Edy Suwondo[SMTP: E.Suwondo@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it ], wrote:
Sent: Friday, November 24, 2000 3:51 PM
Subject: Anak
Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak Ustadz Sangkan yang saya hormati,
Saya ingin bertanya mengenai peran orang tua dan nafs.
Saya memandang kehidupan dunia adalah ujian yang tidak ringan. Sedangkan kehadiran seorang manusia di dunia ini tidak lepas dari peran orang tua (kecuali Nabi Adam, Siti Hawa dan Nabi Isa). Maksud saya, orang tua lah yang 'menentukan' (memilih) apakah akan dihadirkan nafs yang di alam alastu itu ke dunia atau tidak. Mengingat bahwa hidup di dunia ini tidak ringan bagi nafs, bagaimanakah seharusnya orang tua mensikapi hal ini. Apakah sebaiknya banyak anak atau tidak punya anak samasekali?
Kalau memang sudah dipastikan bahwa semua nafs yang ada di alam alastu harus mengalami tinggal di dunia, untuk diuji. Maka jelas jawabannya, punya anak banyak dan dididik dengan baik. Kalau tidak, nafs itu akan dilahirkan di keluarga yang tidak islami (katakanlah begitu).
Saya sendiri sudah punya anak. Kadang saya merasa bersalah ikut andil dalam menghadirkan mereka di dunia yang penuh cobaan ini. Juga kasihan melihat anak-anak saya (akan) harus mengarungi cobaan demi cobaan.
Mohon nasehat Pak Ustadz Sangkan. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Edy Suwondo
Tanggapan untuk Sdr. Edy Suwondo . ( suwondo@...This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it )
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh …..
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena saya baru saat ini membalas pertanyaan saudara, dikarenakan ada kesalahan tekhnis di komputer saya. Mudah-mudahan anda tidak kecewa ….
Menurut anda, memandang kehidupan dunia adalah ujian yang tidak ringan. Sedangkan kehadiran seorang manusia di dunia ini tidak lepas dari peran orang tua (kecuali Adam, Siti Hawa, dan Nabi Isa). Dan menurut anda orang tua lah yang menentukan (memilih) apakah akan di hadirkan nafs yang di alam alastu itu ke dunia atau tidak. Mengingat bahwa hidup ini tidak ringan bagi nafs. Bagaimanakah seharusnya orang tua menyikapi hal ini apakah sebaiknya banyak anak atau tidak punya anak sama sekali ??
Sebelum saya menjelaskan persoalan Anak ini, saya akan mengajak anda membaca berita tentang seorang pemain sirkus di Cairo Mesir, yang diceritakan kembali oleh Syekh Mustafa Mahmud dalam bukunya 'Aku Telah Melihat Allah'.
Harian yang terbit pada hari itu sangat menarik dengan adanya tajuk berita tentang sirkus yang mengadakan pertunjukan keliling yang mengalami peristiwa yang jarang, bahkan belum pernah terjadi pada tiap kali mengadakan pertunjukan. Pertunjukan kali ini dikejutkan dengan si harimau "Sultan" yang biasa menyajikan keterampilannya di hadapan penonton, berbalik menjadi buas dan menerkam pelatihnya dari belakang, sewaktu sang pelatih Muhammad Al Hulu menghadapkan dirinya ke arah penonton dan memberi hormat tanda terima kasih. Mari kita baca berita selengkapnya apa yang di tulis wartawan harian tersebut:
Setelah tiba giliran untuk menyajikan pertunjukan keterampilan harimau, maka penonton pun bersorak dan bertepuk tanda gembira, yang memang adegan inilah yang sangat di nanti-nantikan, terutama kanak- kanak yang tiada putus-putusnya bersiul dan bersorak. Tidak lama dengan di iiringi tabuh genderang tersingkaplah tabir dari pintu belakang, maka keluarlah si Sultan, ... harimau yang terampil dan di belakangnya berjalan sang pelatih dengan senyum bangga dan di tangan kanannya ia memegang cemeti komando yang biasa di gunakan untuk memerintah si Sultan melakukan sesuatu kemahiran sesuai dengan kehendak sang pelatih, sang pelatih memulai mengangkat kedua tangannya tanda besiap-siap dan suara ramai mulai berkurang dan berhenti. pertunjukan pun di mulai.
Adegan demi adegan selesai di pertunjukkan, penonton menggeleng- nggelengkan kepala tak henti-hentinya terheran-terheran dibuat oleh kepandaian si harimau yang patuh pada perintah-perintah sang pelatih … Selesai adegan terakhir, pelatihpun menghadapkan mukanya ke arah penonton membalas sorak sorai dan memberi hormat tanda terima kasih, ... namun tiba-tiba secepat kilat tanpa didahului tanda-tanda apapun si Sultan yang tadinya jinak dan patuh, melompat ke arah punggung pelatihnya dengan muka yang buas dan garang, dengan auman yang menyeramkan terlihat taring giginya yang tajam dibenamkan ke dalam punggung si pelatih, dirobek kulit dan dagingnya yang menyebabkan lumuran darah yang menggenang di atas tanah. Pelatih yang dalam keadaan tersungkur di bawah tindihan harimau tak dapat sedikitpun mengelak dan mengadakan perlawanan.
Penonton setelah mengetahui dan melihat apa yang terjadi, saling lari tunggang langgang ribut cepat-cepat meninggalkan tempatnya, dan pada saat itu pula tampillah anak sipelatih dengan membawa sepotong tongkat besi berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan ayahnya, ... tak lama hanya beberapa hari di rumah sakit, meninggallah sang ayah dengan hanya meninggalkan pesan singkat "Jangan sakiti dan jangan dibunuh". Pelatih penjinak raja rimba meninggal dalam cengkeraman anak latihnya sendiri.
Sekarang mari kita tengok bagaimana halnya dengan si harimau. Setelah kejadian diatas dia langsung di masukkan ke dalam kandangnya, dan anehnya dia lebih banyak berdiam diri dari pada kebiasaannya jalan hilir mudik. Dia seakan-akan menyesali atas apa yang ia lakukan, sedih, melamun dan tidak mau makan. Hal ini segera dilaporkan kepada pimpinan, maka segera pimpinan sirkus menghubungi pengurus kebun binatang untuk memindahkan harimau. Pindahlah si harimau kekebun binatang dalam kandang besar dan lebih leluasa untuk bergerak. Enggan makan tetap tidak berubah walaupun sudah berada di kebun binatang, pengawas kebun binatang selalu mengawasi gerak-geriknya, lama-lama timbul pikiran" mungkin kalau disertai hewan betina maka ia kembali makan". Dipilihlah lawan betina, lalu segera di masukkan kedalam kandang" sipelamun yang enggan makan, begitu lawan betina masuk, tanpa ucapan selamat datang langsung disambut dengan raungan yang menyeramkan, diserang, dicakar, digigit dan didorong, itulah sambutannya, dia menampakkan kebencian dan kemarahannya … keluarlah si betina dan kembalilah si Sultan seorang diri.
Penyesalan yang mendalam makin hari makin nampak walau tanpa bicara sekalipun. Sepintas lalu orang dapat memahami arti sikapnya yang demikian, dia dihantui oleh perbuatannya sendiri, gambar dari peristiwa yang mengerikan tidak dapat dihilangkan dari ingatannya. Tebusan apakah yang dapat memadai dengan perbuatannya ??
Makanan yang selalu diberikan oleh si penjaga tidak lagi di jamah sama sekali, ... mogok makan ! Mungkin cara ini dapat memadai pikirnya, ah tidak ! belum memadai … gambaran-gambaran yang menyeramkan masih juga menghantui. Pada suatu hari, tibalah putusan terahir …" nyawa harus dibayar dengan nyawa' tidak lain ... syarafnya sudah berubah, putusannya sudah bulat, tindakannya sudah nekad. Dimarahinya diri sendiri, semula ekornya di belah dan di robek-robek, tiba sekarang gilirannya, tangan yang sudah ternoda dosa, dicaplok sendiri, dikunyak dan dilahapnya, dagingnya sendiri dimakan habis, dari tangan yang kanan berpindah ke tangan yang kiri, keduanya habislah sudah. Tangan-tangan yang sudah berbuat dosa, tiada tebusan lain melenyapkan kedua tangan tersebut. Baru sekarang tentramlah hatinya, dia sudah mengorbankan anggota badannya sendiri karena perbuatannya sendiri, ketentraman untuk selama-lamanya yang di iringi dengan kematiannya…..
Dari peristiwa diatas kita beralih ke diri kita, .... pada diri manusia, makhluk yang beradab, yang memiliki akal pikiran, memiliki nurani dan rasa, yang tahu sopan santun, tahu tata cara dan sebagainya. Sudah pernahkah kita mendengar pengorbanan manusia di karenakan penyesalan karena perbuatannya sendiri ? Pernahkah kita melihat manusia dengan penyesalannya memilih tebusan nyawanya ? Malahan kebalikannya yang kita dapati, manusia berbangga diri dengan kemenangan atas lawannya, hingga merupakan kebanggaan yang meluap- luap, dirayakan dengan iringan tabuh-tabuhan dan tari-tarian, dihidang-kan pula makanan lezat dan minuman segar. Jauh sekali dengan tindakan harimau diatas, kemenangannya dirayakan dengan tebusan nyawa…..
Sebenarnya sudah terjalin kasih sayang antara si harimau dengan sang pelatih, ucapan terkahir dari sang pelatih rupanya terdengar dengan si harimau, ucapan "jangan di sakiti dan jangan dibunuh" !! , maka ucapan ini di balas pula dengan ucapan jantan yang sesuai dengan martabat raja rimba. Timbul suatu pertanyaan mengapa seekor binatang memiliki pengertian dan menangkap keinginan kita. Bahkan bersikap seperti kepada indungnya, bersikap manja, mencari perhatian serta mengenal siapa tuannya. dan dia menangkap perasaan sedih dan kegembiraan tuannya … Dan dari peristiwa diatas terdapat kesimpulan, bahwa binatang yang berjuluk si raja Rimba ternyata bisa kita ajak berbicara, bergaul, bercanda, bermain, bermanja-manja, mengerti keinginan kita, mampu berkomunikasi dengan rasa, dan menangkap kecintaan dan kasih sayang yang dalam … dan ia menyesali atas kesalahan yang telah dilakukan terhadap tuannya ….tetapi mengapa manusia kadang tidak mampu menangkap keinginan kita ?? Bahkan sering mengabaikan kata-kata sebagai bahasa peradaban manusia yang tinggi. Entah berapa kali kita dinasehati oleh orang tua kita, oleh guru kita, akan tetapi mengapa kita tidak mampu mencerap nasehat itu, padahal bahasa itu sangat mudah dipahami…. Juga ketika berbicara kepada istri dan anak kita, terasa sekali kata-kata kita tidak menembus dan mengubahkan perilaku atau perasaan anak dan istri, sehingga tetap saja mereka melakukan hal yang tidak baik ... sampai- sampai kita menjadi marah bahkan ingin sekali memukulnya agar menuruti kemauan kita. Hampir tidak ada cara untuk mengatasi persoalan ini, untuk melampiaskannya kita mencoba mengirim anak-anak ke asrama atau pesantren yang dididik disiplin secara ketat, namun tetap saja masalah itu tidak teratasi, ... bahkan kadang anak kita tidak menjadi dirinya yang sebenarnya, karena doktrin yang mengekang perkembangan mental anak tersebut.
Rasa adalah sebuah penghubung keinginan kita
Ada saluran yang tidak terhubung kepada anak kita, selama ini kita berkomunikasi kepada anak kita menggunakan saluran gelombang suara yang menghantarkan susunan huruf yang mengandung arti tertentu (kata-kata), pesan-pesan dari mata (apa yang dilihat), telinga (yang didengar), peraba (apa yang disentuh), perasa (lidah), penciuman di bawa melalui thalamus. Thalamus bersama cortex adalah pusat yang menggabungkan informasi yang baru masuk supaya semua data yang masuk menjadi sebuah pengalaman … syaraf mendorong ke dalam dua tonjolan kecil di bagian dasar thalamus ini.
Dan manusia memiliki pengalaman karena data-data yang masuk menjadi sebuah pengertian. akan tetapi dari semua itu tidak tertulis data yang berasal dari "rasa" yang juga bisa memberikan masukan data yang disampaikan kepada thalamus untuk memberikan pengertian dan pengalaman, .karena rasa sayang itu bukan berasal dari sentuhan, penglihatan, kata-kata, dan instrumen tubuh …akan tetapi berasal dari rasa rohani yang memiliki banyak data untuk memberikan pengalaman bagi kita. Misalnya rasa cinta, rasa rindu, rasa gundah, rasa marah, rasa sayang …semua itu bukan dari data yang disampaikan oleh indra tubuh kita, akan tetapi dari rohani atau jiwa kita…
Kita telah menghilangkan data informasi yang paling penting dalam diri kita dan anak kita…setelah kita memberikan informasi berupa data-data, ... berupa apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang disentuh …namun apa yang di rasa rupanya telah hilang. Kita telah meninggalkan komunikasi rasa yang memiliki muatan pengertian yang hakiki dan lengkap, ... kata-kata dan informasi yang diberikan oleh tubuh tidak mampu memberikan selengkap rasa, ... namun cinta dan kasih sayang memiliki kesempurnaan informasi dan tidak cacat !!
Jika hal ini anda informasikan kepada binatang, kepada tanaman, kepada benda-benda, ... maka informasi rasa itu akan ditangkapnya dan sebaliknya anda akan menangkap keinginan semua yang anda beriinformasi tersebut…
Rasulullah menggambarkan adanya rasa ini adalah dengan di anjurkannya saling memberikan salam dan silaturrahmi, guna menghubungkan rasa yang memiliki data lengkap mengenai keinginan antara kita ! Sehingga mustahil kita akan terjadi konflik jika anda mengerti keinginan saya secara lengkap… lebih lengkap dari kata-kata….!!
Mari kita bahas secara khusus ..apakah silaturrahmi itu ??
Saya akan tunjukkan sebuah hadits Rasulullah mengenai hal ini.
"Shil man qatha aka …wa ahsin ila man asa'a ilaika. wakulil haqq walau `ala nafsika!!"
Sambungkan silaturrahmi yang terputus, dan bersikaplah ihsan (baik) kepada orang yang membeci kamu, dan katakanlah kebenaran (secara jujur) walaupun kepada dirimu sendiri ( Hadits shahih riwayat Ali dari Ibnu Najar, kitab Jami'ush Shaghier jilid II hal. 44 )
Kalimat "Shil " adalah bentuk perintah (amar) berasal dari kata shalla-yashillu-shillatan, yang berarti menghubungkan …seperti pada kalimat "shilatur rahmi" menghubungkan rasa sayang ….
Seperti apa yang saya katakan diatas bahwa rahmi/ rahiem (rasa sayang) tidak termasuk indra dalam fisik kita yang selama ini memberikan informasi kepada otak untuk mendapatkan pengertian dan pengalamannya. Akan tetapi rasa sayang ini berasal dari rohani atau jiwa, sehingga kita membutuhkan pengertian lagi untuk mengetahui 'apa itu rasa' dan 'bagaimana' kita menghubungkan rasa itu kepada otak kita dan orang lain, walaupun orang lain itu tidak mampu menangkap rasa itu sebelumnya. Namun dikarenakan rasa itu bersifat rohani yang bisa di salurkan kedalam jiwa orang itu maupun kepada binatang maka orang itu akan menerima rasa itu dengan lengkap dan sempurna …
Pengalaman sehari-sehari kita sering menerapkan hal ini tanpa kita sadari, bagi orang yang penyayang binatang akan mengerti akan hal ini, karena rasa sayang ia salurkan setiap saat, sehingga binatang itu mampu menangkap pengertian yang disalurkan melalui rasa itu ….Rasa sayang benar-benar merupakan sarana untuk menghantarkan sebuah pengertian, seperti sebuah kalimat yang terangkai dalam intonasi dan artikulasi yang menghasilkan bunyi dan mengandung makna yang mampu menghubungkan sebuah pengertian yang biasa disebut dengan bahasa !!
Seorang bayi memiliki kepekaan menangkap informasinya melalui rasanya..dan seorang ibu adalah orang yang memiliki kemampuan memberikan informasi kepadanya, kadang melalui saat menyusui, ... saat dalam dekapan, … dalam kidung-kidung yang sejuk, serta dalam kecintaannya yang tulus ….
Dalam keadaan rasa tersambung itulah sang ibu memberikan informasi rasa sayang (silaturrahmi) yang akan menghantarkan keinginan dan keadaan jiwa orang tuanya. Jika ternyata orang tuanya memilki hati yang kotor, ... sang bayi akan menangkap dan akhirnya terkontaminasi oleh polusi jiwa orang tuanya, sehingga jangan heran jika anak-anak kita menjadi aneh pada usia yang sangat muda telah melakukan kejahatan yang tidak pernah kita ajarkan. Memang kita tidak pernah mengajarkan sesuatu yang buruk dihadapan anak kita, akan tetapi keadaan jiwa kita lah yang tertangkap oleh jiwa anak kita ketika masih bersih (fitrah)….Kita telah menghubungkan rasa buruk (silatus su') kepada jiwa anak kita … Mengapa uang hasil korupsi, hasil mencuri, hasil menipu itu di haramkan, padahal secara fisik makanan yang kita beli adalah yang terbaik dan bergizi, berlebel halal dari MUI, dan akan menyebabkan secara fisik membentuk pertubuhan yang baik dan sehat. Akan tetapi, ... karena jiwa sang ayah telah terkotori karena melanggar ketentuan Tuhannya dan mengabaikan kesucian jiwa, ... maka jiwa sang ayah telah memberikan informasi (mentransfer) kekotoran jiwanya kemudian di tangkap oleh jiwa anak-anak yang tidak tahu apa-apa ! Informasi inilah yang akan menuntun kejiwaan anak-anak ini untuk melakukan watak kejahatan- kejahatan yang baru diperolehnya tanpa disadarinya….
Sering kita mendengar mitos di dalam masyarakat tradisonal, hati-hati lho, kalau istri sedang hamil jangan membunuh binatang, ... jangan berkata rusuh (kotor) nanti anakmu cacat … Kalau saya tangkap pesan orang tua dulu, itu adalah bukan cacat secara fisik akan tetapi cacat mentalnya / jiwanya. Karena seseorang yang membunuh binatang bisa dipastikan dia menggunakan kejiwaan yang keji dan rasa benci yang timbul dalam jiwanya dan jiwa inilah yang akan tertangkap pertama kali oleh jiwa anak-anak kita yang pada akhirnya kita ikut andil meletakkan batu pertama kerusakan dimuka bumi ini dengan menyimpan memori kejahatan dibalik jiwa anak kita….
Akan tetapi jika jiwa kita bersih dan menjaga agar tetap bersih akan secara otomatis mengalirkan jiwa yang bersih kepada anak-anak kita … dan kita telah termasuk ikut andil dalam membangun masyarakat sakinah .
Rasulullah telah mencontohkannya dalam bergaul dan menghubungkan rasa sayang kepada kedua cucunya, beliau diminta merangkak untuk menjadi kuda-kudaan, dengan perasaan sayang Rasulullah menemani cucunya dengan sikap kekanak-kanakan yang beliau ekspresikan untuk menyenangkan kedua permata hatinya.
Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya karena dengan cinta dan rasa sayang, para istri mampu menangkap keinginan dan pesan-pesan jiwa Rasulullah yang suci….
Mari kita perhatikan hubungan antara sang bayi dan ibunya ketika proses menyusui.
Seorang ibu, yang keinginan untuk menyusuinya besar, akan lebih berhasil dalam usahanya dari pada ibu yang dari semula memang enggan. Dalam menyusui ada suatu kerja sama antara ibu dan anak, reaksi yang saling bersambut. Bila mulut bayi menyentuh puting susu ibunya, refleks penghisapnya segera bekerja, sedangkan pada ibunya agar susu bisa mengalir lancar, yang terjadi ; .... suatu hormon lain dari kelenjar bawah otak yang dinamakan oksitoksin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain sekitar alveoli, mengakibatkan susu mengalir turun ke arah puting, sehingga bisa di isap oleh bayi. Turunnya susu dari alveoli disebut refleks pengaliran susu. Refleks ini merupakan reaksi dari isapan bayi. Ibu dan bayi akan merasakan kenikmatan yang menyenangkan bila tubuh ibu telah terbiasa untuk kengalirkan susu. Emosi dan keadaan psikis si ibu sangat mempengaruhi refleks pengaliran susu ini, karena refleks ini pengontrol perintah yang dikirimkan oleh hipotalamus pada kelenjar bawah otak. Bila dipengaruhi ketegangan, rasa cemas, takut dan kebingungan, susu tak akan turun dari alveoli menuju puting. Hal ini sering terjadi pada hari-hari pertama waktu menyusui, di mana refleks si ibu belum sepenuhnya berfungsi, refleks pengaliran susu dapat berfungsi dengan baik hanya dalam suasana tenang, santai & tidak tegang. Suasana ini bisa dicapai bila si ibu punya kepercayaan pada diri sendiri bahwa ia pasti bisa menyusui. Dan dengan adanya rasa tenang dan gembira sangat mempengaruhi kejiwaan anak secara langsung melalui aliran jiwa yang bening ….
Lalu bagaimana mengalirkan informasi kejiwaan kepada anak-anak kita yang sudah beranjak dewasa ??
Rasululah menyarankan untuk bersilaturrahmi, mengirimkan rasa sayang dan gembira serta menerima anak-anak itu apa adanya … alirkanlah rasa sayang itu benar-benar dari jiwa yang bersih .... ketika ia sedang tidur ... ketika sedang bepergian ... dengan cara mendoakan secara khusus …dengan perasaan hening dan damai … lama kelamaan anak-anak kita akan mengerti kejiwaan secara penuh dan sempurna …
Anak-anak anda akan menuruti kemauan anda dengan damai serta menerima dengan baik keinginan yang tersembunyi dalam pikiran dan perasaan anda. Mungkin inilah yang dimaksud dengan kecerdasan jiwa, yang telah lama di tinggalkan oleh kebanyakan orang islam ..
Doakan anak-anak kita dengan getaran jiwa yang bersih, biasanya getaran itu bersambung … kadang-kadang anak-anak itu melaksanakan keinginan kita yang belum terucapkan kepada mereka … rasakan getaran sayang anda … rasakan dan masukkan pesan-pesan anda dalam doa … hantarkan jiwa mereka menuju kepada Allah … hantarkan dengan rasa cinta … tetaplah dalam dekapan sayang … agar anda merasakan hangatnya cinta itu … biarkan hati anda memandang jiwa mereka dengan bening …
Lakukanlah sesering mungkin, ... .insya Allah jiwa anak-anak kita akan menerima pesan-pesan secara lengkap …. dari jiwa kita yang bergantung pasrah kepada Allah….
Suatu ketika saya kedatangan seorang tamu, ... mengeluhkan anaknya yang terjerumus kedalam pergaulan generasi pengguna narkonika … sang ibu bingung karena anaknya jarang pulang. Saya menyarankan kepada ibu ini agar bersujud menghubungkan rohaninya kepada Allah kemudian mengeluhkannya kepada-Nya … dan mengalirkan perasaannya kepada jiwa anaknya yang telah terjerumus ini … tidak lama kemudian anaknya pulang, ... kemudian tanpa di suruh dan diperintahkan apa-apa oleh ibunya … tiba-tiba dia ingin terbebas dari kecanduan narkotika (jenis putau) … Dengan keinginan yang tulus, akhirnya anak tersebut sembuh secara total bahkan melaksanakan shalat yang wajib !!
Dan kepada orang yang membenci kalian, Rasulullah menganjurkan agar posisi jiwa kita tetap bersih …tanpa membalas kebencian itu, ... karena silaturrahmi kita tidak akan sampai kepada jiwa dia yang sedang sakit, untuk itu pertahankanlah kebesihan jiwa kita agar kita bisa berkomunikasi kepada siapa saja dengan jiwa yang mampu menembus ... alam-alam yang jauh disana …
Seorang ibu yang telah terhubung perasaannya dengan anaknya yang berada jauh di perantauan, akan merasakan getaran jiwa anaknya yang sedang dilanda kegalauan dan persoalan yang terjadi padanya. Ini dikarenakan rasa jujur dari seorang ibunya yang mengalirkan rasa cinta dan sayang, sehingga rasa itu ditangkap oleh jiwa anak itu… Akan tetapi jika rasa sayang yang mengalir kedalam jiwa anak itu tidak memberikan pesan apa-apa, maka jadilah anak itu menjadi anak yang hanya bermanja-manja, dikarenakan rasa itu tidak mengirimkan sinyal informasi keinginan kita, ... kecuali kekosongan. Atau sebaliknya jika rasa sayang itu mengalir dengan keadaan jiwa kotor maka "rasa" itu memuat keadaan keburukan jiwa kita, ... hal ini bukan seperti yang disebut dengan dosa warisan dalam ajaran kristiani, karena hanya bersifat informasi seperti halnya anda mendapatkan informasi dari pesan-pesan yang di muat dalam bentuk suara (rumus-rumus huruf / kalimat ), gelombang radio, gelombang UHF dll. …
Demikian kiranya informasi yang saya utarakan merupakan keadaan yang mudah kita laksanakan, asalkan kita mampu membersihkan jiwa kita dengan banyak berdzikir kepada Allah…dengan banyak berdzikir kepada Allah jiwa kita akan menjadi tenang ..dan ketenangan jiwa inilah yang bersifat universal mampu menghantarkan muatan pengertian yang terkandung dalam jiwa kita ….
Namun dari semua itu saya tidak berani mengatakan bahwa jiwa kita yang kotorlah yang ikut andil besar dalam merusak mental anak-anak kita …hal ini saya hanya menampilkan sebuah faktor yang paling penting dari semua pengaruh terhadap mental anak kita … Karena itu, saya menggantungkan kepada Allah semata …dengan menyerahkan kepada Allah melalui doa-doa, ... karena sehebat apapun kita …tetap Allah jualah yang akan membukakan hidayah untuk anak-anak kita …innaka la tahdi man ahbabta… sesungguhnya kalian tidak akan mampu membukakan hidayah kepada orang yang kamu cintai sekalipun ….
Demikian uraian saya agar menjadi renungan kita bersama ….setelah kita berusaha membimbing anak-anak kita …mari kita berdoa dengan tulus untuk jiwa anak-anak kita .
Ya Allah …berkehendaklah …terhadap diriku dan anak cucuku ……
Salam
Abu Sangkan
|