2 Negara”
Icha baru saja mendarat di bandara Sciphol Belanda beberapa saat yang lalu. Udara yang sedikit dingin membuat Icha berjalan terburu-buru ke tempat taksi untuk mengantarnya ke apartemennya. Icha sudah menyewa sebuah apartemen dekat kampusnya untuk 4 tahun kedepan.
Icha merasa sangat excited ketika sudah sampai di apartemennya. Mas Rezza lah yang mencarikan apartemen ini untuknya. Mas Rezza kebetulan memiliki teman yang berkuliah di Amsterdam University, makanya dia meminta tolong kepada temannya untuk mencarikan tempat tinggal untuk Icha.
Ketika sudah sampai di apartemennya, Icha begitu terkejut, karena mas Rezza menata tempat tinggal Icha itu seperti kamarnya di indonesia. Dengan begini Icha pasti seperti merasa dirumah sendiri. Icha buru-buru mengirim pesan pada kakaknya itu untuk mengucapkan terima kasihnya.
Icha sedang menata semua barang-barangnya di apartemen yang akan dia tempati selama 3 tahun kedepan itu. Icha terlihat sibuk sendiri. Rambut panjangnya sedari tadi menganggu pekerjaannya itu. Hingga akhirnya dia pun mengikat rambutnya itu dengan ikat rambutnya.
Apartemen itu memang tidak terlalu luas, namun kiranya cukup untuk tempat tinggal Icha sendiri. Icha mulai memasang beberapa poster kesukaannya. Seperti EXO, BTS, dan SJ yang sengaja dia bawa dari kamarnya. Menata semua buku-buku di raknya. Dan meletakkan beberapa bajunya kedalam almari.
Seusai membereskan seluruh barang-barangnya Icha memutuskan untuk mandi lalu dia ingin jalan-jalan keliling kota Amsterdam disore hari. Icha menggunakan baju yang cukup tebal karena Eropa saat ini sudah memasuki musim gugur dan sebentar lagi akan berganti musim dingin.
Icha berhenti di dekat sebuah sungai memandangi sisi lain kota Amsterdam itu, disinilah dia akan menghabiskan 4 tahunnya jauh dari rumah, keluarga dan teman-temannya. Icha merasa sendirian saat ini, dia sangat merindukan seseorang. Icha memejamkan matanya dan lalu tersenyum dia membayangkan orang yang sedang dirindukannya itu berada didepannya saat ini.
“Do you miss someone?” tanya seseorang yang tiba-tiba membuat Icha membuka matanya. Icha menoleh ke sisi kirinya dan tidak ada siappun saat dia menoleh ke kanan, dia melihat seorang pria berdiri disana.
“Ahhh, little” jawab Icha sambil tersenyum.
“Me Too, where do you come from? With your appreance, you like Asian people, don’t you?” tanyanya.
“Yeah, you are right, im from Indonesia, and i think from your eyes, your hegiht, ehm... are you Chinesse?”
“Hahahaha, kamu salah, aku dari Korea, Korea Selatan” jawabnya berbahasa Indonesia dengan logat Korea yang masih kental sambil tersenyum.
“Hah? Kamu bisa bahasa Indonesia?” tanya Icha terkejut.
“Ibuku orang Indoneisa” jawabnya dengan terus tersenyum pada Icha.
“Ahhh pantesan” Jawab Icha mengerti.
“Hakyeo?” Tanyanya lagi.
“Nde, neo?” Icha bertanya balik.
“Nado, Lee Han Kyeon, neo?” sambil mengulurkan tangannya.
“Ifha Nurisya, Icha imnida” jawab Icha sambil menjabat tangannya.
“Kamu bisa panggil aku Hans nama Indonesiaku, Hans Stevanio” katanya.
“Kamu kuliah di mana?” tanya Icha
“The Haque University, kamu?”
“Wahh daebak, aku juga kuliah disitu” jawab Icha
“Jurusan apa?”
“Hukum” jawab Icha.
“Hahh? Baru masuk tahun ini?” tanyanya.
“Nde” jawab Icha
“Wahhh neo machi nae hoobae hahahaha” jawbanya.
“Jjinjayeo? Wahhh annyeonghaseyeo sunbae” jawab Icha sambil tersenyum dan sedikit membungkuk.
Icha senang bisa menemukan seniornya secepat ini. Mereka merasa seperti sudah mengenal sejak lama. Icha merasa sangat nyaman berbagi cerita dengan Hans, seniornya. Kesukaan mereka pun sama, makanya mereka sangat asyik berbincang satu sama lain sambil berjalan-jalan keliling kota.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Icha baru saja masuk ke apartemen nya setelah sore tadi berjalan-jalan dengan Hans. Sebagai seniornya Hans tentu tahu seluk beluk kota ini. Selain itu dia juga banyak menjelaskan mengenai kehidupan dikampus, mata kuliah dan lain-lain. Sepertinya ini keberuntungan Icha dapat bertemu dengan senior yang begitu menyenangkan dan juga baik hati.
Icha segera berganti pakaian sesampainya dia dikamarnya. Icha sudah sangat kenyang karena tadi ditraktir makan oleh Hans di kedai masakan Asia tempat kakak tiri Hans yaitu Choi Hanna bekerja disana. Saat ini Icha sudah sangat lelah dan mengantuk, dia segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan memejamkan matanya.
Hembusan angin malam melalui fentilasi jendela kamar Icha itu seperti sedang memainkan musik dimalam hari. Rembulan juga sedang bersiar terang malam ini. Meski tidak menyalakan lampu kamarnya, rasanya cahaya bulan sudah menjadi temaram bagi kamar Icha itu. Foto kenangan itu juga disinari oleh rembulan malam ini.
Icha tertidur dengan senyuman dibibirnya. Mungkin saat ini dia sedang bermimpi indah. Dhani lah mimpi indah Icha, Icha selalu berharap Dhani adalah masa depannya.
***
Dhani sudah bergegas menata semua buku yang akan dia bawa pada kuliah perdananya hari ini. Dia terlihat begitu tergesa-gesa, karena tadi pagi dia bangun terlambat. Meskipun hari ini masih upacara penyambutan mahasiswa baru, namun Dhani tidak boleh terlambat.
Apartemennya tidak begitu jauh dari kampusnya Queensland University. Dia belajar ditempat yang sama dengan Anita meski mengambil jurusan yang berbeda. Dhani adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarganya. Sehingga dia harus mengambil alih seluruh usaha ayahnya, maka dari itu dia mengambil jurusan managemen bisnis.
Dhani segera memarkir sepedanya di parkiran sepeda dekat pintu gerbang. Dhani segera berlari menuju Aula utama karena semua mahasiswa baru akan mendengar sambutan dari rektor UQ hari ini. Ketika Dhani memasuki Aula, ternyata sudah banyak mahasiswa yang berbaris rapi. Dhani segera mencari barisan jurusan managemen bisnis.
Setelah ketemu Dhani segera berdiri dibarisan yang masih kosong. Disampingnya ada seorang mahasiswa laki-laki yang sepertinya memperhatikannya sejak tadi. Dhani pun juga hanya memperhatikannya saja tanpa berkata apapun.
Acara sambutan pun dimulai. Bapak rektor sudah memasuki ruang aula dan semua mahasiswa baru bertepuk tangan menyambutnya. Ketika rektor sudah berada dipodium, semua mahasiswa kembali tenang.
***
Berbeda dengan Dhani, karena perbedaan waktu, saat ini Icha sudah mulai kuliah pertamanya. Hari ini Icha sedang berada dikelas wajibnya disemester ini, yaitu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Meski baru belajar bahasa belanda, namun Icha sudah mulai memahami apa yang dikatakan dosennya tersebut.
Di hari pertamanya kuliah hari ini, dia sudah mendapat beberapa teman, Arabella, dia adalah orang Belanda tulen yang sangat cantik dan lembut. Anke, teman SMA Arabella yang sangat tomboy. Drick, Pria yang sangat flamboyan dan supel kepada semua orang. Dan Shopie si imut yang lumayan pendiam.
Tak terasa jam kuliah pertama hari ini sudah selesai. Meski hanya ada 2 mata kuliah hari ini, namun Icha sudah merasa sangat kelelahan. Mungkin dia masih jet leg dan perubahan suhu antara Indonesia dan Belanda yang lumayan beda jauh membuatnya belum bisa beradaptasi.
***
Icha berjalan menuju perpustakaan untuk membaca buku hari ini. Tiba-tiba dari belakang ada yang menutup matanya. Membuatnya tidak dapat melihat apapun saat ini. Icha sebenarnya sudah tahu siapa yang melakukan ini.
“Hans Oppa...” tebaknya.
“Wahhh gagal mengejutkanmu rupanya” jawabnya kesal karena tidak berhasil mengerjai Icha.
“Disini siapa lagi yang sudah ku kenal selain dirimu?” tanya Icha
“Iya iya.. mau baca di perpus?” tanyanya.
“Ehm...” jawab Icha singkat
“Rajinnya” ledek Hans
“Iya dong...” jawab Icha sambil manyun.
“Gimana kuliah pertama?” tanya Hans
“Ehm... lumayan menyenangkan” jawab Icha sambil tersenyum.
Mereka berdua pun masuk ke perpustakaan bersama. Hans menunjukkan urutan buku diperpustakaan kampus. Icha sangat takjub dengan kedisiplinan mahasiswa disini yang tidak pernah asal mengembalikan buku yang mereka ambil. Berbeda 3600 denan di Indonesia.
Dengan seperti ini pasti mahasiswa tidak akan kesulitan mencari buku yang mereka inginkan karena pasti selalu ada ditempatnya semula. Icha mendapatkan rekomendasi dari Hans untuk meminjam buku-buku penting yang nanti pasti akan dia butuhkan disemester ini.
Icha merasa sangat berterima kasih karena Hans begitu baik kepadanya. Karena selain itu, Hans juga akan meminjamkan catatannya tahun lalu untuk Icha. Hans juga akan mengajari Icha berbahasa Belanda agar segera fasih.
Setelah selesai meminjam buku, Hans berpamitan pada Icha karena hari ini dia ada janji dengan seseorang. Icha menggoda Hans karena dia curiga seiornya itu sudah punya pacar. Hans selalu mengelaknya, namun wajah merahnya tidak bisa disembunyikannya.
“Nanti aku ke partemenmu untuk beajar” kata Hans berjanji.
“Ne... sunbaenim...” jawab Icha.
“Annyeong” pamit Hans sambil berlari meninggalkan Icha”
***
Dhani merasa Tidak enak kepada Sam dan Ruben karena dia selalu bersama dengan Anita seusai kuliah hari ini. Dhani merasa risih Anita selalu membuntutinya kemanapun dia pergi. Padahal hari ini hari pertamanya kuliah tapi kenapa dia harus diganggu dengan Anita.
Dhani sudah sangat kesal dengan sikap Anita yang kekanak-kanakan ini. Dia akhirnya menarik tangan Anita untuk menjauh dan mencari tempat sepi untuk berbicara empat mata dengan tunangannya itu. Meski terlihat kesal Anita tetap santai dengan ekspresi Dhani saat ini yang dia tunjukan padanya.
“Jangan seperti ini, kamu juga punya jadwal kuliah sendiri kan? Jadi kenapa kamu harus ngikutin aku kayak gini sihc?” tanya Dhani
“Aku gak mau ya kamu salah pergaulan disini, salah-salah nanti kamu kepincut sama cewek lain lagi kayak waktu di Indonesia” jawab Anita tanpa menatap Dhani sedikitpun.
“Anita, jangan lukai harga dirimu sendiri hanya karena aku” kata Dhani dengan nada yang lirih.
“Dhani, ingat ya, pernikahan kita gak bisa ditunda lebih lama dari ini” kata Anita dengan tatapan tajam pada Dhani.
“Iya.. iya... oke aku ngerti, tapi beri aku ruang untuk memiliki privasi ku sendiri” jawab Dhani.
“Kalo aku beri kamu ruang privasi, kamu nanti bakalan ngirim kartu pos lagi buat Icha di Belanda! Aku gak suka itu!” jawab Anita dengan nada tinggi saat ini.
“Jangan merendahkan dirimu dengan bersikap seperti ini” kata Dhani sambil meninggalkan Anita ditempatnya.
***
Meski jarak mereka dipisahkan oleh lautan dan samudra yang luas, namun hubungan Icha dan Dhani tidak pernah terputus baik lewat facebook, e-mail, instagram dan kartu pos. Dhani tentu melakukannya tanpa sepengetahuan Anita. Icha tahu dirinya tidak bisa sering-sering mengirim kabar kepada Dhani karena jadwal kuliah mereka berdua yang berbeda dan sangat menyita waktu, terkadang ketika Dhani mengiri kartu post untuk Icha, maka 3 bulan kemudian balasannya baru sampai ditangan Dhani, begitu pula sebaliknya.
***
Selama satu tahun ini sepertinya mereka dapat mulai memahami situasi satu sama lain. Icha sangat giat belajar di Belanda dan begitu pula dengan Dhani. Mereka sangat tekun mengerjakan tugas, tidak pernah absen dan selalu aktif dikelas. Mereka berusaha agar mereka dapat menyelesaikan study mereka tepat pada waktunya.
***
Hari ini Icha bangun sangat pagi. Pukul 6 pagi dia sudah buru-buru bangun, menyiapkan sarapan untuk dirinya usai berolahraga ringan di joging track apartemennya. Hari ini dia berkuliah lumayan pagi yaitu jam 8.30. waktu ketika musim panas memang sedikit lebih cepat memang jika di Eropa.
Usai rotinya matang dari pemanggangan, Icha dikagetkan dengan laptopnya yang berbunyi. Saat Icha menghampirinya, rupanya mas Rezza mengirim video call kepadanya. Sudah lama memang Icha tidak memberi kabar kepada keluarganya.
“Lama nya kamu gak pernah kasih kabar ke mas dan Bunda, ayah nyariin noh...” celoteh mas Rezza.
“Mas lagi kerja ngapain nelpon aku?” tanya Icha sambil makan sarapannya.
“Mas lagi makan siang, kamu belum berangkat kuliah?” tanyanya ganti.
“Belum mas... ini jam berapa? Aku masuk jam 8.30” jawab Icha sambil melihatkan jam yang ada ditangannya.
“Owh iya, jamnya beda” kata mas rezza sambil cengingisan.
“Ada apaan?” tanya Icha meminta kakaknya itu kepada pokok bahasannya.
“Oeh iya, jadi lupa, lu gak bisa pulang apa?” tanya mas Rezza.
“Kagak, tugas numpuk, lagian liburanpun aku pakek buat kerja sama semester pendek” jawab Icha.
“Ya elah... segitunya, lebaran kagak pulang, sama aja lu kayak Dhani, si Zullfa juga ikutan bingung adeknya malah gak pernah kasih kabar kerumah” kata mas Rezza.
“Namanya juga lagi kuliah” kata Icha mengelak.
“Nenek sakit Cha..., nenek minta mas sama Zullfa cepetan nikah, kita berdua ini juga bingung Cha... kita gak pengen ngelukain kalian berdua tapi ngelihat kondisi nenek kayak gitu...” kata-kaa mas Rezza menggantung ditenggah jalan.
“Ya udahlah... terus mau diapain lagi... udah ahhh mas... aku mau berangkat kekampus” Icha ngeles ke kakaknya karena tidak ingin mendengar kata-kata kakaknya lagi.
“Hehh katanya masuk jam 8.30???? Cha... jangan di...” belum sempet mas Rezza selesai bicara Icha sudah menutup video callnya.
***
Mata kuliah siang ini adalah Hukum Acara Pidana. Dalam bahasa belandanya adalah Strafprocesrecht. Icha duduk di antara Drick dan Anke, mereka berdua mengamati Icha yang terlihat sangat serius mencatat saat ini. Namun sepertinya mereka berdua membiarkan sahabatnya itu karena mungkin Icha sedang bersemangat.
Profesor Aarnout menjelaskan sambil mencatat dipapan tulis. Icha sangat menyukai dosennya yang satu ini karena begitu ramah dan juga sangat profesional dalam mengajar.
“Die nog herinneren over het legaliteitsbeginsel in het strafrecht?1” Tanya Profesor Aarnout kepada seluruh mahasiswanya. Icha langsung mengacungkan tangannya ingin menjawab pertanyaan dosennya itu. Tak ama setelah itu, Profesor Aarnout menunjuk kearah Icha pertanda mengizinkan Icha untuk menjawab.
“Het legaliteitsbeginsel is het principe dat een persoon niet kan worden veroordeeld als er geen regels die hen regeren, zodat alle acties moeten worden gedaan als er geen verbod op een dergelijke actie2”
“absoluut correct3”
Icha menang dikenal aktif dikelas, banyak dosen yang memuji Icha. Teman-teman sekelas Icha juga sangat respek kepada Icha karena kemampuan Icha sangat bagus. Dia menguasai bahasa belanda dengan cepat. Selain itu dia dikenal sangat rajin dalam mengerjakan tugas.
Karena hal itulah Icha terkadang sangat direpotkan karena setiap hari selalu saja ada yang ke apartemennya untuk belajar bersama. Meski seperti itu. Dengan adanya teman yang selalu datang keapartemennya, Icha tidak pernah merasa kesepian di apartemennya.
Meski terkadang rindu tanah air sering sekali dia rasakan. Di Belanda dia hampir tidak pernah makan nasi sedikitpun selain diajak dan ditraktir oleh Hans di kedai masakan Asia tempat kak Hanna bekerja.
Makanya sampai sekarang badan Icha itu tambah kecil, namun sekarang bertambah anggun. Penampilan Icha juga sudah banyak berubah semenjak dia berada di Belanda. Cara berdandannya juga semakin dewasa. Icha terkadang bekerja paruh waktu disebuah hotel untuk menjadi pelayan agar tidak terlalu membebani ayahnya.
“Ik zal u een taak geven aan u, kijk voor een rechtszaak, de analyse van de zaak in overeenstemming met alle beginselen van het strafrecht samen met de bezwaarprocedures evenement4”
Setelah Mr. Aarnout memberi tugas, kelaspun berakhir, wahhh tugas Icha minggu ini sepertinya sangat menumpuk. Semakin lama icha semakin kelelahan. Namun Icha selalu diberi multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya oleh Hans.
Hans selalu mendampingi Icha kemanapun dan dimanapun. Mseki terkadang icha mendapat protes dari pacar Hans yaitu Rebecca, namun sebenarnya Rebecca sudah paham bahwa mereka berdua hanya kakak adik saja.
***
“Dhani, are you wanna marry with Anita?” Tanya Ruben pada Dhani.
“Why?” tanya Dhani ganti dengan nada tidak begitu semangat sambil melahap makan siangnya.
“I just think you will die if you with her” jawab Sam.
“I Think that too” jawab Dhani masih tampak lesu.
“You said that you still love your girlfriend who was in the Netherlands, is not it?” Tanya Ruben.
“Exzactly” jawan Dhani sedikit semangat.
“Who is her name? Icha?” tanya Sam.
“Why you still marry with Anita if you not love her again? Come on...” kata Ruben meyakinkan Dhani.
“What i can do? I can’t againts mt family” jawab Dhani kesal.
Sam dan Ruben, sahabat dekat Dhani selama kuliah, sudah mendengar bahwa Anita dan Dhani sedang menyiapkan pernikahan mereka dalam waktu dekat di Australia. Dhani sudah tidak bisa mengelak sekarang, ayahnya terus mendesaknya untuk segera menikah dengan Anita. Sementara Dhani masih memiliki janji dengan Icha kan bertemu lagi tahun depat untuk memastikan perasaan masing-masing.
Icha tidak tahu masalah ini, mas Rezza juga pastinya tidak ingin memberitahu hal ini kepada adiknya itu. Tentu hal ini akan sangat menganggu kuliah Icha nantinya. Keluarga Dhani meminta pernihakan Dhani dan Anita didahulukan karena Dhani adalah anak laki-laki meski pun dia lebih muda dari Zullfa.
***
Shopie memanggil Icha dari kejauhan, Icha sebenarnya mendengar tapi samar-samar, sehingga Icha tidak begitu menghiraukannya dan tetap fokus membaca buku yang sedang dia pegang saat ini. Hingga akhirnya Shopie sudah dekat dengannya, Icha baru menoleh.
“Icha, kunnen we werkgroep in uw appartement?5”
“Ehm” jawab Icha singkat pada Shopie.
***
Setelah mata kuliah ethiek van de advocatuur alias mata kuliah etika profesi hukum, semua mahasiswa berhamburan keluar. Icha bersama dengan Arabella berjalan keluar bersamaan. Mereka memutuskan untuk duduk ditaman depan fakultas. Mereka ingin mengerjakan tugas yang diberikan dosen yang belum mereka selesaikan yaitu Esay mengenai Advocatenkantoor alias hukum perusahaan.
Icha dan Arabella sangat klop kalau untuk urusan belajar. Mereka memiliki dasar pemikiran yang sama, hanya saja arah tujuan mereka tidak sama, hal itulah yang menyebabkan keduanya selalu berselisih paham dan dasar hukum yang mereka gunakan. Namun sebenarnya maksud mereka sama.
Saat keduanya asyik sedang mengerjakan tugas, Anke dengan segala keributannya menganggu mereka berdua dan ikut nimbrung mengikuti mereka mengerjakan tugas. Suasanapun berubah menjadi sedikit ramai karena Anke sudah datang pasti akan tambah ribut. Belum lagi sebentar lagi pasti Drick juga akan menyusul.
Tiba-tiba seseorang memanggil Icha dari kejauhan, saat Icha menoleh ternyata Fleur memanggilnya, dia adalah senior Icha. Satu kelas dan satu jenjang dnegan Hans. Kepribadiannya yang sangat baik dan supel seperti Hans membuatnya nyaman bersama Fleur.
“Icha, u meneer genaamd Aarnout in de faculty room6”
“Je7” jawabku
Aku segera mengambil tasku dan menuju ruang dosen. Sepertinya ada masalah serius hingga Icha dipanggil ke ruang dosen. Icha sudah sangat gugup ketka dia mengetahu bahwa dipanggil oleh Mr. Aarnout.
***
Dhani baru saja keluar dari kelasnya bersama dengan Ruben dan Sam. Tapi nenek lampir sudah menunggu Dhani didepan kelasnya. Dhani merasa sangat kesal kenapa hari-harinya selalu speerti ini. Dhani berbalik arah menuju arah lain menghindari Anita. Ruben dan Sam pun membantu Dhani menghindari Anita.
Dhani menuju taman fakultas, dia segera membuka bukunya dan membaca materi kuliah setelah ini, yaitu Keuangan Perusahaan. Mata kuliah ini tidak terlalu berbeda dengan mata pelajaran akuntansi. Jadi Dhani sedikit berlega karena dulu dia sangat piawai dalam mengitung jurnal akuntansi.
Ketika ditengah-tengah membaca bukunya Ruben dan Sam menganggunya lagi dengan pertanyaan yang mengingatkannya terhadap seseorang. Dhani baru menyadari bahwa sudah lama sekali dia tidak menghubunginya.
“Dhani, i see, you nor send postcard again to your girlfriend in Hollands? Why, you are separate?” tanya Sam.
“Hei hei..., i still love Icha... why i separate with her? Come on...” jawab Dhani kesal karena dituduh seperti itu.
“So...?” tanya Ruben menyaut.
“Wait, she not replay my last postcard right?” tanya Dhani kepada 2 sahabatnya itu.
“I Think like that” jawab Ruben.
“Icha... kamu kemana sihc sayang kenapa gak bales surat ku... “ kata Dhani dalam hati gelisah, karena dia baru sadar bahwa kartu post terakhirnya tidak dibalas oleh Icha.
***
Icha sedang menulis sesuatu dibuku catatannya saat ini, terlihat sangat serius saat ini. Arabella memperhatikan Icha sedari tadi. Dan hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu. Lucu sekali ketika dia speerti itu.
“Icha...” Panggil Shopie pada Icha.
“Ehm” jawab icha singkat.
“Icha....” Panggil Shopie lagi.
“Wait...” jawab Icha dengan bahasa Inggris kali ini. Mungkin saking seriusnya, dia sampai tidak sadar dengan yang dia sebutkan.
“Icha.....” kali ini Anke yang memanggilnya dengan kencang.
“Wat is er mis?8” Tanyanya kini dalam bahasa Belanda.
“Icha kunt u bij de show vanavond prime nacht9” Tanya Shopie, mengajak Icha pergi nanti malam.
“kan niet, ik heb een afspraak met de begeleiding van professor Abjied tot vanavond10” Jawab Icha menolak.
“Niet te druk11” Ledek Drick kepada Icha yang selalu terlihat sibuk.
“Heemmm” jawab Icha singkat sambil tersenyum dan meneruskan menulisnya.
***
Entah dari mana kebiasaan minum Dhani ini dimulai. Malam ini Dhani sangat sters hingga dia minum 2 botol bir disebuah bar di pusat kota Queensland. Saat ini dia sedang banyak pikiran karena sudah lama email, postcard dan instagram serta pesan facebooknya tidak dibalas oleh Icha. Dhani takut Icha sudah melupakannya disana. Dhani takut juka janjinya tidak bisa ditepatinya lagi kali ini.
Dhani takut jika akhirnya dia benar-benar tidak bisa bersatu dengan Icha yang selama ini telah bertahan begitu lama dalam hatinya. Meski mereka dipisahkan oleh samudra dan benua, tapi cinta Dhani tidak berkurang sedikitpun untuk Icha. Dhani malah semakin belajar bersabar karena selama 2 tahun ini dia tidak pernah pulang ke Indonesia bahkan tidak pernah memberi kabar kepada kakaknya maupun keluarganya yang lain.
Semua ini dia lakukan karena Dhani ingin fokus dengan kuliahnya. Agar dia segera bisa wisuda dan kembali ke Indonesia untuk bertemu dengan Icha dan menepati janjinya kepada Icha.
***
Icha sedang bersama profesor favoritnya saat ini yaitu profesor Aarnout. Dia sedang melakukan bimbingan Metedologi penelitian hukum dan bimbingan untuk materi skripsinya. Icha dianggap paling beruntung karena dia bisa dibimbing oleh profesor sekelas profesor Aarnout. Profesor Aarnout banyak memberinya pengalaman dan penjelasan yang sangat Icha butuhkan. Hingga Icha sempat mendapat julukan asisten dosen.
“Icha, nadat deze u wilt S2 verder waar?12” Tanya Mr. Aarnout kepada Icha dengan lembut.
“Ik weet nog steeds niet de professor13” Jawab Icha sambil menundukkan kepalanya.
“Ik stel voor te gaan in het American Law Institute, neem alleen de concentratie van specifieke strafrecht14” Katanya memberi saran kepada Icha.
“Ik zou houden professor leggen15” jawab Icha sedikit tersenyum
“Ik weet dat je zeer getalenteerd, vindt u een groot juridisch expert in Indonesië16” Puji Profesor Aarnout kepada Icha atas kemampuannya.
“Bedankt professor17”
***
Icha sedang kalang kabut mencari buku di barisan Jurnal perpustakaan kampusnya. Dia sangat serius saat ini. Dia sedang dikejar deadline. Dan sampai saat ini dia masih saja kekurangan bahan untuk tulisan ilmiahnya. Icha sudah tidak tahu harus pakai jurnal yang mana, karena Jurnal-jurnal yang ada tidak ada kaitannya dengan topik yang dia bahas.
“Icha kan ik lenen uw boek op het bestuursrecht18” kata seseorang dari belakang Icha. Saat Icha menoleh rupanya Kyra, dia adalah juniornya.
“Natuurlijk, maar het is op dit moment niet zijnde ik bracht, kwam naar mijn appartement vanavond19” Jawab Icha.
Icha melanjutkan lagi mencari bahan materinya. Dia benar-benar sangat stress sekarang ini. Saat dia mengubrak-abrik jurnal-jurnal didepannya itu tiba-tiba dia melihat seseorang yang sepertinya dia kenal.
Wahhh dari postur tubuhnya yang tinggi rambut coklatnya sudah tahu, Icha sudah sangat hapal dnegan seniornya yang satu ini. Dia adalah teman sekelas Hans dan Fleur yaitu Vince.
Tiba-tiba saja sebelum Icha sempat memanggilnya, dia sudah melihat Icha terlebih dahulu dan menyapanya. Ini kesempatan Icha untuk meminta bantuan kepadanya.
“Broer, kan ik lenen een dagboek dat je gisteren schreef20” Tanya Icha pada seniornya itu.
“Waarom heb je het nodig hebt21” tanyanya Berbalik
“Ik tekort aan materiaal om een wetenschappelijk tijdschrift te sc”rijven22" Jawab Icha sambil manyun.
“Wat jurnalmu ook geassocieerd met het tijdschrift? of hetzelfde thema?23” Tanya Vince.
“Het thema is hetzelfde, maar verschillend perspectief24” Jawan Icha.
“Nou, gewoon in mijn appartementof je wilt naar huis samen met mij gaan? kan net zo goed te maken een korte stop om het op te rapen?25” Ajak Vince.
“Ik heb nog steeds het constitutionele hof van de wet school evenement26” Tolak Icha, karena dia masih ada kuliah.
“Ohhh De onderwerpen van belang27” Kata Vince sambil tersenyum.
“Ja, dus ik niet mag missen28” Balas Icha sambil manyun lagi karena kesal.
“Ja het is, als je al afgerond college natuurlijk naar mijn appartement, bye29”
Setelah mendapat pertolongan darurat dari kakak seniornya itu Icha merasa lega dan bisa berkonsentrasi lagi pada kuliahnya di mata kuliah Hukum mahkamah konstitusi yang sangat menyusahkannya itu. Senyum simpulpun terpancar diwajah Icha.
***
Dhani sudah sangat disibukkan dnegan persiapan wisudanya. Dia bersyukur targetnya terpenuhi juga. Dia bisa lulus 3 tahun tepat waktu. Semua keluarganya akan segera tiba di Australia untuk menghadiri acara wisuda Dhani. Begitu pula dengan keluarga besar Anita.
Anita sudah lulus Tahun lalu, dia juga sudah bekerja disalah satu perusahaan konstruksi ringan di Australia. Anita senang karena Dhani kini sudah wisuda dan sebentar lagi mereka pasti akan menikah. Justru itulah yang sangat ditakuti Dhani ketika dia sudah selesai wisuda nanti.
Namun bagaimana lagi, dia tidak bisa terus-menerus menghindar. Icha pun sudah 1 tahun tidak memberi kabar apapun padanya. Dia menjadi lelah dan kini sudah putus asa. Kabar terakhir yang dia dengar sebenarnya Rasyid juga belum kembali ke Indonesia dari Jepang, tapi kenapa Icha tidak menghubunginya sama sekali.
Hal itulah yang menyebabkan Dhani merasa putus asa dan akhirnya memilih untuk pasrah dengan segala keadaannya saat ini. Dia bisa saja menerima Anita, karena memang Anita adalah tipe idealnya sejak dulu. Namun sayangnya hatinya kini sudah bukan untuk Anita.
***
Icha bergegas menuju meja receptionis fakultasnya. Dia ingin menyerahkan berkas-berkas wisudanya. Dia sudah menyelesaikan pendidikannya sekarang. Bahkan dia sudah mendapat pekerjaan dikantor konsulan jenderal Indonesia untuk Belanda di Amsterdam.
Dengan semangat, Icha memegang Skripsinya itu dengan judul “Doodstraf voor Corruptors in Overeenstemming met de Mensenrechten” dalam bahasa Indonesia artinya “Hukuman Mati untuk koruptor sesuai dengan hak asasi manusia”.
Icha menyelesaikan penggarapan skripsinya itu hanya sekitar 3 bulan saja. Bahkan Profesor Aarnout sangat terkejut Icha dapat mengerjakannya dengan baik tanpa halangan.
“Ik wil graag overhandigen de bestanden afstuderen afstuderen30” lapor Icha
“Namens wie?31” tanya sang receptionis
“Ifha Nurisya”
***
Icha sudah bersiap dengan baju toganya pagi ini. Ayah, bunda dan juga Mas Rezza sudah bersiap sejak tadi. Mereka akan menghadiri wisuda Icha hari ini. Betapa bangganya keluarga mereka karena anak perempuan mereka ternyata sudah besar dan sudah lulus kuliah dan akan mendapat gelar sarjana hukum luar negeri yaitu B.L.
Icha mengajak seluruh keluarganya berfoto sebelum mereka berangkat menuju kampus The Hague University hari ini. Dan foto itu akan mereka jadikan kenang-kenangan dirumah. Akhirnya setelah selesai jepret sana-jepret sini mereka berempat pun berangkat.
Icha duduk di bangku para mahasiswa bersama dengan anke, Drick dan Arabella. Terlihat Hans, Rebecca, Fleur dan Vince seniornya juga hadir untuk melihat Icha dan kawan-kawan. Betapa senangnya Icha hari ini. Saking senangnya, Icha tidak dapat mengingat Dhani lagi. Padahal hari ini Dhani juga sedang wisuda.
Saat ini tibalah acara dimulai, pertama acara dimulai dengan sambutan dari rektor The Hague University. Setelah itu pengumuman para sarjana terbaik. Satu persatu sarjana terbaik dari setiap jurusan disebutkan. Dan giliran jurusan S1 hukum.
“De beste afgestudeerden van de Faculteit der Rechtsgeleerdheid van de Haagse Hogeschool is dit jaar Ifha Nurisya32” tepuk tangan meriah menyambut Icha. Icha segera berdiri dan menuju panggung untuk menerima piala dan sertifikat kelulusannya.
Betapa bangganya teman-teman, senior, dan terutama keluarga Icha. Melihat anak perempuannya yang selalu berprestasi hingga sekarang ayah dan bunda Icha menitikan air matanya. Tak terkecuali mas Rezza.
***
Ditempat yang berbeda, Dhani pun juga menerima sebagai lulusan terbaik kedua di jurusannya. Disela-sela kebahagiaan atas kelulusan dan prestasinya terselip harapan dalam hatinya untuk Icha. Dia berharap Icha juga mendapat yang terbaik disana. Meski dia sendiri sangat sakit karena Icha tidak memberinya kabar sama sekali hingga dia wisuda.
Hati Dhani pun goyah antara pulang ke Indonesia atau tidak. Tapi speertinya dia memutuskan untuk tetap tinggal di australia dan mencari pekerjaan disini saja. Lagi pula Anita juga sudah bekerja lumayan lama dan menjadi pegawai tetap, sayang seali juka ditinggal.
Meski di dua negara yang berbeda, namun keduanya sama-sama dalam masa bahagia menikmati kelulusan mereka. Mereka tidak memikirkan apa lagi yang akan mereka hadapi setelah ini.
Chapter IX
“
Dostları ilə paylaş: |