Topik 1: Dzalika Al-Kitabu



Yüklə 1 Mb.
səhifə12/13
tarix26.10.2017
ölçüsü1 Mb.
#14177
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

أَنَا سَعِيْدٌ بِلِقَائِكَ – ana sa’iid biliqooik : saya gembira berjumpa denganmu

أَنَا فُجُوْرٌ بِلِقَائِكَ – ana fuujuur biliqooik: saya senang berjumpa denganmu

تَبْدُوْ سَعِيْدًا هَذَا الْيَوْمَ – tabdu sa’iid hadzal yaum : Anda tampak gembira hari ini

شُكْرًا – syukran : terima kasih

تَفَضَّلْ بِلْجُلُوْسِ – tafaddhol bil juluus : silahkan duduk

البَيْتُ بَيْتَكَ – al-baytu baitak : (rumah ini rumahmu) = anggaplah rumah sendiri

هَيَّا نَشْرَبْ الشَيْ – hayya nasyrobis syaay : mari kita minum teh

II. Kosa Kata Baru

سعيد – sa-‘iid : gembira

تفضل – tafaddhol : silahkan

نشرب – nasyrab : minum

III. Al-Quran

Baiklah kita coba lihat tiga kata baru yang kita pelajari tsb di Al-Quran. Kata سعيد – sa’iid, dapat kita tebak, sebagai kata shifat. Loh… kok bisa? Ya tampak dari adanya ya, yang menyebabkan bunyi iii panjang. Contohnya kariim كريم (mulia), kabiir كبير (besar), jamiil جميل (cantik), dsb.

Kalau mau tahu kata kerjanya, maka buang ya nya, sehingga menjadi sa-’i-da سعد.

Kata sa-‘i-da : bahagia (happy, blessed) dalam Al-Quran ada di satu surat 11:108

وأما الذين سعدوا – wa ammal ladziina su-‘iduu : dan adapun orang-orang yang dibahagiakan

Terlihat disini Al-Quran menggunakan bentuk pasif: su-‘i-da (dibahagiakan), atau su-‘i-duu (mereka dibahagiakan).

Sedangkan kata sa’iid (bahagia, kata sifat) ada dalam satu surat di Al-Quran, 11:105

فمنهم شقي وسعيد – faminhum syaqiyyun wa sa-‘ii-dun : dan diantara mereka ada yang syaqiyyun (celaka), ada yang sa-‘ii-dun (bahagia).

Selanjutnya, kata تفضّل - tafadhdhol, adalah kata kerja perintah, yang artinya: Silahkan. Ini adalah bentuk kata kerja turunan ke 5. Akar katanya adalah:

فضل - يفضل : fadhola - yafdhulu : lebih

تفضل - يتفضل : tafadhdhola - yatafadhdholu : memberikan karunia, atau melebihkan

تفضل : tafadhdhol: silahkan

Di Al-Quran akar kata tafadhdhol ini kita jumpai dalam 2 ayat: yaitu surat 13 : 4, dan surat 23 : 24. Akan tetapi bentuk yang dipakai adalah kata kerja asal bukan KKT 2. Contohnya di surat 13: 4:

ونفضل بعضها - wa nufadhdhilu ba'dhohaa : dan kami melebihkan sebagian dari mereka.

Disini yang di gunakan adalah KKT-2. Ingat-ingat lagi fungsi KKT-2 adalah untuk mengjadikan fi'il yang tidak punya objek menjadi punya objek. Dalam rumus praktis, KKT-2 itu adalah kata kerja yang mendapat tambahan me....kan.

Contoh KK asal: fadhola = lebih, maka

KKT-2: fahddhola - yufadhdhilu = me-lebih-kan.

Kata terakhir yang hendak kita bahas adalah: nasyrob = kita minum. Akar katanya adalah syariba - yasyrabu : minum.

Dalam AQ, kata syariba - yashrabu ini kita jumpai dalam banyak tempat.

Contohnya di surat 83:28.

عينا يشرب بها المكربون - 'ainan yasyrabu bihaa al-mukarrabuun: mata air yang a-lmukarrabuun meminum nya.

Terlihat disini yang digukakan adalah KK asal dalam bentuk present (fi'il mudhori').

Dan masih banyak lagi kata yasrabu (minum) ini terdapat dalam AQ.

Sebagai penutup, ayat ini cukup sering digunakan untuk menasehati teman/orang lain agar tidak berlebih lebihan dalam makan/minum, surat 7:31.

كلوا واشربوا ولا تسرفوا - kuluu wasyrabuu walaa tusrifuu : makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan.

Demikian... Insya Allah kita akan lanjutkan pada topik berikutnya.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/28/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-79-format-baru.html

Topik 80: Jawaban Pertanyaan

Bismillahirrahim.

Wah, tumben pagi ini saya terima Email di mailbox saya. Ada yang nulis di bagian Comments (dibawah) bertanya, pada posting terakhir 1 bulan yang lalu. Memang sudah agak lama saya tidak menulis di Blog ini. Tetapi karena ada pertanyaan, saya sempatkan menuliskan jawabannya.

Yang ditanyakan:

Apa fungsi wazan تفاعل - tafaa 'ala

Apa fungsi wazan استفعل - istaf 'ala

Dan apa beda keduanya.

Oke deh. Rasanya sudah pernah saya bahas, di topik-topik yang lalu ya.

1. Apa fungsi wazan تفاعل - tafaa 'ala

Secara teoritis nahwu, fungsi wazan tafaa 'ala: menunjukkan pekerjaan itu terjadi antara 2 belah pihak (makna saling).

Contoh:

تحاصم الكفار - tahaa-shoma al-kuffaaru : orang-orang kafir itu saling bermusuhan



Atau contoh di AQ: Surat An-naba'

عم يتساءلون - 'amma ya-tasaa-aluun : tentang apakah mereka saling bertanya?

Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:

a. Menunjukkan pengertian pura-pura. Contoh:

تمارض الكسلان - tamaaradha al-kaslaanu : orang malas itu pura-pura sakit

b. Menunjukkan pekerjaan yang terjadi berangsur-angsur. Contoh:

توارد الزائرون - tawaarada adz-dzaa-i-ruuna : para pengunjung itu berangsur-angsur datang.

c. Menunjukkan pengertian aslinya. Contoh:

تعالى الله - ta-'aa-lallahu : Allah ta-'aalaa. Kata ta-'aala disini sama maksudnya dengan 'alaa (Maha Tinggi).

d. Menunjukkan akibat dari suatu perbuatan. Contoh:

باعدت خالدا فتباعد - baa-'ad-tu Khoolidan fa tabaa-'a-da : aku menjauh dari Kholid, maka dia(pun) menjauh.

Oke sekarang pertanyaan ke 2.

2. Apa fungsi wazan استفعل - istaf 'ala

Secara teoritis nahwu, fungsi wazan istaf 'ala: menunjukkan pekerjaan yang meminta sesuatu ke pihak lain.

Contoh:

استغفرت لله - istaghfartu lillahi : Aku minta-ampun kepada Allah



Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:

Memiliki sifat atau menganggap. Contoh:

هو استحل الحرام - huwa istahalla alharaama : dia mengganggap halal (sesuatu yang) haram itu.

Dan beberapa fungsi lainnya. Sementara kita cukupkan sampai disini dulu, pembahasannya.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/15/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/05/topik-80-jawaban-pertanyaan.html

Topik 81: Sallim

Bismillahirrahmanirrahim.

Sudah lama sekali saya tidak menulis. Selain sedang ada tugas-tugas kantor dan kuliah, juga tugas sebagai ayah dari anak-anak yang mulai abg, juga tidak mudah :-) Disamping itu, saya juga ragu apakah pembaca blog ini sudah pada belajar ke gurunya masing-masing, sehingga belajar bahasa arabnya pun semakin bisa lebih kencang. Jika ya alhamdulillah. Mari kita giatkan dan tularkan ke muslim lainnya agar mau belajar bahasa Al-Quran ini. Saya dibilangin oleh seorang saudara saya, bahwa dia mendengar sebuah hadist: ta'allamuu al-lughata al-arabiyata wa 'allimuuha an-naasa (belajarlah bahasa Arab, dan ajarkanlah dia kepada manusia).

Sallim


Mari kita ingat hal yang sederhana. Dulu waktu saya SMA, kadang bertemu orang / saudara, dia berkata ke anaknya: "ayo sallim, ayo nak sallim..." Waktu itu saya hanya sedikit bingung, karena terdengar asing ditelinga. Yang sering diucapkan orang: "ayo nak, salam", atau "ayo salaman nak".

Sebenarnya yang paling tepat memang: "ayo nak, sallim".

Kata sallim, adalah bentuk kata kerja perintah.

سلّمْ - sallim : beri salam!

Kata ini dibentuk dari kata sallama - yusallimu - tasliiman, yang artinya menyelamatkan atau memberi salam.

Tapi jangan pula sampai "double L" nya tak terucap. Nanti artinya lain. Kadang kita sering mendengar: "ayo salim". Nah salim atau saliim, ini artinya selamat atau sentosa, bukan memberi salam. Jadi "ayo nak, salim", beda dengan "ayo nak sallim".

Poster di pintu

Kadang untuk membiasakan seorang anak (saya sih belum mempraktekkan, hanya dengar dari teman), maka di rumah bisa dipasang poster yang ada tulisan arabnya.

اطرق الباب أولا - uthruq al-baaba awwalan : ketok pintu ini terlebih dahulu.

Kalimat ini bisa dipasang di pintu kamar orang tua.

Atau bisa juga dibiasakan, waktu kita mau masuk rumah orang kita suruh anak kita: "uthtruq awwalan" - ketok dulu... dst

Menyuruh anak memperkenalkan diri

Selanjutnya waktu kita menyuruh si anak memperkenalkan diri, bisa kita pakai ekspresi kalimat berikut:

عرّف نفسك - 'arrif nafsaka : perkenalkan dirimu

Kata 'arrif, berasal dari kata 'arrafa yu-'arrifu ta'riifan, yang artinya mengenalkan, atau memberitahukan.

Kata 'arrafa ini kita temukan di Al-Quran surat 47 ayat 6:

وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ - wayudkhilhum aljannata 'arrafahaa lahum

dan Allah memasukkan mereka ke dalam surga (yang) Dia telah memberitahukan (tentang)surga itu kepada mereka (sebelumnya).

Pola kata 'arrafa adalah KKT-2, yang biasanya dalam pola bahasa Indonesia me+KataKerja+kan.

Ini yang membedakan 'arrafa (KKT-2) dengan 'arafa (KKT-1)

'arafa (KKT-1) artinya mengenal.

Seperti عرفت محمدا - 'araftu muhammadan : saya kenal muhammad

Sedangkan 'arrafa (KKT-2) artinya mengenalkan (sesuatu) kepada (seseorang)

عرفت هذا الكتاب لك - 'arraftu hadzal kitaaba laka : saya mengenalkan kitab ini kepadamu.

Orang yang 'arif

Kita sering mendengar orang berkata: Ih dia orangnya 'arif banget ya? Nah kata 'arif sudah diserap kedalam bahasa Indonesia, yang sering diasosiasikan dengan arti: orang yang bijaksana.

Sebenarnya banyak sekali kata bentukan dari 'arafa ini, yand diserap ke bahasa Indonesia.

Mari kita lihat tashrifnya:

'arrafa yu'rifu 'irfah 'irfan ma'rifah

3 kata terakhir adalah mashdar.

Kita sering mendengar, "oh dia itu ahli irfan", maksudnya dia itu orang yang punya pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain (atau dipersepsikan orang yang bijak, orang yang bisa meramal masa depan, mengerti maksud yang tersembunyi, dsb)

Kita juga sering mendengar, kata ma'rifah, yang artinya pengetahuan. Seperti: "yang pertama kali mesti dipelajari adalah ma'rifatullah", maksud ma'rifatullah adalah pengetahuan tentang Allah.

Ta'arruf

Nah kata ini lagi trend. Ta'arruf, adalah kata 'arafa (KKT-1) yang kemudian berubah bentuk jadi KKT-5 dari wazan fa'-'ala, sehingga menjadi ta-'arrafa, yang artinya berkenalan dengan.

Sebelum proses menikah, didahului dengan proses ta'arruf, artinya proses mengenal calon istri.

Ma'ruf


Ma'ruf artinya sesuatu yang diketahui. Wazannya sama seperti manshur منصور (orang yang ditolong). Kalau orang yang menolong: naashir ناصر . Dengan wazan yang sama, orang yang mengetahui disebut 'aarif عارف.

Mudah kan? Ya, kalau sudah kenal dengan wazan2x tsb maka lebih mudah membentuk kata-kata dalam bahasa Arab. Insya Allah.

(se)Gitu dulu yah...

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/13/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-81-sallim.html

Topik 82: Muhrim

Bisimillahirrahmanirrahim.

Kata muhrim sering kita pakai. "Eh awas... nanti whudhu'mu batal... jangan dekat-dekat... bukan muhrim". Muhrim yang dimaksud disini, adalah orang yang haram dinikahi.

Kata yang dekat dengan kata muhrim banyak. Antara lain: kata haram, muharram, mahrum, mahram, dsb.

Haram dan Halal

Haram, حرام adalah lawan dari Halal حلال. Sudah tidak kita perlukan penafsiran apa-apa lagi kan. Haram artinya sesuatu yang dilarang. Halal artinya sesuatu yang dibolehkan.

Dari mana asalnya kata Haram? Perhatikan kata haram dalam bahasa Indonesia itu dalam bahasa Arabnya حرام . Ada 4 huruf kan. HA RO ALIF dan MIM. Nah sebuah kata bahasa Arab umumnya terdiri dari 3 huruf asli (yaitu huruf hijaiyah selain YA, WAW, dan ALIF).

Kalau begitu kata حرام - yang 4 huruf itu, karena ada ALIF, maka huruf aslinya hanya 3, yaitu HA RO dan MIM. Jadilah dia: حرم.

Nah yang jadi soal gimana mbacanya? Dia bisa kita baca harama, haruma, harima. Ada 3 kemungkinan. Lho... kan bisa juga kita baca hurima, hurimi, dsb? Ya Anda benar. Akan tetapi yang umum jadi entri pertama di kamus adalah AWAL dan AKHIR fathah. Dengan demikian tengahnya bisa fathah, kasroh, atau dhommah. So hanya 3 kemungkinan.

Okeh... sekarang kita lihat lagi. Kata حرم , jika mendapat alif sebelum huruf terakhir, maka biasanya kata itu menunjukkan sifat, dan cara bacanya tertentu. Jadi kata حرام , walau tidak ada harokatnya, dibaca haraam. Yaitu sesuatu yg sifatnya haram.

Sama halnya dengan رحمان walau tidak ada harokatnya kita baca rahmaan. Tidak bisa dibaca ruhmaan, atau rihmaan.

Sekarang balik lagi ke kata حرم. Bagaimana cara membacanya, diantara 3 kemungkinan? Hanya ada 1 cara, yaitu lihat kamus... (hik.. only that??? lah iya laaa...)

Di kamus ditulis:

حرم يحرم حرما - haruma yahrumu hurman : haram, terlarang.

Berarti kita bacanya haruma (kata kerja).

Simple kan? Insya Allah ya...

Oke, dari KKL haruma itu, banyak kata yang terbentuk setelahnya, seperti:

حرّم - harrama : mengharamkan (KKT-2)

أحرم - ahrama : berihram (KKT-1)

TAHRIIM dan MUHRIM

Kata ahrama - berihram. Orang yang melakukan ihram disebut محرم - muhrim (isim fa'il). Sama halnya dengan أسلم - aslama : berIslam, maka orang yang Islam disebut مسلم - muslim.

Jadi kalau begitu kata MUHRIM lebih tepat diartikan orang yang berihram (sedang melaksanakan ibadah haji).

Sedangkan kata محرم - mahram, adalah orang yang haram dinikahi.

Dalam AQ sesuatu yang dilarang disebut dengan mahruum محروم .

Kata tahrim artinya pengharaman. Kata ini adalah kata masdhar dari harrama. Tashrifnya adalah: harrama yuharrimu tahriim.

Muharram

Muharram محرم adalah nama bulan. Secara letterleijk, muharram adalah isim maf'ul (objek) dari kata harrama. Jadi kalau harrama mengharamkan, muharrim adalah sesuatu yang mengharamkan, sedangkan muharram artinya sesuatu yang diharamkan. Dari kacamata sejarah bulan muharram adalah bulan dimana berperang dibulan tsb diharamkan.

Kembali lagi ke konteks muhrim dan mahram. Kalau yang dimaksud orang yang tidak boleh dinikahi maka disebut mahram, bukan muhrim. Karena muhrim adalah orang yang berihram. Di Indonesia dan Malaysia (kalo tidak salah), sering dijumpai perkataan muhrim, tapi maksudnya mahram.

Allahu a'lam.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/17/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-82-muhrim.html

IKLAN

أَوَلاَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ



Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka) dan apa yang mereka iklankan (dengan ucapan mereka) (QS 2:77).

Kata yu’linuun, terambil dari kata علن – ‘alana, lalu mendapat tambahan alif menjadi أعلن – a’lana.

Jika wazan ini kita teruskan:

أَعْلَنَ – يُعْلِنُ – إِعْلَانَ : a’lana – yu’linu – i’laan, artinya mengumumkan/memberitahukan/menyatakan (to declare)

Bentuk إعلان – i’laan, diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi IKLAN. Jadi (mungkin) hakekatnya sebuah IKLAN adalah sebuah pemberituan.

Demikian one word, kali ini.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/14/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/07/iklan.html

Topik 83: Sampai ke Aspal

Bismillahirrahmanirrahim.

Gatal juga tangan, di-tanyain di bagian komentar: "edisi Agustus ditunggu" :)

Terus terang agak bingung juga, mau nyampaian apa ya? Karena tidak ada yang nanya topik sebelumnya, jadi saya anggap kali sudah ngerti bahasa Arab.

Oleh karena itu saya isi dengan selingan ringan saja.

"Sampai ke aspal"

Pernah dengar surat ini kan? Pastinya sudah hafal ya, Insya Allah.

Laqod kholaknal insaana fii ahsani takwiim

Ya surat At-Tin.

لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

لَقَدْ laqod - sungguh sungguh

La disini adalah lam taukid (penegasan), yang artinya sesunggunhya, benar-benar, atau sungguh.

Qod disini berarti: sungguh telah. Biasanya kata Qod, sering diartikan sebagai bentuk penanda dari perfect tense. Artinya pekerjaan (kata-kerja/fi'il) sesudah qod itu telah sempurna di kerjakan.

Nah, laqod, artinya sungguh-sungguh sekali, atawa sungguh-sungguh kuadrat, menandakan berita berikutnya adalah pekerjaan yang sangat serius.

خَلَقْنَا kholaknaa - kami telah ciptakan

Lihat bahwa sesudah qod biasanya (pasti) fi'il madhy. kholaknaa (we had created)

الإنْسَانَ - insaana - insan / manusia

Lihat bahwa, karena posisinya adalah object, maka harokat akhir adalah fathah, insaana, bukan insaani atau insaani

فِي fii - dalam (huruf jer / kata depan)

أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ - sebaik-baik bentuk.

Kata ahsani, awalnya adalah ahsanu, karena setelah huruf jer, maka berubah jadi ahsani, yang artinya paling baik. Wazannya mirip dengan akbaru (paling besar), ajmalu (paling ganteng), dst.

Kata taqwiim, sepinta wazannya mirip dengan tasliim, berarti wazannya adalah af-'ala. Kita cari dikamus pada kata ALIF QOF ALIF MIM.

Dikamus kata ini artinya: berdiri, tegak, panjang (tinggi).

Di AQ terjemahan banyak disebutkan kata takwiim ini artinya: bentuk. Muhsin M Khan, menarjamahkan kata takwiim ini dengan "stature" (panjang/tinggi/postur badan).

Kemudian ayat selanjutnya:

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)

Nah bagi orang Sunda (maaf ya) yang biasa melafalkan f dengan p, ayat diatas dibaca:

tsumma radadnaahu aspala ...

Kata asfal terbaca aspal.

Kemudian Kami kembalikan dia sampai-sampai ke aspal-aspal.

Ya, awalnya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk, lalu setelah banyak bergelimang dosa maka mereka jatuh ke tempat yang paling rendah (asfal).

Hehe... kata asfal diatas, bukan berarti aspal (cara baca orang Sunda), akan tetapi maknanya dekat.

ASFALA

Kata ini berasal dari kata SIN FA LAM.



Kita mungkin sering mendengar hadist berikut:

اليد العليا خير من اليد السفلى - al yadul 'ulyaa khairun minal yadis sufla

Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah

Nah kata "diatas" disini adalah "'ulya", dan "dibawah" disini adalah "sufla".

Kata sufla, asfala menunjukkan ke tempat yang rendah, atau dibawah.

Jadi kalau aspal letaknya dibawah, maka yaa... mirip-mirip lah... Aspal itu tempatnya dibawah (rendah), warnanya hitam (melambangkan dosa), permukaannya kasar (hilangnya kelembutan), dst.

Kecuali nanti, entah ada aspal yang letaknnya diatas, warnanya putih, dan permukaannya halus.

Wassalam.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/19/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-83-sampai-ke-aspal.html

Topik 84: Kuntum Khaira Ummatin

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada yang bertanya megenani QS 3:110, khususnya pada bagian "ukhrijat".

Baiklah kita coba bahas, semampu saya ya... hehe...

Ayatnya sbb:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Kita fokuskan pada 3 kata awal dulu, kemudian baru masuk ke kata "ukhrijat".

Kuntum khaira ummatin.

Secara letterleij, kata كنتم - berarti You were - atau "Kalian dulu adalah"

Sama seperti kalau saya berkata كنتُ طفلا - kuntu thiflan - I was a child (dulu saya anak-anak).

Lihat kembali mengenai topik kaana, dimana kaana me-rofa'kan mubtada, dan menasabkan khobar. Mubtada (subjek) adalah Ana, jika digandeng dengan kaana, menjadi kuntu. Dan khobarnya adalah thiflun, jika digandeng dengan kuntu menjadi thiflan.

Kembali ke ayat, maka

كنتم خير أمة

khobarnya adalah : idhofah (kata majemuk) khairu ummatin. Karena harus manshub, maka menjadi khaira ummatin.

Oke sekarang kata selanjutnya:

أخرجت للناس

Secara harafiah, artinya : dikeluarkan untuk manusia.

Kata ukhrijat, adalah bentuk pasif dari KKT-1.

KKA (Kata Kerja Asal) yaitu 3 huruf, خرج - kharija - yang artinya keluar.

Sedangkan KKT-1, dibuat dengan menambahkan alif أخرج - akhraja - yang artinya mengeluarkan.

Nah ingat lagi rumus UA-UI, yaitu kalau ingin membentuk suatu Kata Kerja Lampau menjadi pasif, maka gunakan rumus UA, yaitu huruf pertama harokat U dan huruf sebelum terakhir harokat A.

Huruf pertama alif harokat U, dan huruf sebelum terakhir (yaitu huruf ro) harokat A. Sehingga:

AKHRAJA - mengerluarkan, berubah menjadi

UKHRIJA - dikeluarkan

Menjadi ukhrijat (ada ta sukun) karena dinisbatkan kepada khaira ummatin (kata yang muannats)

TAFSIR

Kita mungkin bertanya, secara letterleij AQ mengakakan bahwa: Hai Umat Islam, dulu itu kamu umat terbaik yang dikeluarkan (dilahirkan) untuk manusia, dimana kamu senantiasa mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kepada kemungkaran.



Sekarang, pertanyaannya: kalau secara tatabasa kata kuntum, artinya "dulu kalian" atau past-tense, apakah artinya sekarang tidak berlaku lagi?

Ada 2 jawabannya:

1. Secara bahasa, kata kaana (dulu dia adalah) tidak selalu artinya dulu, tapi bisa juga berarti senantiasa. Contohnya, di AQ banyak ayat yang menyebutkan sifat Allah dengan kata kaana:

wa kaanalaahu 'aliiman ghafuuran : dan senantiasa Allah bersifat maha tahu dan maha pengampun.

Sehingga jika dipakai kaidah ini pada ayat tsb, bisa juga di tarjamahkan: Senantiasa kalian umat muslim menjadi umat terbaik... dst

2. Ada juga yang menafsirkan bahwa, ayat tsb memang berlaku untuk masa datang, tetapi bisa dibawa ke masa depan asal, syarat dilakukan. Syaratnya yaitu dijelaskan diayat tsb, bahwa : Kalian akan jadi umat terbaik selama kalian melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar.

Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/25/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-kuntum-khaira-ummatin.html

Topik 84: Lam Yakun Alladzi

Bismillahirrahmanirrahim.

Pertanyaan dari Pak Amril tanggal 25/8/2008:

Tolong di bahas ayat berikut ini dong,

Lam yakunil .... dst.

Yang artinya:

Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (QS. 98:1).

Saya kesulitan mengartikan "Lam Yakun" Kalau harfianya kan "Tidak akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" tapi kok susah banget nyambungin dengan terjemahan diatas?

Insya Allah saya akan jawab semampunya.

Memang urusan menarjamakan KAANA ini agak sedikit merepotkan di awalnya. Tapi kalau sudah terbiasa, akan dapat "feeling"nya, dalam menarjamah.

LAM YAKUN لم يكن

Secara harafiah, LAM sering diterjemahkan dengan "tidak" atau "belum". Sedangkan KAANA sering ditarjamahkan "adalah".

Nah, saya menduga penanya menganggap YAKUN sama dengan KUN, yang artinya "menjadi". Seperti dalam kalimat KUN, FA YAKUUN (Jadilah! Maka menjadilah dia).

Sebenarnya tidak demikian. Kalau secara harafiah: kata KUN FAYAKUUN itu tarjamahnya: Menjadilah! Maka dia adalah. Hehehe... bingung kan? Oleh karena itu kadang, lebih "aman" kata KAANA itu dibayangkan saja dalam pikiran dengan sbb: seseorang/sesuatu menjadi pada kondisi tertentu diwaktu lampau (KAANA) atau di waktu sekarang (YAKUUNU). Sehingga, KUN FAYAKUUN, dapat dibayangkan: Jadilah! Maka benda itu menjadi dalam kondisi tertentu.

Kalau kita lihat tashrif كان adalah:

كان - يكون : kaana - yakuunu

Kaana, yakuunu sendiri bisa ditarjamah dengan banyak cara:

1. Tidak ditarjamahkan

2. Ditarjamah dengan kata "dulu dia ...", atau "senantiasa dia"

3. Ditarjamah dengan kata "adalah"

seperti: وكان الله عليما حكيما - wa kaana Allahu 'aliiman hakiiman

Bisa diterjemahkan:

1. Dan Allah Maha Tahu lagi Maha Adil

2. Senantiasa Allah Maha Tahu lagi Maha Adil


Yüklə 1 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin