Itulah refotnya kalau dari kecil gak dibiasakan dengan pengucapan huruf Arab dengan makhroj yang benar (seperti saya ini hik hik...). Antara "ha pedes" dengan "ha tebal" ternyata merubah arti 180 derjat.
Kata Tarhib yang sangat berdekatan secara lidah orang Indonesia adalah Targhib. Targhib ترغيب adalah kata dasar (masdar) dari kata raghghiba رغب yang artinya mencintai atau menyukai. Sehingga Targhib bila di-Indonesiakan berarti Pen-cintaan atau Penyukaan, yaitu suatu tindakan yang membuat kita suka. Targhib Ramadhon artinya Penyukaan terhadap Ramadhon.
Bagaimana sholafus sholih ber-Tarhib Ramadhon?
Dikisahkan, seorang Tabi'in bernama Ma'la معلى mengisahkan cerita yang kurang lebih intinya sbb: "Dulu para salafus sholih selalu men-dawam-kan (membiasakan) berdoa selama 6 bulan sebelum Ramadhon. Mereka senantiasa berdo'a : Allahumma balighnii ramadhon, Allahumma balighnii ramadhon, Allahumma balighnii ramadhon (ya Allah sampaikan aku ke bulan Ramadhon). Lalu 6 bulan sisanya mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhon".
Subhanallah, jika di tolal para salafus sholih mempersiapkan diri mereka 11 bulan penuh untuk menyambut kehadiran Romadhon. Disamping itu dalam beberapa hadist disebutkan bahwa di bulan Sya'ban mereka memperbanyak membaca Al-Qur'an dan memperbanyak puasa sunnah.
Semoga ini menjadi motivasi kita untuk lebih meningkatkan penghormatan kita dalam menyambut tamu agung, bulan Ramadhon yang penuh berkah.
"SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHON, MOHON MAAF LAHIR BATHIN"
Allahu a'lam bish-showwab
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/11/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-35-tarhib-dan-targhib-ramadhon.html
Topik 36: Ramadhon, Shaum, Idul Fitri
Bismillahirrahmanirrahim.
Masih dalam suasana Ramadhon, dan topik Latihan surat-surat pendek Insya Allah akan kita lanjutkan. Akan tetapi ada yang menarik untuk ditulis pada kesempatan kali ini. Ada 3 hal yang ingin kita bahas (secara bahasa) yaitu: Romadhon, Shaum, dan Idul Fitri.
Romadhon رمضان
Kata Romadhon رمضان di dalam kamus artinya Bulan Romadhon. Akan tetapi jika dilacak ke entry lebih diatas di dalam kamus, kata Romadhon ini akar katanya: romidha - yarmadhu - romdhan ( رمض - يرمض), yang artinya sangat panas, atau sangat terik. Jika dilihat dari sejarahnya, dimana bulan ramadhan ini adalah bulan ke 9 dalam penanggalan kalender Hijriah, maka pada bulan ini menurut beberapa pendapat, dulu di jaman Rasulullah, bulan Ramadhon ini sangat terik sekali. Udara diluar sangat panas. Matahari membakar tanah.
Pendapat lain mengatakan bahwa, panas terik (dari akar kata Ramadhon) dengan efek membakar itu, melambangkan bahwa pada bulan Ramadhon ini, waktu untuk pembakaran dosa. Hal ini sesuai dengan keterangan hadist "man shooma ramadhanan imaanan wahtisaaban, ghufiralahu maa taqoddama min dzanbih" (barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhon dengan keimanan dan perhitungan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.
Kalau kita tadabburi, sesuatu yang padas membakar itu terkadang membuat sesuatu menjadi lebih baik. Besi dibakar dan dipanaskan, menghasilkan sesuatu yang lebih baik yaitu keris. Dalam proses pemisahan air dan kotoran, terkadang digunakan panas (proses penyulingan). Dan lain-lainnya.
Menurut kedokteran, puasa itu dapat membakar lemak-lemak yang selama ini menumpuk dalam badan yang berpotensi jadi penyakit. Dengan puasa, nafsu ditahan. Nafsu yang ditahan bisa memberikan efek pembakaran. Akan tetapi yang sukses menahan nafsunya dibulan Romadhon, Insya Allah, akan keluar menjadi orang yang lebih baik.
Shoum صوم
Kata puasa adalah terjemahan dari kata صام shooma yang artinya menahan, atau melakukan puasa. Kata bendanya menjadi berpuasa disebut الصوم - shoum, dan jamaknya الصيام - shiyam. Orang yang berpuasa disebut shooiman صائم , sedangkan orang-orang yang berpuasa disebut shooimuun صائمون atau shooimiin صائمين (untuk laki-laki) dan shooimaat صائمات(untuk perempuan). Itulah sebabnya, kalau ustadz berdiri di mimbar biasanya memanggil "para shooimin dan shooimat".
Dengan akar kata menahan tsb, maka shoum itu menurut ulama adalah menahan dari segala yang membatalkan (yaitu dari segala yang membatalkan ibadah puasa tersebut).
Idul Fitri عيد الفطر
Selesai kita melaksanakan shoum ramadhon selama 29 atau 30 hari, maka datanglah hari raya yang disebut Idul Fitri. Kata 'Iid عيد artinya kembali, sedangkan kata Fitri فطر artinya berbuka (kembali makan). Sebagian berpendapat, kata Idul Fitri artinya kembali dari keadaan menahan dari makan, kepada keadaan yang boleh makan.
Akan tetapi ada yang memaknai kata Idul Fitri ini dengan Idul Fitrah عيد الفطرة . Kata Fitrah sendiri akar katanya sama dengan Fitri, tetapi makna Fitrah sendiri adalah instink atau kecenderungan atau perangai. Sebenarnya makan (Fitri) adalah bagian dari kecenderungan/instink manusia (Fitrah).
Dengan memaknai Idul Fitri ini sebagai Idul Fithrah, maka makna perayaan Idul Fitri adalah kembali ke keadaan asli manusia yaitu kembali Fitrah (kembali kepada instink dasarnya). Hal ini sesuai dengan maksud kata Fitrah dalam Ar-Rum:30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
Maka hadapkan wajahmu kepada Agama ini, dengan hanif; (tetaplah diatas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia (dengan fitrah itu).
Menurut sebagian pendapat Fitrah (instink) manusia itu terbagi kepada 3 hal:
1. Instink untuk membutuhkan agama
2. Instink untuk mencari penghidupan (berusaha)
3. Instink untuk mencari pasangan hidup (nikah)
Dalam hadist juga dikatakan:
كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
Tiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bapaknya lah yang menjadikan dia Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi (HR. Muslim)
Perhatikan bahwa hadist diatas mengatakan bahwa setiap manusia itu lahir fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Kenapa tidak ada pernyataan "orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Islam?". Karena kata الفطرة dalam hadis diatas, maknanya adalah Islam. Fitrah manusia itu adalah Islam. Dengan demikian hadist tsb bermakna: Setiap manusia yang lahir dalam keadaan Islam.
Jadi Insya Allah, dengan mengikuti apa yang telah disyariatkan dalam menjalankan puasa ini disertai dengan keikhlasan, kita bisa kembali kepada Fitrah, atau Idul Fitrah. Insya Allah.
Allahu a'lam bish-showwab.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/14/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-36-ramadhon-shaum-idul-fitri.html
Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT, Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran berbahasa Arab. Kita telah menyelesaikan latihan surat Al-Fatihah, kini waktunya kita masuk ke surat Al-Ikhlas. Ada banyak pelajaran pola bahasa Arab yang bisa kita pelajari di surat ini, antara lain al-jumlah al-mufidah (cara membentuk kalimat sempurna), demikian juga mengenai jazm, dan pengertiaan Kaana. Disamping itu kita juga akan mendapatkan vocabulary (mufrodad) baru, Insya Allah.
Baiklah, sebelum memulai Latihan, boleh dong saya sedikit menjelaskan keutamaan dari surat Al-Ikhlas ini. Tujuannya agar kita (saya yakin semua orang muslim sudah hafal surat ini) lebih menghayati akan besarnya keutamaan surat Al-Ikhlas ini.
Maka dari itu pada topik 37 ini rencana saya, hanya akan menyajikan semacam muqaddimah (pengantar) dari Surat Al-Ikhlas ini. Formatnya pertama, saya jelaskan arti kata Al-Ikhlas, bagaimana esensi dari isi surat ini, dan apa keutamaan membaca surat ini. Setelah itu pada topik 38 baru kita mulai dengan Latihan.
Al-Ikhlas الإخلاص
Kata Ikhlas dalam bahasa arab adalah mashdar (kata dasar) dari akhlasa أخلص yang artinya memurnikan, sehingga kata ikhlas artinya murni atau kemurnian atau bisa juga pemurnian (mengenai masdhar silahkan baca topik selanjutnya --topik 38). Salah satu arti ikhlas adalah bersih.
Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan (dalam redaksi lain), bahwa surat Al-Ikhlas ini menyuruh kita untuk memurnikan ke-tauhid-an kita kepada Allah SWT, sehingga keyakinan itu bersih, tidak bercampur dengan syirik. Disamping itu pemurnian itu juga berarti menyingkirkan semua kotoran-kotoran yang merusak tauhid kita kepada Allah SWT. Demikian menurut Buya Hamka.
Tauhid توحيد adalah masdhar (kata dasar) dari wahhada وحد yang artinya meng-Esa-kan, sehingga Tauhid ini maknanya Peng-Esa-an Allah SWT. Artinya Allah itulah Tuhan yang Esa (satu). Dia tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak mempunyai anak. Dia juga tidak dilahirkan, dan tidak ada satupun yang menyerupai-Nya.
Kembali mengutip Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan bahwa, maksud surat Al-Ikhlas mengatakan bahwa: Allah tidak beranak (tidak mempunyai anak), artinya bahwa itulah sifat mutlak Tuhan, yang kekuasaannya abadi. Tidak seperti Raja yang kalau sudah tua, dia perlu mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Sedangkan Allah SWT bukanlah makhluk yang ada batas usianya, sehingga perlu punya anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Demikian menurut Buya Hamka.
Keutamaan Surat Al-Ikhlas
Dikisahkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah SAW senantiasa membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam sholat Sunnat Fajar dan Sholat Witir. Hal ini disebabkan kedua surat itu mengumpulkan Tauhid Iman (percaya bahwa Allah itu Esa), dan Tauhid Amal (tidak mengikuti cara beribadah orang kafir). Dalam hadist yang lain dikatakan bahwa surat Al-Ikhlas itu sama dengan 1/3 Al-Quran.
Dalam sebuah hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi, dikatakan:
Dari Abi Hurairah RA, dia berkata: "Aku datang bersama Nabi SAW. Tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca "Qul huwaLLAHu ahad". Maka berkatalah beliau SAW: "wajabat وجبت (Wajib)". Lalu akupun bertanya (kepada Rasul SAW): maa wajabat ما وجبت؟ (apa yang wajib)? Rasul menjawab: "Wajib orang itu masuk syurga" (HR. Tirmidzi dia berkata hadist ini Hasan Shohih).
Dalam sebuah hadist lain yang diriwatkan oleh Imam Bukhori, dikatakan:
Dari Aisyah RA, dia berkata: "Nabi SAW suatu ketika mengirim patroli kesuatu tempat. Pemimpin patroli itu pada tiap akhir sholat yang dijaharkan (dikeraskan bacaannya) selalu membaca "Qul Huwa Allahu Ahad". Setelah mereka kembali pulang, mereka kabarkan perbuatan pimpinan patroli itu kepada Nabi SAW. Lalu beliau SAW berkata: "Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat begitu?" Lalu merekapun bertanya kepada pemimpin patroli tsb (mengapa selalu menutup sholat dengan membaca Qul Huwa Allahu Ahad).
Diapun berkata: "Itu adalah sifat dari Tuhan yang bersifat Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan saya sangat senang membacanya". Mendengar jawaban tsb, Rasulullah SAW pun berkata: "katakanlah kepadanya, bahwa Allahpun senang kepadanya". (HR. Bukhari)
Demikianlah beberapa hal yang dapat kita kutip keutamaan surat Al-Ikhlas. Insya Allah pelajaran topik selanjutnya kita akan latihan menerjemahkan surat ini, dan akan didahului dengan penjelasan tentang mashdar (kata dasar).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/19/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-37-latihan-surat-al-ikhlas.html
Topik 38: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar
Bismillahirrahmanirrahim
Seperti telah dijelaskan dalam topik 37, dan topik-topik sebelumnya, dalam Al-Quran sering kita bertemu dengan Mashdar (kata dasar). Secara tatabahasa apa itu Mashdar? Inya Allah topik ini kan menjelaskan.
Mashdar
Mashdar arti letterleg (benar gak nulis nya ya...?), adalah sumber. Sumber apa? Ya sumber dari sesuatu. Dalam konteks kata, maka masdhar itu dapat dilihat sebagai sumber dari kata, atau ide kata atau kata dasar. Hmm bingung ya? Oke... kita ambil perumpamaan dalam bahasa kita agar mudah memahaminya.
Kalau saya berkata sebuah kata yaitu "penulisan", apa yang terbayang dalam benak Anda? Satu kata "penulisan" itu mengandung banyak ide didalamnya. Contoh: "Saya telah menulis buku dengan pulpen diatas meja". Atau "Saya sedang menulis buku dengan pulpen diatas meja"
Berbicara "penulisan" dalam konteks contoh diatas ada makna (ide) lain yang bisa timbul:
1. Pekerjaan waktu lampau: telah menulis
2. Pekerjaan saat ini / akan datang: sedang menulis
3. Istilah atau nama pekerjaan: penulisan
4. Pelaku: Saya
5. Sesuatu yang ditulis: buku
6. Tempat menulis: meja
7. Alat menulis: pena
Jadi dari satu kata "penulisan" muncul di benak kita setidaknya 7 makna seputar kata "penulisan". Itulah mengapa kita katakan kata "penulisan" itu adalah sumber dari 7 makna tsb. Dengan demikian dapat kita katakan kata "penulisan" itu adalah Mashdar.
Perlu diketahui bahwa, satu kata dalam bahasa Arab dapat melahirkan 7 kata diatas (inilah salah satu "kehebatan" bahasa arab, setidaknya menurut saya). Hanya dengan menghafal satu kata, kita sudah dapat membentuk 7 kata. Contohnya:
Kata kerja (akar kata): كتب - kataba (menulis)
1. Pekerjaan waktu lampau: كتب - kataba : telah menulis
2. Pekerjaan saat ini / akan datang: يكتب - yaktubu : sedang menulis
3. Istilah atau nama pekerjaan: كتبا - katban : penulisan
4. Pelaku: كاتب - kaatibun : penulis
5. Sesuatu yang ditulis: مكتوب - maktuub: sesuatu yang ditulis
6. Tempat menulis: مكتب - maktab : meja
7. Alat menulis: مكتب - miktab : alat menulis (pena)
Lalu apa kaitannya antara Masdhar (kata dasar) dengan akar kata. Nah kadang bagi orang yang baru mulai belajar bahasa arab (seperti saya ini hehe), bisa bingung. Jawaban mudahnya begini. Kalau "penulisan (writing)" adalah kata dasar (Mashdar), maka akar katanya adalah "tulis (to write)". Ya, akar kata adalah kata kerja asli (belum mendapat imbuhan spt awalan, sisipan, atau akhiran).
Yang agak sedikit ekivalen dengan mashdar dalam bahasa Inggris, yaitu Gerund. Gerund dalam bahasa Inggris, adalah kata kerja yang dibendakan. Contoh: menghantam (to hit), Gerundnya: hitting (penghantaman). Contoh lain: membersihkan (to clean), Gerundnya: cleaning (pembersihan).
Jika dilihat maka Masdhar itu secara praktis dapat dikatakan sbb:
pe + kata-kerja-dasar + an.
Atau dalam bahasa Inggris, Mashdar itu secara praktis sbb:
verb I (simple present) + ing (contoh, cleaning, hitting, dancing, dsb)
Sayangnya dalam bahasa Arab, Masdhar itu cara membentuknya ada 2:
1. Yang ada polanya
2. Yang tidak ada polanya
Untuk yang 1. kalau kita tahu kata-kerjanya maka dengan mengikuti pola kita bisa membuat masdharnya. Sedangkan untuk yang 2, karena tidak ada pola, maka satu-satunya cara adalah melihat di Kamus.
Contoh untuk 1, sudah banyak kita jelaskan pada topik sebelumnya. Saya ulangi sbb:
Kata Tauhid, Tarhib adalah Mashdar dengan pola yang sama. Kata Islam dan Ikhlas adalah Masdhar dengan pola yang sama.
Berikut penjelasannya.
POLA KKT-2
Kata Tauhid توحيد
Kata Kerjanya (KKT-2): وحد - wahhada (meng-Esa-kan)
Kata Mashdarnya: توحيد - tauhiid (Peng-Esa-an)
Kata Tarhib ترحيب
Kata Kerjanya (KKT-2): رحب - rahhaba (menyambut)
Kata Mashdarnya: ترحيب - tarhiib (penyambutan)
Pola membentuk masdharKKT-1: Tambahkan TA, dan sisipkan YA
POLA KKT-1
Kata Islam إسلام
Kata Kerjanya (KKT-1): أسلم- aslama (menyerahkan diri)
Kata Mashdarnya: إسلام - Islaamun(penyerahan diri)
Kata Ikhlas إخلاص
Kata Kerjanya (KKT-1): أخلص- akhlasho(memurnikan)
Kata Mashdarnya: إخلاص - Ikhlashun(pemurnian)
Pola membentuk masdhar KKT-1: Harokat Alif awal kasroh, dan sisipkan ALIF di sebelum akhir.
Demikian telah kita jelaskan pengertian Mashdar. Insya Allah akan kita lanjutkan dengan Latihan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-38-latihan-surat-al-ikhlas-tema.html
Belajar Bahasa Arab Sederhana dari Google Translate
Banyak situs pendukung yang kita bisa pakai untuk belajar bahasa Arab sederhana. Salah satunya adalah situs untuk melakukan translasi dari bahasa Indonesia ke Arab, atau dari bahasa Inggris ke Arab, atau sebaliknya.
Salah satu yang bisa Anda gunakan adalah Google Translate.
http://translate.google.com/translate_t#
Sebagai contoh:
Kita bisa tulis di dalam text-box: "Selamat Pagi" lalu klik tombol translate.
Selama Pagi: صباح الخير - shobbahul khoir
Nah, untuk membuat kalimat yang sempurna (ada subjek dan prediket), maka kita ambil contoh:
"Hari ini, saya bahagia"
Akan ditranslate:
اليوم ، انا سعيد. - al-yaum ana sa-'iid
EFEK WAKTU
Dalam bahasa Inggris kita kenal ada efek waktu (present, future, dan past tense).
Nah dalam bahasa arab kita bisa refleksikan efek waktu tersebut.
Translate kalimat berikut:
1. I learn arabic.
2. I learned arabic.
Dalam bahasa kita kedua kalimat tersebut ditranslate "sama" yaitu: Saya belajar bahasa arab.
Akan tetapi jika dari bahasa Inggris itu kita translate ke bahasa Arab, menjadi:
أتعلم العربية - ata-a'llamu al-'arabiyyata
تعلمت العربية - ta-'allamtu al-'arabiyyata
Dari hal ini dapat kita lihat bahwa kalau kita mengerti konteks bahasa Inggris, maka sebaiknya kita translasikan dari bahasa Inggris, ke bahasa Arab, agar konsistenti tenses tetap terjaga.
Selamat mencoba.
Link:
- Past Perfect Tense: http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76-past-perfect-tense.html
- Past Tense, Mashdar: http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-38-latihan-surat-al-ikhlas-tema.html
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/23/2005
http://arabquran.blogspot.com/2005/08/ipv6-hello.html
Topik 40: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar Lanjutan
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 39, kita telah mempelajari tentang Mashdar yaitu kata dasar, atau kata sumber. Diberikan contoh dari kata dasar ini, dalam pelajaran bahasa Arab yang umum di buku pelajaran bahasa Arab, dapat diturunkan setidaknya 7 jenis kata. Sebelum melanjutkan ke Ayat 1 surat Al-Ikhlas, kita tuntaskan dulu pembahasan Mashdar ini.
Seperti telah disinggung, bahwa kata Al-Ikhlaas الإخلاص adalah Mashdar dari kata أخلص akhlasa. Akar kata dari akhlasa أخلص adalah خلص - khalasa, yang artinya murni, tidak bercampur, atau bersih.
Oke kita ulang-ulangi pelajaran yang telah lalu-lalu.
Disini kita bertemu beberapa hal. Pertama Kata Kerja 3 huruf (atau kata kerja akar), sebagaimana diketahui, kata apapun dalam bahasa Arab, umumnya terbentuk dari 3 huruf. Ini yang sering disebut AKAR KATA.
Jadi apa itu akar kata: yaitu pembentuk kata yang terdiri dari 3 huruf. Hmm mungkin kita agak bingung ya... Ya... saya juga. Hehe... Tapi untuk mudahnya saya buatkan skema sbb:
1. Kata Kerja Dasar(Akar Kata) - kita sebut KKD: خلص - khalasho, artinya murni
2. Turunan pertama dari KKD ini disebut KKT-1 (Kata kerja Turunan 1), yaitu ada penambahan alif didepannya, sehingga menjadi أخلص akhlasho. Sebagaimana telah dijelaskan tugas KKT-1 adalah menjadikan kata kerja yang tidak butuh objek menjadi butuh objek, sehingga kholaso (KKD) yang artinya murni (tidak perlu objek), maka akhlaso (KKT-1) artinya memurnikan (butuh objek).
Itu adalah skema-skema kata kerja. Jika di ringkas, maka bentuknya sbb (ambil contoh فعل - fa 'ala (mengerjakan):
1. KKD: فعل - fa'ala
2. KKT-1: أفعل - af 'ala
3. KKT-2: فعل - fa' 'ala
4. KKT-3: فاعل - faa 'ala
5. KKT-4: تفعل - tafa' 'ala
6. KKT-5: تفاعل - tafaa 'ala
7. KKT-6: إفتعل - if ta 'ala
8. KKT-7: إنفعل - in fa 'ala
9. KKT-8: إستفعل - is taf 'ala
Wuih ribet ya... Kata Kerja dalam bahasa Arab bisa mengambil bentuk banyak, ya!!! Hhmmm sebenarnya kalau hafal bentuk-bentuk ini (yang sering disebut wazan) akan membantu sekali, akan tetapi tidak hafal-pun lama-lama kalau sering dipakai Insya Allah akan hafal dengan sendirinya.
Kembali ke kata khalasa خلص artinya murni. Maka bentuk KKT-1 nya apa? Sesuai dengan wazan diatas, KKT-1 menjadi أخلص - akhlasha (memurnikan).
Oke, trus darimana datangnya Mashdar إخلاص - ikhlash? Nah begini lagi ceritanya.
Kalau tadi kata kerja itu bise mengambil bentuk 9 macam, maka masing-masing dari 9 macam itu ada Mashdar nya sendiri-sendiri.
Contoh:
1. KKD: فعل - fa'ala (mengerjakan), mashdarnya: فعلا - fa'lan (pengerjaan)
2. KKT-1: أفعل - af 'ala (mengerjakan), mashdarnya: إفعال - if 'aal (pengerjaan)
3. KKT-2: فعل - fa' 'ala (mengerjakan), mashdarnya: تفعيل - taf 'iil (pengerjaan)
Dengan melihat contoh diatas, maka dapat disimpulkan mashdar untuk KKT-1 أخلص - akhlasho (lihat contoh 2 diatas), adalah إخلاص - ikhlaash
Demikian telah kita tuntaskan pembahasa Mashdar.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-39.html
Topik 41: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini kita Insya Allah akan masuk ke Latihan ayat 1 Surat Al-Ikhlas. Oke baiklah. Ayat 1 berbunyi:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Qul: Katakanlah
Huwa: Dia
Allahu: Allah
Ahadun: Ahad (Maha Esa)
Oke... Ada 2 pola bahasa yang bisa kita pelajari disini:
1. Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
2. Al-Jumlah Al-Mufidah (bentuk Kalimat Sempurna)
Kata QUL: katakanlah! ini merupakan fi'il amr. Fi'il amr sudah banyak saya berikan contohnya. Saya juga sudah memberikan 6 langkah mudah membentuk fi'il amr. Apa perlu saya ulangi? Jika ya, Insya Allah saya akan ulangi. Jika tidak maka kita lanjut ke topik 2.
Sementara saya asumsi tidak perlu, karena Anda sudah mengerti. Maka kita masuk topik 2, yaitu bentuk Kalimat Sempurna (jumlah mufidah).
Al-Jumlah Al-Mufidah الجملة المفيدة
Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna, dalam bahasa Arab mirip dengan definisi kalimat sempurna dalam bahasa Indonesia. Apa itu? Yaitu minimal terdiri dari subject dan prediket. Dalam bahasa Arab, subject itu biasa disebut al-mubtada, dan prediket itu biasa disebut al-khobar. Kalimat sempurna yaitu bila kalimat tersebut sudah memberikan faedah (mufidah).
Jadi definisi kalimat sempurna dalam bahasa Arab adalah suatu kalimat yang terdiri dari mubtada dan khobar, dan memberikan manfaat (artinya bisa dimengerti).
Dari definisi ini maka: kalimat Huwa Allahu Ahadun dapat dipecah menjadi kalimat sempurna:
Huwa Allahu هو الله - Dia (adalah) Allah.
Ini adalah kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Huwa هو - Dia, dan khobarnya adalah Allahu الله - Allah.
الله احد - Allahu Ahadun : Allah (itu) Maha Esa.
Ini adalah juga kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Allahu الله dan khobarnya adalah Ahadun احد - Maha Esa.
Ciri-ciri Mubtada
Salah satu ciri-ciri mubtada, adalah bahwa i'rob (harokat akhir) adalah dhommah, atau dhommatain, untuk kata-kata yang sifatnya tidak mabni. Wah wah apa lagi nih... Mabni itu apaan lagi tuh...
Oke, gini gini... Pertama saya jelaskan dulu, bahwa ciri-cirinya dhommah. Coba lihat:
Allahu ahadun. Harokat Allah disini adalah dhommah, sehingga dibaca Allahu (bukan Allaha atau Allahi). Sehingga kata Allahu (dalam Allahu Ahadun), dapat menjadi Mubtada'.
Sedangkan ada kata benda yang sifatnya tetap (mabni). Contoh kata Musa مسى ini adalah mabni. Tidak pernah dia dibaca Musi, atau Musu. Berbeda dengan kata kitaab كتاب ini bukan mabni, tapi berobah-ubah, bisa kitaabu, kitaabi, kitaaba.
OKE... kembali ke lap top... Jadi dalam ayat 1 surat Al-Ikhlas ini kita bertemu dengan jumlah mufidah:
Huwa Allahu Ahadun
Mubtada: Huwa
Allahu Ahadun: Khobar Jumlah (khobar dalam bentuk kalimat)
Sedangkan Khobar Jumlah, juga sebuah kalimat sempurna dimana:
Dostları ilə paylaş: |