Tuhan menyiksa dirinya



Yüklə 0,51 Mb.
səhifə2/14
tarix09.03.2018
ölçüsü0,51 Mb.
#45240
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   14




Written by Administrator   

Thursday, 13 September 2007

K. Rezak[SMTP: rezak@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it ], wrote :
Sent: Sunday, December 17, 2000 1:05 AM
Subject: Tanya

Cak Sangkan,

Dalam tulisan 'Membuka Hijab' anda sempat menulis batasan berkenaan dengan mukhlasin / mukhlisin(?) berikut saya cuplikkan.

"....tingkat mukhlasin. Yaitu orang yang benar-benar berada dalam keadaan rela dan menerima Allah sebagai Tuhannya secara transendent...."

Yang menjadi pertanyaan saya,
1. Apa maksudnya transendent disini?
2. Bagaimanakah caranya seseorang bisa atau apa ciri-ciri seseorang yang sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara transendent itu?
3. Bisa atau adakah seseorang yang bisa menerima Allah sebagai Tuhannya secara transendent tapi secara tidak rela?
4. Apakah pengertian rela pada kutipan itu bermakna tertentu?

Terimakasih cak

K. Rezak

 

Tanggapan Untuk K. Rezak ( rezak@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it )

Sering kita mendengar kata transcendent, yang di pergunakan untuk menunjukkan rasa yang dalam atau rasa rohani. Biasanya digunakan untuk menunjukkan kepada rasa iman atau rasa percaya terhadap sesuatu yang abstrak/tidak kasat mata. Dalam harfiahnya transcendent artinya sesuatu yang utama atau yang hakiki. Dan rasa iman adalah rasa yang harus dirasakan oleh kehakikian jiwa bukan kepura-puraan, atau sebatas kepercayaan pada fikiran saja. Hal ini oleh Rasulullah disebut kaum yang tunduk pada tatanan hukum syariat belum masuk ke tahapan kaum mukmin …demikian Alqur'an menjelaskan secara tuntas pebedaannya !!

"Orang-orang Badwi itu berkata : kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah : kami telah tunduk (Aslamna/ kami baru berislam/ muslim), karena iman itu belum masuk kedalam hatimu". ( Al Hujuraat:14 )

Kata 'aslamna' menunjukkan sebuah pernyataan telah tunduk, artinya telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan (Alqur'an dan Al hadits), akan tetapi rasa iman itu belum bisa dirasakan karena baru masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran bukan keimanan (yang di rasakan dalam hati).

Hal ini saya kaitkan dengan keadaan yang dirasakan oleh orang yang sudah memasuki keimanan dalam hatinya :

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil , dan dari orang-orang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila di bacakan ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (QS. Maryam:58)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman kepada Tuhannya" ( Al Anfaal:2 )

Anda telah membaca kedua ayat diatas, maksudnya anda telah mendapatkan data-data diatas dengan benar dari kitab yang suci. Untuk itu anda disebut telah mempercayai dengan logika ilmu syariat, maka anda masuk golongan yang mempercayai adanya kebenaran syariat tersebut. Orang yang mempercayai dan melaksanakan nash ini disebut muslim (telah tunduk kepada peraturan)…..

Kemudian anda mencoba untuk melakukannya lebih khusus dan dalam, sehingga anda mendapatkan karunia rasa dalam hati anda berupa getaran jiwa dan menangis tatkala disebut nama Allah …dalam hal ini telah memasuki rasa iman yang muncul dari rohani anda, ... maka anda membenarkan adanya ayat-ayat diatas dengan pengalaman langsung dirasakan oleh jiwa anda. Pengalaman rohani ini termasuk keimanan dan merupakan cirri-ciri jiwa yang telah mendapatkan karunia dari Allah. Pengalaman rohani berupa iman inilah yang saya maksud dengan transcendent … yang di dalam bahasa tasawuf disebut pengalaman haqul yakin (keyakinan secara benar/haq), yaitu merasakan keimanan secara langsung dan dibenarkan oleh nash Alqur'an, ... bukan hasil dari 'katanya' orang lain, serta bukan dari hayalan pikiran.

Bagaimanakah cara seseorang bisa atau apa ciri-ciri seseorang yang sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara transcendent itu ??

Sudah saya sebutkan diatas, bahwa seseorang yang telah menerima data dengan lengkap serta telah melaksanakan syariat, akan tetapi belum tentu dia merasakan keimanan secara langsung dalam hatinya, karena iman yang langsung itu merupakan karunia dari Allah…dan harus dicapai dengan sering mendekat kepada Allah setiap saat agar Allah membukakan hati kita untuk menerima hidayah berupa iman itu.

Jika anda merasakan getaran dan menangis tatkala disebut nama Allah, itu merupakan pengalaman transcendent, ... dan biasanya pengalaman anda dibenarkan atau di dasari oleh Alqur'an dan dirasakan oleh pendahulu-pendahulu kita baik ulama maupun para wali-wali yang telah mengalami langsung. Pengalaman ini kadang menjadi aneh dan asing bagi yang tidak pernah merasakan, sehingga orang yang menangis ketika shalat dianggap tidak normal …bahkan ada yang secara ekstrim mengatakan bid'ah, khurafat, mistik atau klenik …

Ciri-ciri orang yang telah mengalami keimanan secara transcendent, biasanya hatinya tenang…tidak mudah emosi. Hatinya selalu bergetar dan terharu di kala shalat maupun di luar shalat, karena hatinya selalu mengalir dzikir tak henti-hentinya … Dan dia tidak pernah merasakan khawatir dan takut … perangainya lembut dan harmoni … tidak dibuat-buat. Dan di katakan jika cirri-ciri ini tidak ada dalam hati kita maka kita harus mengoreksi keadaan kita dengan ayat-ayat diatas, bahwa kita termasuk orang yang belum beriman, tetapi baru disebut berislam / muslim !! karena iman itu atau ciri-ciri itu belum kita rasakan secara langsung ….

Hal ini terjadi jika kita selalu mengadakan komunikasi kepada Allah setiap saat ,baik berdiri, duduk, berbaring….Kalau kita lakukan dengan sungguh-sungguh kita benar-benar akan merasakan apa yang telah dikatakan dalam Alqur'an itu, bergetar hatinya jika disebut nama Allah….

Mungkin tidak akan percaya, bahwa anda tiba-tiba merasakan ada perubahan yang tidak dibuat-buat oleh gagasan pikiran anda, ... jiwa anda merasakan kesambungan kepada Allah baik dalam keadaan sibuk sekalipun. Ada sesuatu yang mengalir dalam tubuh ini …rasa rindu dan cinta yang mendorong untuk selalu berserah kepada Allah…. Anda akan merasakan secara nyata sentuhan kasih sayang itu, sejuk rasanya dan nikmat. Ada yang menuntun hati kita untuk tidak berbuat jahat, tidak marah, tidak lalai…dll. Tuntunan itu berupa suasana yang membuat kita tidak mampu berbuat jahat, tidak bisa marah, tidak keji, ... dan hati kita tidak bisa diberhentikan untuk selalu ingat kepada Allah. Ingatan itu mengalir seperti kita ingat kepada orang tua kita… tidak putus-putus !!

Adakah seseorang yang bisa menerima Allah sebagai Tuhannya secara transcendent tapi secara tidak rela ??

Hal ini mustahil dikatakan transcendent, karena transcendent berarti hakikat, dan hakikat itu adalah kebenaran rasa iman, ... dan iman itu berupa karunia dari Allah …Dan kepercayaan kepada Allah, tetapi tidak rela oleh Rasulullah itu di katakan sebagai orang-orang yang munafik, ... menerima Allah sebagai Tuhan akan tetapi tidak menerima keputusannya. Seperti halnya syetan, ... dia adalah hamba Allah yang menerima dan percaya adanya Allah, bahkan dia mengakui kehebatan Tuhannya, … akan tetapi dia tidak mau menuruti keinginan Tuhannya yang maha kuasa, sehingga dia terusir dari syurga. Hal itu tidak bisa dikatakan transcendent ….



Apakah pengertian rela ??

Rela, yaitu menerima segala keputusan Allah secara total …kita benar- benar berserah dan bergantung kepadanya, karena kita mempercayai bahwa Allah lebih tahu yang terbaik buat kita ….

Si Ahmad memberitahu Salman bahwa gula itu rasanya manis. Berita dari Ahmad ini adalah bentuk informasi yang memaksa Salman untuk percaya (wajibul yakin) kemudian di lanjutkan untuk melakukan memakan gula tersebut dan apa yang dikatakan oleh Ahmad ternyata benar bahwa gula yang baru saja dimakannya rasanya benar-benar manis pada tingkat ini pengetahuan Salman bertambah dari wajibul yakin menjadi ainul yakin
(merasakan sendiri), kemudian menjadi haqul yakin, karena ia betul-betul mengalami secara langsung bukan sekedar katanya si Ahmad. Dalam hal ini Salman juga sudah sekaligus mengisbathkan (keyakinan yang tidak bisa diubahkan) kebenaran informasi tersebut. Sampai disini, keyakinan Ahmad dan Salman tidak akan mampu lagi orang lain mengubahnya walaupun dipenggal leher sekalipun. …inilah keyakinan yang dirasakan secara imanent transcendental …..

Demikian uraian dari saya mudah-mudahan anda bisa merasakan seperti teman-teman yang telah merasakan sebelumnya ….

Salam

Abu Sangkan



 

 

< Prev

 

Next >




Ternyata Rasa Iman Itu Mudah Didapat










Written by Administrator   

Thursday, 13 September 2007

Sarah Firdausi[SMTP: ummisarah@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it ], wrote :
Sent: Thursday, November 23, 2000 5:13 AM
Subject: Pertanyaan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.,

Semoga khabar bapak Sangkan selalu dalam lindungan Allah S.W.T.

Bapak Sangkan, ini adalah email ke dua yang saya kirimkan yang ada hubungannya dengan artikel patrap1 yang bapak tulis.

Alhamdulillah setelah saya membaca 3x makalah yang bapak tulis, saya coba untuk berpatrap beberapa kali sendiri di rumah, setelah solat, ada rasa haru dan tangis, berkeyakinan bahwa Allah ada....dekat sekali dengan saya.

Tetapi sensasi, atau kontakt belum saya rasakan: "Kalau Aku dalam Engkau, Engkau dalam Aku." atau sapaan belum saya rasakan.

Walaupun saya merasakan belum berhasil, Insya Allah saya akan tetap melalukan praktek dan senantiasa menambah dan memperbanyak dzikir.

Hasil dari praktek dzikir:

# Saya mudah sekali terharu, apabila saya memanggil nama Allah atau saya dengar namaNya disebut, ada rasa aneh terjadi dalam diri saya, mudah sekali air mata berkaca-kaca. Apakah ini Nafsu?

# Rasa benci atau kesel kepada orang bisa lebih terkontrol malah saat ini tidak ada, lebih mengerti akan peribadi manusia walaupun tabiat mereka sangat berlainan.

# Untuk melakukan hal-hal yang sebaiknya tidak boleh di lakukan, menjadi terang sekali,: boleh atau tidaknya.Dan sadar akan larangan itu.

# Bertambahnya rasa kasih sayang. Hal ini dirasakan oleh suami dan anak-anak (8 thn,6thn dan 1,5thn)tidak cepat marah, tidak merasa mengatur waktu tapi waktu yang mengatur saya.

# Apabila sejenak saya tidak dzikir ada rasa sesal dalam diri, pada lain waktu apabila saya lupa dzikir, ada "keanehan" yang menyuruh/mengingatkan saya untuk berdzikir menyebut asma Allah.

Dan lama kelamaan dzikir menjadi asyik, apakah sedang berbaring, duduk, masak, bermain sama anak-anak, nonton TV dll

Sebetulnya saya sangat bersyukur sekali dengan perubahan ini dan saya tetap berdo'a agar iman, ihsan dan kecintaan saya kepada Allah tetap bertambah.

Pertanyaan mengenai patrap:

#Bapak menganjurkan patrap sederhana sekali.
Ada teori mengatakan: Bagaimana akan pergi menuju Allah, padahal ia masih terikat oleh nafsu, bagaimana akan masuk kehadirat Allah padahal ia belum bersih dari kelalaiannya, bagaimana ia akan mengerti rahasia halus padahal ia belum bertaubat dari kesalahannya(Al Hikam)

Ini mengajarkan bahwa kita harus bertaubat dulu, dalam teori yang lain mengajarkan kita ingat dulu kepada Allah. antara fikir dan dzikir: fikir dulu atau dzikir dulu? Tidak keberhasilan saya dalam berpatrap apakah terhalang dengan dosa-dosa lalu saya.

Apakah setiap orang yang berpatrap lambat laun akan merasakan kenikmatan yang sama, yang telah diperoleh oleh saudara-saudara kita yang telah berhasil.

#Inya Allah saya ingin mengikuti patrap bersama pada sabtu malam pukul 21.00 WIB, di Den Haag berarti pukul 15.00, ba'da asar (asar pukul 14.26) Niat solat apa, dan niat bersama bagai mana sebelum berpatrap( sebelum syahadat dan salawat).

Demikianlah pertanyaan saya. sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah tetap mencurahkan rachmatnya kepada bapak dan saudara-saudara yang lain. tak lupa saya minta do'a dari bapak agar Allah tetap menjaga iman kami sekeluarga.

Amin.


Wasalam

Murid di Den Haag





Tanggapan Untuk Sdr. Sarah Firdausi ( ummisarah@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it )

Assalmu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Selamat menunaikan ibadah puasa.
Mudah-mudahan Allah merahmati anda sekeluarga

Setelah membaca pengalaman anda dalam berdzikir kepada Allah, anda menyebutkan mudah sekali terharu, menangis tatkala disebut nama Allah, rasa kesal mudah di kendalikan malah sampai saat ini tidak ada… bertambahnya rasa kasih sayang, dll

Semula keadaan ini mungkin hanya menjadi sebuah hayalan bagi kita , dulu waktu kita belajar mengaji di pesantren maupun di majelis ta'lim ….Keadaan itu tidaklah mungkin akan terjadi kepada kita kecuali, orang-orang yang mendapat gelar wali dan Nabi….guru-guru kita di pengajian mengatakan demikian, karena hal itu sangat sulit dan harus dilakukan dengan pembersihan hati secara total. Jika tidak, mustahil hal itu akan kita peroleh ….

Ada cara dan pengertian orang dalam memahami ajaran agama, kebanyakan dari kita melakukan ajaran agama adalah melaksanakan ajaran agama itu secara serentak baik yang dilarang maupun yang diperintahkan oleh Allah, tanpa memperhatikan bagaimana orang itu harus menyikapi ayat yang jumlahnya ribuan dan hadist yang jumlahnya ratusan ribu, ... yang kesemuanya itu mengandung tuntutan untuk dilaksanakan ….

Melihat begitu banyaknya aturan dan anjuran, apakah mungkin kita mampu melaksanakannya dengan sempurna, karena tuntutan itu bukan sekedar gerak lahiriyahnya saja akan tetapi aspek rohani merupakan tuntutan yang paling menentukan diterima tidaknya suatu amalan. Saya menyadarinya tidak seorangpun dimuka bumi ini yang mampu melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan larangan Alllah, kecuali mendapat tuntunan dari Allah subhanahu wa ta'ala….

Iman tumbuh dan bersemayam di dalam hati, begitu juga kekafiran, kemungkaran, serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sahnya rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu "Hati". Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang hak serta dampak iman secara langsung. Iman yang pernah di ikrarkan oleh kaum Badwi di hadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka ( Arab Badwi)

Orang-orang badwi itu berkata: "kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah, kami telah tunduk. Karena iman itu belum masuk kedalam hatimu (QS. 49:14)

Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh Alqur'an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut, ... dan bahkan ia terdorong ingin meluapkan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya, ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkah karena keihsanan bersama Allah yang selalu menjaga. Keadaan ini anda bisa lihat dalam surat al anfaal: 2 dan Surat Maryam : 58

Dalam hal ini anda mengalami keadaan itu datang begitu saja, … mengalir terus menerus … menyelimuti perasaan dan hati anda … Mengapa demikian ?? Mari kita jenguk jiwa kita sebelumnya…

Ada sebuah benci, ada sebuah syirik, ada marah dan ada kemungkaran mengalir tanpa bisa kita cegah walaupun kita sudah menghalaunya dengan kekuatan yang luar biasa … Kadang kemungkaran itu masuk menyelinap dalam setiap ibadah, ketika berhaji, ketika berpuasa dan ketika menunaikan shalat … capek rasanya kita mengurusi persoalan ini sehigga kita membiarkan saja penyakit yang merusak setiap peribadatan tersebut….

Sampai kini banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa itu semua adalah ilham yang merasuk kedalam kalbu, berupa ilham fujur (yang menuntun kepada kefasikan dan kemungkaran)

Firman Allah :


"Demi jiwa serta penyempurnaannya Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy Syams: 7-10)

Anda perhatikan pada kalimat "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan "

Apakah kita tidak merasakan bahwa kefasikan atau kejahatan serta ke tidak khusyu'an itu mengalir dalam jiwa tanpa bisa dibendung oleh kekuatan fikiran dan emosi kita ?? Mengapa kita berbuat baik (ketakwaan) memulainya dengan kekuatan fikiran bukan kekuatan ilham yang datang dari Allah …sementara kefasikan datangnya melalui ilham!! Mungkinkah kita bisa melawan kekuatan ilham fujur itu ??

Ilham fujur / kefasikan adalah kutukan dari Allah, sehingga jiwa itu mendapatkan kemudahan dengan sangat ringan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang di kutuk oleh Allah (maksyiat), … kutukan itu terjadi kepada jiwa yang melalaikan (lupa/tidak berdzikir) kepada Allah, sehingga syetan menggantikan kedudukan Allah sebagai penasihat dalam jiwa itu … (dalam surat Az Zumar : 23, dikatakan bahwa yang tidak ingat kepada Allah disebut orang yang sesat )

Barang siapa berpaling dari mengingat yang Maha rahman. Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya (Az zukhruf : 36)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscasya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar) selama lamanya, tetapi Allah yang membersihkan siapa yang di kehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (An Nur :21 )

Syetan telah menguasai mereka lalu mejadikan mereka lupa mengingat Allah. mereka itulah golongan syetan, ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syetan itulah golongan yang merugi ( Al Mujaadilah:19)

Dari keterangan ayat-ayat itulah saya menyimpulkan bahwa, yang mula-mula harus kita perhatikan adalah bagaimana kita mendapatkan tuntunan ketakwaan itu !! Yaitu dengan cara membersihkan jiwa ,yaitu berdzikir kepada Allah !! Karena jika kita lalai akan Allah, maka syetanlah yang akan menjadi teman pengiring yang selalu menasehati (mengilhami) jiwa itu kepada kefasikan dan kemungkaran.

Untuk itulah saya dan jamaah selalau mengadakan halakah-halakah dzikir untuk memohon kepada Allah untuk membantu menghalau syetan yang bermukim dalam jiwa yang lalai ….

Dari pertanyaan yang anda ajukan dari Al Hikam : "Bagaimana akan pergi menuju Allah, padahal ia masih terikat oleh nafsu, bagaimana akan masuk kehadirat Allah, padahal ia belum bersih dari kelalaiannya, bagaimana ia akan mengerti rahasia halus padahal ia belum bertaubat dari kesalahannya"(Al Hikam)

Kalau anda perhatikan methode yang ada dalam patrap pertama, sama dengan pendapat Syekh Athaillah dalam Al Hikam, yang saya kemas dalam bahasa praktek !!

Petama kita harus meleremkan / mengistirahatkan aktifitas fisik, dalam bahasa Al Hikam disebut melepaskan ikatan dari pengaruh nafsu syahwat… Kemudian menyadari bahwa kita sebenarnya adalah ruh (bukan fisik), dan ruhani inilah yang bisa datang (taubat) kepada Allah, ... dengan cara mengingat Allah ( tidak lalai) …. Taubat artinya kembali, ... dengan datangnya jiwa kepada Allah berarti kita sedang bertaubat, … berasal dari kata "taba-yatubu-taubatan" artinya kembali.

Pengertian hikmat dalam Al hikam, jangan diartikan terlalu sulit,karena kita akan  terjebak kepada aturan yang semakin luas dan sulit dilaksanakan…. Dari semua aturan-aturan itu sebenarnya kuncinya adalah kebersihan hati dari sikap lalai kepada Allah, maka dengan berdzikir kepada Allah–lah hati kalian akan menjadi tenang atau terbebas dari pengaruh syawat….Jika anda terbebas dari pengaruh dari syahwat maka iman itu akan mengalir, ... berbuat baik dan ketakwaan akan menjadi mahkota hati. Tiba-tiba anda akan merasakan shalat itu enak sekali, anda betah berlama-lama berhadapan dengan Allah ketika shalat..kemudian dilanjutkan dengan duduk bersimpuh dalam kenikmatan berdzikir … berdiri … bekerja … dan berbaring … Hati anda menjadi damai … dan emosi serta kebencian tidak lagi menjadi raja di hati kita.

Kita beralih kepada pertanyaan : Antara fikir dan dzikir, fikir dulu atau dzkir dulu ??

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, dan duduk, dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka ( Ali imran: 190-191)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa yang harus dimulai adalah mengingat Allah, karena dengan mengingat Allah akan menghasilkan kekuatan ilham dan berfikir (tafakkur) tafakkur tanpa ilham mustahil akan menghasilkan ide-ide yang cemerlang… Pada ayat diatas menurut tata bahasa `Arab dijelaskan bahwa " dzikrullah" merupakan tempat bersandarnya (ma'thuf) kata berikutnya dengan ditandai dengan kata "waw (athaf)…berarti islam mendahulukan pendekatan kepada Allah (dzikrullah) lebih dahulu karena Allah merupakan sumber inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan…..allamal insaana maa lam ya'lam (Allah mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya). Karena jika hal ini terbalik (fikir kemudian dzikir) kemungkinan para ilmuwan tidak akan bersandar dan mengakui penemuannya adalah bersumber dari Allah Swt…

Apakah setiap orang yang berpatrap lambat laun akan merasakan kenikmatan yang sama, yang telah diperoleh oleh saudara-saudara kita yang telah berhasil ??

Anda akan merasakan hal yang sama, kenikmatan seperti apa yang digambarkan oleh Alqur'an, ... anda akan dibenarkan oleh kaum yang terdahulu, karena sejarah itu tercantum dalam Alqur'an, … anda tidak perlu khawatir setiap langkah anda akan dibenarkan oleh Alqur'an ...

Nanti anda yang akan bercerita kepada kami, mudah-mudahan ..amin

Ingat setiap anda datang kepada Alalh dengan jiwanya, berarti anda sedang taubat (kembali), maka Allah akan menyabutnya … udzkuruuni adzkurukum … ingatlah kepada –ku maka Aku akan ingat kepada mu

wassalam.

Abu Sangkan

 




Tentang Rasa







Yüklə 0,51 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   14




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin