Partisipasi kolektif seluruh elemen organisasi tentunya mensyaratkan kemauan untuk berbagi informasi. Tidak mungkin seorang anggota akan merasa terlibat dalam proses organisasi jika tidak mendapat bekal informasi yang cukup tentang apa segala hal yang sedang terjadi dalam oragnisasi. Dengan demkian keterbukaan dari semua elemen organisasi menjadi hal sangat urgen. Baik pengurus kepada anggota maupun sebaliknya. Dengan cukupnya bekal informasi yang dimiliki oleh seluruh elemen organisasi, sangat mungkin tercipta rasa kepemilikan dan rangsangan untuk berinovasi terhadap kondisi yang sedang terjadi. Ini bisa dilakukan dengan dua jalur. Jalur struktural dan jalur kultural. Jalur struktural adalah dengan menjamin adanya mekanisme yang dapat melancarkan arus informasi dalam organisasi. Misal dengan mempublikasikan hasil-hasil pembahasan rapat pengurus, membuat media internal yang dapat menjembatani komunikasi antar elemen. Sementara jalur kultural adalah dengan cara membangun kedekatan kultural dan membangun iklim dialogis.
Persoalan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Persoalan lemahnya produktifitas organisasi sangat terkait dengan kapasitas personal. Ini sangat terkait dengan pembangunan kultur relajar dengan jalan membangun learning community. Masa keaktifan seorang mahasiswa seharusnya adalah masa untuk belajar banyak sebelum terjun kedunia yang lebih luas, dunia masyarakat namun nampaknya kondisi yang menopang untuk tujuan tersebut belum tersedia di JS. Kelemahan dari banyak aktivis adalah lemahnya penguasaan kemampuan-kemampuan spesifik sangat kurang. Sering kali mampu berbicara pada tataran general Namur tidak mampu menukik pada persoalan yang lebih detail. Untuk itu perlu dikembangkan kultur untuk menjadikan segala aktivitas kolektif sebagai aktifitas belajar dengan cara lebih mengutamakan proses.
Persoalan sinergisitas. Secara mendasar ini diakibatkan oleh kurangnya internalisasi visi kolektif JS pada diri masing-masing anggota. Sehingga jarang setiap individu-individu yang ada mencoba mengkorelasikan apa yang dilakukan bidang/departemen dimana ia berada dengan apa yang menjadi visi bersama. Sehingga timbullah istilah chauvinisme bidang. Dengan demikian perlu sebuah usaha secara sistematis untuk memperkuat internalisasi visi bersama JS dengan cara mengintensifkan komunikasi antar semua pihak karena dengan demikian akan terjadi tranfer informasi dari dan kepada semua pihak. Dengan pemahaman yang merata tentang apa yang ada dan apa yangsedang terjadi maka akan sangat mungkin untuk tumbuhnya diskusus yang merupakan indikator adanya persoalan bersama.
Perbaikan kultur organisasi. (terkait dengan perbaikan moral anggota, karakter organisasi, identitas organisasi, terbatasnya waktu dan sdm serta banyaknya agenda/produktifitas organisasi).
Finansial. (terkait dengan masalah kreatifitas Jama’ah Shalahuddin dalam masalah pembiayaan).