Menurut Faisal (1981) ada beberapa istilah yang menunjuk kepada penrgetian PLS
Life Long Education (Pend Sepanjang Hayat), dimaksdukan bahwa proses pendidikan itu berlangsung sepanjang hidup manusia.
Recurrent Education (Pendidkan Perbaikan).
Pendidikan mengarah kepada perbaikan kehidupan individu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Setiap individu harus mempunyai pandangan ke depan dalam rangka perbaikan dirinya, kearah yang lebih baik dan bermakna
Permanent Education (Pendidikan Abadi)
Pendidikan yang bertujuan untuk memajukan prikehidupan masayrakat dari berbagai aspek kehidupan diantaranya kemajuan di bidang ekonomi, siosial dan lain-lain.
Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik diperlukan pendidikan yang minimum yaitu: (a) sikap positif terhadap kerjasama dan membangun anggota keluarga atau saudara-saudaranya, (b) melek huruf dan mampu berhitung secara fungsional (c) pandangan ilmiah dan pengetahuan dasar tentang proses alam di wilayah tertentu, (d) pengetahuan fungsional dan ketrampilan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengatur rumah tangga,(e) pengatahuan dan ketrampilan untuk mendapatkan penghasilan, dan (f) pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi sebagai warga negara memiliki pengetahuan tentang sejarah nasional, ideologi dan sebagainya.
Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik diperlukan pendidikan yang minimum yaitu: (a) sikap positif terhadap kerjasama dan membangun anggota keluarga atau saudara-saudaranya, (b) melek huruf dan mampu berhitung secara fungsional (c) pandangan ilmiah dan pengetahuan dasar tentang proses alam di wilayah tertentu, (d) pengetahuan fungsional dan ketrampilan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengatur rumah tangga,(e) pengatahuan dan ketrampilan untuk mendapatkan penghasilan, dan (f) pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi sebagai warga negara memiliki pengetahuan tentang sejarah nasional, ideologi dan sebagainya.
4. Non Formal Education (Pendidikan Non Formal), adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah dan direncanakan, tetapi lebih flaksibel dalam pelaksanaannya, diantara cirinya adalah jangka pendek, merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk dipenuhi, persyaratan warga lebih flaksibel, pengelolaannya lebih fleksibel, pada umumnya tidak berjenjang, pemberian ijazah tidak menjadi persyarakatan pokok.
4. Non Formal Education (Pendidikan Non Formal), adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah dan direncanakan, tetapi lebih flaksibel dalam pelaksanaannya, diantara cirinya adalah jangka pendek, merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk dipenuhi, persyaratan warga lebih flaksibel, pengelolaannya lebih fleksibel, pada umumnya tidak berjenjang, pemberian ijazah tidak menjadi persyarakatan pokok.
5. Informal Education(Pendidikan Informal), adalah pendidikan sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis waktu belajar sepanjang hayat dan lebih merupakan pengalaman individual mandiri. Misalnya pendidkan dida
dalam keluarga.
dalam keluarga.
6. Community Education (Pendidikan Masyarakat), menunjuk pada suatu gerakan pendidikan yang ditujukan bagi persekutuan hidup, sehingga berkemampuan berkebiasaan hidup tertentu yang relevan dengan keperluan hidupdan persekutuan-persekutuan hidup.
7. Extension Education Pendidikan Perluasan), menunjuk pada gerakan pendidikan, bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi, bisa juga lembaga pendidikan klejuruan dan bekerjasama dengan instansi pemerintah yang relevan. Bisa juga dikatakan sebagai pengabdian masyarakat dari lembaga pendidikan tinggi.
8. Sosial Education (Pendidikan Sosial), menunjuk kepada gerakan pendidikan untuk memajukan kehidupan masyarakat secara lebih luas. Berbagai aspek kehidupan masyarakat perlu dibantu, dibimbing, diarahkan sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri dan akhirnya mandiri dari segala kehidupan.
8. Sosial Education (Pendidikan Sosial), menunjuk kepada gerakan pendidikan untuk memajukan kehidupan masyarakat secara lebih luas. Berbagai aspek kehidupan masyarakat perlu dibantu, dibimbing, diarahkan sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri dan akhirnya mandiri dari segala kehidupan.
9. Adult Education (Pendidikan Orang Dewasa), menunjuk pada aktifitas-aktifitas pendidikan bagi orang dewasa yang berlangsung di luar sekolah. Orang dewasa disini termasuk remaja, dan orang dewsa. Programnya misalnya, pendidikan bekal bekerja, pendidikan kader, dan pendidikan yang bersifat rekreatif & apresiatif.
9. Continuing Education (Pendidikan berkelanjutan), menunjuk pada gerakan pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dilaksanakan secara terus-menerus, tanpa mengenal usia, tempat dan waktu belajar. Pendidikan dimulai sejak lagir sampai meningggal dunia.
9. Continuing Education (Pendidikan berkelanjutan), menunjuk pada gerakan pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dilaksanakan secara terus-menerus, tanpa mengenal usia, tempat dan waktu belajar. Pendidikan dimulai sejak lagir sampai meningggal dunia.
Karakteristik Pendidikan sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Sekolah Pend.Luar Sekolah
A. Tujuan
Jangka panjang Jangka pendek (Khusus)
Orinetasi ijazah Kurang menekankan ijazah
B. Waktu
B. Waktu
Relatif lama Relatif singkat
Orientasi masa de- orientasi masa skr
pan. Penggunaan dan masa depan, waktu terus menerus tidak selalu terus-
menerus
C. Isi Program
Kurikulum terpu- Kurikulum berpusat pada
Sat dan seragam kepentingan warga bel.
Bersifat akademis mengutamakan aplikasi.
Penerimaan murid Persyaratan masuk ditetapkan
Dilakukan dengan ketat ditetapkan bersama warga bel
D. Proses PBM
D. Proses PBM
Dipusatkan dilingku- Dipusatkan di lingku-
Ngan sekolah ngan masyarakat
Kadang terlapas Berkaitan dengan ke-
Dengan kehidupan hidupan warga bel.
Masyarakat dan masy.
Struktur program struktur program flak-
Ketata, dikendalikan sibel, berpusat pada peserta didik.
Pengerahan daya du- Penghematan sumber-sumber yang
Kung secara maximal tersedia
E. Pengendalian Program
E. Pengendalian Program
Dilakukan oleh penge Dilakukan pelaksana
Lola di tingkat yang le- program dan wb
Bih tinggi
Pendekatan kekuasaan Pendekatan demok-
ratis
Kelompok Sasaran PLS didasarkan atas klasifikasi sbb:
Berdasarkan latar belakang pendidikan misalnya masih sekolah, pututs sekolah, tam at sekolah
Tingkatan usia, anak usia dini, remaja dan orang dewasa
Lingkungan temp;at tinggal, dipedesaan, pinggiran dan perkotaan
Latar Belakang Sosial, masyarakat yang belum maju 9terbelakang, sedang dan masyarakat yang sudah maju.
Jenis-Jenis Pendidikan ada 3 (Cooombs 1973), yaitu:
Jenis-Jenis Pendidikan ada 3 (Cooombs 1973), yaitu:
Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang berlangsung sepanjang usia, sehingga setiap orang memperoleh, nilai, sikap, pengetahuan, ketrampilan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis berstruktur dan bertingkat, berjenjang dimulai dari SD sampai Prguruan Tinggi.
Pendidikan Non Formal adalah setiap kegiatan terorganiasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan dilakukan secara mandiri, atau merupakan bagian penting dari kegitan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan belajar.
PERTEMUAN III
PERTEMUAN III
ALASAN YURIDIS PENGEMBANAGAN PLS
Pancasila, UUD 45 dan GBHN
Pancasila, UUD 45 dan GBHN
Dalam UUD 45 mengamanatkan pemerintah mengusahakan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan Ketagwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta akhlak mulia. Fasal-fasal dalam UUD 45 Yang berkaitan dengan PLS adalah fasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
Fasal 13 ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal, dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya
fasal 26 ayat 3 pendidikan nonformal meliputi pendidikan keckapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendid
Pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Fasal 26 ayat 4 satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majlis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
Fsal 28 ayat 4 pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederjat
Alasan Faktual Historis
Alasan Faktual Historis
1. Kesejarahan, keberadaan PLS jauh lebih tua dari sistem pendidikan formal. Para Nabi Muhammad menyampaikan wahyu pada masa lalu melalui jalur pendidikan luar sekolah dan secara informal. Pada masa itu pendidikan formal belum ada.
2. Kebutuhan pendidikan, kebutuhan akan pendidikan dalam masyarakat saat ini sudah mulai berkembang. Hal ini disebabkan tingginya kesadaran terhadap pendidikan dan perkembangan menyeluruh dalam masyarakat. Berbagai jenis program PLS muncul baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berbagai program muncul mulai dari sederhana sampai ke yg mewah.
3 Keterbasan pendidikan persekolahan,ini terlihat dari ciri khas sistemnya,tujuan dan isi pendidikannya telah di paketkan atau dibakukan sedemikian rupa dengan masa belajar tertentu.
3 Keterbasan pendidikan persekolahan,ini terlihat dari ciri khas sistemnya,tujuan dan isi pendidikannya telah di paketkan atau dibakukan sedemikian rupa dengan masa belajar tertentu.
4. Potensi sumber belajar, pengalaman pendidkan,pengalaman belajar kenyataannya dapat diperoleh di berbagai tempat dan melalui berbagai cara. Misalnya datang ke perpustakaan membaca mendapatka pengalaman belajar dan pendidikan. Jadi potensi sumber belajar banyak di temukan di dalam masyarakat.
5. Keterlantaran PLS, dalam pengembangannya ternyata pembinaan dan pengembangan PLS agak ter-
Tinggal. Ini tidak berarti PLS menghilang dari pere daran di tengah-tengah masyarakat, PLS tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Tinggal. Ini tidak berarti PLS menghilang dari pere daran di tengah-tengah masyarakat, PLS tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
B.Alasan sosialogis, keadaan masyarakat mengalami perubahan. Ada kalanya perubahan itu menimbulkan permasalahan. Sedangkan permasalahan butuh pemecahan,sehingga masyarakat menjadi tenang. Upaya memecahkan masalah tidak hanya dapat diatasi dengan pendidikan formal saja. Banyak masalah sosial di dalam masyarakat memerlukan pemecahan melalui PLS.Misalnya banyak pemuda yang menganggur setelah menyelesaikan pendidikan formal,dan ini memerlukan pemecahan masalah dengan pemberian
Pemberian keterampilan kerja kepada penganggur yang dimaksud.Disinilah pentingnya PLS dalam memecahkan masalah.
Pemberian keterampilan kerja kepada penganggur yang dimaksud.Disinilah pentingnya PLS dalam memecahkan masalah.
C. Alasan kultural, pelestarian identitas bangsa, pemeliharaan warna dasar dari kepribadian bangsa termasuk untuk tugas dan usaha gerakan pendidikan termasuk gerakan PLS.
D.Alasan perkembangan Ipteks,kemajuan ilmu dan teknologi pada saat ini telah memasuki gelombang ketiga. Diantaranya perkembangan industri berkembang dengan pesat. Kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang ahli, terampil meningkat. Untuk menjadikan SDM tidak hanya tanggung jawab pendidikan formal tetapi juga pendidikan luar sekolah.
PERTEMUAN V
PERTEMUAN V
PLS SEBAGAI SUATU SISTEM
1. Pengertian sistem,adalah suatu totalitas yang bertujuan terdiri dari unsur atau elemen. Elemen merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai tujuan. Misalnya tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur yaitu bagian kepala, badan, dan anggota badan.
1. Pengertian sistem,adalah suatu totalitas yang bertujuan terdiri dari unsur atau elemen. Elemen merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai tujuan. Misalnya tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur yaitu bagian kepala, badan, dan anggota badan.
2.Cakupan PLS, kegiatan PLS mencakup program-program yang di organisir, dan di rencanakan secara matang, serta program-program yang kurang di rencanakan secara terinci. Program-program yang di rencanakan secara jelas misalnya program Paket A,B,dan C,pendidkan anak usia dini melalui kelompok bermain dan tempat penitipan anak. Kegiatan PLS yg
Kurang terencana misalnya wirid-wirid di mesjid,penyuluhan pertanian dll.
Kurang terencana misalnya wirid-wirid di mesjid,penyuluhan pertanian dll.
3.sub-sub Sistem dalam PLS menurut Sudjana (1991)PLS itu dapat di pandang sebagai suatu sistem berarti di sini ada komponen-komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Komponen-komponen yang ada didalam PLS itu antara lain: masukan mentah, proses, keluaran, pengaruh masukan sarana, masukan lain dan masukan lingkungan. Untuk lebih jelsnya satu-persatu akan di uraikan sebagai berikut:
a. masukan mentah(raw input) adalah warga belajar dengan berbagai ciri yang di milikinya.
b. Proses adalah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan bervariasi muali dari pedagogi dan adragogi.
b. Proses adalah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan bervariasi muali dari pedagogi dan adragogi.
c. Keluaran (out put) yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan perilaku ini mencakup kognitif, psikomotor dan afektif
d. Masukan sarana (intrumental input) meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi sesorang atau kelompok dapat melakukan kegiatan belajar. Kedalam masukan ini termasuk tujuan program, kurikulum, pendidik (tutor, pelatih, fasilitator), tenaga kependidikan lainnya, pengelola program, sumber belajar, media, fasilitas biaya dan pengelolaan program
d. Masukan lingkungan (environmental input) yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, seperti teman bergaul atau teman kerja, kelompok sosial, lingkungan alam seperti iklim, lokasi tempat tinggal dsb.
d. Masukan lingkungan (environmental input) yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, seperti teman bergaul atau teman kerja, kelompok sosial, lingkungan alam seperti iklim, lokasi tempat tinggal dsb.
f. Masukan lain (other input) adalah daya dukung lain yang memungkinkan para peserta didik dan lulusan dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan hidupnya. Masukan lain ini meliputi dana atau modal, lapanag kerja/usaha, informasi, alat fasilitas, pemasaran, lapangan kerja paguyuban peserta didik (warga belajar), latihan lanjutan, bantuan ekstern dll.
g. Pengaruh (impact), menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta didik dan lulusan. Pengaruh ini meliputi: (a) perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan pekerjaan, atau berwira usaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikut sertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki, (c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana. Sub sistem PLS memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan secara fungsional dan meliputi masukan sarana, masukan mentah, lingkungan, proses, pengeluaran, masukan lain dan pengaruh.
g. Pengaruh (impact), menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta didik dan lulusan. Pengaruh ini meliputi: (a) perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan pekerjaan, atau berwira usaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikut sertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki, (c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana. Sub sistem PLS memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan secara fungsional dan meliputi masukan sarana, masukan mentah, lingkungan, proses, pengeluaran, masukan lain dan pengaruh.
Uraian berikut akan menjelaskan pendidikan sebagai pranata dan akan menjelaskan pendidikan luar sekolah dalam sistem pendidikan nasional.
Uraian berikut akan menjelaskan pendidikan sebagai pranata dan akan menjelaskan pendidikan luar sekolah dalam sistem pendidikan nasional.
1. Pendidikan sebagai pranata. Menurut Sudjana (1991), pendidikan dapat dibedakan sebagai pranata dan sebagai kegiatan. Sebagai pranata pendidikan merupakan suatu wahana atau mekanisme yang mempunyai struktur kelembagaan, peraturan, tugas dan tata kerja. Di Indonesia struktur kelembagaan pendidikan dimiliki oleh intansi pemerintah dan swasta yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan. Di lingkungan pemerintah yang bertanggungjawab untuk membina pendidikan adalah Depdiknas. Pendidikan adalah orga-
Lah organisasi formal yang memiliki identitas yang jelas mempunyai kaitan yang erat dengan sektor-sektor lain dalam kehidupan bangsa. Sebagai kegiatan pendidikan menyangkut hasil dan proses kegiatan. Hasil kegiatan menggambarkan jumlah dan mutu lulusan program pendidikan. Jumlah lulusan merupakan kuantitas manusia yang dihasilkan oelh lembaga pendidikan. Mutu lulusan ialah tingkat kemampuan dan tingkah laku para lulusan yang ditampilkan oleh seseorang atau kelompok dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan kerja. Proses kegiatan juga menunjukkan upaya yang disengaja, terorganisasi dan sistematis sehingga terjadi interaksi edukasi antara pihak pendidikan dan pihak peserta didik untuk mencapai mujtu lulusan yang diharapkan.
Lah organisasi formal yang memiliki identitas yang jelas mempunyai kaitan yang erat dengan sektor-sektor lain dalam kehidupan bangsa. Sebagai kegiatan pendidikan menyangkut hasil dan proses kegiatan. Hasil kegiatan menggambarkan jumlah dan mutu lulusan program pendidikan. Jumlah lulusan merupakan kuantitas manusia yang dihasilkan oelh lembaga pendidikan. Mutu lulusan ialah tingkat kemampuan dan tingkah laku para lulusan yang ditampilkan oleh seseorang atau kelompok dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan kerja. Proses kegiatan juga menunjukkan upaya yang disengaja, terorganisasi dan sistematis sehingga terjadi interaksi edukasi antara pihak pendidikan dan pihak peserta didik untuk mencapai mujtu lulusan yang diharapkan.
2. PLS dalam Sistem Pendidikan Naasional
2. PLS dalam Sistem Pendidikan Naasional
Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari atas dua subsistem yaitu subsistem pendidikan sekolah dan susbsistem pendidikan luar sekolah. Semua subsistem ini berkaitan dan saling menopang antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap subsistem memeiliki kedudukan yang sama dalam sistem pendidikan nasional. Sub sistem pendidikan sekolah program-program pendidikannya bersifat formal di lingkungan sekolah dan dilaksanakan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Sub sistem pendidikan luar sekolah mencakup program pendidikan non formal dan informal. Dilaksanakan di dalam keluarga, pengalaman sehari-hari dan dilaksanakan dalam masyarakat melalui kelom-
pok-kelompok belajar, kursus, kelompok bermain, Tempat Penitipan Anak (TPA), dan satuan pendidikan sejenis. Ketiga program pendidikan itu disebut Tri pusat pendidikan. Keterkaitan antara ketiga lingkungan pendidikan ini dibina dan dikembangkan atas prinsip Tri kondisi pendidikan yaitu konsistensi, kontinuitas dan konvergensi.Pendidikan itu dilaksanakan seumur hidup, dan tujuan pendidikan itu mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional
pok-kelompok belajar, kursus, kelompok bermain, Tempat Penitipan Anak (TPA), dan satuan pendidikan sejenis. Ketiga program pendidikan itu disebut Tri pusat pendidikan. Keterkaitan antara ketiga lingkungan pendidikan ini dibina dan dikembangkan atas prinsip Tri kondisi pendidikan yaitu konsistensi, kontinuitas dan konvergensi.Pendidikan itu dilaksanakan seumur hidup, dan tujuan pendidikan itu mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional
3.Sistem pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan supra sistem pembangunan. Di indonesia pembangunan di arahkan kepada beberapa sistem:Sistem pendidikan nasional, sistem ideologi nasional, sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional,sistem budaya nasional dan sistem hamkarata.Semua sistem ini perlu di kembangkan dan berkaitan satu sama lain. Kesemua sistem ini perlu di bangun secara terus-menerus.Masyarakat adil dan makmur akan tercapai jika sistem-sistem ini semua di bangun secara sejalan,serasi dan seimbang.
3.Sistem pendidikan luar sekolah dalam kaitannya dengan supra sistem pembangunan. Di indonesia pembangunan di arahkan kepada beberapa sistem:Sistem pendidikan nasional, sistem ideologi nasional, sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional,sistem budaya nasional dan sistem hamkarata.Semua sistem ini perlu di kembangkan dan berkaitan satu sama lain. Kesemua sistem ini perlu di bangun secara terus-menerus.Masyarakat adil dan makmur akan tercapai jika sistem-sistem ini semua di bangun secara sejalan,serasi dan seimbang.
Tokoh-tokoh pendidik ikut mengembangkan PLS sebagai alternatif dalam rangka peran sertanya untuk mengembangkan masyarakat. Tokoh-tersebut antara lain:
Tokoh-tokoh pendidik ikut mengembangkan PLS sebagai alternatif dalam rangka peran sertanya untuk mengembangkan masyarakat. Tokoh-tersebut antara lain:
1.Philip Coombs
Menurut Coombs 4 faktor kelemahan pendidikan persekolahan yakni:A pertambahan penduduk yang semakin pesat tidak semuanya dapat ditampung oleh lembaga pendidikan formal, B sumber-sumber untuk pendidikan kurang memadai, sehingga pendidikan formal kurang dapat merespon secara cepat dan tepat kebutuhan dan perkembangan masyarakat,
C.Kelambanan sistem pendidikan sekolah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan, dan D. kelambanan masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan sekolah sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja semakin melebar. Selain itu pendidikan formal terutama pada jenjang menengah dan perguruan tinggi,cenderung untuk memupuk sikap elit sehingga para lulusannya sering kurang tertarik terhadap pekerjaan kasar yang bisa dilakukan oleh masyarakat.
C.Kelambanan sistem pendidikan sekolah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan, dan D. kelambanan masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan sekolah sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja semakin melebar. Selain itu pendidikan formal terutama pada jenjang menengah dan perguruan tinggi,cenderung untuk memupuk sikap elit sehingga para lulusannya sering kurang tertarik terhadap pekerjaan kasar yang bisa dilakukan oleh masyarakat.
2.Ivan Illich
2.Ivan Illich
Illich (1972),menggambarkan bahwa sekolah monopoli pendidikan dan lebih menitik beratkan produknya berupa lulusan yang hanya di dasarkan atas hasil penilaian dengan menggunakan angka-angka dan ijazah. Sekolah telah mengaburkan makna belajar dan mengajar,jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan, pemilikan ijazah dan kemampuan lulusan untuk berprestasi dan berinovasi. Proses pendidikan di dominasi oleh guru yang cenderung merampas harga diri perserta didik.guru memainkan perannya sebagai hakim, penganjur ideologi,dokter dan peramal rahasia kehidupan, peserta didik di masa depan.
Akibatnya peserta didik bersikap menggantungkan diri pada orang lain,tidak kreatif,kurang inovatif,tidak dapat berfikir bebas dalam kehidupan nyata. Lulusan sering sebagai pencari kerja dan bukan sebagai pencipta lapangan kerja. Illich menyarankan untuk revolusi belajar dalam masyrakat untuk mendorong perubahan budaya. Illich menyarankan menganjurkan perubahan secara menyeluruh dalam sistem pendidikan yang ada sekarang dengan mengadakan jaringan belajar di masyarakat. Program ini mencakup pertukaran keterampilan, keahlian dan mempertemukan peserta didik yang memiliki kebutuhan belajar dengan sumber belajar yang tepat untuk melayaninya.
Akibatnya peserta didik bersikap menggantungkan diri pada orang lain,tidak kreatif,kurang inovatif,tidak dapat berfikir bebas dalam kehidupan nyata. Lulusan sering sebagai pencari kerja dan bukan sebagai pencipta lapangan kerja. Illich menyarankan untuk revolusi belajar dalam masyrakat untuk mendorong perubahan budaya. Illich menyarankan menganjurkan perubahan secara menyeluruh dalam sistem pendidikan yang ada sekarang dengan mengadakan jaringan belajar di masyarakat. Program ini mencakup pertukaran keterampilan, keahlian dan mempertemukan peserta didik yang memiliki kebutuhan belajar dengan sumber belajar yang tepat untuk melayaninya.
3.Paulo Freire
3.Paulo Freire
Freire mengeritik dampak yang di timbulkan oleh pendidikan sekolah terhadap masyarakat luas. Kehadiran para lulusan sekolah menyebabkan makin tumbuhnya masyarakat yang merasa tertekan. Ada kelompok masyarakat yang menekan dan ada yang tertekan. Ketidak berhasilan sekolah terlihat dari kurang mampunya sekolah mengembangkan peserta didik untuk berfikir kritis sehingga mereka kurang mampu memecahkan masalah yang timbul. Kegiatan belajar di dominasi oleh guru dan berperan sebagai penekan (oprresor), dan peserta didik berada pada tertekan (opressed).
Freire menganjurkan guru berperan sebagai fasilitator dan mengajak peserta didik berfikir terhadap dunia kehidupan.sumbangan pikiran yang utama dalam pendidikan adalah konsep ‘’concientizacao’’ (kesadaran).artinya warga didik sebagai individu yang aktifdan potensial. Pendidikan harus mampu membangkitkan kesadaran peserta didikterhadap dirinya dan lingkungannya. Program pendidikan di rancang dan bertindak secara praxis, di mulai dari berfikir berfikir(reflection),berbuat(action),dan berfikir kembali (fruther reflection). Gaya mengajar guru dengan konsep pendidikan dengan pengajuan masalah. Hubungan guru dengan murid dirubah dari vertikal menjadi horisintal.
Freire menganjurkan guru berperan sebagai fasilitator dan mengajak peserta didik berfikir terhadap dunia kehidupan.sumbangan pikiran yang utama dalam pendidikan adalah konsep ‘’concientizacao’’ (kesadaran).artinya warga didik sebagai individu yang aktifdan potensial. Pendidikan harus mampu membangkitkan kesadaran peserta didikterhadap dirinya dan lingkungannya. Program pendidikan di rancang dan bertindak secara praxis, di mulai dari berfikir berfikir(reflection),berbuat(action),dan berfikir kembali (fruther reflection). Gaya mengajar guru dengan konsep pendidikan dengan pengajuan masalah. Hubungan guru dengan murid dirubah dari vertikal menjadi horisintal.
Hubungan horisontal ini mengandung 3 prinsip yakni:A. tidak seorang pun dapat mengajar orang lain secara tuntas, B.tidak seorang pun dapat belajar sendiri tanpa bantuan orang lain. C. belajar bersama orang lain dengan cara berfikir dan bertindak di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Freire memandang pendidikan menggunakan konsep banking, yakni pemindahan pengetahuan guru kepada murid. Kemudian juga mengemukakan sekolah hanya berupa penjinakan murid (domestication) dan makin rendahnya kemampuan analisis siswa terhadap lingkungannya dan makin tingginya tingkat ketergantungan terhadap orang lain.
Hubungan horisontal ini mengandung 3 prinsip yakni:A. tidak seorang pun dapat mengajar orang lain secara tuntas, B.tidak seorang pun dapat belajar sendiri tanpa bantuan orang lain. C. belajar bersama orang lain dengan cara berfikir dan bertindak di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Freire memandang pendidikan menggunakan konsep banking, yakni pemindahan pengetahuan guru kepada murid. Kemudian juga mengemukakan sekolah hanya berupa penjinakan murid (domestication) dan makin rendahnya kemampuan analisis siswa terhadap lingkungannya dan makin tingginya tingkat ketergantungan terhadap orang lain.
4. Lyra Srinivasan
4. Lyra Srinivasan
Kondisi warga belajar di negara berkembang, cenderung tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, merasa rendah diri, cepat patah semangat, merasa tidak berdaya terhadap tekanan yang datang dari lingkungannya, sikap hormat yang berlebihan pada guru yang di anggap tokoh bijaksana, dan tidak mempercayai adanya nilai praktis pendidikan bagi kepentingan kehidupan mereka sehari-hari. Ia menganjurkan 3 macam pembelajaran dalam mengatasi kondisi tersebut:
a. Pendekatan yang berpusat pada masalah
b. Pendekatan proyektif
c. Pendekatan aktualisasi diri
Ketiga pendekatan ini di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pendidikan yaitu:
Ketiga pendekatan ini di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pendidikan yaitu:
a. Kebutuhan untuk memperkuat kemampuan WB dalam upaya memecahkan masalah.
b. Kebutuhan untuk melengkapi WB dengan berbagai keterampilan untuk menghadapi lingkungan secara lebih baik.
c. kebutuhan untuk mengembangkan potensi WB dan memperkuat kesadaran diri secara positif.
5. Suzanne Kindervatter
Konsepnya terkenal dengan Empowering Procces yakni proses pemberian kekuatan atau daya adalah setiap upaya pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, kepekaan wb terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik sehingga
Pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Ada delapan kekuatan dalam pembelajaran yaitu:
Pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Ada delapan kekuatan dalam pembelajaran yaitu:
a. Belajar dilakukan dalam kelompok kecil
b. Pemberian tanggungjawab yang lebih besar kepada wb
c. Kepemimpinan kelompok
d. Sumber belajar bertindak selaku fasilitator
e. Proses kegiatan berlangsung secara demokratis
f. Adanya kesatuan pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan
g. Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang dapat menimbulkan percaya diri pada WB.
g. Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang dapat menimbulkan percaya diri pada WB.
h. Bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial, ekonomi dan politik warga belajar dalam masyarakat
6. Everet Reimer, dengan karyanya School is deat (sekolah sudah mati), artinya sekolah tidsk lagi memberikan kebebasan berkembang pada peserta didik. Segalanya guru yang mengatur dan murid orang yang diatur. Sekolah tidak lagi menjalankan fungsinya, yakni memberikan kesempatan berkembang pada peserta didik
Menurut UU No. 20/2003 tetang Sisdiknas bahwa PLS mencakup: Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Ketrampilan dan Pelatihan Kerja. Berikut akan dijelaskan di bawah ini.
Menurut UU No. 20/2003 tetang Sisdiknas bahwa PLS mencakup: Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Ketrampilan dan Pelatihan Kerja. Berikut akan dijelaskan di bawah ini.
Pendidikan kecakapan hidup (life skill).
Menurut Direktorat PLS Depdiknas (2005), pendidikan kecakapan hidup (life skill) merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup dan kehidupannya secara tepat guna dan berdaya guna dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dituntut untuk memiliki 4 jenis kecakapan hidup yakni; kecakapan pribadi, kecakapan
kecakapan sosial, kecakapan akademis dan kecakapan vokasional
kecakapan sosial, kecakapan akademis dan kecakapan vokasional
a. Kecakapan pribadi mencakup kecakapan untuk mengenal diri sendiri, kecakapan untuk berfikir secara rasional, dan kedcakapan untuk trampil dengan kepercayaan diri yang mantap.
b. Kecakapan sosial mencakup kecakapan untuk berkomunikasi, melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan memiliki kepedulian serta tanggungjawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Kecakapan akademik mencakup kecakapan untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang dihdapi melalui proses berfikir kritis, analisis dan sistematis, mampu melakukan penelitian ekplorasi, inovasi dan
dan kreasi melalui pendekatan ilmiah
dan kreasi melalui pendekatan ilmiah
4. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan yang berkaitan dengan bidang ketrampilan proffesional tertentu dalam dunia usaha dan industri baik digunakan untuk bekerja sebagai karyawan/wati maupun usaha mandiri
Tujuan, secara umum untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan sikap warga belajar dalam pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, potensi lingkungan perkemabngan jiwa sehingga memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha sendiri sehingga dapat: (1) mengurangi pengangguran, (2) mengentaskan kemiskinan, dan (3) meningkatkan kualitas hidup
Secara kusus tujuannya agar peserta didik memiliki penge-
Tahuan, ketrampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam dunia kerja
Tahuan, ketrampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam dunia kerja
1. Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahunyang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada enam aspek pengembangan amak usia dini:
a. Pengembangan moral dan nilai agama, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai: ibadah dll
b. Pengembangann pisik, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapaiadalah kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh termasuk gerakan2 yang mengoontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensor (pancaindra)
b. Pengembangann pisik, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapaiadalah kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh termasuk gerakan2 yang mengoontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensor (pancaindra)
c. Pengembangan bahasa kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat un tuk berfikir dan b elajar
d. Pengembangan kemampuan kognitif, kemampuan dan hasil belajar yang ingi dicapai adalah kemampuan berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan berfikir sebab akibat
e. Pengembangan sosial emosional, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, pefran masyarakat, dan menghargai keragaman sosial budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki
e. Pengembangan sosial emosional, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, pefran masyarakat, dan menghargai keragaman sosial budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki
f. Pengembangan seni, kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan kepekaan terhadap irama, nada birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan serta mengharagai hasil karya yang kreatif
3. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
Visi: Terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam kehiodupan keluarga, bermasyarakat befnahasa dan bernegara
Visi: Terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam kehiodupan keluarga, bermasyarakat befnahasa dan bernegara
Misi:
Meningkatkan kualitas hidup perempuan
Penghapusan deskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak
Penegakan HAM perempuan dan anak
Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak
Peningkatan kemampuan dan kemandirian lembaga/LSM yang peduli terhadap perempuan, anak
Tujuan: untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan gender, yang menyangkut perbaikan kualitas (kondisi) dan peranan (posisi) laki-laki dan perempaunpada setiap proses pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat
Tujuan: untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan gender, yang menyangkut perbaikan kualitas (kondisi) dan peranan (posisi) laki-laki dan perempaunpada setiap proses pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat
4. Pendidikan keaksaraan
Adalah pendidikan yang diberikan kepada masyarakat yang belum pernah pendidikan/drop out di SD dalam rangka meningkatkan pengetahuan dasar, kemampuan baca tulis fungsional yang dintegrasikan dengan mata pencaharian. Proses belajar dilakukan sejalan dengan pendidikan mata pencaharian, dalam arti agar sedapat mungikin diusakan belajar Calistung d ketrampilan
Materi yang disajikan (1) ilmu pengetahuan sosial, (2) ilmu pengetahuan alam, dan (3) matematika, (4) bahasa In donesia, dan (5) pendidikan pancasila
Materi yang disajikan (1) ilmu pengetahuan sosial, (2) ilmu pengetahuan alam, dan (3) matematika, (4) bahasa In donesia, dan (5) pendidikan pancasila
Tujuan:
Memberikan pelayanan di bidang pendidikan dasar
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam calistung
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mensukseskan wajib belajar
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat miskin dalam bidang mata pencaharian
Sasaran keaksaraan
Masyarakat yang buta huruf
b. Masyarakat yg tidak tamat SD
b. Masyarakat yg tidak tamat SD
c. Masyarakat yang berekonomi lemah
5. Pendidikan Kesetaraan
Adalah program pendidikkan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA mencakup program paket A, B, dan C. Program ini ditujukan pada masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan masyarakat lain yang mememlukan layana khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
6. Pendidikan kepemudaan
6. Pendidikan kepemudaan
Adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa, seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/pramuka, keolahragaan, palang merah, pelatihan kepemimpinan, pencinta alam serta kewirausahaan
7.Pendidikan dan pelatihan kerja
Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan ketrampilan fungsional yg sesuai dengan keb dunia kerja
Asas kebutuhan, adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan PLS dilaksanakan, sebab kebutuhan adalah suatu hal yang harus dipenuhi. Bagi orang dewasa yang berada di luar sekolah mereka akan mau diajak berpartisipasi dalam suatu kegiatan belajar, usaha pemberian ketrampilan jika kegiatqan yang dipelajari betul-betul merupakan kebutuhan mereka. Setelah kebutuhan diketahui barulah dirancang program PLS
Asas kebutuhan, adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan PLS dilaksanakan, sebab kebutuhan adalah suatu hal yang harus dipenuhi. Bagi orang dewasa yang berada di luar sekolah mereka akan mau diajak berpartisipasi dalam suatu kegiatan belajar, usaha pemberian ketrampilan jika kegiatqan yang dipelajari betul-betul merupakan kebutuhan mereka. Setelah kebutuhan diketahui barulah dirancang program PLS
Asas Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
Kebutuhan akan belajar (life long learning, life long education (keb pendidikan sepanjang hayat) penting
dilakukan. PSH memberikan arah terhadap pengembangan PLS berdasarkan prinsip:
dilakukan. PSH memberikan arah terhadap pengembangan PLS berdasarkan prinsip:
Pendidikan akan berakhir jika seseoang meningggal dunia
PLS merupakan motivasi bagi peserta didik untuk berperan dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisasi dan sistematis
Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui atau meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan aspirasi yang telah dimiliki dan harus dimiliki oleh peserta didik dengan adanya perubahan yang terus-meneus
Pendidikan memiliki tujuan-tujuan beangkai dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan kegiatan belajar
e. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan kemampuannya agar manusia melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan kemampuannya agar manusia melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
f. PLS mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah
3. Asas relevansi dengan pengembangan masyarakat, mengandung 2 makna:
Kehadiran PLS didasarkan atas tututan dengan pengembangan masyarakat. PLS keberadaannya dalam masyarakat juga sangat penting.
Progrqam-program PLS berfungsi untuk menggarap sumber daya manusia dan dalamlaju peng. masyarakat
Banyak program-program PLS didalam masyarakat mengembangkan SDM misalnya adanya kelompok belajar, pendidikan kesetaraan (A,B,C), pendidikan keagamaan di mesjid baik terprogram maupun tidak terprogram
Banyak program-program PLS didalam masyarakat mengembangkan SDM misalnya adanya kelompok belajar, pendidikan kesetaraan (A,B,C), pendidikan keagamaan di mesjid baik terprogram maupun tidak terprogram