedudukan kata Allah.
Contoh lain:
أذن - adzina: megijinkan
ditambahkan ALIF SIN TA menjadi
إستأذن - ista'dzana : meminta ijin (KKL)
يستأذن - yasta'dzinu : meminta ijin (KKS)
Kembali ke kata nasta'iin:
iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'iin. Kata nasta'iin نستعين asal katanya adalah عان atau عون yang artinya menolong. Kalau kita tambahkan ALIF SIN TA menjadi إستعان atau يستعين - yasta'iinu (KKS) yang artinya dia minta tolong. Sedangkan untuk kami minta tolong maka ي tinggal diganti ن sehingga menjadi:
نستعين - nasta'iinu : kami senantiasa minta tolong.
Demikian penjelasan mengenai KKT 8 ini. Dengan demikian ayat 5:
iyaaka na'budu : kepada Engkau saja kami senantiasa menyambah
wa iyyaka nasta'iin: kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong.
Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat berikutnya dan surat-surat pendek lain.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-28-latihan-al-fatihah-ayat-5-kkt.html
Topik 29: Latihan Al-Fatihah ayat 6 & Mengulang Fi'il Amr
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 6.
اهدِنَــــاالصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
Ihdinaa ashiraata al-mustaqiema
Kalimat ini terdiri dari 4 kata:
- ihdi : tunjukilah (kata kerja perintah / fi'il amr)
- naa : kami (kata ganti objek / dhomir nashob)
- al-shiroota : jalan
- al-mustaqiema : yang lurus
Insya Allah akan kita kupas satu per satu.
Kata اهد - ihdi, adalah kata kerja perintah. Mas... kasih tahu dong, gimana caranya kita tahu itu suatu kata kerja perintah atau bukan. Ada gak cara mudahnya? Hmmm cara mudah belum saya temui, tapi ada ciri-ciri yang biasanya kita temukan, yang mengindikasikan itu kata kerja perintah atau bukan. Apa itu? Yaitu adanya alif yang berharokat kasroh (baris bawah).
Contoh:
اقرأ - iqroo = bacalah! (lihat harokat alif, kasroh)
اجلس - ijlis = duduklah! (lihat harokat alif, kasroh)
استغفر - istaghfir = minta ampunlah !
dll,
Akan tetapi, banyak juga yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tsb, spt:
اكتب - uktub = tuliskanlah! (harokat alif dhommah)
انزل - anzil = turunkanlah! (harokat alif fathah)
ر - ra = lihatlah ! (tidak ada alif)
Semua yang diatas tsb, uktuk, anzil, ro, dll, sebenarnya ada rumus-rumusnya. Kala nanti kita ketemu ayat spt itu, Insya Allah rumusnya kita akan bahas.
Kembali ke ihdi naa: tunjukilah kami!
Kata اهد - ihdi (fi'il amr) ini berasal dari kata hudaa هدى (KKT) yang artinya menunjuki. KKS nya yahdii يهدى . Sekarang kita bentuk fi'il amr. Ingat lagi pelajaran yang lalu (topik 17 dan 18). Kita praktekkan.
Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menunjuki --> هدى hudaa
Langkah 2. KKS menunjuki --> يهدى yahdii
Langkah 3. Buang YA --> هدى hdii
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> karena sudah mati, huruf ya dibuang menjadi هد hdi
Langkah 5. Harokat HA sukun --> tambahkan alif --> اهد kemungkinan AHDI, IHDI, atau UHDI
Langkah 6. Karena huruf sebelum huruf terakhir (dari 3 hurufnya, yaitu huruf HA) adalah kasroh, maka yang dipilih IHDI (lihat topik 18)
Dengan demikian jelaslah bahwa kata اهد - ihdi adalah kata kerja perintah dari hudaa. IHDI artinya tunjukilah!
Sedangkan نا - naa, artinya KAMI (sebagai objek). Dalam bahasa Arab kata ganti yang berfungsi sebagai objek ini disebut dhomir nashob.
Demikian telah kita bahas bagian dari ayat 6, yaitu Tujukilah Kami = ihdi naa. Sedangkan al-shiraat al-mustaqiim Insya Allah akan kita bahas pada topik selanjutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/02/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-29-latihan-al-fatihah-ayat-6.html
Dostları ilə paylaş: |