KALAM INSYA’ THALABI DALAM SURAT AL-KAHFI
Fathul Lailatul Khoiriah
Nurul Murtadho
Yusuf Hanafi
Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang,
Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: fathullailatul@gmail.com
Abstract: The purpose of this reseach is to analyse form and meaning of kalam insya’ thalabi in surah al-kahfi. This reseach is using the descriptive method of content analysis. The procedur of data analysis includes tables and classification of kalam insya’ thalabi. The result of this reseach reveals that there are 48 verses of kalam insya’ thalabi in surah al-kahfi. Those are amar (command) 20 verses, nahi (prohibition) 6 verses, istifham (question) 17 verses, nida’ (call) 2 verses, and tamanni (hope) 3 verses.
According to its form, kalam insya’ thalabi in surah al-kahfi has several forms including amar (command), nahi (prohibition), istifham (question), nida’ (call), and tamanni (hope). Based on the meaning, kalam insya’ thalabi has two meanings. The first is denotative (haqiqi) and the second is connotative (idhafi). Denotative means the sentence expression does not have a certain purpose, while connotative means the sentence has a certain purpose depends on the context and the situation expressed by the sentence.
The other meanings of kalam insya’ thalabi that can be found in the verses of surah al-kahfi are ta’jiz (weaken), iltimas (expression to the same age), tahdid (threat), irsyad (guidance), doa (prayer), taubikh (insult), and taqrir (confirmation).
Key words: kalam insya’ thalabi, surah al-kahfi
الملخص: يهدف هذا البحث الكيفي إلى تحليل كلام الإنشاء الطلبي و أنواعه و معانيه في سورة الكهف. أما طريقة هذا البحث فهي طريقة وصفية تحليلية. أما اكتساب المعلومات باستخدام الجداول. ونتيجة هذا البحث أن كلام الإنشاء الطلبي في سورة الكهف ٤٨ آية وهي٢٠ آية للأمر و ٦ آيات للنهي و١٧آية للاستفهام و ٢ آية للنداء و ٣ آيات للتمني. و أنواعه خمسة وهي الأمر والنهي والاستفهام والنداء والتمني. ومن ناحية معانيه أن كلام الإنشاء الطلبي بمعنى حقيقى فهو معنى أصلي، والمعنى الإضافي يتكون من معنى التعجيز والتحقير والالتماس والتحديد والإرشاد والتقرير والتعجب والتقرير وغير ذلك.
الكلمات الرئيسة:كلام الإنشاء الطلبي، سورة الكهف
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis isi (content analisis). Prosedur analisis data meliputi tabelisasi dan klasifikasi kalam insya’. Hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi 48 ayat yaitu amar (perintah) 20, nahi (larangan) 6 ayat, istifham (pertanyaan) 17, nida’ (panggilan) 2, dan tamanni (harapan) 3 ayat. Adapun dilihat dari segi bentuknya, ayat-ayat Surat al-Kahfi terdapat berbagai bentuk kalam insya’ thalabi yang meliputi amar (perintah), nahi (larangan), istifham (pertanyaan), nida’ (panggilan), dan tamanni (harapan). Adapun dari segi makna kalam insya’ thalabi mempunyai makna haqiqi yaitu makna asli dan makna idhafi di antaranya adalah ta’jiz (melemahkan), iltimas (ungkapan kepada yang sebaya), tahdid (ancaman), irsyad (petunjuk), dan doa (permohonan), taubikh (menghina) dan taqrir (penegasan).
Kata kunci: kalam insya’ thalabi, surat al-Kahfi.
Dalam memahami al-Quran umat Islam harus memahami bahasanya juga, yaitu bahasa Arab. Bahasa yang digunakan al-Quran sangatlah indah, namun hanya orang tertentu saja yang bisa menikmatinya (Qutb, 1978). Hal ini karena berbagai disiplin ilmu yang harus dikuasai untuk memahami al-Quran, di antaranya ilmu Sharaf, Nahwu, I’lal dan Balaghah. Al-Ghulayayniy (1987) menyatakan, turunnya al-Quran dan Hadits melahirkan tiga belas ilmu, yaitu: Sharaf, I’rab, Nahwu, Rasm, Ma’ani, Bayan, Badi’, Urdh, Qawafi, Ghard Syi’ir, Insya’, Khithobah, Sejarah Sastra dan Kajian Bahasa.
Dalam pandangan ilmu Ma’ani, kalam insya’ thalabi adalah kalimat yang menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu diucapkan. Kalam insya’ thalabi ada yang berupa amar (kalimat perintah), nahi (kalimat larangan), istifham (kalimat pertanyaan), nida’ (kalimat panggilan), tamanni (kalimat harapan). Masing-masing jenis kalam insya’ thalabi ini mempunyai macam-macam makna selain makna asli.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1)Ayat-ayat yang mengandung kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi, (2)Bentuk kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi, (3)Makna yang terdapat dalam kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi.
Dalam penelitian ini surat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Surat al-Kahfi karena dalam Surat al-Kahfi terdapat ayat-ayat yang menjelaskan keimanan, hukum-hukum, dan kisah-kisah yang semuanya mengandung hikmah dan pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia (Makhdhari, 2009). Alasan lain pemilihan Surat al-Kahfi sebagai objek penelitian, karena Surat al-Kahfi berisi kisah-kisah inspiratif yang menggugah, yaitu kisah ashabul kahfi yang rela menentang raja yang berkuasa di Negeri tersebut demi membela agama Allah SWT, dan kisah Ya’juj Ma’juj serta kisah Dzulkarnain. Penelitian ini membahas kalam insya’ thalabi secara menyeluruh yang meliputi kalam insya’ thalabi amar (kalimat perintah), nahi (kalimat larangan), istifham (kalimat pertanyaan), nida’ (kalimat panggilan), tamanni (kalimat harapan). Judul penelitian yang dipilih oleh penulis adala kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analisis). Alasan yang mendukung digunakannya analisis isi sebagai rancangan dalam penelitian ini adalah: (a) sumber data dalam penelitian ini berupa dokumen, (b) masalah yang dianalisis adalah isi komunikasi, (c) dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan isi komunikasi dan membuat inferensi (Zuchdi (dalam Ainin, 2010:12).
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti bahwa data dalam penelitian ini adalah kalam insya’ yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran Surat al-Kahfi. Sedangkan sumber datanya adalah ayat-ayat al-Quran Surat al-Kahfi yang terdiri atas 110 ayat. Instrumen dalam penelitian ini berupa tabel penjaringan data, guna menjaga keabsahan data dalam penelitian ini.
Data-data yang diperoleh diolah berdasarkan teknik analisis data kualitatif untuk menganalisis data yang telah terkumpul, langkah yang dilakukan adalah (1)Menandai ayat yang mengandung kalam insya’ thalabi (2)Memasukkan ke dalam tabel jenis kalam insya’ (3)Mengklasifikasikan bentuk kalam insya’ thalabi dengan menggunakan tabel (4)Mengklasifikasikan huruf istifham dan nida’ dengan menggunakan tabel (5)Mengklasifikasikan makna kalam insya’ thalabi dengan menggunakan tabel (6)Membahas hasil penelitian (7)Menyimpulkan
HASIL
Surat al-Kahfi, memuat ayat-ayat yang mengandung kalam insya thalabi yang terdiri atas (1)amar/perintah = 20 ayat, (2)nahi/larangan = 6 ayat, (3) istifham/pertanyaan = 17 ayat, (4)nida/panggilan = 2 ayat, dan (5) tamanni/harapan = 3 ayat.
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً - الكهف:١٠-
“Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.
فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاء ظَاهِراً وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم مِّنْهُمْ أَحَداً - الكهف:٢٢-
“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka”.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً - الكهف:٧-
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”.
يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْناً - الكهف:٨٦-
"Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka".
يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَداً - الكهف:٤٢-
"Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku".
Dalam Surat al-Kahfi, terdapat ayat-ayat yang mengandung bentuk kalam insya’ thalabi amar yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’ didahului lam amar. Menurut Al-Ghalayaini (2000:33) fi’il amar adalah sesuatu yang menunjukkan pekerjaan (fi’il) dari seorang pelaku (fa’il) tanpa lam amar. Contoh اجتهد، جئ.تعلم. Sedangkan menurut Nadwi (1986:34) fi’il amar adalah tiap-tiap fi’il (kata kerja) yang menunjukkan arti perintah dan menerima nun taukid (nun untuk menguatkan kalimat) contoh احترمن، اعملن. Sedangkan fi’il mudhari’ Menurut Dayyab, dkk (1990:5) adalah fi’il yang menunjukkan kejadian sesuatu pada waktu berbicara atau sesudahnya, sedangkan ciri fi’il mudhari’ bisa didahului oleh لم , seperti لم يكتب dan pasti didahului dengan huruf mudharaah (أنيت). Adapun fi’il mudhari’ yang didahului dengan lam amar, seperti ليكتب “Tulislah”, mempunyai arti perintah.
Selain itu, surat al-Kahfi juga terdapat ayat-ayat yang mengandung bentuk kalam insya’ thalabi nahi, istifham, nida’ dan tamanni. Redaksi untuk bentuk nahi hanya satu yaitu fi’il mudhari, yang didahului dengan la nahi (Al-Jarim dan Usman, 1998:263; Al-Hasyimi, 1960: 83; Kulaib dan Shaleh, 1990). Ayat-ayat surat al-Kahfi juga mengandung huruf-huruf istifham yaitu أي, من, كم, أ, ما, هل, dan كيف, dan hanya terdapat satu bentuk huruf nida’ yaitu يا, serta mempunyai 2 bentuk kata tamanni yaitu ليت dan لو.
Tabel 1.1 Bentuk Thalabi Amar dalam Surat al-Kahfi
No.
|
Bentuk Thalabi Amar
|
Jumlah
|
Sebaran Ayat
|
1.
|
Fi’il amar
|
23
|
18
|
2.
|
Fi’il mudhari’ didahului
lam amar
|
3
|
2
|
Jumlah
|
26
|
20
|
Tabel 1.2 Huruf Istifham dalam Surat al-Kahfi
No.
|
Huruf Istifham
|
Jumlah
|
Sebaran Ayat
|
1.
|
أي
|
2
|
2
|
2.
|
من
|
2
|
2
|
3.
|
كم
|
1
|
1
|
4.
|
أ
|
7
|
7
|
5.
|
ما
|
1
|
1
|
6.
|
هل
|
3
|
3
|
7.
|
كيف
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
17
|
17
|
Dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Surat al-Kahfi, peneliti menemukan makna asli amar (perintah mengandung arti perintah) sebanyak 6 ayat dan makna lain amar (kata perintah mengandung makna bukan perintah)yang lebih banyak dari pada makna asli amar (perintah mengandung makna perintah) yaitu 14 ayat . Jumlah tersebut mencakup semua makna lain amar yang terdiri atas 5 makna, dengan urutan yang paling banyak jumlahnya yaitu ta’jiz (melemahkan), iltimas (permintaan kepada yang sebaya), irsyad (petunjuk), tahdid (ancaman), doa. Makna nahi ada 2 macam yaitu makna nahi asli (kata larangan bermakna larangan) sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 2 ayat dan makna lain nahi (kata larangan bermakna bukan larangan) sebanyak 5 kata yang tersebar dalam 4 ayat. Makna lain nahi ada 2 macam yaitu iltimas dan tahdid. Makna asli istifham (kata pertanyaan bermakna bukan pertanyaan) sebanyak 4 kata yang tersebar dalam 4 ayat dan makna lain istifham (kata pertanyaan bermakna bukan pertanyaan), yang tidak selalu formal atau makna sebenarnya. Makna lain istifham (kata pertanyaan bermakna bukan pertanyaan) sebanyak 13 kata yang tersebar dalam 13 ayat, makna istifham ada 6 macam yaitu taqrir (penegasan), tahqir (mencela), taubikh (menghina), ta’ajub (heran), tamanni (harapan),dan ta’jiz (melemahkan). istifham ada 6 macam yaitu taqrir (penegasan), tahqir (mencela), taubikh (menghina), ta’ajub (heran), tamanni (harapan),dan ta’jiz (melemahkan). Makna nida’ hanya mengandung makna nida’ lain (kata panggilan bermaksud untuk tidak memanggil) sebanyak 2 kata yang tersebar dalam 2 ayat, yaitu takhyir (memilih) dan makna iltimas (permohonan terhadap sesama). Makna tamanni hanya mengandung makna tamanni lain (kata harapan bermakna bukan harapan) sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 3 ayat., sebagai makna ta’jiz (melemahkan), makna penyesalan, makna ta’dzim (mengagungkan).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan di atas, bahwa pada ayat 10 terdapat kata آتِنَا dan هَيِّئْ yang merupakan kata perintah sehingga tegolong kalam insya’ thalabi amar. Pada ayat 22 terdapat kata لَا تُمَارِ dan لَا تَسْتَفْتِ yang merupakan kata larangan kalam insya’ thalabi nahi karena ayat-ayat tersebut mengandung suatu larangan. Sedangkan ayat ke-7 huruf أَيُّ yang merupakan huruf istifham, maka ayat-ayat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi istifham. Pada ayat 86 terdapat huruf يا yang merupakan huruf nida’, maka ayat-ayat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi nida’.Dan pada ayat 18 terdapat huruf لَّيْتَ yang merupakan huruf tamanni, maka ayat-ayat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi tamanni.
Berdasarkan penelitian ini, bentuk amar yang terdapat dalam aya-ayat Surat al-Kahfi, memuat dua bentuk amar, yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’ didahului lam amar. Sedangkan isim fi’il amar dan masdar menjadi bentuk amar tidak ditemukan. Bentuk nahi mempunyai satu bentuk saja yaitu fi’il mudhari’ yang didahului lam nahi (fi’il nahi). Huruf istifham yang terdapat dalam ayat-ayat surat Al-Kahfi, memuat tujuh macam bentuk huruf istifham, yaitu أ (همزة), هل, ما, من, كيف, كم, أَيّ. Sedangkan أنَّى, متى, أَينَ , أيان tidak ditemukan. Bentuk huruf nida’ hanya satu yaitu huruf يا saja yang berarti wahai, dan haruf ini menghendaki suatu tindakan untuk merespon stimulus orang yang memenggil. Dan mempunyai 2 bentuk huruf tamanni yaitu ليت dan لو yang mempunyai maksud mengharapkan terjadinya sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sehingga huruf-huruf tersebut hanya sebagai harapan saja.
Dari aspek makna, hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kalam insya thalabi tidak selalu mengandung makna sebenarnya tetapi juga mengandung makna lain yang sesuai konteks. Makna kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi meliputi; (1) amar (perintah) ada 2 macam yaitu makna hakiki (perintah mempunyai makna perintah) dan makna idhafi (perintah mempunyai makna bukan perintah). Makna hakiki seperti lafal
وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَداً –الكهف:٢٤-
Kata اذْكُر “ingatlah”, yaitu ungkapan perintah untuk orang kedua tunggal (laki-laki أنت), dan dilihat dari konteks kalimatnya bahwa ungkapan tersebut merupakan suatu perintah Allah kepada hambanya agar selalu ingat kepadaNya jika menghadapi suatu kesulitan. Sedangkan makna idhafi amar sebanyak 17 kata yang tersebar dalam14 ayat, yang terdiri atas 5 makna yaitu (a) ta’jiz (melemahkan) contohnya قُل رَّبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِم مَّا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ- الكهف:٢٢-
Pada lafal ini penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad, konteks kalimat ini diucapkan untuk melemahkan orang kafir yang tidak percaya adanya Ashabul Kahfi. (b) iltimas (ungkapan kepada yang sebaya) contohnya
آتِنَا غَدَاءنَا لَقَدْ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَذَا نَصَباً - الكهف:٦٢- lafal ini penuturnya adalah nabi Musa dan petuturnya adalah pelayan nabi Musa, konteks kalimat ini diucapkan ketika nabi Musa bersama pelayannya berjalanan mencari nabi Khidir untuk menuntut ilmu, (c) tahdid (ancaman) contohnya فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِم بُنْيَاناً رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ- الكهف:٢١- pada lafal ini kata “ابْنُوا” (dirikanlah), ungkapan ini penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah orang kafir. Konteks kalimat pada ayat ini menunjukkan ancaman kepada orang-orang yang dhalim kepada Allah, (d) irsyad (petunjuk) contohnya فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ-الكهف:١٦ Lafal di atas memiliki makna irsyad, “فَأْوُوا” (berlindunglah), penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah Ashabul Kahfi , konteks kalimat ini diucapkan sbagai petunjuk bagi Ashabul Kahfi ketika Ashabul Kahfi dikejar oleh parajurit suruhan raja Diqyanus, dan (e) doa (permohonan) contohnya رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً - الكهف:١٠- Lafal “آتِنَا” (berikanlah) dan lafal “هَيِّئْ” (sempurnakanlah), ungkapan ini penuturnya adalah manusia dan petuturnya adalah Allah. Konteks kalimat ini diungkapkan sebagai permohonan manusia kepada Allah SWT yang memohon agar diberikan rahmat dan disempurnakan petunjuk yang lurus. Sehingga ayat ini mempunyai makna doa. (2) nahi (larangan) ada 2 macam makna yaitu hakiki (larangan mempunyai makna larangan) contohnya فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاء ظَاهِراً وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم مِّنْهُمْ أَحَداً
lafal “لَا تُمَارِ” di atas menjadi ungkapan larangan yang diungkapkan pihak atasan kepada pihak bawahan dan tidak ada maksud tertentu selain melarang. Ungkapan diatas penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks ungkapan ini diucapkan karena Allah melarang nabi Muhammad bergaul dengan orang kafir. Sedangkan makna idhafi nahi (larangan mempunyai makna bukan larangan) yang terdiri atas 2 makna yaitu iltimas contohnya
فَلَا تَسْأَلْنِي عَن شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْراً - الكهف:٧٠- Lafal ini penuturnya adalah nabi Khidir dan petuturnya adalah nabi Musa. Konteks kalimat ini diungkapkan ketika nabi Khidir dan nabi Musa berjalan bersama, yang mana pada saat itu nabi Musa menuntut ilmu kepada nabi Khidir, dan tahdid (ancaman) contohnya
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً - الكهف:٢٣- lafal “وَلَا تَقُولَنَّ” (janganlah kamu mengatakan). Penutur kalimat ini adalah Allah dan petuturnya adalah manusia. Konteks ungkapan ini merupakan larangan berkata apa yang belum diketahui (berbohong). Sehingga pada ayat ini menunjukkan ancaman kepada orang-orang yang berbohong. (3) istifham (pertanyaan) ada 2 macam yaitu (1) makna asli (pertanyaan mempunyai makna pertanyaan) seperti كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْم
Lafal ini menunjukkan makna istifham asli (kata pertanyaan bermakna pertanyaan) karena dalam lafal ini penuturnya adalah salah satu Ashabul Kahfi dan petuturnya adalah Ashabul Kahfi yang lain, dan konteks kalimat ini diucapkan karena salah satu Ashabul Kahfi benar-benar bertanya kepada teman-temannya sudah berapa lama mereka tinggal dalam Gua. (2) makna idhafi (pertanyaan mempunyai makna bukan pertanyaan) yaitu (a)taqrir (penegasan) contohnya
ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَداً - الكهف:١٢- Lafal ini penuturnya adalah Allah SWT dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan untuk mempertegas orang-orang kafir yang menentang Rasulullah tentang kisah Ashabul Kahfi. (b) tahqir (mencela) contohnya إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً - الكهف:٧- pada lafal ini penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks ungkapan pertanyaan ini diucapkan untuk mencela, karena konteks kalimat pada ayat tersebut menunjukkan celaan kepada orang-orang yang dhalim kepada nabi Muhammad SAW. (c) taubikh (menghina) contohnya
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْراً - الكهف:٦٨- Lafal ini penuturnya adalah nabi Khidir petuturnya adalah nabi Musa. Konteks kalimat ini diucapakan sebagai penghinaan nabi Khidir kepada nabi Musa, karena nabi Musa tidak sabar dalam menuntut ilmu kepada beliau. (d) ta’ajub (heran) contohnya
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا- الكهف:٤٩- Lafal di atas mengandung makna lain istifham, sebagai makna ta’ajub. Penutur dalam lafal ini adalah manusia dan petuturnya Allah. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan manusia yang heran terhadap kitab amal perbuatan mereka selama hidup di dunia ketika datang hari pembalasan. (e) tamanni (harapan) contohnya
فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً - الكهف:٩٤- Lafal di atas mengandung makna lain istifham, sebagai makna tamanni. Penutur lafal ini adalah rakyat dan petuturnya adalah raja Dzulqarnain. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan harapan orang muslim kepada raja Dzulkarnain agar dibuatkan dinding penghalang antara mereka dan Ya’jud dan Ma’jud.
dan (f) ta’jiz (melemahkan) contohnya
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِن دُونِيأَوْلِيَاء إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلاً - الكهف: ١٠٢-
Lafal ini penuturnya adalah Allah SWT dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks kalimat ini diungkapan Allah kepada nabi Muhammad sebagai ungkapan untuk melemahkan orang-orang kafir yang menyekutukan Allah SWT.
(4) ) nida’ (panggilan) hanya memiliki 1 macam makna saja yaitu makna idhafi (panggilan mempunyai makna bukan panggilan). Makna nida’ lain sebanyak 2 kata yang tersebar dalam 2 ayat, yang terdiri atas 2 macam, yaitu takhyir (memilih) contohnya يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْناً - الكهف:٨٦-Penutur dari kata lafal ini adalah Allah dan petuturnya adalah raja Dzulqarnain. Konteks kalimat lafal ke-1 ini diungkapkan Allah agar raja Dzulkarnain memilih antara berbuat baik atau menyiksa orang-orang yang dhalim kepada raja Dzulkarnain, ketika itu banyak orang yang menentang raja Dzulqarnain.dan iltimas (perohonan terhadap sesama) قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ- الكهف:٩٤- lafal ini mengandung makna lain nida’, sebagai makna iltimas (permohonan terhadap sesama). Penutur kalimat ini adalah rakyat raja Dzulqarnain dan petuturnya adalah Dzulqarnain. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan permohonan orang muslim kepada raja Dzulkarnain agar raja Dzulkarnain mampu menolong orang muslim dari Ya’jud dan Ma’jud. Dan (5) tamanni (harapan) juga hanya memiliki 1 macam makna saja yaitu makna idhafi (harapan mempunyai makna bukan harapan). Makna tamanni lain sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 3 ayat, yang terdiri atas 3 macam yaitu (a) ta’jiz (melemahkan) contohnya
لَوِ اطَّلَعْتَ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَاراً وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْباً - الكهف:١٨- Pada lafal ini mengandung makna lain tamanni, sebagai makna ta’jiz (melemahkan). Penutur kalimat ini adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks kalimat ini sebagai ungkapan Allah untuk melemahkan Dzulkarnain orang kafir yang tidak percaya akan adanya Ashabul Kahfi. (b) Penyesalan contohnya يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَداً
Lafal ini mengandung makna lain tamanni sebagai makna penyesalan. Penutur kalimat ini adalah orang yang menyesal akan perbuatannya yang telah mempersekutukan Allah dan petuturnya adalah dirinya sendiri. Konteks kalimat ini merupakan ungkapan penyesalan atas kelakuannya yang telah mempersekutukan Allah SWT. Dan (c) ta’dzim (mengagungkan) contohnya
لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً - الكهف:١٠٩-lafal ini mengandung makna lain tamanni, sebagai makna ta’dzim (mengagungkan). Penutur kalimat ini adalah nabi Muhammad dan petuturnya adalah umat Islam. Konteks kalimat ini sebagai ungkapan nabi Muhammad yang menjelaskan tentang ilmu Allah kepada umatnya dengan mengagungkan Allah SWT. Nabi Muhammad menyatakan bahwa Allah lah zat yang Maha Agung, Perkasa, dan Berkuasa.
Kesimpulan
Ayat-ayat Surat al-Kahfi mengandung kalam insya’ thalabi yang meliputi amar (perintah) sebanyak 26 kata yang tersebar dalam 20 ayat, nahi (larangan) 8 kata yang tersebar dalam 6 ayat, istifham (pertanyaan) 18 kata yang tersebar dalam 18 ayat, nida’ (panggilan) 2 kata yang tersebar dalam 2 ayat dan tamanni (harapan) 4 kata yang tersebar dalam 4 ayat.
Bentuk kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi meliputi; (1) amar (perintah) yang terdiri atas dua bentuk yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’ yang didahului oleh lam amar. Kedua bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda. (2) nahi (larangan) yang terdiri atas satu bentuk saja yaitu berupa fi’il nahi (fi’il mudhari’ yang didahului la nahi), (3) istifham (pertanyaan) yang mengandung huruf-huruf istifham yaitu أي, من, كم, أ, ما, هل, dan كيف, yang paling banyak adalah huruf أ (همزة), (4) nida’ (panggilan) yang terdiri atas satu huruf saja yaitu berupa يا, (5) tamanni (harapan) yang terdiri atas 2 bentuk kata saja yaitu ليت dan لو.
Dari aspek makna, hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kalam insya thalabi tidak selalu mengandung makna sebenarnya tetapi juga mengandung makna lain yang sesuai konteks.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disampaikan saran-saran sebagai berikut (1) hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Surat al-Kahfi terdapat ayat-ayat yang mengandung kalam insya thalabi dengan berbagai bentuk, maka para peneliti karya sastra hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut tentang kalam insya’ thalabi maupun kalam insya’ ghairu thalabi dalam surat-surat lain yang terdapat dalam al-Quran yang lebih banyak dan lebih panjang, (2) penelitian ini memiliki keterbatasan, baik yang berkaitan dengan datanya, substansi masalahnya, maupun metodenya (model analisisnya). Oleh karena itu, disarankan kepada berbagai pihak yang berkompeten dengan ilmu ma’ani maupun tafsir al-Quran untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan data, substansi masalah, dan model analisisnya yang berbeda dan lebih komprehensif.
DAFTAR RUJUKAN
Ainin, Moh. 2010. Fenomena Pragmatik dalam Al-Quran. Malang: Misykat.
Al-Ghulayayniy. 1987. Jami’u Ad-Durus Al-Arabiyyah. Bairt: Al-Maktabah Al-Ashriyah.
Al-Hasyimy, Ahmad. 1960. Jawahirul Balaghah Fil Ma’ani Wal Bayan Wal Badi’. Indonesia: Maktabah Dar Ihyaul Kutub Al-A’rabiyyah.
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman.1998. Al-Balaghah Al-Wadhihah. Terjemahan oleh Mujiyo Nurkholis, Bahrun Abu Bakar dan H.Anwar Abu Bakar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kulaib, Ahmad Taufiq dan Abu Shaleh, Abdul Qudus.1403. Kitabul Al-Balaghah, Ilmu Al-Ma’ani Wa Al-Badi’. Riyadh: Idaratus Al Abhas wa Al Manahij wa Al Kutubid Dirasiyyah, Jami’atu Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah.
Makhdhari, Moch. 2009. Mencerdaskan Pikiran dan Hati dengan Kemukjizatan Surat Al-Kahfi. Jogjakarta: Diva Press.
Nadwi, Moh. 1986H.Tata Bahasa Arab. Surabaya: Putra Jaya.
Qutb. Sayid. 1978. At-Tashwir Al-Fani Fil Quran. Makkah: Daarusy Syuruq.
1
Dostları ilə paylaş: |