Cerita – cerita islami


DOA YANG SELALU DIKABULKAN



Yüklə 348,02 Kb.
səhifə12/13
tarix18.01.2018
ölçüsü348,02 Kb.
#39103
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

36. DOA YANG SELALU DIKABULKAN

(Helvy Tiana Rosa)

Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah. Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakan-nya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.

Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika giliran Mimin tiba Semua memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat. Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan nada datar. "Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya." Ia tersenyum. "Saya lahir dalam keadaan seperti ini. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah," Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum. "Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja."

Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. "Saya kuliah di Fakultas Psikologi," katanya seraya menambahkan bahwa teman-teman pria dan wanita di Universitas Islam Bandung-tempat kuliahnya itu-senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. "Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas," kenangnya. Dan civitas academica yang lain? Menurut Mimin ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Allah saat menatapnya. "Mereka berkata: Ya Allah, bisa juga ya dia kuliah," senyumnya mengembang lagi. "Saya bahagia karena mereka menyebut nama Allah. Bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga, kerabat atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang Maha Besar. Begitu kata mereka."

Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahwa ia tak pernah bermimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. "Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja." Makanya semua geger, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang saleh, mapan dan normal melamarnya. "Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa, ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya," ujarnya penuh syukur.

Saya memandang Mimin dalam. Menyelami batinnya dengan mata mengembun. "Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak mengenal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimanapun saat seorang ibu melahirkan otot-otot panggul dan kaki sangat berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah, saya melahirkan lancar dibantu bidan," pipi Mimin memerah kembali. "Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar, Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang." Hening. Ia terdiam agak lama. Mata saya basah, menyelami batin Mimin. Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya. Saya belum apa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.

Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai pembicara sekarang, dan pertamakalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?

Saat seminar usai dan Mimin dibantu turun dari panggung, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur ke pelukannya. Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu bisa saya gendong kapan saya suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku. Ketika Mimin pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia mencintai saya karena Allah, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya. "Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemuan dengan hambaMu ini. Kekalkanlah persaudaraan kami fi Sabilillah. Selamanya. Amin."

Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.

("Pelangi Nurani": Penerbit Asy Syaamil, 2002)

37. Imam Abu Hanifah (1-Lahir)

Bismillahirrahmanirrahim,

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya".

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam".

Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata," Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?"

Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan ?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?" Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !"

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabitdipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,"Assalamu'alaikum..." Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya.

Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?

Setelah Tsabit duduk di samping istrinya , dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta . Mengapa ?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?" Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?" Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah , dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.

dikutip 1994/95, sumber: ?)


38. Jangan Buat Allah Cemburu

Sudah menjadi kebiasaan kami, dalam rangka memperingati maulid Nabi setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 Rabi'ul Awal secara berombongan dan bergiliran selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu tibalah giliran rumah Syaikh Syalbi Ar-Rijal yang menjadi jadwal kunjungan. Kami pun berangkat seperti biasanya, setelah 'Isya. Kami berangkat secara berombongan dengan mengalunkan qasidah (nasyid)dengan penuh gembira. Saya melihat rumah Syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi, dan qirfah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasihat-nasihat Syaikh Syalbi.

Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum yang lembut,"Datanglah kalian besok pagi-pagi sekali, agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama-sama." Ruhiyah adalah putri beliau satu-satunya. Allah mengaruniakan Ruhiyah kepadanya kurang lebih setelah sebelas tahun dari usia pernikahannya. Ia sangat mencintainya, sehingga ia tidak pernah meninggalkan sekalipun sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang gadis. Ia menamai "RUHIYAH" karena putrinya ini menempati kedudukan "ruh" pada dirinya. Tentu kami terperanjat. "Kapan ia meninggal?" tanya kami spontan. "Tadi, menjelang maghrib!" jawabnya tenang. "Kenapa Syaikh tidak memberi kami semenjak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama-sama?"

Ia menjawab,"Apa yang terjadi telah meringankan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan nikmat Allah yang lebih besar lagi dari pada nikmat ini?" Pembicaraanpun akhirnya berubah menjadi pelajaran tasawuf yang disampaikan oleh Syaikh Syalbi. Beliau mengemukakan bahwa kematian putrinya itu adalah kecemburuan Allah kepada hatinya. Memang sesungguhnya Allah swt. merasa cemburu kepada hati para hamba-Nya yang shalih, apabila sampai terikat dengan selain-Nya, atau apabila ia berpaling kepada selain-Nya.

Beliau mengambil bukti dalil dengan kisah Ibrahim as. Hati Ibrahim terikat dengan Ismail, sehingga akhirnya Allah swt. memerintahkannya untuk menyembelih putranya Ismail. Ketika hati nabi Ya'qub terikat dengan Yusuf, Allah swt. pun membuat Yusuf hilang dari sisinya sekian tahun. Oleh karena itu, seharusnya jangan sampai hati seorang hamba itu terikat dengan selain Allah swt. Kalau tidak demikian, maka sebenarnya ia adalah pendusta dalam hal pengakuan kecintaannya. Beliau juga membawakan kisah Al-Fudhail bin 'Iyadh. Fudhail pernah memegang tangan putrinya yang terkecil dan mengecupnya, lalu putrinya itu bertanya kepadanya, "Wahai ayahanda, apakah ayah mencintaiku?" Tentu saja putriku," jawab sang ayah. Lalu ia berkata,"Demi Allah, sebelum hari ini, saya tidak pernah mengira bahwa ayah sebagai seorang pendusta." Fudhail bertanya, "Bagaimana bisa begitu? Berapa kali saya berdusta?" Ia menjawab,"Saya telah mengira bahwa dengan keberadaan ayah yang seperti ini dalam berhubungan dengan Allah, berarti ayah tidak mencintai seorang pun selain-Nya. "Fudhail pun menangis seraya berkata,"Duhai Tuhanku, sampai anak sekecil ini dapat membongkar riya' hamba-Mu yang bernama Fudhail ini?"

Demikianlah pelajaran Syaikh Syalbi dari sebuah pembicaraan menjadi sebuah pelajaran. Syaikh Syalbi berupaya membahagiakan dan melembutkan hati kami seraya memalingkannya dari kepedihan musibah ini. Setelah itu kami pun pulang. Kami tidak mendengar sama sekali suara wanita yang meratap dan tidak mendengar adanya kata-kata kotor. Yang kami lihat hanyalah ekspresi kesabaran dan kepasrahan kepada Allah Yang Mahatinggi dan Mahabesar.

Dalam iklim yang mulia inilah kami hidup.
39. KEDAHSYATAN SAAT MENJELANG MAUT

Menurut Imam Al Ghazali seandainya dihadapan manusia tidak ada teror, malapetaka ataupun siksaan kecuali hanya sakaratul maut saja, maka itu sudah cukup untuk menyusahkan hidupnya, menghalangi kegembiraannya dan mengusir kealpaan maupun kelengahannya. Seharusnya setiap manusia memikirkan hal ini dan meningkatkan perhatian dalam mempersiapkan diri untuk menghadapinya, apalagi karena setiap saat dia berada dalam genggamannya.

Sebagaimana Luqman pernah berkata kepada anaknya,“Wahai anakku, jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan kapan dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedangkan engkau dalam keadaan lengah.”

Yang sangat mengherankan adalah bahwa seringkali pada setiap diri manusia, meskipun dia tengah menikmati hiburan atau berada di tempat yang paling

menyenangkan, akan merasa cemas dengan kemungkinan kedatangan seorang penjahat yang akan merampas harta miliknya. Karena rasa cemas itu kenyamanannyapun

terganggu dan napasnya terasa sesak. Akan tetapi, dia lalai akan keadaannya yang setiap saat bisa didatangi oleh malaikat maut yang akan menimpakan atas dirinya

derita pencabutan nyawa. Tak ada lagi sebab kelalaian seperti ini kecuali sikap masa bodoh dan keteperdayaan.

Keluarbiasaan rasa sakit dalam sakaratul maut tak dapat diketahui dengan pasti kecuali oleh orang yang telah merasakannya. Sedangkan bagi kita yang belum

pernah merasakannya hanya dapat mengetahuinya dengan cara menganalogikannnya dengan rasa sakit yang benar-benar pernah dialaminya, atau dengan cara

mengamati orang lain yang sedang berada dalam sakaratul maut. Lewat jalan analogi, yang akan membuktikan kepadanya derita sakaratul maut, akan diketahui bahwa setiap anggota badan yang sudah tidak bernyawa, tidak lagi bisa merasakan rasa sakit.Jika ada jiwa, maka cerapan rasa sakit itu tentulah berasal dari aktivitas jiwa. Dan ketika ada tubuh yang terluka atau terbakar maka pengaruhnya akan menjalar kepada jiwa. Dan sesuai dengan kadar yang menjalar ke jiwa, maka sebesar itu pula rasa sakit yang dialami oleh seseorang. Derita rasa sakit itu terpisah dari daging, darah dan semua anggota tubuh yang lain. Tak ada yang bisa mencederai jiwa kecuali penyakit-penyakit tertentu. Jika salah satu dari sekian banyak penyakit langsung mengenai jiwa dan tidak berpencar ke bagian-bagian yang lain, maka betapa pedih dan kerasnya rasa sakit itu.

Sakaratul maut adalah ungkapan rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tak ada lagi satupun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu. Rasa sakit tertusuk duri misalnya,menjalar pada bagian jiwa yang terletak pada anggota badan yang tertusuk duri. Sedangkan pengaruh luka bakar lebih luas karena bagian-bagian api menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain sehingga tidak ada lagi bagian dalam maupun luar anggota tubuh yang tidak terbakar dan efek bakar itu dirasakan oleh bagian-bagian jiwa yang mengalir pada semua bagian daging. Adapun luka tersayat pisau hanya akan menimpa bagian tubuh yang terkena dan karena itulah rasa sakit yag diakibatkan oleh luka tersayat pisau lebih ringan dari luka bakar. Akan tetapi rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota badan sehingga bagian orang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat saraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki. Jadi jangan tanyakan lagi tentang derita rasa sakit yang tengah dialami manusia yang menghadapi sakaratul maut.

Karena alasan ini, dikatakan bahwa “maut lebih menyakitkan daripada tusukan pedang, gergaji atau sayatan gunting.” Karena rasa sakit yang diakibatkan oleh tusukan pedang terjadi melalui asosiasi bagian tubuh yang tertusuk dengan ruh, maka betapa sangat sakitnya jika luka itu langsung dirasakan oleh jiwa itu sendiri. Orang yg ditusuk bisa berteriak kesakitan karena masih adanya sisa tenaga dalam hati dan lidahnya. Sedangkan suara dan jeritan orang yang sekarat terputus karena rasa sakit yang amat sangat dan rasa sakit itu telah memuncak sehingga tenaga menjadi hilang, semua anggota tubuh melemah dan sama sekali tak ada lagi daya untuk berteriak minta pertolongan. Rasa sakit itu telah melumpuhkan akalnya, membungkam lidahnya dan melemahkan semua raganya. Dia ingin sekali meratap, berteriak dan meminta tolong, namun dia tak kuasa lagi melakukan itu. Satu-satunya tenaga yang masih tersisa hanyalah suara lenguhan dan gemerak yang terdengar pada saat ruhnya dicabut. Warna kulitnya juga berubah menjadi keabu-abuan menyerupai tanah liat, tanah yang menjadi sumber asal usulnya.

Setiap pembuluh darah dicerabut bersamaan dengan menyebarnya rasa pedih ke seluruh permukaan dan bagian dalamnya sehingga bola matanya terbelalak ke atas

kelopaknya, bibirnya tertaik kebelakang, lidahnya mengerut, kedua buah zakar naik dan ujung jemari berubah menjadi menjadi hitam kehijauan. Jadi jangan

lagi tanyakan bagaimana keadaan tubuh yang seluruh pembuluh darahnya dicerabut sebab satu saja pembuluh darah yang ditarik, rasa sakitnya sudah tak alang

kepalang. Jadi bagaimanakah rasanya jika yang dicabut itu adalah ruh, tidak hanya dari satu pembuluh saja, tetapi dari semuanya ?.

Kemudian satu persatu anggota tubuhnya akan mati.Mula-mula telapak kakinya menjadi dingin, kemudian betis dan pahanya, setiap anggota badan merasakan

sekarat demi sekarat, penderitaan demi penderitaan,dan itu terus terjadi hingga ruhnya mencapai kerongkongannya. Pada titik ini berhentilah perhatiannya kepada dunia dan manusia-manusia yang ada didalamnya. Pintu tobat ditutup dan diapun diliputi oleh rasa sedih dan penyesalan.

Oleh karena itu janganlah ditanya tentang pahit dan getirnya kematian ketika terjadi sakaratul maut !karena itu Rasulullah Saw bersabda, “Ya Allah,

sesungguhnya Engkau telah mencabut nyawa dari urat-urat tulang hidung dan ujung-ujung jari, Ya Allah, tolonglah aku dalam kematian, dan ringankanlah

sakratul maut bagi Muhammad!”

Sesungguhnya sebab manusia tidak memohon perlindungan darinya dan tidak memandangnya dengan penuh rasa gentar adalah karena kebodohan mereka. Ini karena banyak hal yang belum pernah terjadi, hanya bisa diketahui melalui cahaya kenabian dan para wali Allah.Itulah sebabnya para nabi’alaihimus salam dan para

wali Allah senantiasa berada dalam keadaan takut kepada maut. Bahkan Isa a.s. bersabda “Wahai para sahabat ! berdo’alah kepada Allah SWT agar dia meringankan sekarat (sakratul maut) ini bagiku”.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika sekelompok kaum bani Israil berjalan melewati pekuburan dan salah seorang diantara mereka berkata kepada yang lain, Bagaimana

jika kalian berdo’a kepada Allah Swt, agar Dia menghidupkan satu mayat dari pekuburan ini dan kalian bisa mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya ?” merekapun lalu berdo’a kepada Allah Swt. Tiba-tiba mereka berhadapan dengan seorang laki-laki dengan tanda-tanda sujud diantara kedua matanya yang muncul

dari satu kuburan . “Wahai manusia !” katanya, “Apa yang kalian kehendaki dariku ? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa pedihnya belum juga hilang dari hatiku !.”

Diriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa suatu ketika Rasulullah menyebut-nyebut kematian dan bersabda, “Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang”.

Ketika Ibrahim a.s. wafat, Allah Swt bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau merasakan kematian, wahai Teman-Ku?” dan beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan kedalam gumpalan bulu yang basah, kemudian ditarik.” Yang seperti itu sudah Kami ringankan atas dirimu,” firman-Nya.

Begitupula halnya dengan Musa a.s. ketika ruhnya akan menuju kehadirat Allah Swt, Dia bertanya kepadanya,“Wahai Musa bagaimana engkau merasakan kematian?” Musa menjawab, ”Kurasakan diriku seperti seekor burung yang dipanggang hidup-hidup, tak mati untuk terbebas dari rasa sakit dan tak bisa terbang untuk menyelamatkan diri.” Di riwayat lain mengatakan ,”Kudapati diriku seperti seekor domba yang dipanggang hidup-hidup.”

Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw berada diambang kematian, didekat beliau ada seember air yang kedalamnya beliau memasukkan tangan untuk membasuh muka, seraya berdo’a, “Wahai Allah Tuhanku!Ringankanlah bagiku sakratul maut !”

Pada saat yang sama, Fathimah r.a. berkata,”Alangkah berat penderitaanku melihat penderitaanmu, Ayah!”Tapi beliau berkata,”Tidak akan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini.”

Itulah sakratul maut yang dirasakan oleh para wali Allah dan hamba-hamba yang dikasihi-Nya . Pertanyaan yang paling penting bagi kita adalah, bagaimanakah

yang akan kita rasakan nanti ketika Malaikat Maut menjemput kita, padahal kita selalu dan cenderung bergelimang dalam perbuatan salah dan dosa ?.

Wallahu'alam bissawab



40. Mengapa Saya Masuk Agama Islam

oleh ZULKARNAIN (Eddy Crayn Hendrik)


PERKEMBANGAN AJARAN-AJARAN PAULUS

Ajaran Paulus yang banyak mengandung mithos-mithos Yunani ini ternyata banyak sekali mendapat dukungan, dari orang-orang sekitar Mediteraan, Laut Tengah. Ia antaranya didukung oleh Ireneus (150 - 202 M), Tertulianus (155 - 220M) Origens (185 - 254 M) dan Anthanasius, yaitu Bapak yang melahirkan Trinitas yang hidup sekitar tahun 298 - 377 M, yang ikut memelopori Trinitas dalam sidang dikota Nicea tahun 325 M. Di belakang Anthanasius berdiri pula Santo Agustinus (354 - 430) dan Gregoryus Nyssa (335 - 394 M). Mereka, pendukung-pendukungnya ini memikirkan, berpikir dan berunding, bagaimana memecahkan persoalan Tuhan itu tiga tetapi satu. Maka tidaklah heran kita bila kemudian mendengarkan adanya konsili-konsili seperti konsili Nicea, konsili Epesus, konsili Alexandria dll, dimana pada tiap-tiap konsili akan lahir pula suatu "perkembangan baru dari Tuhan," seperti pelenyapan Injil-injil yang asli, pelarangan padri-padrinya kawin dan seterusnya. Dalam zaman seperti yang saya sebutkan tadi, tidak pula seluruh orang menerima ajaran gila Paulus ini, sebab pada waktu itu lahir pula golongan-golongan Nestorius (388-440 M) dan Arius (270-350 M). Kedua golongan ini terkenal gigihnya menentang ajaran Paulus, sambil tetap berkeyakinan bahwa tiada lain yang disembah melainkan Allah yang Maha Esa, dan pertentangan mereka inilah yang akhirnya menimbulkan perburuan manusia yang tiada taranya, dimana lawan-lawan ideologinya dibunuh dengan dibakar hidup-hidup, diadu dengan singa, diseret oleh kuda ataupun dihukum pijak oleh gajah.


PEMERINTAH ROMAWI TURUN TANGAN

Pemerintah Romawi melihat adanya suatu kericuhan-kericuhan didalam negerinya, tidaklah tinggal diam. Kericuhan-kericuhan agama ini bila dibiarkan, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu hal-hal yang lebih besar dan berbahaya pula. Itulah sebabnya maka pada tahun 326 M, kaizar Konstantin yang Agung segera mengadakan musyawarah atau konsili dikota Nicea, dimana golongan-golongan Tertulianus, Origenes, Anthanasius dipertemukan dengan golongan Nestorius, Arius serta kawan-kawan yang seangkatan dengannya. Gagasan Kaisar mungkin kurang ditanggapi oleh ummat, maka dari undangan yang datang ternyata belum setengahnya. Didalam perdebatan itu, mereka terpecah dua, yaitu golongan-golongan yang mempertahankan Yesus sebagai manusia, dan golongan golongan yang mempertahankan Yesus sebagai Tuhan. Berhubung tidak adanya kata sepakat, maka kaisar mengambil keputusan (dekrit?) bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia, atau setengah Tuhan dan setengah manusia. Gagasan ini diterima hanya dengan 2 suara, sedang penolaknya 10 suara. Berhubung yang 2 suara ini lebih dekat dengan selera kaisar, maka sejarah kemudian mencatat yang 2 suara inilah yang menang, yaitu mereka yang menerima gagasan Tuhan manusia terhadap diri Yesus. Kaisar kemudiannya mengadakan suatu dekrit umum bahwa semua orang harus menerima gagasannya itu. Maka mulailah disini penjagalan manusia besar-besaran, dimana siapa saja yang menolak ajaran Yesus Tuhan dan manusia dibunuh dengan bermacam-macam cara yang keji. Belakangan ternyata pula, kaisar Konstantin raja Romawi yang kafir itu masuk Kristen, dan kemungkinan mulai tahun-tahun inilah Kristen itu mulai lahir, dalam suatu bentuk yang bernama: Katolik yang artinya Umum. Konsili I ini rupa-rupanya belumlah dapat menampung segala aspirasi ummat. Maka mereka kemudian mengadakan Konsili II dikota Konstantinople pada tahun 381 M, yang memutuskan lagi bahwa Anak adalah Homo Osius dengan Bapa (Creator). Didalam Konsili II ini pula mereka menambahkan materi Rokhulkudus sebagai oknum ke-III dari Allah, sehingga lengkap lahirlah Tuhan Allah Bapa, dan Anak serta Rokhulkudus. Didalam tahun-tahun inilah kemungkinan besar orang mulai menambah-nambah Injil Matius dengan tulisan: Pergilah keseluruh dunia baptiskanlah seluruh bangsa dengan nama Bapa, dan Anak dan Rokhulkudus (Matius 28:10). Konsili ke-III diadakan dikota Epesus tahun 439 M, didalam konsili inilah dikeluarkan perintah untuk mengutuk ajaran-ajaran Nestorian dan Arianisme yang bidaat itu. Merekapun mengeluarkan pernyataan perang terhadap Injil, dimana seluruh Injil-injil yang asli dimusnahkan atau diapokratipkan. Sebagaimana kita mengetahui, semasa Yesus hidup ia mempunyai pula pengikut-pengikut, yang kian kemari menuliskan khutbah-khutbah dan ajaran-ajarannya sebab pada zaman itu memang alphabet telah ditemukan. Murid-murid Yesus ada 70 orang. diantaranya 12 yang disebutkan namanya didalam Injil. Dari catatan-catatan murid-murid Yesus ini, kemudian hari kita kenal telah dibukukan dengan nama Injil, yang dinamai oleh masing-masing penulisnya seperti:
(1) Injil Markion, (2) Injil Mesir, (3) Injil Eva,

(4) Injil Yudas, (5) Injil Nicodemus, (6) Injil Thomas,

(7) Injil Barnaba, (8) Injil Matius, (9) Injil Yosepus,

(10) Injil Duabelas, (11) Injil Kebenaran, (12) Injil Maria,

(13) Injil Yesus, (14) Injil Andreas, (15) Injil Pilipias,

dan lain-lainnya.


Saya masih teringat, ketika ibu saya juga bertanya kepada ayah saya, adakah murid-murid Yesus itu juga menulis Injil dan mengapa katanya ada Injil-injil yang dilarang untuk dibaca? Ayah saya yang sudah tamat sekolah pendeta di

Bandung pada tahun 1936, sebenarnya mengetahui akan hal ini. lbu saya bertanya karena kemungkinan ibu saya pernah membuka-buka buku pelajaran ayah dan kemudian terbaca olehnya. Ayah saya adalah seorang pendeta, paling tidak beliau adalah seorang Kristen yang taat. Itulah sebabnya ayah saya lalu menjawab bahwa memang benar, ada sementara Injil-injil yang dilarang sebab Injil itu ternyata Injil palsu ciptaan syaitan, yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Yesus. Ayah saya mungkin tidak diberitahukan oleh gurunya, atau ayah saya tahu, tetapi pura-pura tidak tahu, wallahu'alam, yang jelas ialah ayah saya telah memberikan suatu keterangan yang salah. Injil-injil yang dikatakan memuat ajaran syaitan dan bertentangan dengan ajaran Yesus itulah sebenarnya injil-injil yang asli, yang didalamnya tidak pernah atau belum pernah kemasukan ajaran-ajaran Paulus


MATIUS CS. PENJIPLAK PAULUS

Sebaliknyalah bahwa Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya itulah yang mengajarkan ajaran-ajaran palsu. Lukas misalnya, ia adalah dokter pribadi dari Paulus. Ia dalam menulis Injil, dengan sendirinya kemasukan pula ajaran-ajarannya Paulus. Ini bisa dibuktikan dalam tulisannya pada kisah rasul- rasul, dimana jelas nampak kecenderungannya untuk mengangkat-angkat nama Paulus, bahkan murid ini setengah mengkultus dan mendewakannya. Lukas menyusun Injilnya berdasarkan kepada Markus-tua atau Ur Markus. Sedangkan Markus sendiri bukannya orang yang dikenal. Matius menulis Injilnya berdasarkan pula kepada Ur Markus, jadi Matiuspun menjiplak. Itulah sebabnya dalam Injil-injil Matius, Markus dan Lukas banyak sekali dijumpai kalimat-kalimat atau perkataan-perkataan yang sama, disamping pertentangan-pertentangan yang ada. Lalu bagaimanakah dengan Injil Yahya? Marilah kita ikuti uraian Jarnawi Hadikusumo dalam bukunya: Tinjauan sekitar Perjanjian Lama & Baru, halaman 69-74 yang bunyinya kurang

lebih:

1. Injil Yahya tidak termasuk dalam Injil Sipnotik, sebabisi dan sejarahnya lain sekali. Menurut keyakinan Kristen, Injil Yahya ditulis oleh Yahya murid Yesus yang terkasih. (Yahya 13:23 dan 21:20). Oleh karena itulah maka kepercayaan Kristen, penulis Injil Yahya ialah Yahya bin Zabdi adik Yakub bin Zabdi seorang diantara muridnya yang duabelas itu. 2. Oleh para ahli sejarah yang lebih dapat dipercaya, Yahya bin Zabdi telah dibunuh oleh Raja Herodes Agerippa I pada tahun 44 atau 66 M. Padahal Injil Yahya baru ditulis sekitar tahun 100 M. Maka benar kemudian, Injil ini kemungkinan besar sekali ditulis oleh Yahya Prebester pendeta sidang Jum'at di Asia Kecil yang hidup dalam abad I Masehi. Ia menulis Injilnya itu dengan maksud untuk menentang ajaran Corentus dan Irenius. Hal ini dikuaykan lagi oleh kitab-kitab Encyclopedia, terutama Encyclopedia Britanica yang mendasarkan keterangannya atas Papias Uskup Hieropolis. Demikian juga keterangan vang dibawakan oleh Dr. J. H. Bavink dalam kitabnya yang bernama: "De Weg Van Gods Koninkrijk." Kembali kepada soal Matius, pada waktu Yesus hidup ia masih anak kecil berumur 5 tahun. Ia menulis Injil pada tahun 88 M, dus 55 tahun sesudah kepergian Yesus. Waktu yang 55 tahun saya kira sudah sangat lama untuk mengingat semua kejadian, apalagi untuk menulis perkatan-perkataan seseorang Dari manakah ia mengetahui percakapan Gembala-gembala Efrata dengan para malaikat? Bukankah pada waktu itu ia tidak berada di padang Efrata? Lalu darimana pula ia mengetahui dialog Mariam dan Jibril? Bukankah dari mulut ke mulut juga asalnya?



Saya hendak memberikan suatu opini atas kisah kesaksian Hambran Amrie (HA). Saya tidak tahu siapa dia dan belum pernah mendengar namanya maupun membaca surat tersebut. Hanya saja tergerak hati saya untuk memberikan suatu opini/masukan. Saya bukanlah seorang pakar dalam agama Islam maupun Kristen. Tetapi saya pernah mengalami masa "mencari kebenaran" dengan mempelajari agama Islam dan Kristen.

Beberapa hal yang saya cermati adalah sebagai berikut ::

Ada pertentangan2 yang ada di dalam Injil itu sendiri dengan keyakinan umat Nasrani, antara lain :

1.      Dalam Yohanes pasal 14 ayat 9 disebutkan "Kata Yesus kepadanya:Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu Filifus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa yang telah melihat Aku ia telah melihat Bapa;bagaimana engkau berkata:Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami".

Di ayat 10 dikatakan : "Tidak percayakah engkau bahwa Aku ini di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriku sendiri, tetapi Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya."

Dari ayat ini seolah2 Bapa dan Yesus adalah satu.

Coba kita bandingkan dengan Yohanes pasal 17 ayat 23, yaitu :"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, Bahwa Engkau telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku."

Kata "Aku di dalam mereka", yang dimaksud 'mereka' disini adalah sahabat2 Isa. Kalau kita mempercayai kesatuan Tuhan di dalam Isa, berarti kita juga mengakui kesatuan Isa dengan ke-12 sahabatnya. Apakah mungkin Tuhan menyatu dengan Isa dan ke-12 sahabatnya sekaligus?

Dalam Yohanes pasal 17 ayat 3 : "Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."

Seperti umat Islam yang mengakui Muhammad adalah utusan Allah, seharusnyalah umat Nasrani berdasarkan ayat ini mengakui Isa/Yesus sebagai utusan/Nabi/Rasul.

2.      Pada Matius pasal 27 ayat 46 dikatakan : "Kira-kira jam 3 berserulah Yesus dengan suara nyaring katanya:Eli, Eli, Eli, lama sabaktani; artinya Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"

Dari ayat tersebut jelas bahwa Isa/Yesus tidak bersatu dengan Tuhan. Kata itu diucapkan Yesus saat akan disalib. Mungkinkah seorang Tuhan minta tolong terhadap Tuhannya karena akan disalib? Kalaupun ceritanya Yesus disalib demi menanggung dosa manusia, apakah mungkin dia malah minta tolong? Bukankah seharusnya Yesus merasa senang dan ikhlas akan disalib demi menebus dosa umatnya?

3.      Pada Markus pasal 13 ayat 31 dan 32 dikatakan : "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu. Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun tahu, malaikat2 di sorga tidak, dan anak pun tidak, hanya Bapa saja."

Berarti Yesus mengakui tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, selain Tuhan sendiri. Kalau ia Tuhan mestinya ia tahu.

4.      Dalam Kisah Para rasul pasal 5 ayat 32 : "Dan kami adalah saksi atas segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada orang yang menaati Dia."

Pada Lukas pasal 1 ayat 41 : "Dan ketika Elizabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elizabet pun penuh dengan Roh Kudus.

Kalau kita berusaha memahami, berarti Roh Kudus adalah roh suci yang dikaruniakan Allah kepada siapa saja yang dikehendakiNya (mungkin semacam hidayah?). Kalau Roh Kudus disamakan artinya dengan Roh Allah itu sendiri, berarti yang jadi Tuhan bukan hanya Yesus, tapi semua orang yang menaatiNya, termasuk Elizabet ?

5.      Pada Matius pasal 27 ayat 1 : "Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus."

Pada Matius pasal 16 ayat 38 : "Lalu kataNya kepada mereka : HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah disini dan berjaga-jagalah dengan Aku."

Kalau Yesus Tuhan berarti mustahil direncanakan dibunuh. Apalagi sampai merasa sedih dan merasa mau mati.

6.      Yohanes pasal 5 ayat 30 : "Aku tidak dapat berbuat apa2 dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."

Lagi2 ditegaskan bahwa Isa/Yesus hanya seorang utusan, sama seperti nabi/Rosul yang lain. Kalau ia Tuhan seharusnya keputusan mutlak ada padanya.

7.      Yohanes pasal 14 ayat 28 :"Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu : Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar daripada Aku."

Disini bahkan Yesus mengakui bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari ia, yaitu Tuhan.

8.      Matius pasal 15 ayat 24 : "Jawab Yesus: Aku diutus hanya kepada domba2 yang hilang dari umat Israel." Berarti ia diutus hanya untuk Bani Israel saja. Kalaupun ia datang untuk menebus dosa, berarti yang ditebus dosanya hanya Bani Israel saja, bukan untuk seluruh umat manusia. Bagaimana mungkin umat Nasrani mengatakan Yesus penyelamat manusia sedangkan kitab sucinya saja mengatakan hanya untuk Bani Israel?

9.      Dalam Bijbel Galatia pasal 3 ayat 13 : "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis ; Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib."

Wah...berarti Yesus menurut kitab mereka sendiri terkutuk? Bukanlah lebih mulia kedudukan Isa didalam AlQuran, yang dikatakan bukan Isa yang disalib. Dan kalau mereka menganggap Isa/Yesus itu Tuhan, berarti Tuhan mereka terkutuk? Lebih mulia kedudukan Isa menurut Islam, karena ia seorang Rosul.

10.     Kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20 :"Orang berbuat dosa, ia yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya."

Lalu bagaimana dengan kata umat Nasrani ttg adanya dosa waris? Padahal pada kitabnya jelas2 dikatakan bahwa dosa adalah masalah individu. Jadi sebenarnya dosa siapa sih yang Yesus tanggung itu?

Ini sesuai dengan Al Baqarah 286 :"Allah tidak membebani kewajiban terhadap seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Hasil kerjanya yang baik untuknya sendiri, dan yang tidak baik menjadi tanggungannya sendiri pula. ......."

Al Isra 15 : "Barang siapa yang berbuat sesuai petunjuk Allah, maka ia telah berbuat untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat, maka itu tanggunggannya sendiri pula. Seseorang tidak berwenang menanggung dosa orang lain. Dan Kami mengutus seorang Rasul untuk mengingatkannya."

Al Lukman 33 : "Hai manusia!Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah akan datangnya suatu masa dimana seorang bapak tidak dapat menolong anaknya sendiri (dari perbuatan anaknya) dan si anak pun tidak pula dapat menolong bapaknya sedikitpun juga. Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar. Janganlah kamu terpedaya oleh kehidupan dunia ini, dan jangan pula kamu terpedaya oleh setan terhadap mentaati Allah."

11.     Lukas pasal 2 ayat 21 :"Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan. Ia diberi nama yang disebut oleh malaikat2 sebelum ia dikandung ibuNya."

Kalau Yesus Tuhan, apakah perlu Tuhan itu disunat? Disini juga membuktikan bahwa Islamlah yang benar. Sunat ada dalam aturan Islam. Kalau orang Nasrani itu benar2 mau menjalankah agamanya dengan benar maka mestinya mereka disunat. Lalu kenapa pula mereka ingkar terhadap kitabnya sendiri?

12.     Kesalahan2 fatal : Di Yohanes pasal 8 ayat 14 : "Jawab Yesus kepada mereka, kataNya: Biarpun Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, namun kesaksianKu itu benar, karena Aku tahu, darimana Aku datang dan kemana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu darimana Aku datang dan kemana Aku pergi."

Yohanes pasal 5 ayat 31:"Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianku itu tidak benar."

Kitab Samuel Yang Kedua pasal 8 ayat 9dan10 :"Ketika didengar Tou, raja Hamat, bahwa Daut telah memukul kalah seluruh tentara Hadadezer. Maka Tou mengutus Yoram, anaknya kepada raja Daud untuk menyampaikan salam dan mengucapkan selamat kepadanya, karena ia telah berperang melawan Hadadezer dan memukul dia kalah, sebab Hadadezer sering memerangi Tou. Dan Yoram membawa barang-barang perak, emas dan tembaga."

Dalam Tawarikh pertama pasal 18 ayat 9-10:"Ketika didengar Tou, Raja Hamat bahwa Daud telah memukul kalah seluruh tentara Hadadezer, raja Zoba. Maka Ia mengutus Hadoram, anaknya, kepada raja Daud untuk menyampaikan salam dan selamat kepadanya, karena ia telah berperang melawan Hadadezer dan memukul dia kalah, sebab Hadadezer sering memerangi Tou. Dan Hadoram membawa pelbagai barang-barang emas, perak dan tembaga."

Kitab Raja-raja Kedua pasal 8 ayat 26 :"Ia berumur 22 tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya Ialah Atalya, cucu Omri raja Israel."

Kitab Tawarikh Kedua pasal 22 ayat 2,"Ahazia berumur 42 tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya Atalya, cucu Omri."

Kitab Samuel yang Kedua pasal 23 ayat 8 ;"Inilah para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakhmoni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan delapan ratus orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran."

Kitab Tawarikh yang Pertama pasal 11 ayat 11 ;"Inilah daftar para pahlawan yang mengiringi Daud; Yasobam bin Hakhmoni, kepala Triwira, ia mengayunkan tombaknya melawan tigaratus orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran."

Kitab Samuel yang Kedua ;"Bangkitlah pula murka Tuhan terhadap orang Israel. Ia menghasut Daud melawan mereka, firmanNya; Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda."

Kitab Tawarikh yang pertama pasal 21 ayat 1:"Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk orang Israel."

Aneh sekali, yang satu berkata yang menghasut adalah Tuhan, sedang yang satu lagi berkata yang menghasut adalah Iblis.

Samuel yang Kedua pasal 10 ayat 8 ;"Tetapi orang Aram itu lari di hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu tujuhratus ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilukainya sedemikian, hingga ia mati di sana,"

Kitab Tawarikh yang Pertama :"Tetapi orang Aram itu lari di hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu tujuh ribu ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berjalan kaki. Sofakh, panglima tentara itu dibunuhnya."

Bagaimana mungkin dalam suatu Kitab ada perbedaan yang amat krusial. Di satu sisi mempunyai kata2 yang amat mirip/hampir persis, di lain sisi informasi2 pentingnya justru sangat bertolak belakang baik dalam hal nama maupun jumlah.

Kita seperti diingatkan pada gaya anak kuliahan yang pinjam disket temannya lalu dirubah-rubah sedikit supaya terlihat beda tapi justru malah ketahuan kalau menyontek.

Dari penuturan panjang lebar di atas, sebetulnya saya bukan hendak membuat bantahan bagi surat HA, tapi hanya berusaha menyajikan fakta. HA menyajikan fakta dan berusaha menjelaskan dengan sesuatu yang malah terlihat aneh karena apa yang dia tuturkan kadang bertentangan dengan penuturannya sendiri. Ketika dia sedang berusaha meyakinkan bahwa dalam Kristen ada Tauhid, justru dia kembali menekankan tentang Trinitas.

Beberapa hal yang harus diyakini dalam melakukan perbandingan, kalau ada kesamaan2 antara Injil/Bible dengan Al Quran, janganlah heran atau justru yakin bahwa Injillah yang benar. Kesamaan2 pasti jelas ada karena pada hakekatnya asalnya dari Allah juga. Tapi kalau ada perbedaan juga jangan heran, karena Injil telah tercemar tangan manusia, dan dilakukan perubahan2.

Jangan pernah ragu akan Al Quran. Gunakan akal pikiran dan hati nurani untuk mencari kebenaran. Dan setelah kebenaran itu datang kepada kita, genggamlah erat2, jangan biarkan lepas.

Semoga penuturan saya dapat bermanfaat bagi rekan2 sekalian. Sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah semata. Kalau ada kesalahan akibat dari keterbatasan saya, saya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum wr wb.

Dewi Oetari


Yüklə 348,02 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin