2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif didapat dari hasil kerja sama anggota dalam kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Johnson & Johnson (Trianto, 2010, h. 57) bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar peserta didik untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Trianto (2010, h. 59) menyebutkan model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, antara lain:
-
Hasil belajar akademik.
Dalam belajar kooperatif membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
-
Penerimaan terhadap perbedaan individu.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
-
Pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama, kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab.
Berdasarkan tujuan model pembelajaran kooperatif di atas, pelaksanaan penelitian ini mencakup tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.
3. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.
Roger dan David (Rusman, 2010, h. 212) menyebutkan ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
-
Prinsip saling ketergantungan positif.
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
-
Tanggung jawab perseorangan.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
-
Interaksi tatap muka.
Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
-
Partisipasi dan komunikasi.
Melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
-
Evaluasi proses kelompok.
Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif itu mengandung unsur-unsur yang menuntut peserta didik untuk mau mengikuti pembelajaran secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Karena model pembelajaran kooperatif itu mengandung prinsip saling ketergantungan yang positif antar sesama anggota kelompoknya. Kemudian dituntut tanggung jawab juga dari setiap individunya atas tugas kelompok yang harus diselesaikan bersama. Sehingga dengan model pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka, partisipasi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dan komunikasi itu terjalin dengan baik untuk menyelesaikan evealuasi proses kelompok yang disiapkan oleh Guru.
-
Model Pembelajaran Course Review Horay
1. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay
Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011) Model pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak “horay”.
Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman peserta didik dengan menggunakan strategi games yang mana jika peserta didik mampu menjawab benar maka peserta didik akan berteriak “horay”.
Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, serta membantu peserta didik untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan, sehingga peserta didik merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn CRH ini, apabila peserta didik dapat menjawab secara benar maka peserta didik tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu peserta didik itu sendiri (Online http://cheliemarlangen.blogspot.com/ (acessed 09/03/2014).
Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman peserta didik menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk peserta didik atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak ‘horay’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak hanya menginginkan peserta didik untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2010).
Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih peserta didik dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).
2. Tujuan Pembelajaran Model Course review Horay (CRH) :
Adapun tujuan dari pembelajaran model Course Review Horay (CRH) dikutip dari http://cheliemarlangen.blogspot.com/ (acessed 09/03/2014) ini adalah sebagai berikut:
-
Meningkatkan kinerja peserta didik dalam menyelesaikan tugas akademik;
-
Peserta didik dapat belajar dengan aktif;
-
Agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara pandang penyelesaian masalah;
-
Mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH).
3. Prinsip Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan peserta didik menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang peserta didik untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar (http://cheliemarlangen.blogspot.com/ acessed 09/03/2014).
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
-
Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan tertentu yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal pembelajaran;
-
Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Jadi penggunaan model pembelajaran CRH ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena dalam menggunakan model pembelajaran CRH ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari peserta didik. Umpan balik ini ada dua yaitu :
-
Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan peserta didik.
-
Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
4. Aspek Perkembangan yang Diperoleh
Perkembangan yang didapatkan dari model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dikutip dari http://cheliemarlangen.blogspot.com/ (acessed 09/03/2014) antara lain sebagai berikut:
-
Motorik, dalam metode tersebut adanya perkembangan motorik yang terjadi pada peserta didik melalui ekspresi dam respon dari peserta didik. Dengan mencoba untuk menjawab pertanyaan / kuis dari guru. Dan adanya gerakan yang membuat peserta didik merasa lebih rileks melakukan mengangkat tangan dan berteriak seperti ‘’ horey.’’
-
Kognitif, dapat mengevaluasi materi yang telah diberikan guru terhadap peserta didik, membuat peserta didik lebih berfikir dan berkonsentrasi serta menyimak pertanyaan yang diberikan. Pengetahuan peserta didik lebih berkembang untuk mencari tahu tentang hal-hal yang bersangkutan dengan materi tersebut.
-
Bahasa, dalam metode ini peserta didik masih menggunakan bahasa yang belum terlalu formal dan masih menggunakan gaya bahasa sehari-hari layaknya berbicara dengan teman sebaya. Sehingga pengembangan bahasa yang didapat dari penerapan metode ini kurang menonjol.
-
Afektif, suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat peserta didik lebih menikmati pelajaran sehingga peserta didik menjadikan suasana kelas lebih akrab. Rasa gembira dan percaya diri secara tidak langsung akan terlihat dalam diri peserta didik. Penerapan metode ini juga dapat mempererat kedekatan antar peserta didik maupun dengan guru, karena komunikasi yang terjadi saat penerapan metode ini merupakan komunikasi dua arah. Dimana guru memberikan pertanyaan, dan peserta didik memberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan dengan benar kemudian berteriak “horay”.
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH)
Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Hamid (2011, h. 223-4):
-
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
-
Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi.
-
Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing peserta didik.
-
Guru membacakan soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya telah disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x).
-
Peserta didik yang sudah mendapat tanda v vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya.
-
Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang diperoleh.
-
Penutup.
6. Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay (CRH)
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun kelebihannya masing-masing, begitu pula dalam model pembelajaran CRH (Huda, 2013, h. 231). Berikut kelebihan dan kekurangannya:
-
Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
-
Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya;
Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH peserta didik akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya. Peserta didik diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
-
Metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan;
Artinya, dengan begitu peserta didik tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
-
Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangusng menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari peserta didik mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
-
Skill kerja sama antarsiswa yang semakin terlatih;
Artinya, peserta didik dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih peserta didik agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inovatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan peserta didik.
-
Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
-
Penyamarataan nilai anatara siswa pasif dan aktif;
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana peserta didik yang aktif dan yang tidak aktif.
-
Adanya peluang untuk berlaku curang;
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol peserta didiknya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatikan perkelompok yang menjawab hore, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.
-
Beresiko mengganggu suasana belajar kelas lain.
Artinya, pembelajaran yang berlangsung bisa saja menjadi pemicu kelas lain untuk menjadi ribut karena adanya teriakan-teriakan “horay” peserta didik.
-
Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi
Materi peristiwa sekitar proklamasi ini dikutip dari salah satu buku BSE karya Susilaningsih (2008, h.177-194).
-
Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Menjelang proklamasi kemerdekaan, Indonesia berada dalam kekuasaan Jepang. Saat itu Jepang mengalami kekalahan dalam perang melawan Sekutu. Pasukan Sekutu terdiri dari Amerika, Inggris, Belanda, dan Perancis. Kesempatan itu digunakan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Ada beberapa peristiwa sejarah menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang patut kita ketahui.
-
Pertemuan di Dalat
Gambar 2.1 Jenderal Terauchi Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara.
Sumber: Encyclopedia Americana 29
Gambar 2.2 Panglima Angkatan Perang Sekutu, Jenderal Daouglas Mac Arthur menyaksikan penandatanganan dokumen penyerahan tanpa syarat Jepang oleh Menlu Jepang Mamoru Shigemitsu
Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Sukarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi adalah Panglima tentara Jepang di Asia Tenggara. Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom kedua dijatuhkan di kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
-
Menanggapi Berita Kekalahan Jepang
Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan oleh Jepang. Semua radio disegel oleh pemerintah Jepang. Namun demikian, ada juga tokohtokoh pergerakan yang dengan sembunyi-sembunyi mendengar berita tentang kekalahan Jepang tersebut. Di antaranya adalah Sutan Syahrir. Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore, Sutan Syahrir sudah menunggu kedatangan Mohammad Hatta dari Dalat. Syahrir mendesak agar proklamasi jangan dilakukan oleh PPKI. Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir dengan cara demikian akan dicap oleh Sekutu sebagai negara buatan Jepang. Syahrir mengusulkan agar proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh Bung Karno saja sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat lewat siaran radio.
Hatta setuju kemerdekaan Indonesia diselenggarakan secepatnya. Namun, beliau tidak yakin proklamasi dapat dilakukan oleh Bung Karno saja sebagai pemimpin rakyat dan atas nama rakyat. Menurut Hatta, kalau Bung Karno bertindak seperti itu, berarti merampas hak PPKI. Hatta tidak yakin Bung Karno mau bertindak seperti usul Syahrir. Setelah terjadi perdebatan, akhirnya Hatta dan Syahrir pergi ke rumah Bung Karno. Syahrir menyatakan maksudnya. Bung Karno menjawab bahwa beliau tidak berhak bertindak sendiri. Memproklamasikan kemerdekaan adalah hak dan tugas PPKI. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sore, para pemuda kembali menemui Bung Hatta dan mendesak agar beliau jangan menyetujui proklamasi di hadapan PPKI, karena menurut mereka hal itu berbau Jepang. Malamnya, sekitar pukul 20.00, golongan muda revolusioner mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur. Rapat ini antara lain dihadiri oleh Wikana,_Margono,_Armansyah_,dan_Kusnandar.'>Chairul Saleh, Wikana, Margono, Armansyah,dan Kusnandar.
Dalam rapat itu golongan muda menegaskan pendirian mereka. Mereka berpendirian bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri. Kemerdekaan tidak dapat digantungkan kepada orang lain dan negara lain. Rapat juga memutuskan tuntutan agar Proklamasi Kemerdekaan dinyatakan oleh Ir. Sukarno pada keesokan harinya (16 Agustus 1945). Keputusan rapat pada tanggal 15 Agustus 1945 sore, disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Sukarno. Utusan golongan muda mengancam akan terjadi pertumpahan darah jika tuntutan golongan muda tidak dilaksanakan. Hal itu menimbulkan suasana ketegangan. Sukarno marah mendengar ancaman itu. Peristiwa menegangkan itu disaksikan oleh golongan tua, seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, Dr.Buntaran, Dr. Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri. Golongan tua tetap menekankan perlunya melakukan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI untuk menghindari pertumpahan darah.
c. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda mengadakan rapat lagi menjelang pukul 24.00. Mereka melakukan rapat di Asrama Baperpi, Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yang mengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih. Dalam rapat itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta ke luar kota. Tempat yang dipilih adalah Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di sebelah timur Jakarta. Tujuan “penculikan” itu adalah menjauhkan kedua pemimpin nasional itu dari pengaruh Jepang. Untuk menghindari kecurigaan dan tindakan yang dapat diambil oleh tentara Jepang, rencana itu diserahkan kepada Sodancho Singgih. Rencana itu berhasil dengan baik berkat dukungan Cudanco Latief Hendraningrat, berupa perlengkapan tentara Peta. Pagi-pagi buta sekitar pukul 04.00, tanggal 16 Agustus 1945, SukarnoHatta dibawa ke Rengasdengklok. Sehari penuh kedua pemimpin “ditahan” Di Rengasdengklok. Selain untuk menjauhkan Sukarno-Hatta dari pengaruh Jepang, para pemuda bermaksud memaksa mereka agar segera memproklamasi kemerdekaan lepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan Jepang. Ternyata kedua tokoh ini cukup berwibawa. Para pemuda pun segan untuk mendesak mereka. Namun, Sodancho Singgih memberikan keterangan bahwa dalam pembicaraan berdua dengan Bung Karno, Bung Karno menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi segera setelah Kembali ke Jakarta. Berdasarkan hal itu, siang itu juga Singgih kembali ke Jakarta. Ia menyampaikan rencana Proklamasi kepada para pemimpin pemuda di Jakarta. Sementara itu, di Jakarta, golongan tua dan golongan muda sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta. Golongan tua diwakili Mr. Ahmad Subarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. Laksamana Maeda, bersedia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Maeda adalah seorang Perwira penghubung Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari pihak Pemuda mengantar Ahmad Subarjo ke Rengasdengklok pada hari itu juga. Mereka akan menjemput Sukarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau melepas Sukarno-Hatta. Ahmad Subarjo memberi jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus keesokan harinya, selambat-lambatnya pukul 12.00. Bila hal tersebut tidak terjadi, Ahmad Subarjo rela mempertaruhkan nyawanya. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta setempat, Cudanco Subeno, bersedia melepaskan SukarnoHatta kembali ke Jakarta.
d. Perumusan Teks Proklamasi
Sesampai di Jakarta Sukarno-Hatta bersama Laksamana Maeda menemui Mayjen Nishimura untuk berunding. Nishimura tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan. Kemudian, mereka menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di tempat inilah naskah proklamasi dirumuskan. Para pemuka Indonesia yang hadir berkumpul dalam dua ruangan, ruang makan dan serambi depan. Perumusan teks proklamasi dilakukan di dalam ruang makan oleh Sukarno, Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo. Sukarno menulis rumusan proklamasi tersebut.
Gambar 2.3 Konsep naskah Proklamasi tulisan tangan Bung Karno
Sumber: Risalah Sidang BPUPKI-PPKI
Gambar 2.4 Naskah Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik
Setelah selesai, teks proklamasi tersebut dibacakan di hadapan tokohtokoh peserta rapat. Setelah terjadi kesepakatan bersama, teks proklamasi Selanjutnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Teks proklamasi yang sudah diketik ditandatangani oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Naskah itulah yang dikenal sebagai naskah Proklamasi yang autentik . Timbul persoalan tentang cara mengumumkan proklamasi. Sukarni mengatakan bahwa rakyat di sekitar Jakarta telah diberi tahu untuk datang berbondong-bondong ke lapangan Ikada pada tanggal 17 Agustus. Di sana mereka akan mendengarkan proklamasi kemerdekaan. Bung Karno menolak cara tersebut. Akhirnya, disepakati proklamasi kemerdekaan dilakukan di kediaman Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, pukul 10.00. Setelah itu, para tokoh bangsa yang hadir, keluar dari rumah Laksamana Maeda dan pulang ke rumah masing-masing. Sebelum semua pulang, Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Sementara itu, para pemuda tidak langsung pulang ke rumah masingmasing. Mereka dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok pemuda mengirim kurir untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa saat proklamasi telah tiba.
Dostları ilə paylaş: |