Ringkasan Fiqih Islam


Doa dan dzikir yang dibaca pada penutup majelis



Yüklə 11,93 Mb.
səhifə21/93
tarix18.04.2018
ölçüsü11,93 Mb.
#48885
1   ...   17   18   19   20   21   22   23   24   ...   93

Doa dan dzikir yang dibaca pada penutup majelis:

  1. Dari Ibnu Umar  ia berkata, 'Jarang sekali Rasulullah  berdiri dari majelis, sehingga beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya:

اللّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتِكَ, وَمِنْ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ مُصِيْبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَاوَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

"Ya Allah berikanlah kepada kami dari rasa takut kepada-Mu yang menghalangi antara kami dan bermaksiat kepada-Mu, dan dengan taat kepada-Mu yang menyampaikan kami kepada surga-Mu, dan dengan keyakinan yang memudahkan kami menghadapi musibah-musibah dunia. Berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama hidup kami. Jadikanlah ia sebagai warisan dari kami. Jadikanlah pembalasan dendam kami kepada yang berbuat zalim kepada kami. tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau jadikan musibah dalam agama kami. Janganlah engkau jadikan dunia menjadi tujuan terbesar kami, dan jangan pula menjadi kesudahan pengetahuan kami. dan jangankan Engkau kuasakan kepada kami orang yang tidak sayang kepada kami”. HR. at-Tirmidzi.1



  1. Dari Abu Hurairah  ia berkata, 'Rasulullah  bersabda:

مَنْ جَلَسَ فِى مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيْهِ اللَّغَطُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذلِكَ: سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ: إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِى مَجْلِسِهِ ذلِكَ.

"Barangsiapa yang duduk di suatu majelis yang banyak terjadi kegaduhan padanya, lalu sebelum berdiri dari majelisnya ia membaca:

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

(Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala pujian bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Engkau, aku meminta ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu). Melainkan diampuni baginya apa yang telah terjadi di majelisnya itu." HR. Ahmad dan at-Tirmidzi.2


2. Adab menuntut ilmu

  • Tata cara duduk untuk menuntut ilmu:

  1. Dari Umar bin Khaththab  berkata: “Tatkala kami duduk di sisi Rasulullah  pada suatu hari, tiba-tiba seorang laki-laki datang, berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalinya. Iapun duduk menghadap Rasulullah  dengan merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi  dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi  …"3

  2. Dari Anas bin Malik  bahwa Rasulullah  keluar lalu Abdullah bin Huzafah  bertanya: “Siapakah ayahku?”. Beliau menjawab: “Huzafah”. Kemudian mengucapkan secara berulang-ulang: “Bertanyalah kepadaku”. Lalu Umar  bersimpuh di atas kedua lututnya seraya berkata: “Aku ridha kepada Allah  sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad  sebagai Nabi, lalu beliau terdiam”. HR. al-Bukhari.2

  • Selalu menghadiri majelis ilmu dan majlis zikir di masjid, dan memperhatikan tempat duduk yang sesuai saat masuk dan orang-orang telah berada di sekelilingnya:

Dari Abu Waqid al-Laitsi  bahwa dia saat duduk di masjid dan para shahabat yang lain telah berada di sekelilingnya lalu datanglah tiga orang memasuki majlis. Lalu dua orang menuju kepada Rasulullah  sementara yang lainnya pergi meninggalkan majlis. Keduanya berdiri di hadapan Rasulullah , kemudian salah seorang dari keduanya melihat ada celah di tengah lingkaran lalu ia duduk padanya. Sementara yang lain, duduk di belakang mereka. sedangkan yang ketiga berlalu pergi meninggalkan majlis. Maka tatkala Rasulullah  telah selesai, beliau bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَآوَا إِلَى اللهِ فَآوَى اللهُ عَنْهُ. وَأَمَّا اْلآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ, وَأَمَّا اْلآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ.

"Maukah kalian jika aku memberitahukan kalian tentang tiga orang ini? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia kembali kepada Allah lalu Allah menempatkannya. Adapun yang kedua, maka ia merasa malu maka Allah pun merasa malu darinya. adapun yang lain, maka ia berpaling, maka berpalinglah Allah darinya." Muttafaqun 'alaih.3


  • Mengembara dalam menuntut ilmu, berkorban dalam menuntut dan memperbanyak ilmu, serta selalu rendah diri dalam segala kondisi:

Dari Ibnu Abbas  berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: "Ketika Musa  berada di tengah-tengah kaum Bani Israil, datanglah seorang lelaki sraya bertanya: “Apakah engkau mengetahui bahwa ada orang lain yang lebih alim darimu? Musa  menjawab: “Tidak”. Lalu Allah  menurunkan wahyu kepada Musa: “Bahwa hamba Kami Khadhir (lebih alim dari engkau)”. Lalu Musa  bertanya bagaimana jalan mencarinya. Allah  menjadikan ikan sebagai tanda baginya.

Dikatakan kepadanya: “Apabila engkau kehilangan ikan, maka kembalilah, sesungguhnya engkau akan menemukannya. Dan ia mengikuti bekas jalan ikan di laut. Pembantunya berkata kepada Musa : Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan Musa berkata:"Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. 18:64)



Lalu mereka bertemu dengan Khadhir. Maka cerita keduanya seperti apa yang diceritakan oleh Allah  dalam Kitab-Nya (surah al-Kahf)." Muttafaqun 'alaih.1


  • Bersungguh-sungguh mencari ilmu:

Dari Abu Hurairah  berkata: Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah!, “Siapakah orang yang paling beruntung mendapat syafaatmu di hari kiamat?”. Rasulullah  menjawab: “Sungguh!, wahai Abu Hurairah aku telah menduga bahwa tidak ada seorangpun yang mendahuluimu bertanya tentang persoalan ini, sebab aku melihat kesungguhanmu dalam menuntut hadits. Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan: “Laailaaha illallah” (tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah ) tulus dari hatinya atau jiwanya." HR. al-Bukhari.2

  • Menulis ilmu:

  1. Dari Abu Juhaifah  berkata: Aku bertanya kepada Ali : Apakah kamu mempunyai Kitab?. Ia menjawab: 'Tidak, kecuali Kitabullah (al-Qur‘an), atau pemahaman yang diberikan kepada seorang lelaki muslim, atau yang apa ada di lembaran ini”. Ia berkata: Aku bertanya: “Apakah yang ada di dalam lembaran ini?”. Ali  menjawab: “Diyat, masalah pembebasan tawanan, dan seorang muslim tidak dibunuh karena membunuh orang kafir." HR. al-Bukhari.3

  2. Dari Abu Hurairah  berkata: “Tidak ada seorang sahabatpun yang mempunyai hadits lebih banyak dari padaku kecuali Abdullah bin 'Amr , maka sesungguhnya ia menulis (hadits) dan aku tidak menulisnya." HR. al-Bukhari.4




  • Apabila seseorang malu bertanya, maka memintalah kepada orang lain untuk menanyakan masalahnya:

Dari Ali  berkata: “Aku seorang yang banyak keluar mazi dan merasa malu bertanya kepada Nabi  karena kedudukan putri beliau (Fathimah). Maka akupun meminta al-Miqdad bin al-Aswad  (untuk bertanya masalah ini). Ia bertanya tentang masalah itu. Nabi  bersabda: “Hendaklah dia membersihkan zakarnya lalu berwudhu". Muttafaqun 'alaih.5


  • Mendekati imam saat memberi nasehat:

Dari Samurah bin Jundub  sesungguhnya Nabi  bersabda: Hadirilah majlis zikir dan dekatlah dengan imam, maka sesungguhnya seorang laki-laki senantiasa menjauh sehingga dimundur di surga, sekalipun dia memasukinya." HR. Abu Daud.1


  • Beradab dengan adab yang disyari'atkan pada saat berada pada majelis, di antaranya:

  1. Firman Allah :

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١ ﴾ [المجادلة: ١١]

11. “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al-Mujadilah: 11

  1. Dari Ibnu Umar  dari Nabi  beliau bersabda: “Janganlah seseorang meminta orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia duduk menempati tempat orang itu. Akan tetapi berlapang-lapanglah dan memperluas.' Muttafaqun 'alaih.2

  2. Dari Abu Hurairah  sesungguhnya Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa yang berdiri dari tempat duduknya kemudian ia kembali kepadanya, maka ia lebih berhak dengannya.' HR. Muslim.3

  3. Dari Jabir bin Samurah  berkata: “Apabila kami mendatangi Nabi  maka salah seorang dari kami duduk di tempat di mana dia sampai." HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi. 4

  4. Dari Amar bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah  bersabda: 'Tidak boleh dipisah di antara dua orang laki-laki yang sedang duduk kecuali dengan izin keduanya."3

  5. Dari asy-Syarid bin Suwaid  berkata: “Rasulullah  melewati aku, sedangkan aku sedang duduk seperti ini, dan aku meletakkan tangan kiriku di belakang punggungku, dan aku bersandar di atas tanganku. Maka beliau bersabda: “Apakah engkau duduk seperti duduknya orang-orang yang dimurkai?”. HR. Ahmad dan Abu Daud.4

  6. Dari Ibnu Mas'ud  berkata: “Rasulullah  bersabda: “Jika engkau bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik dan meninggalkan yang ketiga, karena sesungguhnya hal itu menyakiti hatinya.' Muttafaqun 'alaih.5


Ringkasan Fiqih Islam (2)

( Fiqih Al quran dan Sunnah )

﴿ مختصر الفقه الإسلامي (2) ﴾



فقه القرآن والسنة في الفضائل والأخلاق والآداب والأذكار والأدعية

RINGKASAN FIQIH ISLAM

BAB II

Fiqih Al Quran Dan Sunah Tentang:


  1. Fadhail Amal

  2. Akhlak

  3. Adab

  4. Dzikir

  5. Doa

Firman Allah :

﴿ إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا ٩ ﴾ [الاسراء: ٩]

"Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih". (Q.S. Al Israa: 9-10).

1. Fadhail Amal:

A. Fadhail

Fadhail Iman

Fadhail Ibadah

Fadhail Shalat

Fadhail Zakat

Fadhail Puasa

Fadhail Haji Dan Umrah

Fadhail Jihad

Fadhail Zikir

Fadhail Doa

Fadhail Muamalat

Fadhail Pergaulan

Fadhail Akhlak

Fadhail Al Quran Karim

Fadhail Nabi 

Fadhail Shabat Nabi.





  1. Fadhail Amal

Dalam bab ini penulis akan mengetengahkan sebagian ayat-ayat Al Qur'an dan hadist shahih tentang fadhail amal yang mendekat diri kepada Allah, sebagai pendorong (agar seseorang) giat beramal, memperbanyak amal shaleh, berlomba-lomba dalam beramal dan merasakan nikmatnya beramal.

Penjelasan tentang keutamaan suatu amal akan membangkitkan semangat serta kerinduan untuk beramal, dapat menciptakan kekutan rohani dan jasmani, mengusir rasa malas dan keengganan, juga dapat menggerakkan anggota tubuh untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Allah Allah  berfirman:

﴿ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥ ﴾ [البقرة: ٢٥]

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya". (Q.S. Al Baqarah: 25).




  • Keutamaan Ikhlas Dan Berniat Yang Baik.

  1. Allah  berfirman:

﴿ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥ ﴾ [البينة: ٥]

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (Q.S. Al Bayyinah: 5) .





  1. Hadist Nabi :

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ  قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ  يقول: ((إِنّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امرَأَةٍ يِنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ)) متفق عَلَى صحته

Dari Amirul Mukminin Abi Hafsh Umar bin Khatab , dia berkata: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan, jika ia berniat hijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, dan siapa yang hijrah karena dunia (harta, dan lain-lain ...) atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya untuk apa yang ia niatkan” Muttafaq ’alaih. 1




  1. Hadist Nabi :

وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ صَخْرٍ  قاَلَ: قَالَ رَسُول اللَّه : ((إِنَّ اللَّهَ تَعَالىَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وأَعْمَالِكُمْ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah  berkata: “Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian dan tidak pula kepada harta kalian tetapi Allah memandang kepada hati dan amal kalian” . HR. Muslim. 2


Keutamaan orang yang bercita-cita melakukan kebajikan

وعَنْ أبي العباس عبد اللَّه بْنِ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطًّلِبِ عَنْ رَسُول اللَّهِ  فيما يروى عَنْ ربه -تَبَارَك وَتَعَالَى- قال: ((إنَّ اللَّهَ تَعَالىَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ والسيِّئاتِ، ثُمَّ بيَّن ذَلكَ، فَمَنْ همَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبهَا اللَّه تَعَالىَ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإنْ همَّ بِهَا فعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّه عَشَرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةٍ ضِعْفٍ إِلَى أضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإنْ همَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإنْ همَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّه سيِّئةً وَاحِدَةً )) مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ.

Dari Ibnu Abbas , dari Rasulullah , beliau meriwayatkan dari Rabbnya, Allah berfirman: “Sungguh Allah mencatat setiap kebaikan dan keburukan maka barangsiapa yang ingin melaksanakan suatu kebaikan namun tidak jadi melakukannya, maka pasti Allah mencatat di sisiNya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna, dan jika ia ingin melakukanya (kebaikan) kemudian melaksanakannya, maka Allah menuliskan untuknya sepuluh kebaikan hingga digandakan menjadi tujuratus kali kebaikan dan bahkan lebih banyak dari itu, dan jika ia ingin melakukan amal keburukan dan tidak jadi melaksanakannya, Allah menuliskan baginya suatu kebaikan yang sempurna, dan jika ia melakukannya Allah menuliskan satu dosa untuknya”. Muttafaq ’alaih. 3
1. Fadhail Iman


  1. Allah  berfirman:

﴿ سَابِقُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢١ ﴾ [الحديد: ٢١]

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Q.S. Al Hadid: 21).



  1. Allah  berfirman:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا ١٠٧ ﴾ [الكهف: ١٠٧]

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal", (Q.S. Al Kahfi: 107).



  1. Hadist Nabi :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قاَلَ: سُئِلَ النَّبِيُّ  أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: (إِيْمَانٌ باِللهِ وَرَسُوْلِهِ) قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (اْلجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ) قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (حَجٌّ مَبْرُوْرٌ) مُتَّفّقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Huraira , ia berkata: “Nabi  ditanya: "Amalan Apakah yang paling afdhal?" beliau bersabda: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”, lalu amalan apa lagi? “Berjihad fi sabilillah”, Jawab Rasulullah. Kemudian ada yang bertanya: “Kemudian amalan apa lagi?”, beliau bersabda: “Haji mabrur”. Muttafaq ’alaih. 1



  1. Hadist Nabi:

عَنْ عُثْمَانَ  قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ)) أخرجه مسلم.

Dari Utsman , ia berkata: Nabi  bersabda: "Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah niscaya dia masuk surga". ( H.R. Muslim ). 2


2. Fadhilah Ibadah

Fahadilah Wudhu'

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانٍ  قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّهِ : (مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ، خَرَجَتْ خَطَاياَهُ مِنْ جَسِدِهِ حَتىَّ تَخْرُجَ مِنْ تَحْتَ أَظْفَارِهِ) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Utsman bin Afan , ia berkata: “Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya maka keluarlah dosa-dosanya dari tubuhnya bahkan dosa-dosa itu keluar dari bawah kukunya juga keluar”. HR. Muslim.1

Fadhilah Mendahulukan Yang Kanan

وَعَنْ عَائِشَةَ  قَالَتْ: كَانَ رَسُول اللَّهِ  يُعْجِبُهُ الْتَيَمُّنُ فِي شَأْنِهِ كُلِّهِ: فِي طُهُوْرِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَتَنَعله. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari `Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah  sangat menyukai memaulai dari kanan dalam setiap pekerjaannya; bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal”. Muttafaq ’alaih. 2

Fadhailah Shalat Sunat Wudhu'

عَنْ ُعقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ  أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ  يَقُوْلُ : ((مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوْءَهُ ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَليِّ رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ اْلجَنَّةُ )) أخرجه مسلم.

Dari Uqbah bin 'Amir  bahwa dia mendengar Nabi  bersabda: "Tidaklah seorang muslim berwudhu dengan sempurna kemudian mendirikan shalat dua rakaat dengan hati dan wajah yang penuh kekhusyuan niscaya wajib baginya mendapatkan balasan surga". ( H.R. Muslim ). 3
Fadhilah Azan

Hadist Nabi :

عَنْ َعبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ أَنَّ أَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِي  قَالَ لَهُ: إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ اْلغَنَمَ وَاْلبَادِيَةَ؛ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيْتَكَ؛ فَأَذِنْتَ ِللصَّلاَةِ؛ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءَ؛ فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتَ اْلمُؤَذِّنِ، جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ، وَلاَ شَيْءٌ، إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُوْ سَعِيْدٌ: سَمِعْتُهُ مِن ْرَسُولَ اللَّهِ . رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Dari Abdullah bin Abdurrahman bahwa Abu Sa'id Al Khudri , berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku melihat engkau menyukai kambing dan padang, maka bila engkau berada di tempat pengembala atau di padang kumandangkanlah azan shalat, angkat suaramu ketika mengumandangkannya karena sesungguhnya setiap jin, manusia dan sesuatu yang mendengar suara orang yang azan, ia akan menjadi saksi untuknya di hari kiamat”. Abu Sa'id Al Khudri  berkata: “Aku mendengarnya dari Rasulullah ”. HR. Bukhari 4

Hadist Nabi :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  أَنَّ رَسُول اللَّهِ  قال: (لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءَ وَالصَّفِّ اْلأَوَّلِ؛ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوْا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوْا) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Huraira , Rasulullah  bersabda: “Jikalau manusia mengetahui apa yang mereka dapatkan pada azan dan shaf yang pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara diundi niscaya mereka akan minta diundi”. Muttafaq ’alaih. 5

Hadist Nabi :

عَنْ مُعَاوِيَةَ  قَالَ: سَمِعْتُ رَسُول اللَّهِ  يَقُوْلَ: (اَلْمُؤَذِّنُوْنَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ) رَوَاهُ مُسلِمٌ

Dari Muawiyah , ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Para muazin di hari kiamat adalah orang yang paling panjang lehernya”. HR. Muslim. 1




  1. Fadhail Shalat

    • Fadhilah berjalan menuju masjid serta shalat berjamaah di masjid.

      1. Hadist Nabi :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قاَلَ: قَالَ رَسُول اللَّهِ : (صَلاَةُ الْحَمِيْعِ تَزِيْدُ عَلىَ صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ وَ صَلاَتِهَ فِي سُوْقِهِ خَمْساً وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً؛ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ، فَأَحْسَنَ، وَأَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رَفَعَ اللهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةٌ، حَتىَّ يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ، وَإِذَا دَخَلَ اْلمَسْجِدَ كَانَ فِي الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ تَحْبِسُهُ ، وَتُصَليِّ عَلَيْهِ اْلمَلاَئِكَةُ مَادَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَليِّ فِيْهِ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللّهُمَّ اْرحَمْهُ! مَا لَمْ يُحْدِثْ ِفيْهِ) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Huraira , ia berkata: “Rasulullah  bersabda: “Shalat yang dilakukan oleh seseorang secara berjamaah dilipatgandakan baginya dari shalat yang dia lakukan di rumahnya dan di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat, karena sesungguhnya ketika dia berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian keluar menuju masjid dengan tujuan hanya untuk melaksanakan shalat, maka tidaklah satu langkah yang ia langkahkan melainkan diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan baginya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid, dan apabila dia telah masuk masjid, maka dia dianggap sedang dalam shalat selama dirinya menunggu shalat, malaikatpun berdo'a baignya selama dia menetap di tempat tersebut: "Ya Allah ampunilah dia, ya Allah berikanlah rahmat kepadanya" selama dia tidak berhadas. Muttafaq ’alaih. 2



      1. Hadist Nabi :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ  أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  قَالَ: (صَلاَةُ اْلجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Ibnu Umar  bahwa Rasulullah  bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri sebanyak dua puluh tujuh derajat”. Muttafaq’alaih. 3


1   ...   17   18   19   20   21   22   23   24   ...   93




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin