"Sungguh aku mengetahui kaum dari umatku yang datang membawa kebaikan seperti gunung Tuhâmah25, namun Allah -azzawajalla- menjadikannya debu yang beterbangan."
Tsauban -radiallahu'anhu- bertanya,
"Wahai Rasulullah, deskripsikan mereka kepada kami agar kami tidak seperti mereka tanpa menyadarinya?"
Nabi menjawab,
«أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا» (رواه ابن ماجة رقم 4245 قال في الزوائد إسناده صحيح ورجاله ثقات وهو في صحيح الجامع 5028(
"Mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari bangsa kalian. Malam mereka sama seperti malam kalian26, akan tetapi jika tengah bersendirian dengan perkara haram mereka melabraknya."27
Engkau dapatkan mereka terjerumus dalam perkara haram tanpa risih dan ragu. Ini lebih buruk dari mereka yang terjerumus setelah ragu-ragu dan risih, meskipun keduanya dalam bahaya, namun keadaan orang yang pertama lebih jelek dari yang kedua. Macam orang seperti ini menggampangkan dosa karena kelemahan imannya. Dia tidak melihat bahwa hal itu adalah sesuatu kemungkaran. Karenanya Ibnu Mas'ud -radiallahu'anhu- menggambarkan perbedaan antara keadaan orang beriman dengan orang munafik dengan:
"Orang beriman melihat dosanya seperti batu di atas gunung dan takut akan menimpanya. Sedangkan pelaku dosa, melihat dosanya seperti lalat yang lewat di hidungnya dan menepisnya."28
14. Meremehkan kebaikan dan tidak peduli dengan kebaikan-kebaikan kecil
Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- telah mengajarkan kita agar tidak seperti itu. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad -rahimahullah- dari Abu Jarî al-Hajimi, katanya:
"Aku mendatangi Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- dan bertanya:
'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum badui, ajarkan kami sesuatu yang akan Allah beri manfaat kepada kami!'".
Nabi bersabda:
«لا تحقرن من المعروف شيئاً ولو أن تفرغ من دلوك في إناء المستقي ولو أن تكلم أخاك ووجهك إليه منبسطاً» [ رواه أحمد ]
"Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun sekedar mengosongkan isi embermu untuk orang yang memerlukan air, dan sekalipun berbicara dengan saudaramu dengan wajah yang ceria."29
Seandainya ada yang ingin mengambil air dari sumur, sedangkan engkau telah lebih dulu mengambilnya, maka berikan air itu kepadanya. Amalan seperti ini meskipun nampaknya sepele, tidak semestinya diremehkan. Demikian pula dengan menemui saudaramu dengan wajah ceria, membersihkan kotoran dan sampah dari masjid, walaupun hanya serpihan, semoga saja menjadi sebab pengampunan dosa.
Allah mensyukuri hamba-Nya dengan amalan seperti itu dan mengampuni dosanya. Bukankah Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
«مر رجل بغصن شجرة على ظهر طريق فقال: والله لأنحين هذا عن المسلمين لا يؤذيهم فأُدخل الجنة» [ رواه مسلم ]
"Seseorang lewat dijalan dan mendapati ranting kayu menghalangi jalan. Dia berkata, 'Demi Allah, aku akan menyingkirkannya agar tidak menyakiti kaum muslimin lain!' Dia pun dimasukkan ke dalam surga."30
Pada jiwa yang meremehkan amalan baik yang ringan, ada kejelekan dan keteledoran. Cukup baginya hukuman atas penghinaannya terhadap kebaikan yang kecil diharamkan dari keistimewaan agung yang dijelaskan oleh sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam-:
«من أماط أذى عن طريق المسلمين كتب له حسنة ومن تقبلت له حسنة دخل الجنة» (رواه البخاري في الأدب المفرد رقم 593 وهو في السلسلة الصحيحة 5/387)
"Siapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, dicatatkan untuknya satu kebaikan. Siapa yang diterima kebaikannya dia masuk surga."31
Mu'adz -radiallahu'anhu- berjalan bersama seorang lelaki. Muadz menyingkirkan batu dari jalan. Lelaki itu bertanya:
"Apa yang kau lakukan?"
Muadz berkata: "Aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
«من رفع حجراً من الطريق كتب له حسنة ومن كانت له حسنة دخل الجنة» (المعجم الكبير للطبراني 20/101، السلسلة الصحيحة 5/387)
Dostları ilə paylaş: |