"ya!", jawab peserta



Yüklə 486,22 Kb.
səhifə5/12
tarix06.08.2018
ölçüsü486,22 Kb.
#67445
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Bottom of Form

jaNgaN sepeLeKaN " INSYAALLAH"

http://1.1.1.5/bmi/photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs417.snc3/25134_103626159674337_103134439723509_56173_2554751_a.jpg

Seorang Lelaki menuju pasar untuk membeli seekor keledai. Ditengah perjalanan dia bertemu temannya.
“Mau ke mana kamu ?”Tanya temannya Senyum manis
“Ke Pasar membeli keledai,” Jawabnya
“Katakan Insya Allah, “Kata teman.
“Buat apa bilang Insya Allah segala, uang di sakuku & keledai ada di pasar, “ Jawabnya Grrrrrrrr!!!
Ketika sedang mencari-cari keledai yang cocok, uang di sakunya di copet. Akibatnya ia pulang dengan perasaan kesal dan sedih. marah Ditengah perjalanan pulang, kembali ia bertemu dengan temannya yang tadi.
“Apa yang terjadi padamu? Mana keledai yang kamu beli?”Tanya temannya dengan heran. Aneh
“ Uangnya di copet, Insya Allah,” Jawabnya acuh tak acuh. Grrrrrrrr!!!
maka dari itu…
hendaklah kita selalu menyebut insyaallah apabila manjawab…
karena klau tanpa ridha urusan kita tidak akan lancar sama sekali….


Top of Form

Bottom of Form

renungan 1 menit

http://1.1.1.3/bmi/photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs417.snc3/25134_103612983008988_103134439723509_56142_5245211_a.jpg

Adalah seorang pemuda yang tengah berjalan- jalan ditepi hutan untuk mencari udara segar, ketika dia tengah berjalan, tiba -tiba terdengarlah Bunyi auman suara harimau…
Auuuummmm… .!!!!!
Seekor harimau yang sedang lapar Dan mencari mangsa untuk mengisi perutnya Dan tiba-tiba Sudah berada dihadapan pemuda . pemuda tadi karena takut, diapun berlari semampu dia bisa, Harimau yang sedang lapar tentunya tidak Begitu saja melepas mangsa empuk di depan matanya, harimau itupun mengejar pemuda tadi. Ditengah kepanikkannya, pemuda tadi masih sempat
Berdoa, agar diselamatkan dari terkaman harimau,…rupanya doanya dikabulkan, dalam pelariannya dia melihat sebuah sumur tua,..terlintas Dibenaknya untuk masuk kedalam sumur itu,..karena harimau pasti tidak akan mengejarnya ikut masuk kesumur
tersebut.

Beruntungnya lagi ternyata sumur tersebut ditengahnya Ada tali menjulur ke bawah, jadi pemuda tadi tidak harus melompat yang mungkin saja bisa membuat kakinya patah


karena dalamnya sumur tersebut. Tapi ternyata tali itu pendek Dan takkan sanggup membantu dia sampai kedasar sumur, hingga akhirnya dia bergelayutditengah- tengah sumur, ketika tengah bergelayut
Dia menengadahkan mukanya keatas ternyata harimau tadi masih menunggunya dibibir sumur, Dan ketika dia menunduk kebawah, terdengar suara kecipak air,..setelah diamati ternyata Ada 2 ekor buaya yang ganas yang berusaha menggapai badannya,.

Ya Allah bagaimana ini, diatas aku ditunggu harimau, dibawah buaya siap menerkamku, ketika dia tengah berpikir caranya keluar, tiba-tiba dari Pinggir sumur yang Ada lobangnya keluarlah seekor tikus putih


..ciiit…ciiit. .. ….ciit…yang naik meniti tali pemuda tadi Dan mulAI menggerogoti tali pemuda tadi,..belum hilang keterkejutannya dari lobang Satunya lagi muncul seekor tikus hitam yang melakukan hal sama seperti tikus putih menggerogoti tali yang dipakai pemuda tuk bergelantungan. Waduh …jika tali ini putus, .habislah riwayatku dimakan
buaya..!!! Cemas dia berpikir,… jika aku naik keatas ….sudah pasti harimau menerkamku,. ..jika menunggu disini…lama- lama tali ini akan putus Dan Buaya dibawah siap menyongsongku. .. Saat itulah dia mendengar dengungan rombongan lebah yang sedang mengangkut madu untuk dibawa kesarang

Mereka,..dia mendongakkan wajahnya keatas..Dan tiba-tiba jatuhlah setetes madu dari lebah itu langsung tertelan ke mul UT pemuda tadi. Spontan pemuda tadi berkata…Subhanall ah ..Alangkah manisnya madu Ini,..baru sekali ini aku merasakan


madu semanis Dan selezat ini…!!! Dia lupa akan ancaman buaya Dan harimau tadi.

Tahukah kamu, inti dari cerita diatas…Huh


Pemuda tadi adalah Kita semua, harimau yang mengejar adalah maut Kita, ajal memang selalu mengejar. Kita. Jadi ingatlah akan mati. Dua ekor buaya adalah malaikat munkar Dan nakir yang menunggu Kita di alam kubur Kita nantinya . Tali tempat pemuda bergelayut adalah panjang umur Kita,..jika talinya panjang maka pendeklah umur Kita,
jika talinya pendek maka panjanglah Umur Kita. Tikus putih Dan tikus hitam adalah dunia Kita siang Dan juga malam yang senantiasa mengikis umur Kita.Diibaratkan di cerita tadi tikus yang menggerogoti tali pemuda.Madu setetes adalah nikmat dunia yang hanya sebentar. Bayangkan madu setetes tadi masuk ke mul UT pemuda,…sampai dia lupa akan ancaman harimau Dan buaya,.. begitulah Kita, ketika Kita menerima nikmat sedikit, Kita lupa kepada Allah.Ketika susah baru ingat kepada Allah.. Astaghfirullah

1 menit untuk mengingat Allah


Sebutlah dengan sepenuh hati Dan lidah yang fasih akan:
*SUBHANA’LLAH
*ALHAMDULI’LLAH
*LA I LAHA ILLA’LLAH
*ALLAHU AKBAR
*ASTAGHFIRU’ LLAH
*LA ILAH ILLA’LLAH, MUHAMMADUN
RASULU’LLAH
*ALLAHUMMA SHOLLI ALA WA SALLIM
WABARIK ALA SAYYEDINA MUHAMMAD *WA
AALIHI WA SAHBIHI AJMA’EEN
Step 2:
Hayatilah sedalamnya akan makna ayat demi ayat, perkataan demi perkataan


Bottom of Form

Cerita, "Pohon"

Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.

“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.

“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.

“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.

“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.

“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.

“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.
**

Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.

Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.

“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”

HIkmah :
“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... karena bila tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap, jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan Lilin...


http://1.1.1.1/bmi/photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs457.ash1/25134_103607123009574_103134439723509_56129_685943_a.jpg
Top of Form

Bottom of Form

Cerita, "Suara Janin"

Mama sayang,

Aku di surga sekarang, duduk di pangkuan Tuhan.


Ia mengasihiku dan menangis bersamaku sebab
pedih pilu hatiku. Begitu ingin aku menjadi putri
mungil mu.

Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah


terjadi. Aku begitu bergairah ketika mulai
menyadari
keberadaanku. Aku ada di suatu tempat yang
gelap, namun nyaman. Aku melihat aku punya jari-
jari dan jempol. Aku cantik seturut
perkembanganku, tapi belum siap meninggalkan
tempatku.

Aku menghabiskan sebagian besar waktuku


dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak hari-hari
pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku.

Kadang aku mendengarmu menangis, dan aku


menangis bersamamu.
Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku
menangis.

Aku dengar Papa memaki balik.


Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik kembali.
Aku heran mengapa engkau begitu sering
menangis.

Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang


hari.

Pilu hatiku karenanya.

Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu
berduka.

Pada hari itu juga, hal yang paling mengerikan


terjadi.

Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat


hangat dan nyaman di mana aku berada.

Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak


sekalipun engkau berusaha menolong. Mungkin
engkau tak pernah mendengarku........

Monster itu semakin lama semakin dekat


sementara
aku terus berteriak, "Mama, Mama, tolong aku.....,
Mama......tolong aku."

Suatu teror yang ngeri aku rasakan. Aku berteriak


dan berteriak.......hingga tak sanggup lagi. Lalu
monster itu mulai mencabik lenganku. Sungguh
sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat
kuungkapkan dengan kata. Monster itu tidak
berhenti. Oh....bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti. Aku menjerit sekuat tenaga sementara ia
mencabik putus kakiku.

Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat.

Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau
mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku.

Aku ingin menghapus butir-butir air matamu.

Aku punya begitu banyak rencana untuk
membuatmu bahagia, Mama....Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah.

Walau menanggung sakit tak terperi pedih dan


pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.

Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa


dalam sengsara tak terkatakan. Hanya hal-hal
buruk yang terlintas di benakku. Begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu, sebelum
aku pergi. Tapi, aku tak tahu kata-kata yang dapat
engkau mengerti.

Dan segera saja, aku tak lagi punya napas untuk


mengatakannya; aku mati.

Aku merasa diriku terangkat, seorang malaikat


besar membawaku ke suatu tempat yang besar
dan indah. Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku
kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukan
Nya. Tuhan mengatakan bahwa Ia mencintaiku.
Lalu, aku merasa bahagia. Kutanya pada-Nya, apa itu yang
membunuhku.

Jawab-Nya,


"Aborsi, Aku menyesal anak-Ku; karena Aku tahu
bagaimana ngeri rasanya."

Aku tidak tahu apa itu aborsi; Aku pikir mungkin


nama monster itu.

Aku menulis untuk mengatakan betapa aku


mengasihimu......dan mengatakan padamu betapa
ingin aku menjadi putri mungilmu.

Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup,


aku ingin hidup......! Kuat keinginanku, tapi aku tak
mampu; monster itu terlalu kuat...Dicabik-cabiknya
lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh
tubuhku.....
Tak mungkin bagiku untuk hidup. Aku hanya ingin
engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal
bersamamu. Aku tidak mau mati! Juga Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama aku mengasihimu.....Aku sedih engkau harus
menanggung rasa sakit seperti yang kualami.

Berhati-hatilah,

Peluk cium,
Bayi Perempuanmu.........


http://1.1.1.2/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs457.ash1/25134_103606519676301_103134439723509_56128_7190253_n.jpg

Top of Form

Bottom of Form

Cerita, "Sebuah Baut Kecil"

http://1.1.1.4/bmi/photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs417.snc3/25134_103607449676208_103134439723509_56130_420492_a.jpg

Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula.

Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, “Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!”

Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.

Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja “jatuh”, bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam


tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri.

Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan? Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan? Rosulullah saw mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru, “Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!”

Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga.

Top of Form


Bottom of Form

Cerita, "Buku Polos"

imagescaxmj88b.jpg

Lembaran kertas putih merasa tak nyaman ketika baru saja keluar dari pabrik. Ia merasa bingung dengan kenyataan dirinya. Tidak ada garis, tulisan, atau warna apa pun kecuali putih. Tapi, wujudnya berbentuk buku seperti yang lain.

“Kok aku beda?” tanya si buku polos ke lembaran buku tulis yang lain. “Beda?” sergah salah satu buku tulis bergaris. “Iya. Coba perhatikan, kamu tercetak dengan garis-garis teratur. Ada yang kotak-kotak. Yang lainnya lagi bahkan ada yang tertulis dengan huruf berwarna disertai kartun lucu,” ucap buku polos bersemangat. “Sementara aku? Boro-boro kartun lucu, satu garis pun tak ada yang hinggap!” tambah si buku polos menggugat.

“Jadi, kamu tak terima?” tanya buku bergaris teratur, lembut. “Tentu saja! Ini tidak adil!” sergah si buku polos begitu spontan.

Semua terdiam. Semua jenis buku tulis mulai ambil jarak dengan buku polos. Mereka khawatir kalau ketidakpuasan bukan sekadar gugatan, tapi berubah jadi tindakan. Hingga...

Seorang anak manusia mengambil buku polos dengan tangan kecilnya. Lembaran buku tak bergaris dan berwarna itu pun dipandangi sang anak begitu tajam. Entah apa yang dilakukan, beberapa menit kemudian, buku polos itu tak lagi putih sepi. Ia sudah berubah menjadi halaman penuh warna. Ada goresan merah, hijau, biru, kuning, dan berbagai perpaduan warna lain.

Ketika buku itu ditinggalkan sang anak, beberapa buku lain datang menghampiri. Semua terperanjat. Karena lembaran yang semula polos, kini berubah menjadi bentuk lukisan penuh warna. “Aih indahnya!” gumam semua buku tulis begitu kagum.

Saat itulah, sang buku polos sadar. Selama ini, ia salah. Kepolosannya tanpa garis bukan bentuk penghinaan terhadap dirinya. Bukan juga ketidakadilan. Tapi, karena ia akan menjadi wadah berbagai goresan warna seni yang akan membentuk karya indah. “Ah, aku ternyata buku gambar!” ucap si buku polos akhirnya. **

Hidup ini penuh warna. Hampir tak ada yang sama pada ciptaan Allah. Walaupun, masih sama-sama manusia. Ada yang kaya, cukup, dan kurang. Ada yang cantik, tampan; ada pula yang biasa saja. Ada yang berhasil dan sukses, tidak sedikit yang merasa gagal.

Tidak jarang, seorang anak manusia mengambil pandangan dari sudut yang sempit. Bahwa, kegagalan adalah sebuah ketidakberdayaan. Bahwa, belum tampaknya peluang-peluang berkarya adalah ketidakadilan. Hingga, jauhnya jodoh buat para lajang merupakan sebuah hukuman.

Cermati dan pelajari. Karena boleh jadi, di balik kegagalan ada rahasia kesuksesan. Di balik sempitnya peluang, ada ujian kemampuan. Di balik lajang yang berkepanjangan, ada pendidikan kemandirian. Dan di balik kertas polos, ada peluang warna-warni keindahan goresan kehidupan.



Top of Form

Bottom of Form

Cerita, "Nasi Bungkus"

images.jpg

Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari tukang koran , penyapu jalan, tuna wisma sampai Pak Polisi.

Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di sebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang.

”Dek, boleh kakak bertanya ?” tanyaku.

“Silahkan kak.” Jawab adik kecil.

“Kalau boleh tahu yang barusan Adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?” tanyaku dengan heran.

“Oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak… memang kenapa kak?” dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya.

”Oh... tidak! Kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?”

Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu … aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan.”

“Apabila kami mengingat waktu dulu… kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.”

”Yang ibu ku selalu katakan ‘hidup harus berarti buat banyak orang ‘, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.”

”Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, apa yang kita bawa?”

Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hatiku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.

Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Ya.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.

Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada-Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.

....Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.


Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan...

Janganlah ragu , mulailah dari sekarang membiasakan diri berbagi dan memberi walaupun itu untuk perkara-perkara kecil ....


MALULAH kita kepada ALLAH , berapa besar rizki yang DIA berikan untuk kita dan BERAPA BANYAK yang kita berikan untuk NYA ....?

Semoga kisah ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat bagi kita bersama



Top of Form

Bottom of Form

kupu_kupu

http://1.1.1.2/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs417.snc3/25134_103333276370292_103134439723509_55314_1047164_n.jpg


Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung.
Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata
angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas.
Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain
disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek


tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak
Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak
juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan
lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku
harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di


pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada
sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor
kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku
dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa


lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan
bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan
disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat
pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran.


Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain.
Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari
tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk
mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya
semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat


ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak
naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda.
Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada
sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka
terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak


tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap
pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin
kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi
dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan


benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah
kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari
kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang


hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan
keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang
mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu
indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

***


Teman, mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi
mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka
cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak
sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja
mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat
meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap
setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan


cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di
genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan
adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam
hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari
kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan
menjauh.

Teman, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu


menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap
langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup
kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia
itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.
Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan
mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah
memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita,
namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.


abouT ISTIKARAH^^

Yüklə 486,22 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin