KOREAN FANFICTION – ALL STARS
One Shot 2
Disusun oleh
Lina Herlinawati
E-mail : Lina_herlinawati42@yahoo.com
Twitter : @Lina42_hwelf (Lina Hw Sparkyu)
Facebook : http://www.facebook.com/lina.sparkyu (Lina Herlinawati II)
Blog : www.linaherlinawati42.wordpress.com
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan hidayahNya buku yang berjudul “Korean Fanfiction – All Stars – One Shot 2” dapat diselesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., dan semoga kita dapat syafa’atnya di yaumul qiyamah. Aamiin.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang saya sayangi karena meraka telah memberi semangat dan dukungan selalu. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak penulis asli yang ada di media sosial seperti fecebook, blog, wordpress, dll., yang telah memperbolehkan untuk saya salin tulisan-tulisan mereka ini.
Buku ini disusun hanya untuk dijadikan sebuah hiburan saja. Bagi yang gemar membaca dan menulis semoga dapat menjadi inspirasi.
Saya sangat menyadari bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan sarannya yang membangun sangat saya harapkan agar dapat berbuat lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Dengan penyusunan buku ini semoga bermanfaat bagi saya selaku penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.
Indramayu, Juni 2013
Penyusun,
Lina Herlinawati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A NOTE TO GOD 1
Always Be Mine 4
Babo Couple 13
Because of you 18
BIGBANG x BEAST 25
Surprise, Hyung… ! 41
Calling Out 53
[Freelance] KYU,CHOOSE ONE ! 66
Cheongmal Mianhae 70
[Drabble] The Secret 79
[EXO in Love] ChanYeol — She’s My Right Hand 82
[EXO in Love] Baekhyun – What is Love 101
[EXO in Love] Kai — Sapphire Blue 120
[EXO in Love] Suho – Save You 132
[EXO in Love] Tao — My Sweet Destiny 145
[EXO in Love] D.O — If Me 155
[EXO in Love] Luhan — Cinderella Man 166
[EXO in Love] Xiumin — Be the Man 177
Super Junior Nonton Bola 192
Super Junior Nonton Bola 2 196
YeWook Couple or KyuWook Couple ??? 201
~TTEONAJIMA~ [don't leave] *cho kyuhyun murderer* 207
[Heebum Story] I Need New Owner!>.< 225
GHOST MANIA 230
GIMME A BABY 242
FINAL DESTINATION (sequel of COACH NANA) 245
EVIL MAGNAE 256
Kidnap Super Junior! 260
Because I’m Fool 270
With My Love.. ( Secret ) 279
Remember me! 284
I can’t remember you! 298
I love my brother 312
I Love You 319
Seize Sungmin ^^ 322
Roommate 325
[Guess The Author] Forever 335
[Guess The Author] Disastrous Of Online 337
[Guess The Author] Dance In Love 342
[Guess The Author] Revenge 351
HAN DONGSAENG, SARANGHAE!!! 354
Hanna’s Phobia 360
Find The Soul 368
Haru Haru [Songfic] 376
I Love You, Sexy Man 383
ICE PRINCE 389
MR. COLD 393
Mianhae, I’ll kiss you 399
Killer Story 406
KISS KISS KISS – Kyaaaaaaa!!! 414
Rude is Sign My Love To You 431
It Happens! My Fiction! 437
.: KyuRa Moment :. My Naughty Evil 448
Mask 459
Because I’m A Girl 463
Professor Minho 474
“QUEEN OF DANG…DUT” 478
~RainBow~ 482
Sorry Chanyeol 487
The Lost Memory 499
U-Kiss & Telor Rebus 509
My Doppelgenger 515
DAFTAR PUSTAKA
A NOTE TO GOD
Author : Dubuesty
Cast : Song Jesang, Choi Min Ho, Kim Ki Bum aka Key.
* * *
(Jesang’s POV)
annyeong…
Tuhan…,
apa kau bisa membaca tulisanku yang berantakan ini..?
Bisakah Kau menyempatkan waktu untuk membaca sedikit ceritaku, Tuhan..?
Maaf bila aku lancang padaMu…,
maaf bila aku tak pernah hormat padaMu..
Tapi bisakah Engkau mengabulkan permohonanku ini..?
Tuhan..,
Engkau pasti selalu mendengarkanku berdoa untukMu..
Aku yakin, Engkau pasti juga bosan mendengarku meminta hal-hal yang aneh padaMu..
Tapi walaupun begitu, Engkau selalu mendengarkanku bukan..?
Tuhan…,
bagaimana kabarnya ‘dia’ di sana..?
Apa ‘dia’ baik-baik saja..?
Apa ‘dia’ masih sering bertingkah aneh, Tuhan..?
Apa ‘ia’ masih berada di sisiku..?
Menjagaku, melindungiku seperti yang ‘ia’ janjikan padaku..?
Karena jujur, aku tak bisa melihatnya, aku tak bisa lagi mendengar suaranya, bahkan menyentuhnya lagi..
Tuhan..
bisakah Engkau mengirimkannya kembali padaku..?
bisakah Engkau membuatnya mengingatku walau cuma sedetik..?
Bisakah itu Tuhan…?
Tuhan..,
aku tahu, ‘dia’ selalu berada di sisimu.
Tapi mengapa Tuhan, Kau tak membiarkannya kembali ke hadapanku…?
bahkan hanya untuk mendengar kabarku..
Mengapa Engkau memonopolinya..?
Aku tahu, Engkau mengetahui perasaanku..
Aku tahu itu..
Tapi mengapa Engkau tak membiarkannya menemuiku lagi..?
Ia mimpiku..
Harapanku..
Seluruh hidupku..
Ia cahayaku..
Ia yang membuatku menyadari semuanya..
Ia yang membuatku banyak belajar..
Dan ia yang benar-benar ku cintai..
Tuhan..,
Kini, bolehkah aku merubah takdir yang telah kau buat untuknya dan diriku..?
Bolehkah itu Tuhan..?
Aku ingin…,
di kehidupanku dan ‘dia’ selanjutnya, kami bisa bersama-sama..
Tanpa ada batasan seperti sekarang..
Tak akan ada lagi ‘ia’ yang notabennya adalah malaikat penuntunku, dan aku yang hanya manusia yg di jaga.
Bolehkah itu Tuhan..?
Tuhan..,
biarkanlah surat ini sampai padaMu..
Agar Engkau bisa membaca perasaanku yang sebenarnya..
Agar Engkau membiarkannya bertemu denganku lagi..
Maafkan aku yang lancang padaMu..
Maafkan aku…
Tuhan..,
aku mencintaiMu..
Tapi, maafkanlah aku.., karena ternyata aku memang mencintainya..
Mencintai malaikatku..
Karena ia telah membawa separuh jiwaku pergi bersamanya..
Jadi, biarkan rasa ini terus tertanam dalam hatiku.. ^^
“dokter.. Kau sedang apa di sini..?” aku membalikkan badanku dan menemukan pasienku, Choi Min Ho sedang berdiri di belangku.
“haha.. Anio. Hanya ingin menerbangkan balon ini..” jelasku sambil menunjukkan balon berwarna biru langit padanya.
“dokter seperti adikku saja, suka menerbangkan balon..” ledeknya. “itu apa..?” ia menunjuk kertas yang ku gantung di tali balon.
“mmm, surat..” jawabku singkat.
“untuk siapa..?”
“untuk Tuhan..” jawabku tanpa membohonginya. Biarkan saja ia menilaiku seperti anak kecil, yang penting aku bisa membuat surat ini dan semoga surat ini benar-benar sampai di tanganNya..
“he..? Dokter benar-benar …” ia menggantung pernyataannya.
“aku ingin meminta sesuatu yang penting padaNya.. Jadi, lebih baik, aku langsung memberikan surat seperti ini bukan..?” jelasku.
“memangnya dokter meminta apa..?” tanyanya penasaran.
“agar aku dikirimi seorang malaikat..” jelasku sambil memandang langit di atasku.
“jagiya.. Oops.. Dokter maksudku..” ia langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya sedangkan aku menyenggol tulang rusuknya, “jangan panggil aku jagiya. Di sini, kau pasienku, dan aku doktermu. Ara..?”
“ne..” jawabnya mengerti.. “ayo kita terbangkan kalau begitu..” perintahnya. Ia membantuku memegang tali balonku dan mengarahkannya ke langit luas.
“apa bisa sampai..?” tanyaku sedikit pesimis.
“pasti. Kalau kau percaya..” ia mengacak pelan rambutku.
“hana, dul, seht..” kami bersama-sama melepaskan pegangan balon itu dari tangan kami dan terus memandang balon itu yang sekarang terus terbang ke langit atas.
“Key, kau melihatku bukan..? Bawalah balon itu bersamamu. Jangan biarkan balon itu pecah sebelum sampai di tanganNya.. Aku mohon..” ucapku dalam hati sambil terus memperhatikan balon biru itu di langit.
* * *
(Key’s POV)
“ne.. Aku selalu melihatmu. Tenang saja, aku akan membawa balon itu padaNya..” jawabku.
“Jesang, Tuhan sudah mengirimkanmu malaikat.. Ia yang akan selalu berada di sisimu.. Ia yang akan selalu menjagamu, menyentuhmu, menghela air matamu kala terjatuh.. Dan itu bukan aku..” aku memandang Jesang dan Min Ho yang sedang menatap langit di atas mereka. “aku tak akan pernah bisa melakukan semua seperti yang ia akan lakukan padamu. Walaupun aku juga merasakan hal yang sama denganmu, tapi aku yakin, perasaanmu akan semakin memudar dengan kehadiran lelaki itu.. Tapi tenang saja, aku akan terus menjagamu dari mimpi burukmu. Karena hanya itu yang bisa ku lakukan. Hanya itu satu-satunya hal yang bisa ku lakukan untukmu…” aku memandang Jesang untuk terakhir kalinya dan kemudian pergi menghilang ke tempat seharusnya aku berada..
THE END…
Always Be Mine
Butiran salju yang sedari tadi menimpa ubun-ubunku membuatku menggigil hebat. Tubuhku terasa kaku tak terkendali, membutuhkan kehangatan walaupun hanya sehelah kain. Kepalaku semakin berat, pandanganku semakin berbayang, dan kaki ini sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhku. Aku ambruk di tengah badai salju sekarang. Aku tidak mengingat apapun, gelap—semuanya gelap, aku tidak dapat melihat apa-apa.
****
Badai salju, jalanan ini sepi. Tidak ada orang maupun kendaraan yang melintas sekalipun. Aku berjalan sambil memeluk tubuhku, mencari tempat untuk berteduh. Sial—tidak menemukannya, semua toko dan yang lainnya ditutup. Lalu apa yang harus aku lakukan?
Semakin jauh aku berjalan, aku berharap cepat sampai di rumah. Aku sudah tidak kuat lagi menghirup dinginginnya salju. Kepulan asap putih sudah keluar sedari tadi.
Kulihat sesosok orang tersungkur di tanah dengan tubuh tertekuk.
“OMO~ apa orang itu pingsan?” Kuhampiri sosok itu, benar ternyata ia pingsan. Wajahnya pucat, tubuhnya kaku dan menegang. Butiran-butiran salju telah menutupi rambut dan wajahnya. Miris sekali aku melihatnya.
“Ya Tuhan, bagaimana ini?” Aku mengangkat kepalanya dan kusingkirkan salju-salju yang melekat di rambut serta wajahnya. Tubuhnya dingin sekali, aku harus membawanya untuk berteduh. Kucoba untuk menopang tubuhnya yang berat.
Kau memang baik Tuhan, ternyata dihadapanku ada sebuah Motel yang masih buka. Kalau rumahku dekat, aku pasti akan membawanya ke rumah. Tapi rumahku terlalu jauh.
“Permisi, apa masih ada kamar kosong?” Tanyaku penuh harap pada penerima tamu sambil membenarkan posisi berdiri laki-laki asing yang sedang kutopang ini.
“Masih ada nona. Kebetulan tinggal 1 lagi.”
“Syukurlah.. aku pesan. Kamsahamnida.”
Setelah berkompromi soal harga per malamnya, akhirnya aku mendapatkan harga yang lumayan murah. Dan sekarang, aku harus segera membawanya ke kamar, pelayan menunjukkan kamarnya. Akhirnya sampai juga, aku langsung membaringkan lelaki itu ke kasur. Sebelum pelayan itu pergi, aku meminta air hangat untuk mengompres lelaki ini, suhu tubuhnya semakin tinggi dan menggigil.
Sekitar 15 menit pelayan itu datang membawa air hangat yang tadi ku pesan. Aku langsung membuka kaos lelaki itu yang sudah lepek terkena salju. Membuka jaketku, dan kemudian memakaikannya pada lelaki itu—membelit tubuhnya dengan selimut tebal. Setelah itu, aku mengompresnya dengan air hangat.
Ku elus wajahnya yang terlihat lelah. Tampan sekali dengan rambut blondenya. Beberapa detik aku menatapnya tanpa mengerjap, jantungku terasa berdetak tak karuan. Perasaan apa ini?
“Ji Young-ah, aku mohon, jangan tinggalkan aku.. jangan tinggalkan aku.. tetaplah bersamaku..” Lelaki itu mengigau dengan menyebut nama seorang wanita yang pastinya tidak ku kenal.
Sepertinya orang ini sedang patah hati, kasihan sekali.
“Ji Young-ah, jebal. Jangan tinggalkan aku.. jebal..” Lelaki itu terus saja mengigau, tubuhnya semakin panas. Apa yang harus aku perbuat? Otte?
“Ji Young-ah.. Ji Young-ah..” Keringat memenuhi dahinya. Aku mencoba menyadarkannya—menepuk-nepuk pipinya.
“Hei, bangun.. sadarlah..”
Usahaku berhasil, lelaki itu terbangun dan terduduk di kasur. Dengan wajah heran ia menatapku. Aku tersenyum lega.
“Syukurlah kau sadar.”
“Nugu-ya?”
“Aku.. aku tadi menemukanmu jatuh tersungkur di atas tanah selagi badai salju. Sekarang kau sudah baikan?” Aku memegangi dahinya, masih panas.
“Sudah. Terima kasih. Aku harus pulang sekarang.” Lelaki itu langsung membuka selimut yang membelitnya dan turun dari tempat tidur. Tapi ia kaget saat menemukan pakaian yang melekat dibadannya bukan miliknya, melainkan punyaku.
“Jangan pulang dulu, di luar masih badai salju.”
“Baju siapa ini? Kau apakan bajuku?”
***
Aku kaget saat aku terbangun ada seorang wanita sedang terduduk di samping tempat tidur yang kutiduri. Ia tersenyum ke arahku, tapi aku membalasnya dengan wajah sedikit panik dan heran. Bagaimana tidak, tadi perasaan aku masih berjalan untuk pulang ke rumah. Dan sekarang aku berada di sini—dikamar ini. Tapi jelas wanita itu, tadi aku pingsan. Ah benar, aku baru ingat. Tadi aku jatuh tersungkur ke tanah. Setelah itu aku tidak mengingat apapun. Dan ia yang menolongku. Baik sekali wanita itu. Lalu, baju yang kukenakan bukan milikku, tapi baju siapa ini? Dan kemana bajuku?
“Baju siapa ini? Kau apakan bajuku?”
“Tadi bajumu basah, maka dari itu aku menggantinya dengan jaketku. Tubuhmu sudah menggigil hebat, karena tidak tega, aku jadi memberikannya untukmu. Untung saja cukup.”
“Ah, begitu. Gomawoyo..” Aku tersenyum malu ke arahnya. Ia membalas terseyum. Manis.
“Ne, cheonmaneyo. Ah iya, tadi kau mengigau memanggil nama Ji Young. Boleh aku bertanya, apa dia pacarmu?” Tanyanya.
“Benarkah aku mengigau? Aah.. mantan tepatnya. Sudah 5 bulan ini kami memutuskan hubungan kami. Karena ia akan melanjutkan kuliahnya di Jepang.” Ia mengangguk dan mendengarkan secara seksama.
“Iya. Pasti kau tidak mengharapkan itu terjadi ya? Bersabarlah, kalau ia jodohmu pasti akan kembali ke pelukanmu. Oia, sebaiknya kau pulang setelah badai saljunya berhenti.”
“Hemm.. terima kasih. Aku juga berharap begitu. Aku tidak dapat hidup tanpanya. Tapi aku harus segera pulang. Karena pasti badai saljunya akan berhenti pagi nanti.” Jelasku.
“Tapi badanmu masih panas, sebaiknya istirahatlah dulu.” Jawabnya santai. Perhatian sekali.
“Bagaimana ya? Baiklah, semoga saja malam ini badai saljunya berhenti.”
“Ya, semoga saja. Karena aku juga harus segera pulang. Takut orang tuamu khawatir, teleponlah beliau.” Wanita itu menyodorkan ponselnya padaku. Aku berpikir sejenak.
“Terima kasih telah banyak membantu.”
“Sama-sama.”
Sekitar satu menit aku menelepon umma. Aku jadi tidak enak telah merepotkan wanita ini. “Gomawoyo..” Kuberikan ponselnya kembali.
“Cheonmanae.”
Sekitar pukul 11 malam, badai saljunya belum saja berhenti. Ah, merepotkan saja. Wanita itu tertidur pulas di sofa putih dekat jendela. Kepalanya bersandar ke sofa.
“Maaf telah banyak merepotkanmu.” Ucapku pelan—menatapnya beberapa detik. “Setelah dipehatikan. Kau mirip dengan Ji Young, matamu, hidungmu, bibirmu. Semuanya.”
Aku menelusuri wajahnya. Dari rambut, mata, hidung, dan bibirnya. Mengapa mirip sekali dengan Ji Young? Aku terus meraba pelan wajahnya, aku merindukan sosoknya. Aku merindukanmu Ji Young, aku sangat merindukanmu.
Tatapanku semakin lekat, aku ingin sekali mengecupnya. Dan, cup.. aku mengecup bibirnya lembut. Aku Terkaget. Wanita itu langsung membuka matanya. Aku baru sadar, ternyata ia bukan Ji Youngku. Dia orang lain.
“PLAK..” Ia menamparku.
Kurasakan perihnya wajahku, mungkin aku pantas mendapatkan ini. Aku rasa pipiku kini memerah bekas tamparannya.
“Sedang apa kau?”
***
Aku merasakan ada yang meraba wajahku, mengecup bibirku. Tapi siapa? Aku langsung membuka mataku. Dan yang aku lihat adalah sosok lelaki itu, wajahnya tersenyum—dekat sekali denganku. Apa ia yang melakukannya?
“PLAK..” Aku menamparnya. Ia memegangi wajahnya. “Apa yang kau lakukan?” Aku beranjak menjauhinya.
“Mianhae.. aku tidak bermaksud.”
“Beraninya kau menyentuhku sembarangan. Kau pikir aku ini wanita murahan?!! Kau salah.” Tegasku.
“Mianhae, aku benar-benar tak bermaksud. Kau mengingatkanku pada Ji Young.”
“Tak usah alasan. Bukannya berterima kasih padaku telah menolongmu, kau malah melakukanku seperti ini!”
“Mianhae.”
“Sudahlah. Aku pulang sekarang. Aku harap Tuhan tidak mempertemukan kita lagi!!”
Emosiku memuncak. Enak sekali dia berani-beraninya menyentuku. Dia pikir dia siapa? Baru saja kenal, sudah berani macam-macam. Aku harus segera pergi dari sini, sebelum terjadi apa-apa yang tidak kuinginkan.
***
Ting tong.. Ting tong.. Bel rumahku berbunyi. Tanda ada tamu.
“Sebentar, aku akan segera datang. Tidak sabaran. Siapa orang bertamu sore-sore begini?” Aku berlari menuju ruang utama.
KREEK.. Kubuka pintunya. Orang itu lagi. Bagaimana dia tau rumahku? Bahkan aku belum pernah memberitahu namaku, apalagi alamatku.
“Maaf sore-sore mengganggumu.” Ucapnya lembut, aku tidak peduli. Aku menggebrak pintu rumahku. Tidak akan menyuruhnya masuk, aku takut kalau terjadi apa-apa. Aku sendirian di rumah pula.
“Maaf. Aku hanya ingin mengembalikan jaketmu waktu itu, dan juga dompetmu tertinggal. Maka dari itu aku mengetahui alamatmu. Aku benar-benar minta maaf.”
Aku membuka pintunya. Terlihat lelaki menyeramkan tapi tampan itu berdiri sambil menyangkutkan jaketku di lengannya. Dan dompetku juga ada bersamanya.
“Pantas saja aku mencarinya tidak ada. Ternyata tertinggal.”
“Igeu. Mianhae untuk yang kemarin malam. Jeongmal mianhaeyo. Aku khilaf.”
“Baik, aku maafkan kau.” Kataku masih sedikit ketus.
“Hem.. bagaimana untuk menebus kesalahanku aku ajak kau ke taman bermain?”
“Taman bermain? Dimana?”
“Amusement Park. Otte?”
“Bukankah itu jauh sekali? Tapi okelah, tunggu sebentar aku akan mengganti bajuku dulu. Tidak enak kalo berpakaian seperti ini.” Ya, karena aku hanya memakai celana pendek dan kaos hitam belel. 5 menit aku selesai.
“Sudah selesai? Kkaja!!”
“Tapi kau harus hati-hati membawa mobilnya. Karena daerah menuju ke Amusement Park sangat rawan kecelakaan. Banyak sekali truk-truk besar dan jurang.” Nasihatnya. Aku mengangguk mengerti.
Di mobil kami diam. Lumayan lama. Sampai lelaki itu bertanya padaku.
“Hem.. boleh aku tahu namamu?”
“Min Young, Park Min Young. Kau?”
“Choi Jong Hoon.” Katanya.
***
Park Min Young, namanya mengingatkanku lagi pada Ji Young. Oh Tuhan, mengapa aku selalu mengingatnya? Aku tidak bisa melupakannya. Tidak bisa.
“AWAAAASS!!!” Teriakan Min Young membuyarkan lamunanku. Di depan ada sebuah truk besar, melaju berbeda arah. Aku terkejut—membantingkan setir mobil ke arah pembatas jalan.
“AARGH…”
Mobil kami jatuh ke dasar jurang.
***
Mobil yang ditumpangi Jong Hoon dan Min Young menabrak sebuah pembatas jalan setelah berpapasan dengan sebuah truk besar. Jong Hoon yang sedang melamun terkaget dan langsung membanting setir—mereka jatuh ke dasar jurang.
Mobil yang mereka tumpangi berguling ke sebuah hutan belantara. Mobilnya sudah hancur berantakan, tapi untungnya tidak meledak. Jong Hoon membuka matanya, mencoba keluar dari mobil dengan susahnya. Kakinya terjepit badan mobil. Sedangkan Min Young tidak sadarkan diri. Darah segar keluar dari dahi dan hidungnya. Hampir semuanya berdarah.
Darah segar juga mengalir dari pelipis Jong Hoon, tapi ia tidak peduli, ia betekad untuk menyelamatkan Min Young. Wanita yang baru 2 hari ia kenal. Ia mencoba menarik tubuh Min Young yang terjepit badan mobil, dan mengeluarkannya. Berhasil.
“Min Young-ah, sadarlah. Jebal..” Lirih Jong Hoon sambil mengangkat kepala Min Young dan menepuk pipinya perlahan. Ia sudah panik, di baringkannya Min Young di atas tanah. Mencari denyut nadinya, memompa jantungnya, sampai memberi napas buatan untuk membantu Min Young untuk bangun.
“Detak jantungnya masih ada. Min Young-ah, ayo bangunlah. Jebal..”
Jong Hoon semakin panik, ia membuka flip handphonya. Tidak ada sinyal. Dan akhirnya ia mencoba untuk berteriak.
“TOLOOONG.. TOLOOONG..” Tetap tidak ada panggilan. “Aku harus bagaimana ini? Tuhan, bantulah aku.”
Akhirnya Jong Hoon mencoba menaikkan Min Young ke bahunya, berhasil juga. Segera dibawanya wanita itu mencari rumah penduduk. Sekitar 30 menit Jong Hoon menemukannya.
***
Sekitar 30 menit aku mencari rumah penduduk untuk menyelamatkan nyawa Min Young, akhirnya aku menemukannya. Aku bisa sedikit bernapas lega.
“Chogiyo, chogiyo..”
“Ya Tuhan, kalian kenapa?” Seorang wanita tua datang menghampiri kami dengan wajah terkejut. Mungkin melihat darah bercampur keringat di wajahku. “Suamiku, ayo kemari. Tolong anak muda ini.” Teriaknya. Setelah itu muncullah seorang lelaki paruh baya menghampiri kami.
“Ayo masuk-masuk. Ya Tuhan, bagaimana bisa seperti ini?” Tanyanya setelah aku membaringkan Min Young di kasur lipat yang telah disiapkan.
“Mobil kami berpapasan dengan truk besar, dan aku membanting setir ke pembatas jalan. Dan ternyata pembatas jalan itu hancur dan kami jatuh ke jurang. Dan akhirnya aku bisa menemukan rumah ini.” Jelasku. Halmeoni datang membawa peralatan P3K dan baju serta wadah berisikan air.
“Anak muda, bersihkan dulu lukamu. Setelah itu gantilah bajumu dengan ini.” Ujar beliau memberikan pakaian kepadaku, dan membantuku mengobati lukaku.
“Kamsahamnida Halmeoni.. aku bisa sendiri, apa bisa kau menyelamatkan temanku. Aku rasa ia cukup parah.” Ujarku.
“Aku sudah memanggil tabib ke sini. Sebentar lagi sampai.” Beliau tersenyum menenangkanku. “Nah, sudah tiba.”
“Segeralah selamatkan teman saya. Saya mohon dengan sangat.” Ujarku penuh harap pada tabib itu.
“Saya akan berusaha. Kalian berdoalah.”
Sekitar 15 menit sudah tabib itu memeriksa Min Young, jantungku berdegup kencang di luar sambil menunggu Min Young diperiksa. Semoga tidak terjadi apa-apa. 20 menit kemudian akhirnya selesai.
“Bagimana keadaannya? Apa perlu dibawa ke rumah sakit?” Tanyaku.
“Tidak perlu, kakinya hanya terkilir dan memar dibagian lengannya saja. Aku sudah memberikan obat padanya. Dan ini, berikan obat ini secara rutin pada kakinya.” Ujar abib itu memberikanku sebuah botol kecil. “Dan ini, berikan setelah ia sadar. Minumkanlah 2x sehari. Semoga kekasihmu cepat sembuh. Jaga dia baik-baik.” Lanjutnya. Kekasih? Min Young bukan kekasihku. Bahkan kami baru 2 hari bertemu.
“Kamsahamnida.. emm,, bagaimana aku membayarnya? Aku tidak ada uang sedikitpun. Dompetku tertinggal di mobil. Aku hanya ada ini.” Aku melepaskan jam tangan yang kukenakan.
“Tidak perlu. Aku ikhlas menolong kalian. Dan ini, oleskan pada pelipismu yang luka ini. Saya permisi.”
“Kamsahamnida, jeongmal kamsahamnida.” Aku membungkuk berkali-kali.
Dostları ilə paylaş: |