Seorang muslim pada amalan-amalan salehnya hendaknya memperhatikan perkara-perkara berikut:
Bersegera melaksanakannya. Sebagaimana firman Allah -ta'âla-:
قال تعالى: ﴿وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ١٣٣﴾ [آل عمران: 133]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS.Ali Imran:133)
Ayat ini menunjukkan dorongan kepada para sahabat Nabi -shalallahu alaihi wasallam- untuk segera melakukan amal saleh.
Imam Muslim -rahimahullah- meriwayatkan dalam sahihnya dari Anas Ibn Mâlik pada peristiwa perang Badar ketika pasukan kaum musyrikin mendekat, Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkata:
«قوموا إلى جنة عرضها السماوات والأرض» (صحيح مسلم 1901)
“Berhamburanlah ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”
Umair Ibn al-Hammam al-Anshari berkata,
“Wahai Rasulullah, surga yang luasnya seluas langit dan bumi?!”
“Ya." Jawab Rasulullah.”
Dia berkata,
“Bakhin, bakhin!79.”
“Apa yang membuatmu berkata ‘bakhin bakhin’?” Tanya Rasulullah.
“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah. Tidak lain hanya ingin menjadi penghuninya.”
“Engkau termasuk penghuninya.” Ucap Rasulullah.
Umair mengeluarkan kurma dari sakunya dan memakannya, seraya berujar,
“Jika aku masih hidup hingga selesai memakan kurma-kurma ini, sungguh merupakan waktu yang panjang.”
Dia pun membuang kurma yang tersisa kemudian memerangi musuh hingga syahid terbunuh.80
Sebelum itu, ada kisah Nabi Musa yang ingin bertemu dengan Allah. Musa berkata,
قال تعالى: ﴿وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى٨٤﴾ [طه: 84]
“...dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar supaya Engkau rida (kepadaku)". (QS.Thâha:84)
Allah pun memuji Nabi Zakaria dan keluarganya:
قال تعالى: ﴿إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ٩٠﴾ [الأنبياء: 90]
“...Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada kami.” (QS.al-Anbiya:90)
Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
«التؤدة في كل شيء - وفي رواية خير - إلا في عمل الآخرة» (رواه أبو داود في سننه 5/157 وهو في صحيح الجامع 3009)
“Lirih dalam segala hal –dalam riwayat dalam kebaikan- kecuali pada amalan akhirat.”81
Kontinu dalam ketaatan, sebagaimana sabda Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dalam Hadits Qudsi:
«ما يزال عبدي يتقرب إليَّ بالنوافل حتى أحبه» (صحيح البخاري)
“Hambaku masih saja mendekat kepada-Ku dengan amalan-amalan 'nawafil' (sunah) hingga aku mencintainya.”82
Ungkapan “masih saja” mengartikan kekontinuan. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,
«تابعوا الحج والعمرة» (رواه الترمذي رقم 810 وهو في السلسلة الصحيحة 1200)
“Iringi amalan Haji dengan Umroh!”83
Mengiringi pengertiannya juga termasuk kekontinuan. Ini adalah permulaan penting dalam menguatkan keimanan, tidak mengabaikan jiwanya hingga menjadi condong pada pengabaian dan penyesalan. Konsisten walau sedikit lebih baik dari banyak yang terputus. Konsisten dalam beramal saleh menguatkan keimanan. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- penah ditanya,
“Amalan apa yang lebih dicintai Allah?”
Beliau menjawab,
“Yang konsisten walau sedikit.”84
Dahulu Nabi -shalallahu alaihi wasallam- jika mengerjakan suatu amalan beliau senantiasa konsisten.85
Dostları ilə paylaş: |