Bab I pendahuluan 1 Latar Belakang Masalah


B.Tanda-tanda Orang yang Bertakwa



Yüklə 167,81 Kb.
səhifə2/3
tarix28.10.2017
ölçüsü167,81 Kb.
#18670
1   2   3

B.Tanda-tanda Orang yang Bertakwa

Tanda-tanda orang yang bertakwa berdasarkan Q.S. Al-Baqarah : 1-5 dan 177.

                                           

Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

                                                      
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Berdasarkan ayat di atas, maka dapat disimpulkan tanda-tanda orang yang beriman adalah sebagai berikut:


  1. Beriman kepada yang Ghaib

  2. Menegakkan atau mendirikan salat

  3. Mau menafkahkan sebagian rizki yang dicintainya

  4. Beriman kepada kitab-kitab Allah dan hari akhir

  5. Keimanan yang tulus dan sejati kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan para nabi.

  6. Siap memancarkan iman ke luar dalam bentuk tindakan kemanusiaan kepada sesama

  7. Menegakkan dan menjalankan ritus-ritus

  8. Menjadi warga masyarakat yang baik, yang mendukung sendi-sendi kehidupan kemasyarakatan

  9. Jiwa pribadinya sendiri harus teguh dan tak goyah dalam setiap keadaan.

Tanda-tanda Orang yang bertakwa berdasarkan Q.S. Al-Imran : 133-135:

                                                  

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.


Berdasarkan ayat di atas, maka dapat disimpulkan tanda-tanda orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:

  1. Yang menuju keampunan Allah

  2. Mengorbankan hartanya dengan tidak memandang keadaan (hingga ia selalu rajin menuntut ilmu dan bekerja keras)

  3. Sanggup menahan amarahnya

  4. Memaafkan kesalahan orang lain

  5. Tidak menganiaya diri sendiri

  6. Berbuat kebaikan kepada orang lain

  7. Setiap berbuat kesalahan segera ingat kepada Allah lalu minta ampun

  8. Dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang dilakukannya.


BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Implikasi Iman Bagi Kehidupan

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia



  1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan ataupun mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhayyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah dalam Q.S. Al-Fatihah ayat 1-7.

  1. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusiayang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang yang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S.An-Nisa ayat 78 :

                                        

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”.


  1. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang yang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam Q.S Hud 6,

                 

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).


  1. Iman memberikan ketentraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh kekurangan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram (muthmainnah) dan jiwanya senang, seperti dijelaskan dalam firman Allah Q.s Ar-Rad 28

            

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Seorang yang beriman tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap qadha dan qadar. Dia mengetahui dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa qadha dan qadar Allah telah tertulis di dalam Al-Quran.

Qadha adalah yang dapat dijangkau oleh kemauan dan iradah manusia. Allah telah menciptakan manusia dengan dilengkapi nikmat berupa akal dan perasaan. Melalui akal dan iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam batas iradah yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Di luar batas kemampuan iradah manusia, qadha dan qadar Allahlah yang berlaku. Orang-orang yang selalu hidup dalam lingkungan keimanan, hatinya selalu tenang dan mantap. Allah memberi ketenangan dalam jiwanya dan ia selalu mendapat pertolongan dan kemenangan. Inilah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang mukmin dan anugerah Allah berupa nur Ilahi ini diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Orang mukmin mengetahui bahwa mati adalah suatu kepastian. Oleh sebab itu ia tidak takut menghadapi kematian, bahkan dia menunggu kematian. Hal ini diyakini sepenuhnya selama hayat dikandung badan. Keberanian selalu mendampingi hati seorang mukmin.


  1. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Q.S. An-Nahl : 97,

                   

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.


  1. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa pamrih, kecuali karena ridho Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yag telah diikrarkannya baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya, ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam Q.S Al-An’am : 162,

         



Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Iman memberikan keberuntungan. Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah : 3,

        

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezkiyang Kami anugerahkan kepada mereka.




  1. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsibiologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin baik yang dipengaruhi ioleh kemauan, seperti makan, inum, berdiri, melihat dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan seperti gerak jantung proses pencernaan dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-kimia ini berkerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku dan akhlak manusia.

Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisasikan kembali dengan iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terserang penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes dan kanker.

Sebaliknya seorang yang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya tidak pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya aakan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih dan ketegangan psikologis serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat imanpada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apalagi suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai dan sejahtera.


3.2 Upaya pengembangan Iman dan Takwa

Dari uraian di subbab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa iman kepada Allah SWT merupakan potensi rohani (bawaan, given), sehingga setiap manusia mamilikinya. Man pada tahap awalnya masih berupa pengetahuan/pengertian tentang Allah yang bersifat awam, sehingga tidak selalu menghasilkan keamanan/ketentraman jiwa. Karena itu iman perlu ditingkatkan dan dikembangkan agar tidak sekedar percaya terhadap adanya Allah, tetapi juga mencakup pengetahuan yang benar tentang siapa Allah yang kita percayai, dan bagaimana sikap kita terhadap-Nya dan kepada selain-Nya.

Peningkatan dan pengembangan iman itu dapat ditempuh melalui pengasahan dan pengasuhan jiwa kita, pikiran kita diarahkan untuk menemukan argument-argumen baru yang menyangkut obyek keimanan kita sampai menemukan ketenangan dan ketentraman, sambil beribadah (ritual)kepada-Nya agar bisa dekat dengan-Nya. Sikap kita terhadap Allah harus diaktualisasikan dalam bentuk amalan saleh, yakni menjalin hubungan yang baik dengan Allah dan sesama makhluk-Nya, dalam bentuk kerja dan karya positif, kreatif, kritis, terbuka, mandiri, bebas dan tanggung jawab. Aktualisasi dari iman itu menentukan derajat dan tingkat ketakwaan seseorang (prestasi iman), dalam arti tingkat kesadaran dan pengahayatan iman seseorang akan menentukan kualitasnya dalam itba syariat Allah dan itba sunnatullah.

Bagaimana cara pengembangan dan peningkatan iman dan takwa tersebut? Hal ini bisa dilakukan melalui pendidikan dengan menawarkan dan membangun kembali konsep tauhid uluhiyah, rububiyah, mulkiyah dan rahmaniyah sebagai landasan filsafat pendidikannya.



Tauhid ilahiyah bertolak dari pandangan dasar bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah, jangan menyembah kepada selain-Nya. Aktualisasi dari pandangan ini dalam proses pendidikan lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk answering questions (mencari jawaban atas pertanyaan/permasalahan), questioning answer (mempertanyakan jawaban-jawaban), dan questioning questions (senantiasa mempertanyakan atau mencari permasalahan), tanpa dibebani oleh rasa takut kepada guru/dosen untuk bertanya atau menjawab pertanyaan secara kritis dan mempertanyakan pertanyaan, serta tidak terbelenggu oleh produk-produk pemikiran atau temuan manusia yang bersifat relatif. Dengan demikian, proses pendidikan akan menghasilkan nilai-nilai positif yang berupa sikap rasional-kritis, kreatif, mandiri, bebas, dan terbuka.

Tauhid rububiyah bertolak dari pandangan dasar bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta beserta isinya. Alam ini diserahkan oleh Allah kepada manusia sebagai khalifah untuk mengolahnya, sehingga kita harus menggali dan menemukan ayat-ayatNya (tanda-tanda keagungan dan kebesaran-Nya) yang serba teratur dan terpelihara di alam semesta ini. Aktualisasi dari pandangan ini dalam proses pendidikan lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan penelitianm eksperimen di laboratorium dan sebagainya. Dengan demikian, proses pendidikan akan menghasilkan nilai-nilai positif yang berupa sikap rasional empiric, obyektif-empirik dan obyektif-matematis.

Tauhid mulkiyah bertolak dari pandangan dasar bahwa Allah lah pemilik segalanya dan Yang Menguasai segalanya, pemilik dan penguasa manusia serta alam semesta, dan penguasa di hari kemudian. Aktualisasi pandangan ini dalam proses pendidikan adalah terwujudnya kesadaran dan pengahayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai amanah dan tanggung jawab antara guru dan peserta didik dalam segala aktivitasnya, dengan dilandasi oleh wawasan inna lillahi wa inna ilaihi rojiun (sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan kepada-Nya pula kita kembali). Dengan demikian, proses pendidikan akan menghasilkan nilai-nilai amanah dan tanggung jawab.

Dan tauhid rahmaniyah bertolak dari pandangan dasar bahwa Allah Maha Rahman dan Rahim, Maha Pengampun, Pemaaf dan sebagainya. Aktualisasi dari pandangan ini dalam proses pendidikan adalah terwujudnya sikap telaten dan sabar dalam usaha pendidikan, serta terwujudnya sikap kasih-sayang toleran dan saling menghargai antara guru/dosen dan peserta didik, dan antara peserta didik itu sendiri dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Disamping itu, dalam proses pendidikan ditanamkan sifat ddan sikap solidaritas terhadap sesama serta solidaritas terhadap alam. Dengan demikian akan menghasilkan sikap solidaritas kemanusiaan dan terhadap alam sekitar.


3.3 Korelasi Keimana dan Ketakwaan

Takwa merupakan derajat tertinggi disisi Allah (Al-Hujurat: 13) yang dicapai setelah orang beriman melaksanakan ketaatan menjalankan perintah dan laragan Allah SWT, seperti melaksanaka puasa, akan meraih derajat takwa (Al-Baqarah: 183).

Takwa dapat dipahami sebagai sikap taat mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Keimanan dan ketakwaan tidak bisa dipisahkan, keduanya bersifat integral dan komplementer, baik berhubungan dengan hablun minallah maupun hablum minannas, sebagaimana tergambar pada ciri-ciri orang bertakwa yang dijelaskan dalam Al-Quran.

                               


Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mencermati beberapa ayat di atas, ada beberapa kata kunci yang dapat dipergunakan sebagai sarana memahami korelasi iman dan takwa:

  1. Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintahNya dan manjauhi segala larangan-laranganNya, tidak cukup diartikan dengantakut saja.

  2. Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai degan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

  3. Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh panca indera. Percaya kepada yang ghaib yaiitu, mengitikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, karena ada dalil yang menunjukkan oleh adanya seperti adanya Allah Malaikat-malaikat,hari akhirat dan sebagainya.

  4. Shalat menurut bahasa arab adalah doa. menurut istilah syara ialah ibadah yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yakni dikerjakan untuk membuktikan pengebdian dan kerendahan diri kepada Allah SWT. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

  5. Rezeki, segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezeki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzekian oleh Allah kepada orang-orang yang disyariatkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

  6. Kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran. Ialah kitab-kitab seperti Taurat, Zabur dan injil serta shuhuf-shuhuf yang tersebut dalam Al-Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan kitab kepada rasul ialah denngan memberikan wahyu kepada jibril a.s, lalu jibril menyampaikannya pada Rasul.

  7. Yakin ialah kepecayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

Dalam ayat lain dapat ditemukan korelasi iman dan takwa yakni dalam Al-Quran Surat Al-Imran yat 133-135:

                                                  

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
3.4 Imtaq membimbing Iptek

Bencana Hiroshima dan Nagasaki, merupakan realitas sejarah yang tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketika tidak dikendalikan oleh iman dan takwa, lepas dari bimbingan moral agama, melahirkan bencana kemanusiaan yang amat mengerikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya melahirkan kemaslahatan, kemudahan dan keharmonisan hidup, berubah menjadi senjata pemusnah masal yang sangat dahsyat dan biadab, karena dikelola dan dikembangkan oleh manusia yang tidak terbimbing oleh iman dan takwa.

Demikian pula kehidupan modern yang ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi, sehingga hubungan antar Negara menjadi tanpa batas, yang disebut abad globalisasi.

Banyak tokoh meramalkan bahwa abad globalisasi, disamping melahirkan berbagai kemudahan dalam kehidupan, juga melahirkan kecenderungan destruktif, kecenderungan yang merusak, yang harus diwaspadai, misalnya:



  1. Terciptanya gaya hidup materialistic yang semakin meningkat.

Gaya hidup materialistic adalah gaya hidup yang berorientasi pada penumpukan materi. Tujuan utama dan pertama bagi manusia di abad globalisasi adalah bermegah-megahan dalam kemewahan hidup. Ukuran baik buruk, benar dan salah banyak ditentukan oleh materi atau harta yang dimilki seseotrang. Semakin kaya kehidupan manusia, menjadi barometer kebenaran. Dan yang paling celaka pada abad globalisasi adalah munculnya ramalan bahwa tuntunan-tuntunan, kaidah-kaidah, norma-norma untuk mencari harta atau menumpuk materi, tidak lagi dipandang penting. Walaupun haram dan menindas pihaklain sekalipun, bila hal itu menguntungkan maka akan ditempuh oleh manusia. Oleh karena itu, kendatipun tindakan manipulasi, korupsi, pemerasan, kesewenang-wenangan menurut agama tidak dibenarkan, tetapi demi mencapai kemewwahan hidup materialistic maka banyak manusia berlomba salng berebut, sehingga derajat dan martabat manusia sangat ditentukan oleh kemewahan hidup yang dimiliki.

  1. Lenyapnya sikap hidup ta’awun

Sikap hidup tolong menolong, bantu membantu antar sesama manusia, yang merupakan sifat dasar manusia, pada abad globalisasi akan mengalami proses penipisan dan bahkan berangsur-angsur menghilang.

  1. Sikap individualistic, egoistic, ananiyah sangat kuat mendominasi kehidupan manusia saat ini. Prinsip milikku adalah milikku, hartaku adalah hartaku sendiri, adalah menunjukkan bukti sikap hidup yang meterialistik dan individualistic.

  2. Makin kuatnya sikap hidup eksploitisme

Sikap hidup eksploitisme adalah sikap hidup manusia yang suka memeras, menghisap kepada pihak yang lemah. Sebagaimana yang sering kita saksikan semakin berkembangnya praktek-praktek penjajahan ekonomi yang terselubung yang terbungkus rapi melalui usaha pinjam meminjam yang terkoordinir secara rapi dan sistematis. Apapun alasannya, system ekonomi konglomerat yakni pengembangan usaha dalam satu tangan managemen, demi mekarnya perusahaan besar, merupakaan bukti nyata adanya makin kuatnya pengaruh hidup eksploitisme. Terlebih lagi sikap agresif para bandit-bandit ekonomi swasta yang mengemplang ratusan triliun rupiah dana BLBI.

  1. Merajalelanya sikap hidup holiganistik di kalangan remaja

Sikap holiganistik adalah sikap hidup liar, urakan, ganas dan sadis yang dilakukan oleh para remaja, sikap hidup semacam ini merupakan bias dari sikap menusia yang tidak lagi mau memegangi ajaran agama, dan ajaran akhlaq karimah.

  1. Para remaja lebih bangga berperilaku holiganistik, liar, urakan, ganas dan sadis. Idola mereka bukanlah kehidupan yang dihiasi dengan nilai agama dan akhlaq, tetapi perilaku urakan dan sikap amoral. Banyak remaja yang lebih suka mengadopsi budaya barat dari pada budaya bangsa sendiri, baik dalam berprilaku maupun dalam berpakaian, suka membentuk geng-geng, klub-klub di dalamnya beranggotakan anak-anak nakal, putus sekolah, anak-anak yang mengonsumsi narkoba, morpinis, yang pesimistis dalam menyambut masa depannya.

  2. Makin suburnya kompetisi perbuatan laghowun (sia-sia)

Abad globalisasi juga diwarnai pola hidup yang serba kompetitif. Segala perbuatan dan penampilan seseorang dalam kehidupannya selalu dinilai, dikompetisikan, diadu, dan dilombakan. Kendatipun kompetisi yang dilakukan sama sekali tidak ada manfaatnya sepertilomba kecantikan wajah, lomba kecantikan bibir, lomba kecantikan tumit, lomba kecantikan sanggul, dll. Yang semuanya hanya menjatuhkan harkat dan martabat wanita. Demikian juga adanya lomba-lomba lain yang berlumuran maksiat seperti berbusana indah, yang dalam hal ini biasanya pesertanya menggunakan gaun-gaun yang dirancang dengan ekstra ketat dan tipis, sehingga setiap mata yang memandang berdecak kagum dan mengatakan inilah wanita modern, namun pada hakekatnya hanya sebagai budak iblis dalam menyebarkan pengaruh jahatnya.

Kecenderungan-kecenderungan jahat di atas, lebih banyak disebakan karena ghirah manusia di dalam memegangi nilai-nilai agama semakin melemah, hilangnya sikap komitmen dalam memegangi kebenaran, justru sebaliknya merasa bangga dengan perbuatan dosa, kemaksiatan, kemungkaran, dan kebathilan. Bahkan semakin bangga kalau keberaniannya dalam melakukan dosa dapat dipamerkan atau dipertontonkan kepada masyarakat.

Berdasarkan fenomena tersebut, semakin meyakinkan dan menyadarkan akal sehat, bahwa iman dan takwa, benar-benar menjadi pengendali yang efektif terhadap segala kecenderungan destruktif yang berkembang di abad globalisasi.


Yüklə 167,81 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin