MAKALAH FILSAFAT
NICOLAUS COPERNICUS (1473 – 1542)
DISUSUN OLEH :
ARMI
2011980004
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2 0 1 2
IDENTITAS DIRI
Nama : Armi
Tempat / Alamat Tugas : Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang, Tangerang
Selatan Telp. 021-74716128
No. Hp : 08121314948
Jakarta, Januari 2012
( A R M I )
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr.wb.
Saya panjatkan do’a syukur kehadapan Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta karunianya saya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Ilmu dengan tema “ Copernicus, Nicolaus (1473 – 1542)”. Makalah ini saya susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu, Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa saya ucapkan terima kasih banyak kepada :
-
Ibu Tri Kurniati, S.Kp, M.Kes, Selaku Ketua Program Magister Keperawatan
-
Bapak Dr.Virgana M., Selaku Dosen pembimbing Mata Ajar Filsafat
-
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada para dosen mata kuliah tersebut.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini .
Demikian atas perhatianya saya ucapkan terima kasih, Semoga makalah,ini dapat bermanfa’at bagi kita semua Amiin. Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Desember 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
-
LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa di alam raya ini banyak terdapat ilmuwan yang terdahulu yang sudah banyak menemukan berbagai teori. Salah satunya adalah Copernicus, orang yang pertama kali mengemukakan teori-teori bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain berputar mengelilingi matahari. Dengan demikian, teori Copernicus telah merevolusionerkan konsep kita tentang angkasa luar dan sekaligus sudah merombak pandangan filosofis kita. Namun, dalam hal penilaian mengenai arti penting Copernicus, haruslah diingat bahwa astronomi tidaklah mempunyai jangkauan jauh dalam penggunaan praktis sehari-hari seperti halnya fisika kimia dan biologi.
Nicolaus Copernicus lahir pada tanggal 19 Februari 1473 di Toruń, yang pada waktu itu di bawah kekuasaan suatu ordo Kristen bernama Ordo Teutonicum, nama aslinya ialah Niklas Koppernigk (Mikołaj Kopernik, dalam bahasa Polandia yang merupakan bahasa sehari-hari pada waktu itu). Baru belakangan, sewaktu ia mulai menulis karya akademinya, ia menggunakan nama Latin, Nicolaus Copernicus. Ayahnya, seorang saudagar yang berdagang di Toruń, mempunyai empat anak; Nicolaus adalah si bungsu. Sewaktu Nicolaus berusia 11 tahun, ayahnya meninggal. Seorang paman, bernama Lucas Waczenrode, mengasuh Nicolaus dan saudara-saudara kandungnya. Ia membantu Nicolaus memperoleh pendidikan yang baik, menganjurkannya untuk menjadi imam.
Pendidikan Nicolaus dimulai di kampung halamannya, tetapi belakangan dilanjutkan di Chełmno yang tidak jauh dari situ. Di sana ia belajar bahasa Latin dan mempelajari karya para penulis kuno. Pada usia 18 tahun, ia pindah ke Kraków, ibukota Polandia saat itu. Di kota ini ia kuliah di universitas dan mengajar dan mengejar hasratnya akan astronomi. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Kraków, paman dari Nikolaus — yang pada waktu itu telah menjadi uskup di Warmia — memintanya untuk pindah ke Frombork, sebuah kota di Laut Baltik. Waczenrode ingin kemenakannya menduduki jabatan staf katedral.
Akan tetapi, Nicolaus yang berusia 23 tahun ingin memuaskan dahaganya akan pengetahuan dan berhasil membujuk pamannya untuk mengizinkan dia mempelajari hukum gereja, kedokteran, dan matematika di berbagai universitas di Bologna dan Padua, Italia. Di sana, Nicolaus bergabung dengan astronom Domenico Maria Novara dan filsuf Pietro Pomponazzi. Sejarawan Stanisław Brzostkiewicz mengatakan bahwa ajaran Pomponazzi telah "membebaskan pikiran astronom muda ini dari cengkraman ideologi abad pertengahan".
Di waktu senggangnya, Copernicus mempelajari karya para astronom zaman dahulu, menjadi begitu larut dalam karya tersebut sampai-sampai ketika ia mengetahui karya Latin itu tidak lengkap, ia mempelajari bahasa Yunani agar dapat meneliti naskah aslinya. Pada akhir pendidikannya, Nicolaus telah menjadi doktor hukum gereja, matematikawan, dan dokter. Ia juga pakar bahasa Yunani, menjadi orang pertama yang menerjemahkan sebuah dokumen dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Polandia.
-
TUJUAN
-
Tujuan Umum
Untuk memberikan penilaian mengenai arti penting adanya teori Copernicus
-
Tujuan Khusus
-
Biografi Nicolaus Copernicus
-
Teori yang di temukan oleh Nicolaus Copernicus
-
Kontroversi manuskrip Nicolaus Copernicus
-
Kontroversi kewarganegaraan Nicolaus Copernicus
-
Bantahan Al-quran terhadap teori Nicolaus Copernicus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
-
BIOGRAFI NICOLAUS COPERNICUS
Nicolaus Copernicus adalah seorang ilmuwan besar dengan spesialisasi bidang astronomi, matematika,dan ekonomi berkebangsaan Polandia, yang mengembangkan teori heliosentris. Teori ini adalah antitesis dari teori geosentris yang sebelumnya berkembang dan di anut seluruh ilmuwan. Heliosentris memandang bahwa pusat peredaran tata surya (solar system) adalah matahari. Benda-benda angkasa termasuk bumi yang menjadi anggota tata surya berputar mengelilingi matahari. Sedangkan teori geosentris menganggap bahwa bumi yang menjadi pusat peredaran tat surya. Penemuannya ini menggemparkan dunia sains dan dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, menjadi dasar astronomi dan sains modern. Teori heliosentris juga mempengaruhi revolusi di bidang ilmiah dan pengembangan teknologi. Namanya kemudian diabadikan menjada nama Universitas Nicolaus Copernicus di Torun, yang didirikan tahun 1945.
Teori heliosentris yang di jabarkan dalam karya ilmiah On the Revolutions of the Heavenly Spheres (1543) mendapat tentangan dari ilmuwan dan penguasa gereja saat itu. Christoph Clavius, seorang imam Yesuit pada abad ke-16, mengatakan, "Teori Kopernikus memuat banyak pernyataan yang tidak masuk akal atau salah". Teolog Jerman, Martin Luther, menyayangkan, "Si dungu itu akan mengacaukan seluruh ilmu astronomi".
Biografi Nicholas Capernicus
-
Nama
|
Nicholas Capernicus
|
Tanggal lahir
|
19 Februari 1473
|
Tempat lahir
|
Toruń Polandia
|
Meninggal
|
Frombork, 24 Mei 1543
|
Pekerjaan
|
Ahli Astronomi, Matematika, Ekonomi
|
Karya Ilmiah
|
On the Revolutions of the Heavenly Spheres (1543)
|
Capernicus adalah anak seorang saudagar di Toruń. Ia anak bungsu dari empat bersaudara. Ketika berusia 11 tahun, ayahnya meninggal dunia sehingga ia dan saudara-saudara kandungnya diasuh pamannya bernama Lucas Waczenrode. Lucas membantu Nicolaus memperoleh pendidikan yang baik, menganjurkannya untuk menjadi imam. Pendidikan Nicolaus dimulai di kampung halamannya, kemudian menekuni bidang astronomi di Universitas yang terletak di kota Chelmo. Pada usia 23 tahun mempelajari hukum gereja, kedokteran, dan matematika di berbagai universitas di Bologna dan Padua, Italia. Nicolaus bergabung dengan astronom Domenico Maria Novara dan filsuf Pietro Pomponazzi. Pada akhir pendidikannya, Nicolaus telah menjadi doktor hukum gereja, matematikawan, dan dokter. Ia juga pakar bahasa Yunani, menjadi orang pertama yang menerjemahkan sebuah dokumen dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Polandia.
-
TEORI NICOLAUS COPERNICUS
Selama berada di Italia, Copernicus sudah berkenalan dengan ide-ide filosof Yunani Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM). Filosof ini berpendapat bahwa bumi dan planit-planit lain berputar mengitari matahari. Copernicus jadi yakin atas kebenaran hipotesa "heliocentris" ini, dan tatkala dia menginjak usia empat puluh tahun dia mulai mengedarkan buah tulisannya diantara teman-temannya dalam bentuk tulisan-tulisan ringkas, mengedepankan cikal bakal gagasannya sendiri tentang masalah itu. Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun melakukan pengamatan, perhitungan cermat yang diperlukan untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
Di tahun 1533, tatkala usianya menginjak enam puluh tahun, Copernicus mengirim berkas catatan-catatan ceramahnya ke Roma. Di situ dia mengemukakan prinsip-prinsip pokok teorinya tanpa mengakibatkan ketidaksetujuan Paus. Baru tatkala umurnya sudah mendekati tujuh puluhan, Copernicus memutuskan penerbitan bukunya, dan baru tepat pada saat meninggalnya dia dikirimi buku cetakan pertamanya dari si penerbit. Ini tanggal 24 Mei 1543.
Dalam buku itu Copernicus dengan tepat mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya, dia membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia yakin betul bahwa orbit mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori ini ruwet secara matematik, tapi juga tidak betul. Meski begitu, bukunya lekas mendapat perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah yang membikin Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Selama puluhan tahun berikutnya, melanjutkan penelitiannya tentang bintang dan planet, mengumpulkan bukti untuk mendukung suatu teori yang revolusioner bahwa bumi bukan pusat yang tidak bergerak dari alam semesta tetapi, sebenarnya, bergerak mengitari matahari.Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang, Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal apa yang dianggap sebagai "fakta" bahwa matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat, bumi tetap tidak bergerak.
Copernicus menerbitkan sebuah rangkuman singkat tentang gagasannya dalam sebuah karya yang disebut Commentariolus. Laporan penelitiannya sampai ke Jerman dan Roma.
Copernicus menggunakan tahun-tahun terakhir kehidupannya untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya. Lebih dari 95 persen dokumen akhir itu memuat perincian teknis yang mendukung kesimpulannya. Dokumen tulisan tangan orisinal ini masih ada dan disimpan di Universitas Jagiellonian di Kraków, Polandia. Dokumen ini tidak berjudul. Oleh karena itu, astronom Fred Hoyle menulis.
Dewasa ini, Copernicus disanjung oleh banyak orang sebagai Bapak Astronomi Modern. Memang, uraiannya tentang alam semesta telah dimurnikan dan diperbaiki oleh ilmuwan yang seperti Galileo, Kepler, dan Newton. Akan tetapi, astofisikawan Owen Gingerich mengomentari, "Copernicuslah yang dengan karyanya memperlihatkan kepada kita bagaimana rapuhnya konsep ilmiah yang sudah diterima untuk waktu yang lama". Melalui penelitian, pengamatan, dan matematika, Kopernikus menjungkirkbalikkan konsep ilmiah dan agama yang berurat berakar tetapi keliru. Dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan matahari dan menggerakkan bumi”
-
KONTROPERSI MANUSKRIP NICOLAUS COPERNICUS
Monumen Copernicus di Warsawa, Polandia yang dipahat oleh Bertel Thorvaldsen.
Copernicus menggunakan tahun-tahun terakhir kehidupannya untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya. Lebih dari 95 persen dokumen akhir itu memuat perincian teknis yang mendukung kesimpulannya. Dokumen tulisan tangan orisinal ini masih ada dan disimpan di Universitas Jagiellonian di Kraków, Polandia. Dokumen ini tidak berjudul. Oleh karena itu, astronom Fred Hoyle menulis, "Kita benar-benar tidak tahu bagaimana Copernicus ingin menamai bukunya itu".
Bahkan sebelum karya itu diterbitkan, isinya telah membangkitkan minat. Copernicus telah menerbitkan sebuah rangkuman singkat tentang gagasannya dalam sebuah karya yang disebut Commentariolus. Alhasil, laporan tentang penelitiannya sampai ke Jerman dan Roma. Pada awal tahun 1533, Paus Klemens VII mendengar tentang teori Copernicus. Dan, pada tahun 1536, Kardinal Schönberg menyurati Copernicus, mendesak dia untuk menerbitkan catatan lengkap gagasannya. Georg Joachim Rhäticus, seorang profesor di Universitas Wittenberg di Jerman, begitu penasaran oleh karya Copernicus sampai-sampai ia mengunjungi Copernicus dan akhirnya menghabiskan waktu bersamanya selama dua tahun. Pada tahun 1542, Rhäticus membawa pulang sebuah salinan manuskrip itu ke Jerman dan menyerahkannya kepada seorang tukang cetak bernama Petraeius dan seorang juru tulis sekaligus korektor tipografi bernama Andreas Osiander.
Osiander menjuduli karya itu De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai Perputaran Bola-Bola Langit). Dengan mencantumkan frasa “bola-bola langit”, Osiander menyiratkan bahwa karya itu dipengaruhi oleh gagasan Aristoteles. Osiander juga menulis kata pengantar anonim, yang menyatakan bahwa hipotesis dalam buku itu bukanlah artikel tentang iman dan belum tentu benar. Copernicus tidak menerima salinan dari buku yang dicetak itu, yang diubah dan dikompromikan tanpa seizinnya, sampai hanya beberapa jam sebelum kematiannya pada tahun 1543.
-
KONTROPERSI KEWARGANEGARAAN NICOLAUS COPERNICUS
Kewarganegaraan Copernicus mulai abad ke-19 menjadi bahan perdebatan sengit. Namun sebenarnya ia bisa dikategorisasikan baik sebagai warga Jerman maupun Polandia. Dalam bahasa Jerman namanya secara umum dieja sebagai Kopernikus dan merupakan versi Latin dari nama Jerman Koppernigk. Dalam bahasa Polandia namanya dieja sebagai Mikołaj Kopernik. Ibu Kopernikus yang bernama Barbara Watzenrode merupakan seorang warga Jerman. Sedangkan kewarganegaraan ayahnya tidak diketahui. Kota kelahirannya Toruń tidak lama sebelum ia lahir dikuasai raja-raja Polandia, sehingga ia bisa dianggap sebagai warga Polandia.
-
BANTAHAN AL-QURAN TERHADAP TEORI NICOLAUS COPERNICUS
Tidak ada kenyataan yang lebih indah dan lebih meningkatkan kemuliaan manusia, selain dirinya menjadi pusat semesta.
Pada 1543 akibat revolusi Copernicus (seorang ahli hukum dan ahli astronomi Polandia), timbul banyak ketidaksenangan terutama di kalangan rohaniawan gereja. Penyebabnya adalah pendapat Copernicus yang bertentangan dengan doktrin keagamaannya. Bahkan Martin Luther mengatakan, “Copernicus sudah gila dan teorinya dianggap melawan Injil serta tidak dapat diterima”.
Nicolaus Copernicus mengemukakan bahwa kelak benda langit akan menjadi lebih sederhana apabila Matahari dipandang sebagai pusat jagat raya. Selanjutnya secara tegas ia mengatakan bahwa bukan Matahari yang bergerak mengelilingi Bumi (seperti pandangan Ptolemeus yang dianut selama itu) tetapi justru sebaliknya. Bumi bersama benda-benda langit lainnyalah yang bergerak mengelilingi Matahari.
Copernicus berhasil menurunkan Bumi dari kedudukan yang terhormat. Sekarang Bumi turun tahta diganti oleh benda yang sangat panas, Matahari. Teori ini dikenal sebagai teori “heliosentrik” (berpusat pada Matahari). Pengamatan cermat yang dilakukan Galileo Galilei pada 1609 pun makin memperkuat konsep heliosentrik itu. Begitu juga, observasi-observasi lain yang dilakukan bertahun-tahun dengan giat kemudian melalui konsep-konsep baru melalui tokoh-tokoh seperti Keppler dan Newton. Hingga tidaklah heran bila teori heliosentrik Copernicus dikatakan revolusioner.
Sekalipun Copernicus berhasil menurunkan Bumi dari tahta pusat semesta, ia tidak menolak Matahari sebagai pusat jagat raya. Dalam perkembangan selanjutnya memang ada modifikasi, yakni Matahari bukan sebagai pusat alam semesta, melainkan Pusat Galaksi Bima Sakti (Milky Way). Galaksi Bima Sakti yaitu suatu kumpulan bermilyar-milyar bintang dan kabut antar bintang.
Bagaimana pernyataan Al-Qur’an tentang konsep heliosentrik itu?
Adakah statement yang kita pegang untuk menetapkan persoalan di atas?
Dari sekian banyak ayat yang membicarakan soal itu, kita pilih dua ayat saja, yaitu:
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّہَارَ وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلٌّ۬ فِى فَلَكٍ۬ يَسۡبَحُونَ (٣٣)
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, Matahari dan Bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya (orbit). (QS. Al Ambiya: 33)
لَا ٱلشَّمۡسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدۡرِكَ ٱلۡقَمَرَ وَلَا ٱلَّيۡلُ سَابِقُ ٱلنَّہَارِۚ وَكُلٌّ۬ فِى فَلَكٍ۬ يَسۡبَحُونَ (٤٠)
“Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (QS. Ya Siin : 40)
Kedua ayat tersebut berbunyi Kullu fii falakin yasbahun yang berarti “masing-masing beredar pada orbitnya”.
Fakta apa yang dapat kita peroleh dari ayat tersebut? Paling tidak, ada tiga hal penting yang dapat diungkapkan
Heliocentric
Pertama, dari kata falak. Kita terjemahkan kata itu sebagai “orbit”. Ayat itu jelas menyatakan bahwa Bulan mempunyai orbit yang berbentuk ellips dengan Bumi sebagai titik fokusnya. Akan tetapi, ayat itu juga mengklaim bahwa Matahari pun ada orbitnya, beredar pada falaknya, dan mengelilingi sesuatu.
Hal itu berarti bahwa konsep Matahari sebagai pusat alam semesta ataupun pusat galaksi Bima Sakti tidak dapat dipertahankan.
Dengan pengertian lain, teori heliocentric Copernicus dengan tegas dikoreksi oleh Al-Qur’an. Ini terjadi delapan abad sebelum Copernicus lahir ke dunia fana ini. Padahal dalam kenyataannya, sampai awal abad XX-M tetap berkembang pandangan bahwa Matahari adalah pusat galaksi. Hingga jangan heran, pada masa itu seolah-olah Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Barulah pada tahun 1918, Harlow Shapley berhasil menentukan pusat galaksi Bima Sakti. Ternyata Al-Qur’an benar ! Dialah orang pertama yang mengetahui melalui perhitungannya bahwa Matahari tidak terletak di pusat Bima sakti. Seperti halnya Bumi, Matahari ternyata tidak menempati tempat utama dalam kosmos. Ia bersama planet-planet lain (anggota Tata Surya) bergerak mengarungi angkasa menuju rasi Cygnus dengan kecepatan 250 Km/detik letaknya kira-kira 30.000 tahun cahaya (atau 300×10^15 Km) dari pusat galaksi dan beredar pada orbitnya yang sekali putaran memerlukan waktu sampai 250 miliun tahun.
Kedua, dari term “yasbahuun” yang diartikan ‘beredar’. Kata ini berasal dari kata kerja asbaha yang lebih tepat diartikan “pergeseran gerak sejati” atau proper motion. Ayat ini mempertegas bahwa Matahari tidak diam dan bukan pusat galaksi Bima Sakti. Yang benar adalah Matahari seperti juga bintang-bintang yang lain bergerak dengan cara tertentu yang betul-betul gerak sejati (proper motion). Kenyataan itu tidak aneh lagi dalam dunia Astronomi modern sekarang ini.
Ketiga, dari pernyataan bahwa malam dan siang, Matahari dan Bulan bergerak sangat teratur tak dapat saling mendahului ini dapat disimpulkan bahwa pasti ada “penyebab” hingga bisa terjadi demikian.
Secara implisit, penyebabnya adalah gravitasi, yang baru disadari Newton pada tahun 1687 M dalam bukunya yang amat terkenal Principia. Memang, untuk menangkap makna implisit ini, kemampuan observasi dan intelegensi yang dianugerahkan Allah mutlak diperlukan. Namun yang jelas, Al-Qur’an mampu menstimulasikan “syaraf-syaraf intelegensi” untuk kemudian diwujudkan dalam wujud riset, observasi, dan penelitian lain.
Memang benar, Al-Qur’an bukan kitab ensiklopedia detail sains dan teknologi yang memuat berbagai teori. Akan tetapi, Al-Qur’an mampu memberikan fenomena-fenomena (yang pada hakikatnya adalah landasan teori) pada manusia. Karena ia wahyu Allah Yang Maha Mengetahui, tentu isi yang terkandung di dalamnya pun benar. Pada yang benar itulah hendaknya ilmu pengetahuan berada. Kebenarnnya kekal hingga kiamat nanti. Maka sudah pasti, teori dan konsep masa depan bisa distimulasi mulai dari sekarang. Insya Allah.
Dari penuturan Kajian Al Qur’an tersebut di atas, terbuktilah sudah bahwa Al Qur’an itu adalah Kitab Suci yang benar-benar diturunkan dari Alloh swt melalui malaikat Jibril kepada Rosulullah
Muhammad saw, yang mana kita ketahui bahwa beliau adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, apalagi mengenal Ilmu Pengetahuan Alam, namun nyatanya kebenaran Al Qur’an sampai dengan saat ini masih teruji kebenarannya sekalipun dikaji dengan Ilmu Pengetahuan Modern.
Namun yang sangat disayangkan pada saat ini, penemuan-penemuan ilmu baru itu justru bukan dari kalangan Muslim, hal ini disebabkan karena pendidikan agama Islam hampir semuanya lebih mengutamakan tentang masalah syariah (hukum), ushuluddin (filsafat) dan adab (sastra), sementara bidang ilmu alam (saint dan technology) justru tidak banyak dipelajarinya, yang padahal kalau saja tahu tentang isi dalam kandungan Al Qur’an itu sarat sekali dengan ilmu pengetahuan alam yang kebenarannya terbukti pada saat ini.
Dengan demikian kita sebagai umat Islam mengimani dan mempelajari Al Qur’an dari setiap tatanan kehidupan di dunia.
BAB III
PEMBAHASAN
Astronom (ahli perbintangan) berkebangsaan Polandia yang bernama Nicolaus Copernicus (nama Polandianya: Mikolaj Kopernik), dilahirkan tahun 1473 di kota Torun di tepi sungai Vistula, Polandia. Dia berasal dari keluarga berada. Sebagai anak muda belia, Copernicus belajar di Universitas Cracow, selaku murid yang menaruh minat besar terhadap ihwal ilmu perbintangan. Pada usia dua puluhan dia pergi melawat ke Italia, belajar kedokteran dan hukum di Universitas Bologna dan Padua yang kemudian dapat gelar Doktor dalam hukum gerejani dari Universitas Ferrara. Copernicus menghabiskan sebagian besar waktunya tatkala dewasa selaku staf pegawai Katedral di Frauenburg (istilah Polandia: Frombork), selaku ahli hukum gerejani yang sesungguhnya Copernicus tak pernah jadi astronom profesional, kerja besarnya yang membikin namanya melangit hanyalah berkat kerja sambilan.
Selama berada di Italia, Copernicus sudah berkenalan dengan ide-ide filosof Yunani Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM). Filosof ini berpendapat bahwa bumi dan planit-planit lain berputar mengitari matahari. Copernicus jadi yakin atas kebenaran hipotesa "heliocentris" ini, dan tatkala dia menginjak usia empat puluh tahun dia mulai mengedarkan buah tulisannya diantara teman-temannya dalam bentuk tulisan-tulisan ringkas, mengedepankan cikal bakal gagasannya sendiri tentang masalah itu. Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun melakukan pengamatan, perhitungan cermat yang diperlukan untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
Di tahun 1533, tatkala usianya menginjak enam puluh tahun, Copernicus mengirim berkas catatan-catatan ceramahnya ke Roma. Di situ dia mengemukakan prinsip-prinsip pokok teorinya tanpa mengakibatkan ketidaksetujuan Paus. Baru tatkala umurnya sudah mendekati tujuh puluhan, Copernicus memutuskan penerbitan bukunya, dan baru tepat pada saat meninggalnya dia dikirimi buku cetakan pertamanya dari si penerbit. Ini tanggal 24 Mei 1543.
Dalam buku itu Copernicus dengan tepat mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya, dia membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia yakin betul bahwa orbit mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori ini ruwet secara matematik, tapi juga tidak betul. Meski begitu, bukunya lekas mendapat perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah yang membikin Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Meski Aristarchus lebih dari tujuh belas abad lamanya sebelum Copernicus sudah mengemukakan persoalan-persoalan menyangkut hipotesa peredaran benda-benda langit, adalah layak menganggap Copernicuslah orang yang memperoleh penghargaan besar. Sebab, betapapun Aristarchus sudah mengedepankan pelbagai masalah yang mengandung inspirasi, namun dia tak pernah merumuskan teori yang cukup terperinci sehingga punya manfaat dari kacamata ilmiah. Tatkala Copernicus menggarap perhitungan matematik hipotesa-hipotesa secara terperinci, dia berhasil mengubahnya menjadi teori ilmiah yang punya arti dan guna. Dapat digunakan untuk dugaan-dugaan, dapat dibuktikan dengan pengamatan astronomis, dapat bermanfaat di banding lain-lain teori yang terdahulu bahwa dunialah yang jadi sentral ruang angkasa.
Jelaslah dengan demikian, teori Copernicus telah merevolusionerkan konsep kita tentang angkasa luar dan sekaligus sudah merombak pandangan filosofis kita. Namun, dalam hal penilaian mengenai arti penting Copernicus, haruslah diingat bahwa astronomi tidaklah mempunyai jangkauan jauh dalam penggunaan praktis sehari-hari seperti halnya fisika kimia dan biologi. Sebab, hakekatnya orang bisa membikin peralatan televisi, mobil, atau pabrik kimia modern tanpa mesti secuwil pun menggunakan teori Copernicus. (Sebaliknya, orang tidak bakal bisa membikin benda-benda itu tanpa menggunakan buah pikiran Faraday, Maxwell, Lavosier atau Newton).
Tetapi, jika semata-mata kita mengarahkan perhatian hanya semata-mata kepada pengaruh langsung Copernicus di bidang teknologi, kita akan kehilangan arti penting Copernicus yang sesungguhnya. Buku Copernicus punya makna yang tampaknya tak memungkinkan baik Galileo maupun Kepler menyelesaikan kerja ilmiahnya. Kesemua mereka adalah pendahulu-pendahulu yang penting dan menentukan bagi Newton, dan penemuan merekalah yang membikin kemungkinan bagi Newton merumuskan hukum-hukum gerak dan gaya beratnya. Secara historis, penerbitan De Revolutionobus Orbium Coelestium merupakan titik tolak astronomi modern. Lebih dari itu, merupakan titik tolak pengetahuan modern.
Al Qur’an itu adalah Kitab Suci yang benar-benar diturunkan dari Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah.
Muhammad saw, yang mana kita ketahui bahwa beliau adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, apalagi mengenal Ilmu Pengetahuan Alam, namun nyatanya kebenaran Al Qur’an sampai dengan saat ini masih teruji kebenarannya sekalipun dikaji dengan Ilmu Pengetahuan Modern.
Namun yang sangat disayangkan pada saat ini, penemuan-penemuan ilmu baru itu justru bukan dari kalangan Muslim, hal ini disebabkan karena pendidikan agama Islam hampir semuanya lebih mengutamakan tentang masalah syariah (hukum), ushuluddin (filsafat) dan adab (sastra), sementara bidang ilmu alam (saint dan technology) justru tidak banyak dipelajarinya, yang padahal kalau saja tahu tentang isi dalam kandungan Al Qur’an itu sarat sekali dengan ilmu pengetahuan alam yang kebenarannya terbukti pada saat ini.
BAB IV
PENUTUP
-
KESIMPULAN
Sosok Copernikus adalah seorang astronomi berkebangsaan Polandia. Copernikus telah merevolusionerkan konsep ruang angkasa dalam buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
Tetapi dalam perjalanannya Copernikus banyak ditentang tentang teori yang telah ditemukannya baik dari agama Kristen maupun agama Islam. Teori Copernikus kalau dipandang dari sudut Islam sangat bertentangan dengan isi yang terkandung dalam Al-Quran yang terdapat dalam QS. Al Ambiya: 33 dan (QS. Ya Siin : 40). Namun penemu-penemu ilmu baru justru bukan dari kalangan agama Islam karena pendidikan agama Islam hampir semuanya lebih mengutamakan tentang masalah syariah (hukum), ushuluddin (filsafat) dan adab (sastra), sementara bidang ilmu alam (saint dan technology) justru tidak banyak dipelajarinya, yang padahal kalau saja tahu tentang isi dalam kandungan Al Qur’an itu sarat sekali dengan ilmu pengetahuan alam.
-
SARAN
-
Sebuah teori tidak bisa berdiri sendiri tetapi perlu didukung dengan teori-teori lain agar lebih sempurna.
-
Manusia dalam melihat teori dan konsep masa depan hendaknya dapat menstimulasi isi dari Al-Quran untuk dapat memberikan fenomena-fenomena dalam kehidupan di dunia.
-
Dalam mengembangkan teori hendaknya berpedoman pada Kebenaran Al Qur’an agar tidak tersesat dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
ARTIKEL DAN OPINI — August 25, 2010
http://dwisusilo.com/index.php/archived-article/63-tokoh/94-nicolaus-copernicus-ahli-astronomi-penemu-sistem-matahari
http://www.biografitokohdunia.com/2011/03/biografi-nicholas-copernicus.html
http://www-gap.dcs.st-and.ac.uk/~history/Mathematicians/Copernicus.html
http://beritasi.blogspot.com/2010/12/copernicus.html
http://sumedangonline.com/2010/08/4202/bantahan-al-quran-terhadap-teori-ptolemeus-dan-copernicus.html
Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, Jakarta, PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982
Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page
Dostları ilə paylaş: |