Picture Text
Prasasti yang tertulis dalam bahasa bangsa Saba'.
Dengan Bendungan Ma'rib yang telah mereka bangun dengan teknologi yang sangat maju, kaum Saba' memiliki sistem pengairan berkapasitas besar. Lalu, tanah subur yang mereka peroleh dan penguasaan mereka atas jalur perdagangan memungkinkan mereka memiliki gaya hidup yang luar biasa dan mewah. Namun, mereka kemudian “berpaling” dari Allah, padahal kepada-Nya mereka seharusnya bersyukur atas semua kemurahan itu. Karenanya, bendungan mereka pun runtuh dan “banjir Arim” menghancurkan semua pencapaian mereka.
Saat ini, bendungan kaum Saba' yang terkenal kembali menjadi fasilitas pengairan.
Bendungan Ma'rib yang tampak sebagai reruntuhan di atas adalah salah satu karya terpenting dari kaum Saba'. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Quran dan semua daerah pertaniannya tergenang. Karena wilayahnya hancur dengan runtuhnya bendungan, negara Saba' kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan segera runtuh.
Al Quran menceritakan kepada kita bahwa Ratu Saba' dan kaumnya “menyembah matahari selain menyembah Allah” sebelum ia mengikuti Sulaiman. Informasi dari berbagai prasasti membenarkan kenyataan ini dan menunjukkan bahwa mereka menyembah matahari dan bulan dalam kuil-kuil mereka, salah satunya tampak pada gambar di atas. Dalam pilar-pilar, terdapat prasasti yang tertulis dalam bahasa Saba'.
Bab 8 Nabi Sulaiman dan Ratu Saba'
“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: ”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. An-Naml, 27: 44) !
Catatan sejarah mengenai pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba’ menjadi jelas dengan penelitian yang dilakukan nege-ri tua Saba’ di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan ter-hadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang “ratu” pernah hidup di kawasan ini antara tahun 1000-950 SM dan melakukan perjalanan ke utara (ke Yerusalem).
Rincian tentang apa yang terjadi antara dua penguasa ini, kekuatan ekonomi dan politik negara mereka, pemerintahan mereka dan rincian lainnya, semua diterangkan dalam Surat An-Naml. Kisah ini, yang me-liputi sebagian besar Surat An-Naml, memulai rujukannya tentang Ratu Saba’ dengan berita yang dibawa kepada Sulaiman oleh burung Hud-Hud, salah satu anggota tentaranya:
“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-Hud), lalu ia berkata: ”Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang meme-rintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah per-buatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka ti-dak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di la-ngit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Ársy yang besar.” Berkata Sulaiman: ”Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. An-Naml, 27: 22-27) !
Setelah menerima berita ini dari burung Hud-Hud, Sulaiman pun memberikan perintah sebagai berikut :
“Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (QS. An- Naml, 27: 28) !
Setelah ini, Al Quran menceritakan kejadian yang berkembang sete-lah Ratu Saba' menerima surat tersebut:
“Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya): “Dengan menyebut na-ma Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa ja-nganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu per-soalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).”
Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki keku-atan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperang-an), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”
Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu nege-ri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu.”
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman pun berkata: “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Kembalilah kepada mereka, dan sungguh kami akan mendatangi me-reka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan ter-hina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara ka-mu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku seba-gai orang-orang yang berserah diri”. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singga-sana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat duduk-mu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: ”Aku akan membawa singgasana itu kepa-damu sebelum matamu berke-dip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut ter-letak di hadapannya, ia pun ber-kata: “Ini termasuk karunia Tu-hanku untuk mencoba aku apa-kah aku bersyukur atau meng-ingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyu-kur, sesungguhnya dia bersyu-kur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tu-hanku Mahakaya lagi Maha-mulia.”
Dia berkata: “Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali-(nya)”.
Dan ketika Balqis datang, di-tanyakanlah kepadanya: “Seru-pa inikah singgasana-mu?” Dia menjawab: “Seakan-akan sing-gasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebe-lumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya ia dahulu-nya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua be-tisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: “Ya, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersa-ma Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. An-Naml, 27: 29-44) !
Istana Sulaiman
Dalam surat dan ayat yang merujuk tentang ratu Saba’, Nabi Sulaiman juga disebutkan. Tatkala diceritakan dalam Al Quran bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta istana yang mengagumkan, banyak perincian lain juga diberikan.
Berdasarkan ini, Sulaiman memiliki teknologi yang paling maju di masanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni yang menakjubkan dan benda-benda berharga, yang memesona semua yang melihatnya. Jalan masuk istana terbuat dari kaca. Al Quran menggambarkan istana ini dan pengaruhnya terhadap ratu Saba’ dalam ayat berikut :
“Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tat-kala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Se-sungguhnya ia adalah istana licin terbu-at dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbu-at zalim terhadap diriku dan aku berse-rah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. An-Naml, 27: 44) !
Istana Nabi Sulaiman disebut “Haikal Sulaiman” dalam literatur Ya-hudi. Saat ini, hanya “Tembok Barat” dari apa yang disebut haikal atau istana yang masih berdiri, dan ini pula tempat yang dinamakan “Tembok Ratapan” oleh orang Yahudi. Penyebab istana ini dihancurkan, sebagai-mana juga banyak tempat lain di Jerusalem, adalah perilaku jahat serta sombong dari bangsa Yahudi. Al Quran menjelaskan kepada kita sebagai berikut :
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Se-sungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesom-bongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (keja-hatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepada-mu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mere-ka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendi-ri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mu-ka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasa-kan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al Israa’, 17: 4-7) !
Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut mene-rima hukuman karena keingkaran dan ketakbersyukuran mereka atas karunia Allah, sehingga mereka pun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan tempat tinggal di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan karena perilaku mereka yang di luar batas, dan karena tindakan mereka yang merusak dan membang-kang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama dengan daerah di masa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan ”berbesar hati dengan kesombongan yang luar biasa” sebagaimana mereka lakukan sebelum peringatan yang pertama.
Dostları ilə paylaş: |