-
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami manusia sekarang ini, tidak sedikit membawa dampak negatif terhadap sikap hidup dan perilaku (baik dan buruk) manusia itu sendiri, baik ia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Dampak negatif yang paling nyata terhadap kehidupan manusia atas kemajuan tersebut adalah mewabahnya budaya materi. Hal ini ditandai dengan meluasnya anggapan bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup manusia adalah materi, sehingga mereka mengejar materi tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sangat berperan dalam memelihara dan mengendalikan perilaku atau akhlak mereka. Nilai-nilai spiritual yang dimaksud adalah ajaran agama yang berfungsi membina kepribadian manusia dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan anggota masyarakat.
Pada kenyataannya budaya materi tidak dapat membawa manusia mencapai kebahagiaan ynag hakiki, bahkan justru membawa bencana dan kehancuran bagi kehidupan manusia pada segala aspeknya, karena yang ada dalam budaya ini adalah kerakusan dan egoisme yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai luhur seperti amanah, kasih sayang, tenggang rasa, belas kasih, dan lain sebagainya. Bangsa Romawi dan Persia dahulu yang terkenal dengan ketinggian budayanya, ternyata tidak memberikan jaminan mereka akan berbuat secara manusiawi terhadap sesamanya, bahkan sebaliknya, karena yang mereka agungkan adalah budaya materi.
Belajar dari sejarah bangsa-bangsa, tidak bisa dipungkiri bahwa keunggulan dan kehancuran umat ditentukan oleh akhlak yang mereka miliki. Oleh karena itu, akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia.
-
RUMUSAN MASALAH
-
Apa pengertian akhlak menurut Drs.Barmawie Umary?
-
Bagaimana materia akhlak menurut Drs. Barmawie Umary?
C. Bagaimana metode penanaman akhlak ?
III. PEMBAHASAN
-
Pengertian Akhlak menurut Drs. Barmawie Umary
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Dengan kata lain ilmu akhlak adalah:
-
Menjelaskan arti baik dan buruk.
-
Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan.
-
Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan.
-
Menyatakaan tujuan di dalam perbuatan.1
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat, sifat seseorang atau perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar sudah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta diangan-angan lagi. Maka dari itu gerakan refleks, denyut jantung, dan kedipan mata itu tidak dapat disebut sebagai akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Sebab akhlak merupakan “kehendak” dan “kebiasaan” manusia yang menimbulkan kekuatan-kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu.
Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri manusia setelah dibimbing, dan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk melakukannya. Oleh karena itu faktor kehendak atau kebiasaan memegang peranan yang sangat penting dalam berakhlak.
Maksud dari sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan dan diangan-angan lagi, disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki. Maka perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan “azimah” yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh karenanya jelas bahwa perbuatan itu memang sengaja dikehendaki. Hanya saja keadaan yang demikian ini dilakukan secara terus-menerus, sehingga sudah menjadi adat atau kebiasaan untuk melakukannya, karenanya timbullah perbuatan itu dengan mudah tanpa difikirkan lagi, begitu juga karena bentuknya tidak kelihatan sehingga dapat dikatakan bahwa “akhlak” adalah nafisah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), sedangkan bentuknya yang kelihatan dinamakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku) maka dari itu bentuknya akhlak adalah sumber dan perilaku.
Dengan demikian secara substansial bahwa perbuatan yang termasuk akhlak mempunyai lima ciri antara lain:
-
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian.
-
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
-
Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada tekanan atau paksaan dari luar.
-
Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, seperti dalam film.
-
Sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak (khusus akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.2
-
-
Asalnya Akhlak adalah kata lain dari Khilqun yang mengandung segi-segi persesuaian dengan Khalqun serta erat hubungannya dengan Khaliq dan Makhluk. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khaliq dan antara makhluk dengan makhluk.
-
Akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Khadits
Firman Allah swt:
“wa innaka la’alaa khuluqin adhiem.”
(Al-Qur’anul Kariem- Al-Qalam 4).
“sesungguhnya engkau ya Muhammad, seorang yang berbudi tinggi, berakhlak utama”.
Sabda Rasulullah saw:
اِنما بعثت لا تمّم مكارم الاخلاق
“innaama bu’itssu liutammima makaarimal akhlaaq.”
(hadiest: Riwayat Al Baihaqy).
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang utama, budi pekerti yang tinggi”.3
-
Akhlak ditinjau dari segi sifat ada dua macam, yakni:
-
Al akhlakul Mahmudah (Akhlak Terpuji)
-
Amanah: dapat dipercaya
-
At Ta’awun: saling tolong menolong
-
Al Hilmu: menahan diri dari berbuat maksiat
-
Qona’ah: merasa cukup yang ada
-
Al Hayaau: malu berbuat tercela
-
At Tawadhu’: rendah hati
-
Al Muru’ah: berbudi tinggi
-
Al Ghufran: suka memberi maaf
-
‘Izatun Nafsi: berjiwa kuat
-
Al ‘Ifaafah: memelihara kesucian diri
-
At Thadaru: merendahkan diri terhadap Allah
-
Al akhlakul Madzmumah (Akhlak Tercela)
-
Anaaniah: egoistis
-
Al Bukhlu: kikir
-
Al Jubun: pengecut
-
Al Fawaahisy: berbuat dosa besar
-
Al Ghassyu: menipu
-
Al Ghiebah: mengumpat, keburukan orang lain
-
Al Ifsaad: berbuat kerusakan
-
Takabur: sombong
-
Alkufru: mengingkari nikmat
-
An Namiemah: mengadu domba
-
At Tabzier: menyia-nyiakan.4
-
Tujuan dan manfaat mempelajari Akhlak:
-
Tujuan mempelajari akhlak:
-
Misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah karena akhlak, dengan maksud agar umatnya memiliki budi pekerti yang baik.
-
Mempererat kaitan antara akhlak dengan ibadah islam adalah satu kesatuan, saling melengkapi dan komprehensif.
-
Terwujudnya perbuatan yang terpuji dan terhindarnya perbuatan tercela.
-
Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
-
Supaya hubungan kita dengan Allah swt dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
Kegelapan zaman yang ditimbulkan dari akhlak buruk kaum jahiliyah lambat laun sirna menjadi masa yang terang benderang tatkala lahir sosok yang menjadi panutan yang berakhlak mulia (Uswatun Hasanah) yang tidak hanya menyampaikan, namun juga melaksanakan perbuatan-perbuatan mulia. Beliaulah Nabi Muhammad SAW.5
Maka diharapkan, dengan bercermin terhadap perilaku-perilaku yang luhur dari sang pemilik akhlak mulia sejati Muhammad SAW, tersampaikanlah misi utama Islam, membentuk pribadi umat yang berakhlak mulia sehingga tercapai tujuan kehidupan yang diridhai Allah SWT serta mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
-
Manfaat mempelajari akhlak
Seseorang yang mempelajari akhlak ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk yang berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.6
-
Manfaat memiliki akhlak yang baik
Diantara manfaat memiliki akhlak yang baik adalah:
-
Mencapai budi pekerti yang luhur, yang membuahkan kehidupan yang baik, dan mencapai kebahagiaan, kemandirian, serta ketenangan dijiwa.
-
Akhlak mulia itu mengangkat manusia pada tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi.
-
Manusia dapat mencapai hikmah dalam hidupnya, kemudian akan menemukan kedudukannya dalam hidup ini secara benar, yakni sebagai hamba Allah dan khalifahnya di dunia.
-
Membimbing setiap manusia pada jalan yang benar, yang bersifat keilmuan, pemikiran, rohani kejiwaan dan tubuh.7
-
Hasilnya:
-
Ilmu Akhlak: dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
-
Berakhlak: dapat memperoleh irsyaad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian maka insyaallah kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Hidup berbahagia adalah hidup sejahtera dan diridhoi Allah swt serta disenangi oleh sesama makhluk. Sudah tentu untuk memperoleh yang baik, kita harus dapat membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan antara keduanya.
Setelah kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, maka kita harus memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Seterusnya, kita membiasakan diri pada yang baik, yang pada akhirnya merupakan kegemaran.
Jadi puncaknya berakhlak itu adalah guna memperoleh:
-
Irsyad : dapat membedakan antara amal yang baik dan yang buruk.
-
Taufiq : perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan dengan akal yang sehat.
-
Hidayah : gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela.
Akhlak menjelma dari pada Taqwa. Maksudnya, ajaran-ajaran akhlak itu adalah perincian dari taqwa. Taqwa adalah melaksanakan segala perintah-perintah Allah “Azza wa jalla dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, baik secara terang-terangan ataupun secara rahasia.”8
Akhlak itu timbul dan tumbuh dari dalam jiwa, kemudian berubah kesegenap anggota yang menggerakkan amal-amal serta menghasilkan sifat-sifat yang baik dan utama dan menjauhi segala yang buruk dan tercela. Pemupukannya agar akhlak bersemi dan tumbuh subur adalah berupa humanity dan imany, yaitu kemanusiaan dan keimanan yang kedua-duanya ini bersama-sama menuju perbuatan yang baik.
Kalau Aristoteles nada etikanya pada kemanusiaan, maka Al Akhlaqul Dieniyyah nada etikanya pada ketuhanan, yang konsekwensinya adalah berbuat baik kepada manusia. Sebaliknya pula, apabila humanity dan imany ini tidak terdapat lagi dalam diri manusia, maka turunlah derajatnya, rusaklah akhlaknya dan berbahaya serta mengancam kesejahteraan sesama mereka.9
-
Metode penanaman akhlak
Untuk pendidikan moral dan akhlak dalam Islam terdapat beberapa metode atau cara, antara lain sebagai berikut10:
-
Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya sesuatu. Dimana dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak, menuntun kepada amal-amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela.
-
Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-anak memberikan nasenat-nasehat dan berita-berita berharga, mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal cinta dan pelakon-pelakonnya.
-
Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan serta gerak-gerik orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka.
Selain metode di atas ada beberapa metode yang bisa digunakan diantaranya adalah sebagai berikut 11:
-
Pembiasaan, maksudnya adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan hal ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Al Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.
-
Keteladanan, maksudnya adalah akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru saja yang mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan yang itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendekatan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Karena cara yang demikian itun telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Yang tertera pada ayat sebagai berikut :
لَّقَد كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوةُ حَسَنَةُ لِمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا اللهَ وَالْيَوْمَ الأَخِرَ وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرَا
Artinya :
Sungguh pada diri Rasululloh itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian yaitu bagi orang yang mengharapkan (keridhaan) Allah dan (berjumpa dengannNya di) hari kiamat, dan selalu banyak menyebut nama Allah. (QS. Al –Ahzab : 21).
-
Menganggap, dirinya banyak kekurangan daripada kelebihannya. Menurut Ibnu Sina yang telah dikutip oleh Abudin Nata mengatakan bahwa jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. 12
-
KESIMPULAN
Menurut Drs. Barmawie Umary Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Dengan kata lain ilmu akhlak adalah:
-
Menjelaskan arti baik dan buruk.
-
Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan.
-
Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan.
Menyatakaan tujuan di dalam perbuatan.
Asalnya Akhlak adalah kata lain dari Khilqun yang mengandung segi-segi persesuaian dengan Khalqun serta erat hubungannya dengan Khaliq dan Makhluk. Akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Khadits serta hasil pemikiran hukum dan filosoof. Tujuan mempelajari akhlak salah satunya adalah Misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah karena akhlak, dengan maksud agar umatnya memiliki budi pekerti yang baik. Dan manfaat mempelajari akhlak bagi manusia adalah akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk yang berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
Sedangkan metode penanaman akhlak dalam islam terdapat beberapa metode diantaranya adalah pendidikan akhlak secara langsung, pendidikan akhlak secara tidak langsung dan Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak.
-
PENUTUP
Demikian makalah ini penulis paparkan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menyempurnakan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Dostları ilə paylaş: |