Riwayat Hidup Para Imam Suci Ahlul Bait as



Yüklə 0,96 Mb.
səhifə28/29
tarix18.01.2019
ölçüsü0,96 Mb.
#100513
1   ...   21   22   23   24   25   26   27   28   29

e. Kedermawanan

Imam Al-Muntazhar as. adalah sosok manusia yang paling dermawan dan murah tangan. Di bawah kekuasannya, tidak akan tersisa satu pun bayangan kefakiran dan kemiskinan. Marilah kita simak hadis-hadis yang telah diriwayatkan dari nenek moyangnya tentang kedermawannya berikut ini:


a. Abu Sa'îd meriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau pernah menceritakan tentang kedermawanan Imam Mahdî as. Beliau bersabda: "Seorang rakyat akan datang menjumpainya seraya berkata kepadanya, 'Wahai Mahdî, tolonglah aku, tolonglah aku!' Ia akan memenuhi pakaian orang itu dengan uang sehingga ia tidak dapat membawanya."
b. Jâbir bercerita: "Seseorang pernah datang menjumpai Imam Abu Ja'far as. sedangkan aku hadir di situ. Orang itu berkata kepadanya, 'Semoga Allah merahmati Anda! Terimalah khumus yang berjumlah seratus dirham ini dan gunakanlah pada tempat-tempat pemakaiannya. Harta ini adalah zakat harta-hartaku.'
Abu Ja'far berkata kepadanya, 'Kamu ambil sendiri dan berikanlah kepada tetangga-tetanggamu, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta saudara-saudaramu dari kalangan muslimin. Cara pembagian semacam ini akan terjadi pada saat Al-Qâ'im kami muncul. Ia akan melakukan pembagian (harta) secara sama rata dan menyamaratakan keadilan terhadap seluruh makhluk Dzat Yang Maha Pengasih, baik makhluk yang baik maupun yang jahat. Barang siapa menaatinya, ia telah menaati Allah dan barang siapa menentangnya, ia telah menentang Allah. Ia dinamai Al-Mahdî karena ia akan memberikan petunjuk kepada sebuah perkara yang samar. Ia akan mengeluarkan Turat dan seluruh kitab (samawi) yang lain dari sebuah goa yang berada di Anthaqiyah dan ia akan menjalankan hukum atas pengikut Taurat dengan bersandarkan kepada kitab Taurat, atas pengikut Injil dengan bersandarkan kepada kitab Injil, atas pengikut Zabur dengan menggunakan kitab Zabur, dan atas pengikut Furqân dengan bersandarkan kepada Al-Furqân. Seluruh harta dunia, baik yang berada di dalam perut bumi maupun yang nampak di atasnya akan terkumpul di tangannya, dan lalu ia berkata kepada seluruh manusia, 'Kemari dan ambillah apa yang telah menyebabkan kamu sekalian memutus tali silaturahmi-ia mengisyaratkan kepada harta-harta itu-dan menumpahkan darah, serta melanggar larangan-larangan Allah.' Setelah berkata demikian, ia akan memberikan harta kepada mereka dalam jumlah yang belum pernah diberikan oleh siapapun sebelum dia."
Dan masih banyak hadis-hadis lain yang menegaskan bahwa ia adalah lautan kedermawan dan kemurahan tangan, serta bahwa ia akan berbuat derma kepada seluruh makhluk Allah swt. demi menyelamatkan mereka dari ketelanjangan dan kelaparan, serta meratakan kekayaan di tengah-tengah mereka.

f. Kokoh dalam Memegang Kebenaran

Imam Al-Muntazhar as. adalah salah seorang figur yang paling kokoh dalam membela kebenaran dan tidak peduli dengan celaan para pencela. Karakternya ini persis seperti karakter nenek moyang sucinya yang telah tegar membela kebenaran dan menghaturkan jiwa-jiwa mereka sebagai korban demi menebarkan keadilan sosial di tengah-tengah masyarakat.


Jika dunia ini menjadi terang benderang dengan kemunculan Al-Qâ'im keluarga Muhammad saw, ia akan menegakkan kebenaran dengan seluruh arti dan maknanya, sertanya tidak akan meninggalkan bayangan kezaliman dan kelaliman sedikit pun kecualinya akan membasmikan dan memusnahkannya.

Ibadah

Suatu hal yang pasti adalah, bahwa ibadah Imam Al-Muntazhar as. adalah persis seperti ibadah nenek moyang sucinya yang telah menghibahkan seluruh hidup mereka untuk Allah swt. Mereka telah menginfakkan mayortas hidup mereka dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan khusyuk di haribaan-Nya dengan berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari. Mereka tekun melakukan salat, membaca doa, dan melantunkan Al-Qur'an. Di atas jalan yang cemerlang ini jualah, Imam Al-Muntazhar as. berjalan. Para perawi hadis telah meriwayatkan banyak doa mulia yang selalu ia baca ketika mengerjakan salat dan membaca qunut. Semua doa itu menegaskan kedalaman hubungannya dengan Allah swt. dan kepasrahannya terhadap segala ketentuan-Nya. Kami telah memaparkan sebagian doa tersebut di dalam buku kami yang berjudul Hayâh Al-Imam Muhammad Al-Muntazhar as.



Periode Ghaibah Shughra

Termasuk salah satu karunia Allah swt. yang agung kepada Imam Al-Muntazhar as. adalah Dia telah menutupinya dari padangan mata para penguasa dinasti Bani Abbâsiyah zalim yang selalu berusaha untuk memusnahkan beliau. Ia keluar dari kepungan mereka, sedangkan mereka tidak mengetahui hal itu. Hal itu sebagaimana Dia pernah menutupi kakeknya, Rasulullah saw. dari pandangan mata orang-orang Quraisy yang telah berkumpul untuk membunuh beliau.


Pada kesempatan ini, kami akan memaparkan sejarah kehidupan Imam Al-Muntazhar as. pada periode Ghaibah Shughra ini secara ringkas.

a. Masa Periode Ghaibah Shughra

Periode Ghaibah Shughra dimulai dari sejak Imam Hasan Al-'Askarî as. wafat pada tahun 260 Hijriah. Dari sejak saat itu, Imam Al-Muntazhar as. tersembunyi dari pandangan mata umat manusia. Hanya saja, ia masih melakukan hubungan dengan orang-orang mukmin yang saleh.



b. Tempat Imam Mahdî as. Gaib

Imam Al-Muntazhar as. gaib dari padangan umat manusia di rumahnya yang terletak di kota Samirra'. Di rumah ini juga terdapat makam suci ayahanda dan kakeknya.


Ada sebuah keyakinan sangat aneh yang diyakini oleh sebagian orang yang menaruh rasa dengki terhadap mazhab Syi'ah. Mereka meyakini bahwa Imam Al-Muntazhar as. gaib di sebuah sirdab (ruang bawah tanah) yang terdapat di Samirra' atau di kota lainnya. Setelah mengerjakan salat Maghrib, mereka berdiri di depan pintu sirdab yang terdapat di Samirra' tersebut setiap malam dengan menyebut-nyebut namanya dan memanggilnya supaya cepat keluar. Mereka melakukan demikian hingga bintang-gumintang tampak. Setelah itu, mereka bubar dan menunggu keputusan hingga malam berikutnya tiba, sedangkan mereka memiliki penantian yang sama.
Ini adalah sebuah keyakinan aneh yang tidak ber-sanad. Keyakinan ini mengindikasikan rasa dengki kepada Ahlul Bait as. Adapun sirdab yang terdapat di kota Samirra' tersebut adalah sebuah mushalla bagi tiga imam Ahlul Bait as. dan hujah Allah atas hamba-Nya. Tak seorang pun dari ulama dan ahli sejarah Syi'ah yang berpendapat bahwa ia gaib di sirdab tersebut atau sirdab-sirdab lain yang telah dipaparkan oleh orang-orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama. Kami telah memaparkan kebohongan mereka ini dalam buku kami yang berjudul Hayâh Al-Imam Muhammad Al-Mahdî as.

c. Para Duta Khusus

Pada periode ini, Imam Al-Muntazhar as. menentukan beberapa orang ulama yang saleh sebagai dutanya yang berperan sebagai mediator antara dirinya dan para pengikut Syi'ah. Tugas mereka yang terpenting adalah mengantarkan pertanyaan dan problematika syariat kepadanya dan menerima jawabannya atas seluruh pertanyaan tersebut.


Para duta tersebut adalah sebagai berikut:

1. 'Utsmân bin Sa'îd

'Utsmân adalah duta Imam Al-Muntazhar as. yang pertama. Ia adalah seorang yang tsiqah dan terpercaya. Ia telah melakukan perannya yang positif dan istimewa dalam berkhidmat kepada para imam Ahlul Bait as. pada masa Mutawakkil berkuasa dan pda saat ia memberlakukan embargo ekonomi atas Imam Ali Al-Hâdî as. dan melarang penyampaian harta zakat dan khumus kepadanya. Seluruh harta tersebut sampai ke tangan 'Utsmân bin Sa'îd dan ia meletakkannya di bagian bawah kaleng minyak goreng, lalu mengirimkannya kepada Imam Al-Hâdî as. dan setelah Imam Al-Hâdî wafat, kepada Imam Hasan Al-'Askarî as. Dengan cara demikian, ia telah berhasil mengatasi krisis ekonomi yang membelenggu para imam Ahlul Bait as.


'Utsmân adalah titik penghubung antara Imam dan para pengikut Syi'ah. Ia memiliki kedudukan sebagai wakil mutlak Imam Mahdî as. Dengan demikian, ia berhak menghaturkan seluruh harta zakat dan khumus, serta surat-surat mereka kepadanya.

Wafat

Tidak lama setelah itu, 'Utsmân meninggal dunia dan dimakamkan di Baghdad di dekat daerah Ar-Rashâfah. Ia memiliki makam ramai yang selalu diziarahi oleh mukminin.



Belasungkawa Imam Al-Muntazhar

Imam Al-Muntazhar as. mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian 'Utsmân bin Sa'îd yang agung itu dengan mengirim surat kepada putranya yang 'alim dan suci, Muhammad bin 'Utsmân. Surat itu berisi: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn. Kita terima segala titah-Nya dan kita rida atas segala ketentuan-Nya. Ayahmu telah hidup dengan bahagia dan meninggal dunia dengan terpuji. Semoga Allah merahmatinya dan menggabungkannya dengan para wali dan kekasih-Nya. (Selama hidup), ia senantiasa berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka (baca: masyarakat) dan berusaha untuk menggapai apa yang Allah 'Azza Wajalla dapat mendekatkannya kepada mereka. Semoga Allah membahagiakannya dan mengampuni ketergelincirannya. Semoga Allah memperagung pahalamu dan turut berduka cita denganmu. Kamu mendapatkan petaka dan kami juga mendapatkan petaka. Kamu telah menderita lantaran berpisah darinya dan kami juga demikian. Semoga Allah menganugerahkan kebahagiaan kepadanya di tempat ia kembali. Salah satu kebahagiaan yang ia miliki sekarang ini adalah Allah telah menganugerahkan kepadanya seorang putra sepertimu yang menggantikannya setelah ia meninggal dunia, menduduki kedudukannya, dan berbelas kasih kepadanya. Kutegaskan bahwa segala puji bagi Allah, karena seluruh jiwa percaya terhadap kedudukanmu dan terhadap segala karunia yang telah dianugerahkan oleh Allah 'Azza Wajalla kepadamu. Begitu pula, Dia menguatkanmu, mendukungmu, dan membarikan taufik kepadamu dengan itu semua. Sedangkan Dia senantiasa menjadi wali dan penjagamu ...."


Surat itu menunjukkan betapa Imam Al-Muntazhar as. sedih atas kepergian dutanya itu di mana ia adalah salah seorang figur dan unsur keimanan. Begitu juga, ia menegaskan kepercayaannya yang dalam kepada putranya, Muhammad yang telah memiliki seluruh unsur karakter kesempurnaan.

2. Muhammad bin 'Utsmân

Muhammad bin 'Utsmân menjadi duta Imam Al-Muntazhar as. (sepeninggal ayahnya). Ia adalah salah seorang figur tsiqah dalam mazhab Syi'ah dan ulamanya yang handal. Sebagaimana sang ayah, ia mendapat kepercayaan di hati seluruh masyarakat Syi'ah. Seluruh surat masyarakat Syi'ah dan harta khumus dan zakat mereka diberikan kepadanya dan selanjutnya, ia menyampaikan seluruh amanat itu kepada Imam Al-Muntazhar as. Setelah itu, ia memberikan jawabannya kepada mereka.


Imam Al-Muntazhar as. pernah menulis sepucuk surat kepada Muhammad bin Ibrahim Al-Ahwâzî tentang kepribadian Muhammad bin 'Utsmân yang isinya: "Ia-yaitu Muhammad bin 'Utsmân-adalah orang kepercayaan kami pada saat ayahnya masih hidup-semoga Allah meridai dan membahagiakannya. Ia menduduki kedudukannya dan menempati posisinya. Sang putra hanya mengeluarkan perintah atas perintah kami dan juga mengamalkannya. Semoga Allah memberikan anugerah kepadanya. Oleh karena itu, ambillah ucapannya."
Muhammad bin 'Utsmân meninggal dunia pada bulan Jumadil Ula 305 Hijriah.

3. Husain bin Ruh

Ia adalah duta ketiga Imam Al-Muntazhar as. Ia memiliki karakter ketakwaan, kesalehan, keluasan ilmu pengetahuan, dan akal yang sangat besar. Ia mendapatkan kemuliaan untuk menjadi duta dan wakilnya setelah Muhammad bin 'Utsmân meninggal dunia. Dan Muhammad bin 'Utsmânlah yang menegaskan hal itu. Ketika para tokoh kenamaan Syi'ah bertanya kepadanya tentang orang yang akan menggantikan posisinya, ia menjawab: "Abul Qasim Husain bin Ruh bin Abi Bahr An-Nawbakhtî ini adalah penggantiku, duta (kepercayaan) antara kamu sekalian dan Shâhidul Amr-semoga Allah mempercepat farajnya, wakil, dan orang kepercayaannya. Oleh karena itu, rujuklah kepadanya berkenaan dengan seluruh urusanmu dan percayakanlah kepadanya setiap problematika yang menimpamu. Aku telah diperintah untuk menyampaikan hal ini dan kini aku telah sampaikan ...."


Husain bin Ruh pernah mengadakan dialog yang sangat menarik dengan seorang penentang kebenaran, dan ia unggul atasnya. Muhammad bin Ibrahim bin Ishâq merasa heran dengan kemenangannya itu seraya bertanya kepadanya: "Apakah semua jawaban itu berasal dari dirimu sendiri atau kamu menerimanya dari para imam pembawa petunjuk itu?"
Husain bin Ruh menjawab: "Hai Muhammad bin Ibrahim, aku terjatuh dari langit menuju ke bumi, lalu aku disantap oleh burung atau aku dihempaskan oleh angin di tempat yang sangat jauh adalah lebih kusukai daripada aku mengatakan sesuatu berkenaan dengan agamaku yang berasal dari pendapatku sendiri. Semua jawaban itu berasal dari sumbernya dan aku telah mendengarnya dari Hujah (baca: Imam Mahdi) as. ...."
Husain bin Ruh menjadi duta Imam Mahdî as. selama dua puluh satu atau dua puluh dua tahun. Selama itu, ia menjadi tempat rujukan para pengikut Syi'ah dan mediator yang terpercaya antara mereka dan Imam. Pada suatu hari, ia tertimpa penyakit hingga meninggal dunia pada tahun 326 Hiriah. Acara ritual pemakaman jenazahnya dilakukan dengan sangat meriah. Ia dimakamkan di Baghdad, tepatnya di pasar Syurjah yang sekarang merupakan sebuah pusat perdagangan ramai di Baghdad.

4. Ali bin Muhammad As-Samurî

Ia menerima kemuliaan sebagai duta dan wakil Imam Mahdî as. dengan penentuannya sendiri secara langsung. Ia adalah dutanya yang terakhir dan telah melaksanakan tugasnya sebagai duta dengan penuh kejujuran dan ketulusan. Para perawi hadis mengatakan bahwa sebelum meninggal dunia, ia pernah menunjukkan sebuah surat yang telah ditandatangani oleh Imam Al-Muntazhar as. kepada para pengikut Syi'ah. Di antara isi surat itu-setelah basmalah-adalah berikut ini:


Hai Ali bin Muhammad As-Samurî, semoga Allah mengagungkan pahala saudara-saudaramu dengan kepergianmu. Kamu akan meninggal dunia dan sisa hari-harimu hanyalah enam hari. Oleh karena itu, bereskanlah seluruh urusanmu dan janganlah berwasiat kepada siapa pun untuk menggantikan posisimu setelah kamu meninggal dunia. Masa kegaiban yang total telah tiba dan tiada kemunculan (bagiku) kecuali dengan perintah dari Allah swt. Dan kemunculan itu akan terjadi setelah masa yang panjang berlalu, setelah hati-hati mengeras, dan setelah bumi dipenuhi oleh kelaliman. Akan datang kepada Syi'ahku orang yang mengaku berjumpa denganku. Ia adalah pembohong dan pembual. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi nan Maha Agung ....
Di dalam surat itu kita dapatkan bahwa ia menolak setiap orang yang mengaku pernah berjumpa dengan Imam Al-Muntazhar as. pada masa priode Ghaibah Kubra dan menegaskan bahwa ia adalah seorang pembohong dan pembual. Padahal, suatu hal yang pasti adalah beberapa orang mukmin yang saleh pernah berjumpa dengannya dan mendengarkan ucapannya.
Oleh karena itu, surat tersebut ditakwilkan dengan berbagai macam takwil, dan mungkin takwil yang paling jitu adalah, bahwa orang yang mengaku pernah berjumpa dengan Imam Al-Muntazhar as. sebagai duta dan wakilnya, seperti empat orang dutanya tersebut, adalah pembohong dan pembual. Mungkin takwil ini lebih mendekati kebenaran.
As-Samurî tertimpa penyakit dan menderita penyakit itu selama beberapa hari. Sebagian pengikut Syi'ah pernah menjenguknya seraya bertanya: "Siapakah washî-mu setelah kamu meninggal dunia?"
Ia menjawab: "Urusan itu hanya milik Allah dan Dia yang akan mengurusnya."
Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Sya'ban 329 Hijriah.

d. Wilayah Para Fuqaha

Imam Al-Muntazhar as. telah menetapkan para fuqaha Syi'ah yang agung sebagai wali dan wakilnya seraya memerintahkan para pengikut Syi'ah untuk merujuk kepada mereka dan menyelesaikan seluruh problematika sosial politik sesuai dengan pandangan mereka. Di dalam surat yang telah ia kirim kepada Syaikh Mufid ra, ia menegaskan: "Berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, rujuklah kaian kepada para perawi hadis kami, karena mereka adalah hujahku atas kamu dan aku sendiri adalah hujah Allah atas kalian."


Kami telah memaparkan pembahasan tentang hal ini di dalam buku kami yang berjudul Hayâh Al-Imam Muhammad Al-Mahdî as.

Periode Ghaibah Kubra

Para fuqaha yang agung mendapatkan kemuliaan sebagai wakil Imam Al-Muntazhar as. (pada periode ini). Kepada merekalah para pengikut Syi'ah merujuk untuk menanyakan hukum-hukum syariat.


Layak disebutkan di sini bahwa Imam Al-Munatazhar as. pernah berjumpa dengan tokoh ulama dan orang-orang yang bertakwa. Di antara mereka adalah seorang 'alim agung dan tsiqah yang terpercaya, Syaikh Mufid ra. Imam Al-Mahdî as. pernah mengirimkan beberapa surat kepadanya, dan Syaikh Mufid pernah menerima tiga pucuk surat darinya. Kami telah menyebutkan sebagian surat itu dalam buku kami yang berjudul Hayâh Al-Imam Muhammad Al-Mahdî as.

Pertanyaan dan Kritikan

Sejarah hidup Imam Al-Muntazhar as. menghadapi berbagai ragam pertanyaan dan kritikan. Di antaranya adalah sebagai berikut:



1. Usia yang Panjang

Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan berkenaan dengan usia Imam Al-Muntazhar as. yang sangat panjang. Bagaimana mungkin ia hidup selama seribu seratus lima puluh tahun lebih, sedangkan ia tidak mengalami masa lansia yang merupakan sebuah realita natural kehidupan seorang manusia? Sel-sel tubuh manusia mengalami perkembangan dan penguatan secara bertahap, dan makin panjang usia yang dimilikinya, seluruh sel tubuhnya pasti akan mengalami dis-fungsional. Hal itu lantaran mikroba-mikroba yang selalu menyerangnya atau akibat racun yang merasuk ke dalam tubuhnya melalui makanan yang kotor atau faktor-faktor yang lain, suatu hal yang dapat menyebabkan ia harus meninggalkan dunia ini.

Jawaban atas pertanyaan ini adalah:

Pertama, manusia berusia panjang-secara logis-adalah suatu hal yang mungkin, dan tidak mustahil, seperti sekutu Tuhan atau premis "sesuatu adalah ganjil dan genap dalam waktu yang sama". Masalah ini adalah persis seperti masalah naik ke bulan atau ke planet yang lain. Hal ini adalah suatu yang mungkin secara logis dan sudah terealisasi setelah faktor-faktor alaminya tersedia bagi umat manusia. Dengan demikian, usia panjang bagi Imam Al-Muntazhar as. adalah sesuatu yang mungkin, baik secara praktik maupun teorik. Dan hal itu dengan kehendak Sang Pencipta Yang Maha Agung. Dengan kehendak-Nya, Allah dapat menjaga seluruh sel pembentuk tubuh seorang manusia dari pengaruh segala faktor eksternal yang dapat menyebabkan ketuaan dan kefanaannya. Lebih dari itu, Nabi Nuh as. hidup di tengah-tengah kaumnya mengajak kepada kalimat Tauhid selama sembilan ratus lima puluh tahun-sebagaimana ditegaskan oleh Al-Qur'an yang mulia. Dengan semua bukti ini, mengapa kita meyakini usia panjang yang dimiliki oleh Nabi Nuh as., sementara kita mengingkari usia panjang yang dimiliki oleh Imam Al-Muntazhar as., padahal keduanya sama-sama mendapatkan perintah untuk melakukan perombakan dan reformasi sosial?

Kedua, jika kita terima bahwa usia panjang bagi seseorang selama ratusan atau ribuan tahun-secara logis-tidak mungkin; lantaran hal ini bertentangan dengan undang-undang alamiah yang mengharuskan masa tua dan kefanaannya, hal itu tidak mungkin hanya untuk kita. Adapun berkenaan dengan Allah swt., hal itu adalah suatu hal yang sangat sederhana sekali. Dia telah menjadikan api-yang merupakan faktor pembakar-dingin dan membawa keselamatan bagi Syaikhul Anbiyâ' Ibrahim as. Begitu juga ia telah membelah lautan untuk Nabi Mûsâ dan kaumnya, lalu menyelamatkan mereka dari tenggelam, dan Dia menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya.
Sesungguhnya jika kehendak Allah swt. telah tertuju kepada sesuatu, kehendak itu dapat merubahnya dari ketiadaan menjadi keberadaan.

2. Rahasia Usia Panjang

Terdapat satu pertanyaan lain yang biasa dilontarkan berkenaan dengan tema ini. Yaitu, apa rahasia di balik usia panjang yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. kepada Imam Al-Muntazhar as.? Mengapa usianya tidak dibatasi seperti usia nenek moyang sucinya yang suci itu?

Jawab: Allah swt. memberikan tugas khusus kepada Imam Al-Muntazhar as. untuk memperbaiki dunia ini secara total dan menyerahkan kepadanya urusan penyelamatan masyarakat manusia dari seluruh jenis kesesatan kelam yang dapat memporak-porandakan kehidupan mereka dan menjerumuskannya ke dalam jurang kebodohan hidup yang sangat dalam. Dengan demikian, Imam Al-Muntazhar as. adalah seorang reformis tunggal untuk seluruh umat manusia yang hidup di atas bumi ini. Oleh karena itu, ia harus melihat periode-periode kelam (sejarah dunia) yang dialami dan disaksikan oleh umat manusia selama rentang kehidupan mereka sehingganya menjadi seorang penyelamat terakhir yang akan menebarkan cahaya kesejahteraan dan memenuhi bumi ini dengan suara keadilan.

3. Mengapa Tidak Muncul?

Di antara pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan berkenaan dengan masalah kegaiban Imam Al-Muntazhar as. adalah mengapa ia tidak kunjung muncul dan menegakkan hukum Allah swt. di muka bumi ini?


Jawab: kemunculan Imam Al-Mahdî as. tidak berhubungan dan tunduk terhadap keinginan umat manusia. Semua itu berada di tangan Sang Pencipta Yang Maha Agung. Allah swt. mengutus hamba dan rasul-Nya, Muhammad saw. setelah berlalu lima abad dari periode jahiliah. Dan hal itu terjadi setelah kondisi umum masyarakat mendukung demi perealisasian risalah-Nya. Begitu juga berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdî as. Ia akan muncul kembali sesuai dengan ketentuan Allah swt., dan untuk itu Dia "harus" mempersiapkan kondisi yang mendukung di seluruh penjuru dunia sehingga Dia membangkitkannya kembali demi menegakkan keadilan yang murni di tengah-tengah para hamba-Nya.

4. Bagaimana Mungkin Ia Melakukan Perbaikan untuk Seluruh Dunia ini?

Di antara kritikan yang selalu dilontarkan berkenaan dengan tema Imam Al-Muntazhar as. adalah bagaimana mungkin ia melakukan perbaikan atas seluruh dunia ini dan merombak metode kehidupan yang telah dipenuhi oleh kezaliman menjadi sebuah kehidupan yang aman dan sejahtera tak satu pun bayangan kezaliman dan pemerasan serta tidak juga bayang-bayang kemiskinan menghantuinya?

Jawab: hal ini adalah suatu hal yang mungkin sekali. Karena, corak kehidupan dunia dan peristiwa-peristiwa besar yang dapat merubah metode kehidupan (umat manusia) hanya tergantung kepada tokoh-tokoh umat manusia (yang memiliki perang penting). Nabi mulia saw. adalah satu-satunya figur yang telah berhasil mengibarkan bendera Allah tinggi-tinggi, bukan paman-paman beliau. Kabilah-kabilah Quraisy, para singa Arab, dan pengikut ahlulkitab telah menentang beliau. Akan tetapi, dengan kemauan dan tekadnya, beliau mampu menundukkan mereka dan mengumandangkan suara Tauhid. Begitu juga Nabi Mûsâ as. Ia telah berhasil memprak-porandakan Fir'aun dan mengangkat kalimat Allah di muka bumi ini. Tidak berbeda juga dengan Nabi Isa as. dan para nabi dan rasul yang lain. Mereka telah melaksanakan peran mereka secara independen demi merealisasikan missi reformis mereka. Dengan itu semua, peran setiap individu nampak unggul dalam rangka melakukan sebuah reformasi sosial. Berbeda dengan pandangan Marxisme yang menafikan nilai dan peran individu, dan bahwa ia tidak memiliki pengaruh sama sekali dalam usaha merombak sebuah peristiwa (sejarah). Seluruh pengaruh dan peran hanya dimiliki oleh kelompok dan sosial.
Ala kulli hal, Imam Al-Muntazhar as-seperti kakeknya, Rasulullah agung saw.-akan melakukan perombakan atas metode kehidupan yang sudah tegak berdiri di atas pondasi kezaliman dan permusuhan. Dengan itu, ia akan menyelamatkan umat manusia dari seluruh malapetaka dan cobaan yang melilit mereka dan menebarkan keamanan, kesejahteraan, kecintaan, dan kebersamaan di tengah-tengah masyarakat manusia.
Dengan jawaban ini, kita telah usai menjawab sebagian pertanyaan (seputar Imam Al-Muntazhar as). Kami telah menyebutkan banyak pertanyaan beserta jawabannya dalam buku kami yang berjudul Hayâh Al-Imam Muhammad Al-Mahdî as.

Tanda-tanda Kemunculan Imam Al-Muntazhar

1. Kezaliman Tersebar

Di antara tanda-tanda yang paling menonjol bagi kemunculan Imam Al-Muntazhar as. adalah kezaliman tersebar, keamanan musnah, dan kemiskinan merebak di mana kehidupan dipenuhi oleh segala macam peristiwa dan malapetaka, dan umat manusia hidup dengan segala kekhawatiran lantaran rasa takut dan ancaman yang selalu mereka hadapi. Kehidupan jahiliah-dengan seluruh bentuk kejahatan dan tindak-tindak kriminalnya-akan mendominasi kehidupan masyarakat, seluruh manusia berlomba-lomba untuk berbuat kemungkaran, dan Islam kembali asing seperti sedia kala; kekuatannya padam, seluruh kekuasaan dunia meluluh-lantakkan prinsip-prinsipnya, merampas seluruh kekayaannya, dan menjadikannya berada di bawah telapak kaki kekuasannya.


Marilah kita simak sebagian hadis berikut ini:

a. Abu Sa'îd Al-Khudrî meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Akan menimpa umatku di akhir zaman petaka besar yang tiada petaka lebih besar dari itu yang dilakukan oleh penguasa mereka sehingga bumi yang terhampar luas ini menjadi sempit bagi mereka dan sehingga bumi ini dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman. Seorang mukmin tidak akan menemukan tempat perlindungan untuk berlindung dari kezaliman itu. Setelah itu, Allah 'Azza Wajalla akan membangkitkan salah seorang dari 'Itrahku yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi oleh kezaliman. Seluruh penghuni langit dan bumi merasa rida terhadapnya. Bumi tidak menyimpan satu biji pun kecuali ia akan mengeluarkannya dan langit tidak juga menahan satu tetes air pun kecuali Allah akan mencurahkannya atas mereka dengan deras."


Hadis ini mengutarakan malapetaka dan bencana yang akan dialami oleh muslimin dari tangan para penguasa dan raja mereka yang selalu berbuat zalim terhadap mereka. Setelah itu, Allah swt. akan menyelamatkan mereka dengan perantara Imam Mahdî as. Dengan perantara imam ini, Allah memenuhi bumi ini dengan rahmat dan segala jenis kebaikan dan menghabisi seluruh dedengkot kelaliman itu.

b. 'Awf bin Mâlik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Hai 'Awf, apa yang akan kamu lakukan jika umat ini berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan; satu golongan berada di surga dan selebihnya berada di dalam api neraka?"


'Awf bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
Beliau menjawab dengan menceritakan malapetaka besar yang akan dialami oleh umat ini seraya bersabda: "(Hal itu terjadi) apabila bala tentara (kezaliman) bertambah banyak, para budak menjadi penguasa, orang-orang bodoh duduk di atas mimbar, harta Faiy' dijadikan sebagai harta warisan, harta zakat dijadikan harta rampasan dan amanat dijadikan kesempatan untuk mengeruk keuntungan, agama Allah dipelajari bukan karena Allah, seorang laki-laki menaati istrinya, seseorang berbuat durhaka kepada ibunya dan kurang ajar terhadap ayahnya, generasi terakhir umat ini melaknat generasi pertama, orang fasik menjadi penguasa kabilah, orang yang terhina menjadi pemimpin sebuah kaum, dan seseorang dihormati karena takut terhadap kejahatannya."
Selanjutnya beliau menambahkan: "Setelah itu, datanglah sebuah fitnah dahsyat yang kelam, kemudian fitnah-fitnah (yang lain) berdatangan silih berganti sehingga salah seorang dari Ahlul Baitku yang bernama Mahdî keluar."
Riwayat ini menceritakan kebejatan, kerusakan, dan penyelewengan muslimin dari prinsip-prinsip agung agama mereka yang akan menimpa dunia Islam. Dengan itu, kezaliman akan tersebar luas dan malapetaka akan mendominasi (kehidupan masyarakat). Setelah itu, Allah swt. akan menyelamatkan mereka dengan perantara wali-Nya yang agung, Imam Mahdî as. yang akan menghidupkan kembali agama ini dan menegakkan tonggak-tonggaknya.

c. Rasulullah saw. juga bersabda: "Mahdi umat ini berasal dari kami apabila dunia telah menjadi berantakan, fitnah-fitnah bermunculan, jalan-jalan (menuju kebenaran) terputus, dan sebagian manusia menyerang sebagian yang lain. Tiada orang besar yang mengasihi anak yang kecil dan tiada anak kecil yang menghormati orang yang besar. Kemudian, Allah mengutus Mahdî kami. Ia adalah anak kesembilan dari keturunan Husain as. Ia akan membebaskan benteng-benteng kesesatan dan membuka hati-hati yang terkunci. Ia akan menegakkan agama di akhir zaman sebagaimana aku telah menegakkannya di awal zaman. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi oleh kezaliman."


Hadis ini menegaskan fitnah, kegoncangan, dan tiadanya tolok ukur-tolok ukur yang benar yang akan mendominasi seluruh kehidupan umat manusia. Setelah itu, Allah swt. akan menyelamatkan umat manusia dengan perantara wali-Nya yang agung yang akan membangun sebuah kehidupan sejahtera yang didominasi oleh seluruh jenis kebaikan.

Yüklə 0,96 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   21   22   23   24   25   26   27   28   29




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin