Bendera dan panji nabi serta dalil-dalil penguatnya



Yüklə 95,93 Kb.
tarix21.08.2018
ölçüsü95,93 Kb.
#73249

BENDERA DAN PANJI NABI

SERTA DALIL-DALIL PENGUATNYA

Oleh : Angga Nugraha

A. Kata sahabat RA,

http://khilafahstuff.files.wordpress.com/2008/11/asd.jpg?w=198&h=197e:\foto islami\gambar khilafah\images17.jpeg

“Al-Mahdi akan keluar dengan membawa bendera yang sama seperti bendera Nabi SAW yaitu tanpa jahitan, berwarna hitam dan lebar, yang mana bendera ini tidak pernah berkibar lagi setelah wafat Nabi SAW, sehinggalah saat kemunculan al-Mahdi.”

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَأَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

(IBNUMAJAH - 4074) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Ahmad bin Yusuf keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Sufyan At Tsauri dari Khalid bin Al Khadza dari Abu Qilabah dari Abu Asma Ar Rahabi dari Tsauban dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kelak tiga orang akan berperang didekat perbendaharaan kalian ini (yaitu Ka'bah), dan kesemuanya adalah anak khalifah. Dan tidak ada yang menang melainkan satu orang, lalu muncullah bendera-bendera hitam dari wilayah timur, mereka lantas memerangi kalian dengan peperangan sengit yang sama sekali belum pernah dilakukan kaum manapun. Jika kalian melihatnya, maka berbaiatlah kepadanya walaupun sambil merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah Al Mahdi."

Mengenai dalil tersebut dapat dijelaskan takhrij haditsnya atas satu sanad yang terdiri atas 7 perawi tersambung yaitu :



  1. Tsauban bin bajdad, dia adalah dari kalangan sahabat, dengan kuniyah abu Abdullah, wafat pada 54 H

  2. Amru bin Mirtsad, dia adalah dari kalangan tabi`ien pertengahan, dengan kuniyah Abu asma, menurut para ulama dia termasuk tsiqah adil artinya perawi yang adil dan kuat hapalannya

  3. Abdullah bin Zaid bin Amru bin nabil, dia adalah dari kalangan tabi`ien pertengahan, dengan kuniyah Abu qilabah, wafat pada 104 H, menurut jumhur ulama dia pun adalah seorang tsiqah adil, yang adil dan kuat hapalannya

  4. Khalid bin Mihran, dia adalah dari kalangan tabi`ien biasa, dengan kuniyah Abu al-manazil, wafat pada 141 H, dia pun kategori tsiqah adil

  5. Sufyan bin Sa`id bin Masruq, dia adalah dari kalangan tabi`ut tabi`in dari kalangan tua, dengan kuniyah Abu Abdullah, wafat pada 161 H, dia termasuk tsiqah hafidz yaitu yang hafalannya sangat kuat

  6. Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi, dia adalah dari kalangan tabi`ut tabi`in kalangan biasa, dengan kuniytah Abu Bakar, wafat pada 211 H, dia pun termasuk kategori Tqiqah hafidz, yang hafalannya sangat kuat

  7. Muhammad bin Yahya bin 'Abdullah bin Khalid bin Faris bin Dzu'aib, dia adalah dari kalangan Tabi`ul Atba, dengan kuniyah Abu Abdullah, wafat pada 258 H, dia termasuk kategori tsiqah adil

Maka dari itu bisa disimpulkan :

  • Berdasarkan penyandaran hadits tersebut termasuk hadits Marfu, karena disandarkan langsung pada Nabi dan tidak terputus dalam 3 generasi

  • Berdasarkan gugurnya sanad hadits tersebut termasuk hadits Muallaq, karena sanad tidak gugur dalam 3 generasi setelah nabi.

  • Berdasarkan banyaknya jalan hadits tersebut termasuk hadits Gharib, karena hanya ada satu jalan sanad

B. Kata sahabat RA,

“Al-Mahdi akan keluar daripada Makkah dengan membawa bendera Rasulullah SAW.”

C. Kata tabiin RH,

“Al-Mahdi akan membawa bendera Rasulullah SAW, lengkap dengan cap-capnya sekali.”

D. Kata tabiin RH,

“Pertama kali bendera yang akan dikibarkan oleh al-Mahdi adalah ketika perjalanannya menuju pembaiatannya di Turki.”

E. Kata Qatadah RH, sabda Nabi SAW,

“Al-Mahdi akan keluar dari Makkah menuju ke Madinah. Orang ramai akan memaksanya keluar lalu dia dibaiat antara Rukun dengan Maqam sedangkan dia tidak menyukainya.” (Nuaim bin Hammad)

Perhatikan beberapa dalil tentang panji dan bendera nabi berikut ini :



e:\foto islami\gambar khilafah\images61.jpege:\foto islami\gambar khilafah\images31.jpeg

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَقَ الْوَاسِطِيُّ النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ حَيَّانَ سَمِعْتُ أَبَا مِجْلَزٍ يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ

أَنَّ رَايَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ

(IBNU MAJAH - 2808) : “ Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ishaq Al Washithi An Naqid; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq dari Yazid bin Hayyan; aku mendengar Abu Mijlaz menceritakan dari Ibnu Abbas, ia berkata; "Sesungguhnya panji Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwarna hitam dan benderanya berwarna putih."

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا حَدَّثَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الثَّقَفِيُّ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ قَالَ

بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا كَانَتْ قَالَ كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ

(AHMAD - 17884) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Zakaria Telah menceritakan kepada kami Abu Ya'qub Ats Tsaqafi telah menceritakan kepadaku Yunus bin Ubaid mantan budaknya Muhammad bin Al Qasim, ia berkata; Muhammad bin Al Qasim mengutusku untuk menemui Al Baraa` bin Azib agar menanyakan padanya tentang bendera Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seperti apakah bentuknya. Maka ia pun menjawab: "Warnanya adalah hitam, berbentuk persegi panjang dan terbuat dari kain wol."

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ حَسَّانَ قَالَ

قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا عَلَى الْمِنْبَرِ وَبِلَالٌ قَائِمٌ بَيْنَ يَدَيْهِ مُتَقَلِّدٌ سَيْفًا وَإِذَا رَايَةٌ سَوْدَاءُ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوا هَذَا عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ قَدِمَ مِنْ غَزَاةٍ

(IBNUMAJAH - 2806) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin 'Ayyasy dari 'Ashim dari Al Harits bin Hassan berkata; "Aku tiba di kota Madinah, aku menyaksikan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berdiri di atas mimbar, sementara Bilal sedang berdiri di hadapan beliau dengan posisi mengikat pedang dan tiba-tiba ada bendera hitam. Aku tanyakan; 'Siapa ini? ' Mereka berkata; 'Ini adalah 'Amru bin Ash yang datang dari peperangan.'

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ وَعَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ مَكَّةَ يَوْمَ الْفَتْحِ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ

(IBNUMAJAH - 2807) : Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal dan 'Abdah bin Abdullah, berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam; telah menceritakan kepada kami Syarik dari 'Ammar Ad Duhni dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memasuki kota Makkah di saat penaklukan kota Makkah dan benderanya berwarna putih."

e:\foto islami\gambar khilafah\images2.jpege:\foto islami\gambar khilafah\images23.jpeg

Bendera Hitam yang dimaksudkan itu adalah bendera kepunyaan Rasulullah SAW dahulu. Bendera itu bukan sembarang bendera dan bukan pula calang-calang bendera. Bendera ini adalah lambang kekuasaan Islam ke atas seluruh dunia. Bendera ini adalah juga lambang kekuatan rohani para pengikutnya. Bendera ini juga adalah lambang tegaknya sunnah di atas segala kebatilan dan khurafat yang sebelumnya amat bermaharaja lela. Dengan adanya bendera Rasulullah SAW ini, nasib umat Islam di seluruh dunia amatlah terbela. Bendera ini adalah lambang kekuasaan Islam, yang apabila bendera ini ditegakkan, maka akan musnah dan robohlah segala kekuasaan yang bukan Islam di tangan pemegang bendera ini

Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal”

MENGENAL BENDERA RASULULLAH, BENDERA UMAT ISLAM
http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/2009/januari/khilafah/3/img/liwa_roya.jpg
[View/Download]

Banyak Hadits dan atsar telah menjelaskan kepada kita tentang raayah (panji) dan bendera (liwaa�) Nabi saw, Di dalamnya juga dijelaskan warna, bentuk, dan karakteristik panji-panji dan bendera Rasulullah saw.

1. Dari Ibnu �Abbas ra, ia berkata:

kaanat rooyatu rosuuuliLlahi Shallallahu �alaihi wa sallam saudaa a, wa liwaa u huu abyadho.


�Raayahnya (panji) Rasul saw berwarna hitam, sedangkan benderanya (liwa�nya) berwarna putih.�

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Ibnu Abbas ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Tirmidzi dalam kitab Jaminya: IV/197, no. 1681, dikomentarinya sebagai hadits hasan gharib;

  • Imam Ibnu Majah dalam Sunannya: II/941, no. 2818;

  • Imam Thabrani dalam Mujamul Ausath: I/77, no. 219;

  • Mujam al-Kabir: XII/207, no. 12909;

  • Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak: II/115, no. 2506/131, Dikatakan dalam at-Talkhish (Yazid dha�if);

  • Imam al-Baihaqi dalam Sunannya: VI/363 (lihat Fath al-Baariy: VI/126);

  • Imam Abu Syaikh dalam kitabnya Akhlaq an-Nabi saw, halaman 153, No. 420/421;

  • Imam Baghawi dalam Syarh Sunnah: X/404, no. 2664;

  • Imam al-Haitsami dalam Majmu az-Zawaaid: V/321, dikatakan, Diriwayatkan oleh Abu Ya�la dan Thabrani, didalamnya terdapat Hibban bin Andullah, Adz-Dzahabi berkomentar, dia adalah majhul sedang para perawi Abu Ya�la lainnya adalah tsiqah;

  • Berkata as-Shalihi asy-Syaami dalam sirah Nabi saw (Subulul Huda wa ar-Rasyad) �Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi sanadnya bagus, sedangkan melalui Thabrani perawinya shahih kecuali Hibban bin Ubaidillah dari Baridah dan Ibnu Abbas�: VII/271;

  • Dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh kota Damaskus: IV/223 dengan teks berasal dari Ibnu Abbas yang dikatakannya: �Rayahnya RasuluLLah saw adalah berwarna hitam, sedangkan liwa�-nya berwarna putih�. Disebutkan pula melalui jalur lain (IV/24), lihat juga Mukhtasharnya: I/352. Berkata Syaikh Syuaibal Arnauth dalam Hamsysyarh Sunan al-Baghawiy bahwa sanadnya hasan. Tirmidzi juga meng-hasan-kannya;

  • Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220;

  • Umdatul Qaari-nya al-Aini: XII/47;

  • Misykah al-Mashabih-nya Tibriziy: II/1140.

2. Dari Abu Hurairah, ia berkata:

Kaanat rooyatu rasuuliLlahi shallahu �alaihi wa sallam saudaa a, wa liwaa u huu abyadho.


�Panji RasuluLlah saw (raayat) berwarna hitam, sedangkan liwa�nya berwarna putih.�

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Abu Hurairah ra ini, dikeluarkan dari :

  • Dikeluarkan oleh Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi pada halaman 154, no. 421 dan halaman 256, no. 427;

  • Dikeluarkan juga oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh kota Damaskus dengan teks (Telah menceritakan kepada kami Abu al-Qasim al-Khadlr bin Hussain bin Abdillah bin �Abdan, dari Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Mubarak al-Farra, dari Abu Muhammad Abdullah bin Hussain bin Abdan, dari Abdul Wahhab al-Kilabi, dari Sa�id bin Abdul Aziz al-Halabiy, dari Abu Nu�aim Abid bin Hisyam, dari Khalid bin Umar, dari al-Laits bin Sa�ad, dari Yazid bin Abi Hubaib, dari Abi al-Khair, dari Abu Hurairah, berkata : �Rayahnya Nabi saw dari secarik beludru yang ada di tanagn Aisyah, ditanyakan kepadanya (bahwa Aisyah) yang memotongnya, dan liwa beliau berwarna putih..� (al-hadits).

  • Juga melalui jalur lain dikatakan: �Telah menceritakan kepada kami Abu al-Qasim as-Samarqandiy, dari Kahlid bin Amru, dari Laits, dari Yazid bin Abi Hubaib, dari Abi al-Khair Murtsid bin Yazid, dari Abu Hurairah, bunyi haditsnya sama dengan sebelumnya.

  • Ibnu Hajar berkata dalam Fath al-Baariy: �Telah dikeluarkan oleh Ibnu Adi dari haditsnya Abu Hurairah�: VI/127;

  • Juga berita tersebut dalam al-Kamil-nya Ibnu Adi: III/31, yang diterjemahkan oleh Khalid al-Qurasyiy;

  • Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220;

  • Umdatul Qaari-nya al-Aini: XII/47;

3. Dari �Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya: Abu Qasim bin �Asakir berkata: �telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasim Zahir bin Thahir asy-Syahaamiy, dan Abu al-Mudzfar bin al-Qasyiiriy, keduanya berkata, �Telah mengabarkan kepada kami, Abu Sa�ad al-Junzuruudiy, telah mengabarkan kepada kami, Abu �Amru bin Hamdaan, telah mengabarkan kepada kami Abu Ya�la al-Mushiliy, telah mengabarkan kepada kamiIbrahim bin al-Hujjaj, telah mengabarkan kepada kami Hibban bin �Ubaidillah �tambahan dari al-Qasyiiriy- Ibnu Hibban Abu zahiir, telah mengabarkan kepada kami Abu Majliz dari Ibnu �Abbas, Hayyan berkata, �Telah meriwayatakan kepada kami �Abdillah bin Buraidah dari bapaknya:

anna rosuulaLlahi shallallahu �alaihi wa sallam kaanat rooyatuhuu saudaa a, wa liwaau huu abyadho.


�Sesungguhnya, panji RasuluLlah saw (rayah) berwarna hitam, sedangkan liwa�nya berwarna putih.�

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan �Abdillah bin Buraidah dari bapaknya ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi saw dan Adabnya, halaman 153, no. 420. Aku berkata: �Itu jalurnya sama dengan hadits yang sebelumnya, dari Ibnu Abbas, karena kadangkala Ibnu Abbas mengatakannya pada dirinya, kadangkala kepada Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya, teksnya adalah: �Bahwa rayahnya RasuluLah saw berwarna hitam dan liwanya berwarna putih�.

  • Tarikh ad-Dimasysq: IV/224.

  • Imam Ibnu Hajar berkata dalam Fath a- Bariy: VI/127, Abi Ya�la dari haditsnya Buraidah;

  • Thabrani mengeluarkannya dalam Mujamul Kabir: XII/207, no. 12909;

  • Majmu al-Bahrain, Halaman 870;

  • Imam al-Iraqiy berkata dalam Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220, �Itu diriwayatkan oleh Abu Ya�al al-Mausuliy dalam musnadnya, dan Thabrani dalam Mu�jam al-Kabirnya dari hadits Buraidah�.

4. Dari Jabir ra (haditsnya marfu�) sampai kepada RasuluLlah saw:

annahuu kaana liwa uhuu yauma dakhola makkata abyadho


�Bendera Nabi saw (liwaa�) pada saat masuk kota Makkah berwarna putih�

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Jabir ra ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya: III/72, no. 2592;

  • Al-Mukhtashar: VII/406, no. 2480.

  • Teks menurut Tirmidzi: IV/195, no. 1679, berkata: �Dari Jabir bin Abdullah, Bahwasanya Nabi saw masuk ke kota Makkah pada saat hari penaklukan dengan liwanya berwarna putih�.

  • Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya (al-Ihsan): XI/47, no. 4743, berkata al-Arnauth: �Haditsnya hasan dengan dua orang saksi�.

  • Imam an-Nasai: VI/200, no. 6869 dalam bab Haji, dan no. 106 dalam bab Masuk kota Makkah;

  • Imam al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra-nya: VI/362;

  • Imam al-Baghawiy dalam Syarh as-Sunnah: X/403;

  • Al-Hakim dalam al-Mustadraknya: IV/115, no. 2505, dikatakannya: �Hadits ini shahih dengan syarat muslim meski beliau tidak mengeluarkannya, tetapi dia menyaksikan haditsnya Ibnu Abbas ra�.;

  • Imam al-Haitsami dalam Majmu az-Zawaaid : V/321, dikatakannya: �Diriwayatkan oleh Thabrani dengan tiga orang, terdapat juga dalam Sunan-nya bahwa liwa itu putih�.;

  • Lihat juga at-Talkhish al-Hubair-nya Ibnu Hajar: I/98;

  • Umdatul Qaari-nya al-Aini: XII/47;

  • Misykah al-Mashabih-nya Tibriziy: II/1140.

5. Dari �Aisyah ra, ia berkata:

Kaana liwaa u rosuuliLlahi shallallahu �alaihi wa sallam abyadho


�Liwaa�nya Nabi saw berwarna putih�

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan �Aisyah ra ini, dikeluarkan dari :

  • Imam al-Baghawiy dalam Syarh as-Sunnah: X/404, no. 2665;

  • Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu pada halaman 154, no. 422, Halaman 156, no. 428;

  • Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannif-nya: VI/533, no. 336111;

  • Imam al-Iraqiy berkata dalam Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220: �Itu diriwayatkan oleh Abu Syaikh bin Hibban dari Haditsnya Aisyah.�

6. Dari Ibnu �Umar ra, beliau berkata:

anna rosuulaLlahi shallallahu �alaihi wa sallam kaana idzaa �aqoda liwaa an, �aqodahu abyadhu, wa kaana liwaa u rosuuliLlahi shallallahu �alaihi wa sallam abyadho


�Tatkala Rasulullah saw memasangkan benderanya, beliau memasangkan bendera (liwaa�) yang berwarna putih�

Hadits dari Ibnu �Umar ra ini dikeluarkan Abu Syaikh dalam kitab Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu, halaman 155, no. 423.



7. Rasyid bin Sa�ad telah menceritakan sebuah riwayat dari RasuluLlah saw:

kaanat royaatu rasuuliLlahi shallallahu �alaihi wa sallam saudaa a wa liwaa uhuu abyadho


�Panji (raayah) Nabi saw berwarna hitam, sedangkan liwa�-nya berwarna putih�

Rayah menurut penuturan Rasyid bin Sa�ad ini ada dalam kitab as-Sair al-Kabir karya Imam asy-Syaibani: I/71



sejarah bendera Islam Arayah dan Aliwa

⊆ Selasa, Desember 08, 2009 by Abu Jundan | ˜ 4 komentar »



http://2.bp.blogspot.com/_tq3xbhn-xbi/sx22dn3scwi/aaaaaaaaar8/cebkjjpqkyo/s200/3b2d.jpg

Adakah Negara Islam pertama di dunia yang telah ditegakkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam di Madinah mempunyai bendera? Jika ya, bagaimanakah spesifikasi bendera tersebut dan apakah hukum pengambilannya?


Jika di zaman Khilafah dulu, anak-anak kaum Muslimin dibesarkan tanpa perlu diajar bahwa bendera umat Islam adalah bendera Rasulullah, karena itulah apa yang mereka lihat. Namun di zaman ini, anak-anak Islam dibesarkan dengan diajar dan dipaksa menerima bahwa bendera mereka adalah bendera yang telah ditentukan oleh penjajah, yaitu bendera bangsa
Jadi, tidaklah heran jika kita atau anak-anak kita tidak mengenali bagaimanakah bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Itulah salah satu keberhasilan si kafir penjajah. Mereka berhasil membuat umat Islam lalai dan terus lupa akan bentuk bendera Islam yang sebenarnya.
Daulah Islam sebenarnya mempunyai bendera (al-liwa’) dan juga panji (ar-rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam semasa tegaknya Daulah Islamiyyah pertama di Madinah al-Munawwarah.
Secara bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut ‘alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-’alam, yang jama’nya disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa’ adalah al-’alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’i, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu yaitu:


  1. Bendera (Liwa’) adalah berwarna putih dan tertera di atasnya kalimah ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’ dengan warna hitam.
    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Bahwa bendera Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam berwarna hitam, sedangkan panji beliau warnanya putih.” Riwayat Ibnu Abbas yang lain dengan lafadz, “Bahwa pada bendera Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. tertulis kalimat ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’. Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh amir (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi amir tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af ’al) Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya. Diriwayatkan dari Jabir, “Bahwa Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam memasuki Makkah dengan membawa bendera (liwa’) berwarna putih.” [HR Ibnu Majah].

    An-Nasa’i juga meriwayatkan Hadis melalui Anas bahawa semasa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam mengangkat Usama ibn Zaid sebagai amir (panglima) pasukan ke Roma, baginda menyerahkan bendera (liwa’) kepada Usama ibn Zaid dengan mengikatnya sendiri.





  1. Panji (Rayah) adalah berwarna hitam, yang tertulis di atasnya kalimah ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’ dengan warna putih. Hadis riwayat Ibnu Abbas di atas menjelaskan hal ini kepada kita. Semasa jihad, ia dibawa oleh ketua setiap unit seperti(sama dengan Division, Batalion, Detachment ataupun lain-lain unit).

    Dalilnya adalah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, semasa menjadi panglima perang di Khaibar, bersabda, “Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah memberikan panji itu kepada Ali.” [HR Bukhari].


    Saidina Ali karramallahu wajhah pada masa itu boleh dikatakan bertindak sebagai ketua divisi ataupun regimen.
    Diriwayatkan dari Harits Bin Hassan Al Bakri yang mengatakan, “Kami datang ke Madinah, saat itu dan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam sedang berada di atas mimbar, sementara itu Bilal berdiri dekat dengan beliau dengan pedang di tangannya. Dan di hadapan Rasulullah terdapat banyak rayah (panji) hitam. Lalu aku bertanya: “Ini panji-panjii apa?” Mereka pun menjawab: “(panji-panji) Amru Bin Ash, yang baru tiba dari peperangan.”
    Dalam riwayat At-Tirmidzi, menggunakan lafadz, “Aku datang ke Madinah, lalu aku masuk ke masjid di mana masjid penuh sesak dengan orang ramai, dan di situ terdapat banyak panji hitam, sementara Bilal –ketika itu- tangannya sedang memegang pedang dekat Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Lalu aku bertanya: “Ada apa dengan orang-orang itu?” Mereka menjawab: “Beliau Sallallahu ‘alaihi wa Sallam akan mengirim Amru Bin Ash ke suatu tempat.”
    Maksud ungkapan “terdapat banyak rayah (panji) hitam” menunjukkan bahawa terdapat banyak panji-panji yang dibawa oleh para tentera, walaupun amir (panglima perang)nya hanyalah seorang, yaitu Amru Bin Ash.
    kaanat rooyatu rosuuuliLlahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saudaa a, wa liwaa u huu abyadho
    (“Raayahnya (panji) Rasul saw berwarna hitam, sedangkan benderanya (liwa’nya) berwarna putih.”) HR Ibnu Abbas dan abu hurrairah

    Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Ibnu Abbas dan abu hurrairah ini, kami kutip dari :
    • Imam Tirmidzi dalam kitab Jami’nya: IV/197, no. 1681, dikomentarinya sebagai hadits hasan gharib;
    • Imam Ibnu Majah dalam Sunannya: II/941, no. 2818;
    • Imam Thabrani dalam Mu’jamul Ausath: I/77, no. 219;
    • Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak: II/115, no. 2506/131, Dikatakan dalam at-Talkhish (Yazid dha’if);
    • Imam al-Baihaqi dalam Sunannya: VI/363 (lihat Fath al-Baariy: VI/126);
    • Imam Abu Syaikh dalam kitabnya Akhlaq an-Nabi saw, halaman 153, No. 420/421;
    • Imam Baghawi dalam Syarh Sunnah: X/404, no. 2664;
    Dan lain lain……………….
    Dari Jabir ra (haditsnya marfu’) sampai kepada RasuluLlah saw:
    <>
    “Bendera Nabi saw (liwaa’) pada saat masuk kota Makkah berwarna putih”
    Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Jabir ra ini, kami kutip dari :
    • Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya: III/72, no. 2592;
    • Al-Mukhtashar: VII/406, no. 2480.
    • Teks menurut Tirmidzi: IV/195, no. 1679, berkata: ‘Dari Jabir bin Abdullah, ‘Bahwasanya Nabi saw masuk ke kota Makkah pada saat hari penaklukan dengan liwanya berwarna putih’.
    • Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya (al-Ihsan): XI/47, no. 4743, berkata al-Arnauth: ‘Haditsnya hasan dengan dua orang saksi’.
    • Imam an-Nasa’i: VI/200, no. 6869 dalam bab Haji, dan no. 106 dalam bab Masuk kota Makkah;
    • Imam al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra-nya: VI/362;
    • Imam al-Baghawiy dalam Syarh as-Sunnah: X/403;
    • Al-Hakim dalam al-Mustadraknya: IV/115, no. 2505, dikatakannya: ‘Hadits ini shahih dengan syarat muslim meski beliau tidak mengeluarkannya, tetapi dia menyaksikan haditsnya Ibnu Abbas ra’.;
    • Imam al-Haitsami dalam Majmu’ az-Zawaaid : V/321, dikatakannya: ‘Diriwayatkan oleh Thabrani dengan tiga orang, terdapat juga dalam Sunan-nya bahwa liwa itu putih’.;
    • Lihat juga at-Talkhish al-Hubair-nya Ibnu Hajar: I/98;
    • ‘Umdatul Qaari-nya al-‘Aini: XII/47;
    • Misykah al-Mashabih-nya Tibriziy: II/1140
    Dari Jabir ra
    <>
    “Bendera Nabi saw (liwaa’) pada saat masuk kota Makkah berwarna putih”
    Dari ‘Aisyah ra, ia berkata:
    <>
    “Liwaa’nya Nabi saw berwarna putih”
    Dari Ibnu ‘Umar ra, beliau berkata:
    <>
    “Tatkala Rasulullah saw memasangkan benderanya, beliau memasangkan bendera (liwaa’) yang berwarna putih”
    dituturkan oleh Imam Thabrani dan Abu Syaikh dari Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas, bahwa bendera Rasulullah saw bertuliskan lafadz ‘La ilaha Illa Al-Allah Mohammad Rasul al-Allah’
    Imam Suyuthi dalam kitabnya Badaa’iu al-Umur fi Waqaa-i’ ad-Duhur mengatakan: ‘Liwanya Nabi saw berwarna putih, dan tertulis Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah’, (lembar ke-286).

    Dalam riwayat An Nasa’i, dari Anas, “Bahawa Ibnu Ummi Maktum membawa panji hitam, dalam beberapa pertempuran bersama Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Hadis-hadis di atas dan banyak lagi hadis-hadis lain menunjukkan kepada kita bahawa itulah ciri-ciri bendera dan panji Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.


    Nas-nas tersebut juga menunjukkan bahawa hanya terdapat satu bendera (liwa’) di dalam satu pasukan, tetapi boleh terdapat banyak panji (rayah) di dalam setiap unit dalam pasukan yang sama, yang dipegang oleh ketua unit masing-masing.
    Demikian pula, pada kondisi sedang terjadi peperangan, jika Khalifah memimpin langsung pertempuran maka al-Liwâ’ boleh dikibarkan di medan pertempuran, bukan hanya ar-Râyah. Telah dinyatakan di dalam Sîrah Ibn Hisyâm dalam pembicaraan mengenai Perang Badar al-Kubra, bahwa al-Liwâ’ dan ar-Râyah, berada di medan pertempuran.
    Adapun dalam kondisi damai atau setelah berakhirnya pertempuran, maka ar-Râyah tersebar di tengah brigade pasukan; dikibarkan oleh batalyon, sekuadron, detasemen, dan satuan-satuan pasukan.....Hal itu sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis penuturan Harits bin Hasan al-Bakri mengenai brigade pasukan Amru bin al-‘Ash
    Para pendengar! Itulah bentuk, corak dan warna bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Hadis-hadis yang diriwayatkan menggambarkan dengan jelas akan bendera dan panji Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak ada spesifikasi lain selain ini. Yang tertera padanya hanyalah satu kalimah yang Rasulullah diutus karenanya. Kalimah yang telah dibawa dan diperjuangkan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat.
    Kalimah yang para pendahulu kita telah syahid kerana mempertahankannya. Dan kalimah inilah yang akan kita ucapkan di kala Izrail datang menjemput. Inilah kalimah tauhid yang menyatukan kita semua tanpa membedakan bangsa, suku,warna kulit, letak geografis dan sebagainya.
    Inilah kalimah yang akan menyelamatkan kita dari azab Allah di akhirat nanti. Inilah kalimah yang ada pada bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.....kalimah “LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH”!.
    Bendera Sebagai Syi’ar IslamDulu kaum Muslimin hanya hidup untuk Allah dan mati untuk Allah. Mereka benar-benar memahami ayat-ayat Allah bahawa mereka dicipta hanya untuk beribadah kepadaNya. Oleh itu, mereka tidak ragu-ragu untuk menyerahkan nyawa mereka di jalan Allah. Mereka menyertai peperangan demi peperangan untuk menyebarkan risalah Allah dan rahmatNya. Mereka membebaskan negeri demi negeri untuk menyatukannya ke dalam Daulah Islam.
    Dalam setiap peperangan dan pembebasan negeri-negeri, mereka tidak pernah lalai dari membawa bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Itulah bendera yang mereka warisi dari Nabi mereka dan mereka sanggup mati dengan bendera di tangan. Sebagaimana lagu dan irama, peperangan dan bendera merupakan suatu yang tak dapat dipisahkan.Di antara peperangan yang begitu menggores hati kita umat Islam ialah Perang Mu’tah yang berlaku pada bulan Jamadil Awal tahun ke-8 H.
    Di dalam perang ini, Rasulullah menghantar 3,000 pahlawan elit Islam untuk bertempur dengan pasukan Roma. Baginda mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang dan bersabda, “Jika Zaid gugur, maka Ja’far bin Abi Thalib akan menggantikan tempatnya, jika Ja’far gugur, makaAbdullah bin Rawahah akan menggantikan tempatnya.” Pasukan pun berangkat dengan disertai Khalid bin Al-Walid yang baru memeluk Islam setelah Perjanjian Hudaibiyyah.
    Di dalam perjalanan , mereka telah mendapat maklumat bahawa Malik bin Zafilah telah mengumpulkan 100,000 tentera sementara Heraklius sendiri datang dengan 100,000 tentera. Berita ini menyebabkan pasukan Islam berbeda pendapat sementara harus terus berperang atau mengirim utusan untuk meminta bantuan tambahan dari Rasulullah.
    Namun Abdullah bin Rawahah terus maju ke hadapan kaum Muslimin dan berkata dengan lantang dan berani, “Wahai sekelompok kaum! Demi Allah! Sesungguhnya apa yang kalian benci justeru itulah yang kalian cari, yaitu syahid! Kita keluar memerangi musuh bukan karena jumlah atau kekuatan atau berdasarkan bilangan, tetapi kita memerangi mereka demi Deenul Islam, yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Oleh itu berangkatlah! Sesungguhnya di tengah kita ada dua kebaikan; menang atau syahid.”
    Kata-kata ini telah membakar semangat mereka, lalu mereka pun berangkat dengan penuh keimanan untuk menggempur musuh semata-mata kerana Allah. Maka terjadilah peperangan di tempat yang bernama Mu’tah, di mana di tempat inilah Allah telah membeli beberapa jiwa kaum Muslimin untuk dibayar dengan syurgaNya
    .Sejumlah 3,000 pasukan Islam berjuang habis-habisan melawan 200,000 tentera musuh. Satu peristiwa yang tidak masuk akal jika difikirkan secara logika. Tetapi itulah hakikat umat Islam, umat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dibantu olehNya pada setiap peperangan. Umat yang hidup di dunia ini hanya untuk Allah.
    Zaid bin Haritsah yang merupakan panglima perang terus maju menggempur pasukan musuh dengan membawa bendera Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam di tangan. Akhirnya sebatang tombak menembusi tubuhnya dan beliau terus gugur. Bendera segera diambil oleh Ja’far bin Abi Thalib, seorang pejuang yang baru berusia 33 tahun.
    Ketika musuh telah mengepung kudanya dan melukai tubuhnya, Ja’far justru turun dan terus menuju ke tengah-tengah musuh menghayunkan pedangnya. Tiba-tiba seorang tentera Roma datang dan berhasil memukulnya dari arah tepi. Pukulan itu menyebabkan tubuh Ja’far terbelah dua dan beliau syahid menemui Tuhannya.
    Bendera lalu disambar oleh Abdullah bin Rawahah dan terus dibawa dengan menunggang kuda menuju ke tengah musuh. Beliau juga turut syahid menyusuri kedua-dua sahabatnya. Bendera lalu diambil oleh Tsabit bin Arqam seraya menjerit, “Wahai kaum Muslimin! Berkumpullah disekeliling seseorang.” Lalu kaum Muslimin pun berkumpul mengelilingi Khalid bin Al-Walid dan bendera Nabi terus diserahkan kepada Khalid yang kemudian terus mengetuai pasukan.sampai kaum muslimin memenangkan pertempuran
    Tepatnya 7 Syawal tahun ke-3 Hijriah, perang Uhud meletus. Kondisi Nabi saw sendiri saat itu sangat kesulitan . Ia terdesak lawan dan mulai terluka. Melihat hal itu, Mus'ab menuju ke arahnya. Mus'ab melindungi nabi dari kepungan musuh. Bendera Islam yang semula dipegang Nabi saw kini pindah ke tangan Mus'ab. Pemuda itu berjuang ganda; melindungi Nabi saw sekaligus menjaga bendera Islam, Ia gigih bertarung membasmi para musuh Islam. Banyak korban berjatuhan di ujung pedangnya.
    Suatu ketika, Mus'ab lengah. Saat itulah seorang pasukan kafir mengayunkan pedang tepat sasaran. Tangan kanan Mus’ab terbebas. Tangan itu putus, bendera itu ia pindah ke tangan kirinya. Namun belum sempurna tangan itu memegang tongkat bendera, lagi-lagi sebilah pedang berayun ke arahnya. Lengan kiri Mus'ab terputus lagi jatuh di tanah dengan bermandi darah.
    Kini bendera Islam dipeluk Mus'ab menggunakan dagunya dan ujung pangkal kedua tangannya yg putus Bendera itu bisa "tegak beberapa, saat, sebelum akhirnya sebilah tombak menancap tepat di uluh hati Mus'ab. Mus'ab tak mampu bertahan. Akhirnya ia pun roboh di tanah bersama bendera Islam yang dipertahankannya.
    Setelah perang Uhud selesai, Nabi saw berdiri sedih di hadapan jenazah Mus'ab. Mus'ab yang berjasa besar pada Nabi saw dan umat Islam lainnya telah tiada. Nabi saw juga haru, sebab, ketika jenazah itu hendak dikafani, tak ada kain yang cukup menutupinya. Jenazah itu akhirnya hanya ditutup dengan kain burdah berukuran kecil. Jika kepala jenazah Mus'ab ditutupi, kedua kakinya kelihatan. Jika ganti kedua kakinya yang ditutupi, kepalanya jadi kelihatan. Maka Nabi saw pun bersabda, "Tutupkan kain itu di bagian kepalanya, sedang kedua kakinya tutupi dengan “rumput
    seruan

    Begitulah secuil kisah perjuangan golongan awal yang merupakan generasi terbaik umat Islam dengan membawa bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Bendera yang menjadi rebutan para sahabat untuk memegangnya di setiap peperangan. Bendera yang menyaksikan berapa ramai sahabat telah syahid demi mempertahankannya. Bendera yang dipegang erat oleh para sahabat agar ia tidak jatuh ke bumi.


    Bendera yang benar-benar dipertahankan oleh para pemimpin dan pejuang dari kaum Muslimin yang mulia sebagai syi’ar Islam. Bendera yang bagi setiap orang yang mengucap syahadah, ia sanggup mati karenanya di dalam setiap perjuangan, semata-mata kerana Allah. Inilah bendera kita wahai saudaraku. Inilah bendera kita, umat Muhammad yang dimuliakan! Marilah kita kembali mengibarkan bendera kita, bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, bendera yang dicipta atas perintah Allah, bukannya ciptaan aqal manusia, apalagi dibuat hanya untuk melewati satu pertandingan.
    Inilah bendera yang seharusnya untuk umat Islam. Kita adalah umat Rasulullah, maka tunjukkanlah rasa kasih dan sayang kita kepada Rasul kita dengan kembali mengibarkan bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.
    Bayangkan para pendengar, jika Rasulullah ada bersama kita, sanggupkah kita berada di belakang Rasulullah dan mengibarkan bendera selain dari bendera Rasulullah?padahal dengan bendera inilah Rasulullah telah menyatukan seluruh umat manusia yang mengucap kalimah yang tertera padanya.
    Kibaran bendera inilah yang telah membawa risalah Allah ke seluruh pelusuk dunia. Dengan melihat bendera inilah jantung musuh-musuh Islam berdegup kencang menanti saat kehancuran mereka.
    Bendera ini telah dibawa dan dijulang oleh para pejuang Islam di kala mengembangkan agama Allah. Inilah satu-satunya bendera kita, bendera Rasulullah, bendera Islam, bendera daulah Islam!!Kita telah melihat bendera ini dikibarkan oleh kaum Muslimin di seluruh dunia seiring dengan perjuangan untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan jalan menegakkan kembali Daulah Khilafah.
    Kita juga melihat bendera ini berkibar di Indonesia oleh para pejuang Islam yang berusaha ke arah yang sama. Semoga kita akan dapat melihat bendera ini dikibarkan oleh para pemimpin kaum Muslimin di seluruh dunia termasuk indonesia walaupun sebelum berdirinya Khilafah. InsyaAllah, setelah Khilafah berhasil ditegakkan, kita akan melihat bendera ini sekali lagi dikibarkan dengan penuh bangga dan kesyukuran.
    Air mata terharu dan kegembiraan akan menitis pada hari itu, hari di mana peraturan Allah telah kembali di teggakan ke muka bumi. Bendera ciptaan Allah ini akan kembali meliuk-meliuk ditiup angin di udara dan akan berkibar dengan megahnya. Inilah hari kemenangan Islam, hari yang Allah menurunkan pertolonganNya ke atas kaum Muslimin yang bersungguh-sunguh berjuang demi menegakkan agamaNya. Inilah hari yang kita berusaha siang dan malam untuk menggapainya dan kita benar-benar menanti akan kedatangannya. Inilah hari Daulah Khilafah ’ala minhaj nubuwah yang kedua kalinya, kembali muncul menyelimuti dunia untuk membawa rahmat Allah ke seluruh alam. Maha Suci Allah yang akan mengembalikan hari tersebut kepada kita semua

    Pada akhirnya tidak ada lagi bendera kebangsaan, namun semuanya akan bersatu kembali dalam bendera Nabi yang diusung khalifah Negara islam yang akan mempersatukan seluruh wilayah islam di dunia..Insya Alloh




e:\foto islami\gambar khilafah\index.jpeg
Yüklə 95,93 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin