Keluarga Kura-kura..........
Alkisah, ada sekeluarga kura-kura yang hendak pergi bertamasya. Seperti yang kita kenal, kura-kura adalah binatang yang selalu lambat dalam semua hal. Untuk acara tamasya ini saja, mereka membutuhkan 7 tahun untuk membereskan segalanya. Walau akhirnya, keluarga kura-kura ini berhasil meninggalkan rumah untuk mencari tempat yang nyaman untuk bertamasya.
Setelah berjalan selama 2 tahun, akhirnya mereka menemukan tempat yang cocok. Enam bulan kemudian, mereka lalu selesai membersihkan lokasi tamasya, membuka perbekalan dan menata tempat beristirahat. Ah, ternyata ada yang tertinggal. Keluarga itu lupa bahwa mereka tak membawa garam. Bagi keluarga kura-kura, bertamasya tanpa garam adalah sebuah malapetaka. Harus ada anggota keluarga yang mengambilnya di rumah.
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya terpilihlah si bungsu untuk mengambil garam di rumah. Sebab, si bungsu adalah kura-kura tercepat dari keluarga itu. Akan tetapi, walaupun terpilih sebagai kura-kura tergesit, si bungsu enggan melaksanakan tugasnya. Ia menggerutu sambil mengurung diri dalam tempurung. Setelah dibujuk, akhirnya si bungsu mau juga pergi, tapi dengan satu syarat: Tak ada yang boleh makan sebelum ia kembali. Keluarganya menyetujui, dan si bungsu pun pergi.
Tiga tahun berlalu dan si bungsu belum juga kembali. Lima tahun...enam tahun...akhirnya, di tahun ke tujuh kepergian si bungsu, si sulung tak tahan lagi untuk menyantap perbekalan yang telah disiapkan
Si sulung lalu berseru bahwa ia akan mulai makan, sambil membuka bungkusan makanannya. Pada saat itu, tiba-tiba si bungsu muncul dari balik pepohonan dan berteriak, "Ahaa....aku tahu kalian tak akan menungguku. Sekarang aku tak mau pulang untuk mengambil garam."
***
Teman, banyak dari kita yang sering menghabiskan waktu dengan menunggu orang melakukan apa yang kita inginkan. Kita selalu ingin, semua mengikuti cara pikir kita, pola pandang kita, dan gaya kita. Kita juga sering sibuk memikirkan tentang apa yang orang lain lakukan, padahal, kita sendiri tak melakukan apa-apa.
Kita, seringkali sibuk dengan kesalahan orang lain, dan kerap menyalahkannya. Kita, tak jarang meremehkan kepercayaan yang diberikan orang lain, dan sering melupakannya. Kita sering menjadi si bungsu yang selalu curiga. Padahal, bukankah kita hidup tak sendiri, butuh orang lain, dan butuh pertolongan?
sebuaH keNtaNg....
Kentang
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Lalu, ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya. Setiap anak, diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang tak mau mereka maafkan. Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan tanggal di dalamnya. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walau banyak juga yang memiliki plastik kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam. Kemana saja, harus mereka bawa, selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar, dan ditenteng saat berjalan.
Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu. Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini. Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.
***
Teman, pekerjaan ini, setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang besar sekali buat anak-anak. Suka-duka saat membawa-bawa kantung yang berat, akan menjelaskan pada mereka, bahwa, membawa beban itu, sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan, sebenarnya, adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa semua beban itu kemana saja kita melangkah.
Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang kita genggam terus menerus. Getir, berat, dan meruapkan aroma yang tak sedap, bisa jadi, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian.
Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, kita harus kembali belajar, bahwa, pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah, untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.
hikmaH dari pengharamaN babi....
Hikmah pengharaman Babi
Hal ini penting untuk diketahui, terutama oleh pemuda-pemuda kita yang sering pergi ke negara-negara Eropa dan Amerika, yang menjadikan daging babi sebagai makanan pokok dalam hidangan mereka.
Dalam kesempatan ini, saya sitir kembali kejadian yang berlangsung ketika Imam Muhammad Abduh mengunjungi Perancis. Mereka bertanya kepadanya mengenai rahasia diharamkannya babi dalam Islam. Mereka bertanya kepada Imam, "Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak ada. Karena babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya.?"
Imam Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dan dengan kecerdikannya beliau meminta mereka untuk menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina, dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina. Mengetahui hal itu, mereka bertanya, "Untuk apa semua ini?" Beliau menjawab, "Penuhi apa yang saya pinta, maka akan saya perlihatkan suatu rahasia." Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau memerintahkan agar melepas dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina dalam satu kandang. Kedua ayam jantan itu berkelahi dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir tewas. Beliau lalu memerintahkan agar mengurung kedua ayam tersebut. Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk melepas dua ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya.
Selanjutnya beliau berkata, "Saudara-saudara, daging babi membunuh 'ghirah' orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian. Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya bersama lelaki lain, dan membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, dan kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan was-was, karena daging babi itu menularkan sifat-sifatnya pada orang yang memakannya."
Hidangan Islami: Ulasan Komprehensif Berdasarkan Syari'at dan Sains Modern
Gema Insani Press
hiJaB = terkekang????
Hijab = Terkekang
Banyak yang bilang...
hijab adalah bentuk pengekangan terhadap wanita...
Banyak juga yang bilang...
dengan berhijab wanita tidak bebas dalam berbuat...
benarkah itu semua tujuan diturunkannya perintah berhijab ?
Allah ta'ala telah berfirman...
memerintahkan setiap wanita yang beriman...
'tuk mengenakan hijab atau kerudungnya bila keluar rumah...
atau ketika bertemu dengan mereka yang bukan muhrimnya...
agar mereka lebih mudah dikenal dan tidak mendapat gangguan
Ya...dengan berhijab...
Wanita Muslimah menunjukkan identitasnya...
menunjukkan kebanggaan dan izzah sebagai pemeluk Dienullah...
menunjukkan kesungguhan dan ketaatan sebagai hamba-Nya...
menunjukkan penjagaan terhadap kehormatan dan kesucian
dirinya
Dengan berhijab...
bukan berarti Muslimah terkekang hidupnya...
bukan berarti Muslimah tak lagi punya kebebasan...
bahkan dengan hijab yang melindungi kehormatannya...
Muslimah bisa menunjukkan potensi diri yang sebenarnya
Muslimah yang berhijab...
tidak lagi dihormati karena kecantikannya...
tidak lagi dinilai dengan penampilan dirinya...
tapi naluri dan daya pikirnyalah yang sekarang menentukan...
yang menjadi tolok ukur orang lain dalam menilai dirinya
Muslimah yang berhijab...
terbebas dari belenggu tuntutan penampilan...
terbebas dari segala pelecehan harga dirinya...
Bebas dan merdeka yang berbeda dengan wanita lainnya...
bebas dan merdeka sebagaimana kodratnya sebagai wanita
Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya...
Maha Bijaksana Allah atas segala Perintah-Nya...
Maha Adil Allah atas segala Keputusan-Nya...
Maha Penyayang Allah atas segala Hukuman-Nya...
Maha Kuasa Allah atas segala-segalanya
apaKaH anda sudaH beLajaR....
Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya, saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai...
Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya...
Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu perhatian pada saya..
Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik....
Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati...
Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....
Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya..... dan untuk itu saya harus memaafkannya...
Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain...., kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus....
Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya...
Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah orang yg saya sayangi, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri....
Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan....
Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda....
Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya....
Saya belajar, bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati....
Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya...
Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis....
Saya belajar, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai...
Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya....
Top of Form
Bottom of Form
Rumah yg seMpit...
Alkisah ada seseorang bernama Abdul mengeluh kepada Pak Kyai, orang yang dianggap bijaksana di kampungnya. Ia mengeluh karena rumahnya yang sangat sempit. Ia bersama keluarganya tidak nyaman tinggal dirumahnya.
Kemudian Pak Kyai itu bertanya, "Baiklah, insya Allah saya bisa mengatasi permasalahan kamu, akan tetapi ada dua syaratnya, yang pertama ikuti segala perintah saya, yang kedua jangan bertanya dan protes terhadap apa yang saya perintahkan. Bagaimana sepakat?" Sejenak Abdul berfikir, "hmm.....baiklah Pak Kyai, saya sepakat!. Apa perintah Pak Kyai?"
Kemudian Pak Kyai kebelakang mengambil seekor bebek peliharaannya, "nih, pelihara bebek ini di rumahmu!" perintahnya. "Pak Kyai bercanda ya? Rumah saya kan sempit, kok malah ditambah memelihara bebek sih?" protes Abdul. "Lupa ya syarat kedua perjanjian kita? Jangan tanya dan protes! Lakukan! Datanglah 3 hari lagi kemari!" tegas Pak Kyai. Dengan berat hati Abdul pun menjalankan perintah Pak Kyai.
Tiga hari kemudian Abdul datang ke rumah Pak Kyai, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai. "Sudah jelas, semakin terasa sempit." keluh Abdul. "Baiklah, sekarang perintah kedua, pelihara kambing ini juga dirumahmu" perintah Pak Kyai sambil membawa kambing peliharaannya.. "Tapi Pak Kyai........?", "Jangan tanya dan protes, lakukan saja! Datang kemari lagi setelah 3 hari" Pak Kyai mengingatkan. Abdulpun kembali dengan membawa seekor kambing, dia menyesal karena melakukan kesepakatan dengan Pak Kyai.
Tiga hari kemudian, Abdul datang kerumah Pak Kyai. "Bagaimana?", dengan wajah cemberut Abdul berkata, "Pak Kyai menyiksaku ya? Keluargaku jadi tidak betah dirumah!". "Sabar Abdul, Baiklah bawa kemari lagi bebek dan kambingku! Kemudian datang kemari lagi setelah tiga hari."
Tiga hari kemudian, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai, "Sekarang jadi tenang dan nyaman Pak Kyai, seolah-olah rumah saya jadi luas karena tidak ada gangguan bebek dan kambing.".
"Begitulah Abdul, saya menilai rumahmu itu sudah cukup luas, akan tetapi pandangan dan hatimu sungguhlah sempit. Hari ini kamu merasa rumahmu begitu luas, karena engkau merasakan bagaimana kondisi ketika rumahmu lebih sempit. Lihatlah tetangga-tetangga kita yang memiliki rumah yang jauh lebih sempit dari rumahmu. Dan cobalah bayangkan ketika kita dalam kondisi seperti mereka. Maka akan timbul rasa syukur dalam hatimu. Dan sebaliknya ketika engkau melihat tetangga kita yang rumahnya lebih luas daripada rumahmu, maka akan timbul rasa sempit dalam hatimu. Jadi, semua tergantung pada cara pandang kita. Maka, ubahlah segala pandanganmu menjadi pandangan syukur, maka rumah, dan hatimu akan terasa luas, Insya Allah."
***
Sahabatku, saya jadi teringat ceramahnya Ustadz Zaenudin,MZ. Beliau bercerita (maaf agak di modifikasi), ada seorang pemuda yang sedang menggayuh sepeda tua berkata dalam hati "Alhamdulillah, walaupun saya tidak memiliki sepeda motor, saya masih memiliki sepeda ini, sedang tetangga saya masih berjalan kaki.",
Dilain tempat tetangga yang berjalan kaki dalam hatinya berkata, "Alhamdulillah, saya masih bisa berjalan kaki, sedang tetangga saya tidak memiliki kaki karena kecelakaan, jadi harus memakai kursi roda."
Dilain tempat, tetangga yang menggunakan kursi roda berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa berjalan walau menggunakan kursi roda, sedang tetangga saya hanya bisa berbaring di tempat tidur karena lumpuh."
Dilain tempat, tetangga yang lumpuh berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa beribadah dan bertobat, sedang tetangga saya mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, Na'udzubillahimindzalik...."
Yakinlah sahabatku, ketika kita memandang segalanya dengan pandangan syukur, hidup ini akan terasa lebih nikmat dan indah.
Top of Form
Bottom of Form
Lucu ya.....^_^
Lucu Ya ???
Lucu ya, uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal
mesjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket....
Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir, tapi
betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola....
Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam
berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop....
Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,
tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan (gossip) bila ketemu teman....
Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan badminton favorit
kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan
bacaannya....
Lucu ya,susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel
best-seller lebih dari 100 halaman pun habis dilalap....
Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton konser tapi
berebut cari shaf paling belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar....
Lucu ya,kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa
disiapkan di agenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah
seketika ....
Lucu ya,susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya
orang berpartisipasi menyebar gossip....
Lucu ya,kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering
mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran....
Lucu ya,kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila
ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali....
Lucu ya,semua orang penginnya masuk surga tanpa harus
beriman,berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa tapi....
LUCU YA..... !
***
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa
sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah." (QS.33:47)
perangkap tikus...
Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Tapi, dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Kemudian tikus itu lari kembali ke ladang pertanian dan menjerit memberi peringatan;
"Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!" kata tikus.
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah."
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!"
"Wah, aku menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "Tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!"
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. "Oh? sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil ketawa, dengan berleleran air liurnya.
Lalu tikus itu kembali ke rumah, dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri. Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Istri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan istri petani itu.
Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Si istri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil, demam. Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat.Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk bahan supnya. Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk, dan tamu pun tumpah ruah ke rumahnya. Ia pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing di kandang dia jadikan gulai. Tapi, itu tak cukup, bisa itu tak dapat taklukkan. Si istri mati, dan berpuluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang pun dijadikan panganan, untuk puluhan pelayat dan peserta selamatan.
(Author : Imelda)
***
Sahabatku, apakah diri kita ini seperti hewan-hewan itu? Yang tidak peduli dengan keadaan saudara-saudara terdekat kita. Jangankan kita peduli kepada mereka, sudahkah kita mengenal tetangga-tetangga sebelah kita? Tahukah engkau kondisi mereka saat ini?
Apabila Anda mendengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan anda pikir itu tidak ada kaitannya dengan anda, ingatlah bahwa apabila ada "perangkap tikus" di dalam rumah, seluruh "ladang pertanian" ikut menanggung risikonya. Sungguh sikap mementingkan diri sendiri, egois akan berakibat buruk kepada diri kita sendiri. Percayalah!
Nenek dan Minyak Goreng
Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA.
Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm...dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana. Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.
Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya.
Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis.
Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.
Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.
Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat
saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya.
Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.
***
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya.
Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek.
Dostları ilə paylaş: |