Pusaka Madinah



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə39/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   35   36   37   38   39   40   41   42   ...   92

Keutamaan Ilmu Pertama : Ilmu Meningkatkan derajat Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah akan mengangkat kedorang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Al Hafizh menjelaskan, “Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah : Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172). Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, “Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf [12] : 76). Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari, 1/172). Ibnu Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya sebuah riwayat dari Abu Thufail Amir bin Watsilah yang menceritakan bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khattab di ‘Isfan (nama sebuah tempat, pen). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Umar pun berkata kepadanya, “Siapakah orang yang kamu serahi urusan untuk memimpin penduduk lembah itu?”. Dia mengatakan, “Orang yang saya angkat sebagai pemimpin mereka adalah Ibnu Abza; salah seorang bekas budak kami.” Maka Umar mengatakan, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Dia pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah orang yang pandai memahami Kitabullah, mendalami ilmu waris, dan juga seorang hakim.” Umar radhiyallahu’anhu menimpali ucapannya, “Adapun Nabi kalian, sesungguhnya dia memang pernah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian lainnya karena kitab ini pula.’ (HR. Muslim). Kedua : Nabi diperintahkan untuk berdoa untuk mendapatkan tambahan ilmu Di dalam Kitabul Ilmi Bukhari membawakan sebuah ayat yang artinya, “Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaha [20] : 114). Kemudian Al Hafizh menjelaskan, “Ucapan beliau : Firman-Nya ‘azza wa jalla, ‘Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu’. Memiliki penunjukan yang sangat jelas terhadap keutamaan ilmu. Sebab Allah ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan untuk apapun kecuali tambahan ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i; yang dengan ilmu itu akan diketahui kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang mukallaf untuk menjalankan ajaran agamanya dalam hal ibadah ataupun muamalahnya, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, menyucikan-Nya dari segenap sifat tercela dan kekurangan. Dan poros semua ilmu tersebut ada pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih…” (Fathul Bari, 1/172). Ketiga : Perintah bertanya kepada ahli ilmu Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memerintahkan untuk bertanya kepada mereka (ahli ilmu) dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka. Allah juga menjadikannya sebagaimana layaknya persaksian dari mereka. Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu kecuali para lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka : bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kalian tidak mempunyai ilmu.’ (QS. An Nahl [16] : 43). Sehingga makna ahli dzikir adalah ahli ilmu yang memahami wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabi.” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24). Keempat : Kebenaran akan tampak bagi ahli ilmu Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah Yang Maha Suci memberitakan mengenai keadaan orang-orang yang berilmu; bahwa merekalah orang-orang yang bisa memandang bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi dari Rabbnya adalah sebuah kebenaran. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian atas mereka dan permintaan persaksian untuk mereka. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang diberikan ilmu bisa melihat bahwa wahyu yang diturunkan dari Rabbmu itulah yang benar.” (QS. Saba’ [34] : 6).” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24). Kelima : Segala sifat terpuji bersumber dari ilmu Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya seluruh sifat yang menyebabkan hamba dipuji oleh Allah di dalam Al Qur’an maka itu semua merupakan buah dan hasil dari ilmu. Dan seluruh celaan yang disebutkan oleh-Nya maka itu semua bersumber dari kebodohan dan akibat darinya…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 128). Beliau juga menegaskan, “Dan tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah pokok seluruh kerusakan. Dan semua bahaya yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat maka itu adalah akibat dari kebodohan…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 101). Kebahagiaan ilmu Ibnul Qayyim mengatakan, “Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriu


Kebanyakan Manusia Tidak Berilmu

  • 31 March 2009, 3:15 pm

  • Manajemen Qalbu

Allah ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia yang artinya, “Itulah janji Allah. Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum [30]: 6)

Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, “Sedangkan firman-Nya ta’ala ‘Itulah janji Allah. Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya.’ Artinya: Inilah yang Kami beritakan kepadamu hai Muhammad, bahwasanya Kami benar-benar akan memenangkan Romawi dalam melawan Persia, itulah janji yang benar dari Allah, sebuah berita yang jujur dan tidak akan meleset. Hal itu pasti terjadi. Karena ketetapan Allah yang telah berlaku menuntut-Nya untuk memenangkan salah satu kelompok yang lebih dekat kepada kebenaran di antara dua kubu yang saling memerangi. Dan Allah pasti akan memberikan pertolongan kepada mereka. ‘Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’, artinya mereka tidak mengetahui hukum kauniyah Allah serta perbuatan-perbuatan-Nya yang sangat cermat dan selalu bergulir di atas prinsip keadilan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)

Kemudian Allah ta’ala berfirman tentang mereka -yaitu kebanyakan manusia- yang artinya, “Mereka mengetahui sisi lahiriyah kehidupan dunia, akan tetapi terhadap perkara akhirat mereka lalai.” (QS. Ar Ruum [30]: 7)

Ibnu Katsir kembali memaparkan, “Artinya kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu kecuali dalam urusan dunia, tata cara menggapainya, tetek bengeknya serta perkara apa saja yang ada di dalamnya. Mereka adalah orang-orang yang cerdas dan pandai tentang bagaimana cara meraup dunia serta celah-celah untuk bisa mendapatkannya. Namun mereka lalai terhadap hal-hal yang akan mendatangkan manfaat untuk mereka di negeri akhirat. Seolah-olah akal mereka lenyap. Seperti halnya orang yang tidak memiliki akal dan pikiran.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)

Ibnu Abbas menjelaskan tentang makna ayat yang mulia ini, “Maksudnya adalah orang-orang kafir. Mereka itu mengetahui bagaimana cara untuk memakmurkan dunia akan tetapi dalam masalah-masalah agama mereka bodoh.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)

Sekelumit Tentang Keutamaan Ilmu

Pertama: Meningkatkan Derajat

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11).

Al Hafizh menjelaskan, “Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah: Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172). Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, “Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 76). Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari, 1/172)

Ibnu Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya sebuah riwayat dari Abu Thufail Amir bin Watsilah yang menceritakan bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khattab di ‘Isfan (nama sebuah tempat, pen). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Umar pun berkata kepadanya, “Siapakah orang yang kamu serahi urusan untuk memimpin penduduk lembah itu?”. Dia mengatakan, “Orang yang saya angkat sebagai pemimpin mereka adalah Ibnu Abza; salah seorang bekas budak kami.” Maka Umar mengatakan, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Dia pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah orang yang pandai memahami Kitabullah, mendalami ilmu waris, dan juga seorang hakim.” Umar radhiyallahu’anhu menimpali ucapannya, “Adapun Nabi kalian, sesungguhnya dia memang pernah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian lainnya karena kitab ini pula.’ (HR. Muslim).



Kedua: Nabi Diperintahkan Berdoa untuk Mendapatkan Tambahan Ilmu

Di dalam Kitabul Ilmi Bukhari membawakan sebuah ayat yang artinya, “Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaha [20]: 114). Kemudian Al Hafizh menjelaskan, “Ucapan beliau: Firman-Nya ‘azza wa jalla, ‘Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu’. Memiliki penunjukan yang sangat jelas terhadap keutamaan ilmu. Sebab Allah ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan untuk apapun kecuali tambahan ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i; yang dengan ilmu itu akan diketahui kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang mukallaf untuk menjalankan ajaran agamanya dalam hal ibadah ataupun muamalahnya, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, menyucikan-Nya dari segenap sifat tercela dan kekurangan. Dan poros semua ilmu tersebut ada pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih…” (Fathul Bari, 1/172)



Ketiga: Perintah Bertanya Kepada Ahli Ilmu

Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memerintahkan untuk bertanya kepada mereka (ahli ilmu) dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka. Allah juga menjadikannya sebagaimana layaknya persaksian dari mereka. Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu kecuali para lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka: bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kalian tidak mempunyai ilmu.’ (QS. An Nahl [16]: 43). Sehingga makna ahli dzikir adalah ahli ilmu yang memahami wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabi.” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24)



Keempat: Kebenaran Akan Tampak Bagi Ahli Ilmu

Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah Yang Maha Suci memberitakan mengenai keadaan orang-orang yang berilmu; bahwa merekalah orang-orang yang bisa memandang bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi dari Rabbnya adalah sebuah kebenaran. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian atas mereka dan permintaan persaksian untuk mereka. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang diberikan ilmu bisa melihat bahwa wahyu yang diturunkan dari Rabbmu itulah yang benar.” (QS. Saba’ [34]: 6).” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24)



Kelima: Segala Sifat Terpuji Bersumber dari Ilmu

Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya seluruh sifat yang menyebabkan hamba dipuji oleh Allah di dalam al-Qur’an maka itu semua merupakan buah dan hasil dari ilmu. Dan seluruh celaan yang disebutkan oleh-Nya maka itu semua bersumber dari kebodohan dan akibat darinya…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 128). Beliau juga menegaskan, “Dan tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah pokok seluruh kerusakan. Dan semua bahaya yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat maka itu adalah akibat dari kebodohan…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 101)



Kebahagiaan Ilmu

Ibnul Qayyim mengatakan, “Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriusan dalam belajar, dan niat yang benar. Sungguh indah ucapan seorang penyair yang mengungkapkan hal itu,



Katakanlah kepada orang yang mendambakan
Perkara-perkara yang tinggi lagi mulia
Tanpa mengerahkan kesungguhan
Berarti kamu berharap sesuatu yang mustahil ada

Penyair yang lain mengatakan,



Kalau bukan karena faktor kesulitan
Tentunya semua orang bisa menjadi pimpinan
Sifat dermawan membawa risiko kemiskinan
Sebagaimana sifat berani membawa risiko kematian

(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 111)

Beliau juga mengatakan, “Berbagai kemuliaan berkaitan erat dengan hal-hal yang tidak disenangi (oleh hawa nafsu, pen). Sedangkan kebahagiaan tidak akan bisa dilalui kecuali dengan meniti jembatan kesulitan. Dan tidak akan terputus jauhnya jarak perjalanan kecuali dengan menaiki bahtera keseriusan dan kesungguh-sungguhan. Muslim mengatakan di dalam Sahihnya, Yahya bin Abi Katsir berkata: ‘Ilmu tidak akan diraih dengan tubuh yang banyak bersantai-santai.’ Dahulu ada yang mengatakan, ‘Barangsiapa yang menginginkan hidup santai (di masa depan, pen) maka dia akan meninggalkan banyak bersantai-santai’.” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 112)

Inilah sekelumit pelajaran dan motivasi bagi para penuntut ilmu. Semoga yang sedikit ini bisa menyalakan semangat mereka dalam berjuang membela agama-Nya dari serangan musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya pada masa yang penuh dengan fitnah semacam ini kehadiran para penuntut ilmu yang sejati sangat dinanti-nanti. Para penuntut ilmu yang berhias diri dengan adab-adab islami, yang tidak tergoda oleh gemerlapnya dunia dengan segala kepalsuan dan kesenangannya yang fana. Para penuntut ilmu yang bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan al-Qur’an sebagaimana seorang yang lapar menyantap makanan. Para penuntut ilmu yang senantiasa berusaha meraih keutamaan di waktu-waktunya. Para penuntut ilmu yang bersegera dalam kebaikan dan mengiringi amalnya dengan rasa harap dan cemas. Para penuntut ilmu yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya kepada segala sesuatu. Bergegaslah, sambut hari esokmu dengan ilmu! Janganlah kau larut dalam arus kebanyakan orang yang tidak berilmu.

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya di hari yang tidak berguna lagi harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Wisma As Sunnah, Sabtu 11 Jumadil Ula 1429

***


TerjemahTALIM MUTA'ALLIM
Cetakan Pertama, Ramadhan 1430 / Scptember 2009

Disusun oleh


Pengaturan danTata Lctak

Desain Sampul


Diterbitkan oleh:

MUTIARA ILMU Surabaya


: Syeikh Az-Zarnuji

:AbdulKadirAljufri

:HusinAbdullah

Idrus Hasan
:Tim CM Grahka, Surabaya

:Tim Grahs Mutiara Ilmu


© Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang kcras mengcopy,

mempcrbanyak sebagian ataupun kesehiruhan dan dalam hentuk apapun dari buku

ini tanpa scijin dari pcnerbit.


DAFTAR ISI


Pendahuluan 1


1. Hakikat ilmu, hukum mencari ilmu dan keutamaannya 4
2. Niat dalam mencari ilmu ....... — ........... — 12
3. Cara memilih ilmu, guru, teman dan ketekunan 18
4. Cara menghormati dmu dan guru 27
5. Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita

yang luhur .... — . ............... ........... — .................. 39


.6. Ukuran dan urutannya 55
7. Tawakal 74
8. Waktu belajar ilmu 80
9. Saling mengasihi dan saling menasihati ........... .- 81
10. Mencari tambahan ilmu pengetahuan 87
11. Bersikap wara' ketika menuntut ilmu 90
12. Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan yang

melemahkannya ................................ ........................... 97


13. Hal-hal yang mempermudah datangnya rezeki dan yang

menghambat datangnya rezeld, yang dapat

memperpanjang dan mengurangi umur — .................... .. 102

VII


PENDAHULUAN
Dengan menyebut nama AUah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang.


Segala puji hanya milik AJlah yang telah mengangkat derajat umat

manusia dengan ilmu dan amal, atas seluruh alam Salawat dan salam

semoga tetap terlimpah atas Nabi Muhammad pemimpin seluruh

umat manusia, dan semoga pula tercurah atas kcluarga dan para

sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.

Kalau saya memperhatikan para pelajar (santri), sebenarnya mereka

telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka

yang tidak memperoleh manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengamalan

ilmu tersebut dan menyebarkannya Hal itu terjadi karena cara mereka

menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Karena»

barangsiapa salah jalan, tentu tersesat Tidak akan sampai kepada

tujuan. Oleh karena itu saya ingin menjelaskan kepada para santri cara

mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang pernah saya baca dan menurut

nasehat para guru saya, yang ahli ilmu dan hikmah. Dengan harapan

semoga orang-orang yang tulus ikhlas mcndoakan saya schingga saya

mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akhirat Begitu doa saya

dalam salat Istikharah ketika akan menulis kitab ini.

Kitab ini saya beri nama Ta'limul Muta'alim Thark}atta'allum. Yang

terdiri dari tiga belas pasal
Pertama, menerangkan hakikat ilmu, hukum mencari ilmu, dan

keutamaannya.


Kedua, niat dalam mencari ilmu.
Ketiga. cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan
Keempat, cara menghormati ilmu dan guru.
Kelima, kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita

yang luhur.


Keenam, ukuran dan urutannya.
Ketujuh, tawakal.
Kedelapan, waktu belajar ilmu.
KeRembilan, saling mengasihi dan saling menasehati.
Kesepuluh, mencari tambahan ilmu pengetahuan
Kesebelas, bersikap wara' ketika menuntut ilmu.
Keduabelas, hal-hal yang dapat mcnguatkan hafalan dan yang

melemahkannya.


KetigabelaSy hal-hal yang mempermudah datangnya rezeki, hal-hal

yang menghambat datangnya rezeki, hal-hal yang dapat mempcrpanjang,

dan mengurang^ umur. Tidak ada penolong kecuali Allah, hanya kepada-

Nya saya berserah diri, dan kehadirat-Nya aku akan kcmbali


IIAKJKAT ILMV, TIKJH DAN KEVTAMAANNYA

Rasulullah bersabda, "Menuntut Umu itu wajib bagi rnuslim luki-

laki dan percmpiian."

Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-

laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada

ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau

bermuamalah dengan sesama manusia Sehingga ada yang berkata, "llmu

yang paling utama wdaJi ibnu Hal. Dan perbuatanyang paling mulia

adalah menjaga perilaku" Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama

Islam, salat misalnya.

Setiap orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang bcrk.iiun ilcn|t.i"

apa yang diperlukannya saat itu, kapan saja Olch kareiia si-ti.iji umm^

Islam mcngetahui rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya salat, mij*)»

dapat melaksanakan kewajiban salat dengan sempurna
Setiap orang Islam wajib mempelajari atau mengetahui rukun maupun

syarat amalan ibadah yang akan dikerj akannya untuk memenuhi kewaj iban

tersebut. Karena sesuatu yang menjadi perantara untuk melakukan

kewajiban, maka mempclajari wasilah atau pcrantara tersebut hukumnya

wajib. Ilmu agama adalah wasilah untuk mengerjakan kewajiban agama.

Maka, mempelajari ilmu agama hukumnya wajib. Misalnya ilmu tentang

puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang jual

beli jika berdagang.


Muhammad bin Al Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak

menyusunkitabtentangjsu/iud, beliau menjawab, "Akutelahmengarmig

sebuah kttal) tentangjual beli" Maksud beliau adalah yang dikatakan

•h/iih/ iakth menjaga diri dari hal-hal yang syuMat (tidak jelas halal

li.iraiimya) dalam berdagang.
Setiap orang yang berkecimpung di dunia perdagangan, wajtb

mengetahui tata cara berdagang dalam Islam supaya dapat menjaga diri

dari hal-hal yang diharamkan Setiap orang Islam juga harus mengetahui

ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal,

tobat, takut kepada Allah, dan ridha Sebab, scmua itu terjadi pada segala

keadaan
Tidak ada seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu

pengetahuan, karena itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain

ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa juga dimiliki binatang. Dengan

ilmu pengetahuan, Allah Ta'ala mengangkat derajat Nabi Adam $$8. di

atas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat diperintah oleh Allah agar

sujud kcpada Nabi Adam Mt.
Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk

bertakwa Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat

di sisi Allah, dan keuntungan abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad

Hn Al Hasan bin Abdullah dalam syairnya:


"Bektjarkih! Sebab ilmu adalah penghias bagi perniliknyaJadikan

Iwri-tmrimu untuk menambah ilmu. Dan berenanghih di lautan ilnrn

yang bergima." Belajariah iimu agama, karena ia adalah ilmu yang

paling unggui. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebmkan

dan takwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari. Dmlaii ilmu yan«

menumukkan kepada jakm yang hirus, yakni jakin petunjuk. la

hksana benteng yang dapat menyekimatkan rnanusia dan segaia

keresahan. OUh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersija

wara' hbih berat lxigi setan daripada menggoda seribu orang ahh

ibadah tapi bodoh.


Setiap orang Islam juga wajib mengetahui atau mempelajari akhlik

yang terpuji dan yang tereela, seperti watak murah hati, kikir, penakJt,

lancing, sombong, rendah hati, menjaga diri dari keburukan, isrlf

(berlebihan), bakhil (terlalu hemat) dan sebagainya


Karena sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram Dan

tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria

sifat-sifat tersebut serta mengetahui eara menghaangkannya Oleh karena

itu setiap orang Islam wajib mengetahuinya.


Asy-Syahid Nasyiruddin telah menyusun kitab yang membahas

tentang akhlak Kitab tersebut sangat bermutu, dan perlu dibaca Karena

setiap orang Islam wajib memelihara akhlaknya
Adapun mempelajari amalan agama yang dikerjakan pada saat-saat

tertentu seperti salat jenazah dan lain-lain, itu hukumnya fardhu kifayah

Jika di suatu daerah sudah ada orang yang mempelajari ilmu tersebut,

maka yang lain bebas dari kewajiban.


Tapi bila di satu daerah tak ada seorang pun yang mempelajarinya,

maka semua penduduk daerah itu berdosa. Oleh karena itu pemerintah

wajib menyuruh rakyatnya supaya bclajar ihnu yang hukumnya

fardhu kifayah terscbut. Pemerintah berhak memaksa mereka untuk

melaksanakannya
Dikatakan bahwa mcngetahui atau mempclajari amalan ibadah yang

hukumnya fardhu 'ain itu ibarat makanan yang dibutuhkan setiap orang.

Sedangkan mempelajari amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat

obat, yang mana tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya

pun pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan mempelajari ilmu nujum 1 * itu hukumnya haram, karena ia

diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajari ilmu


" llmu nujumdalamartiilmu astrologi,yakniilmuperbintanganyangdihubungkandengan

nasib manusia.


nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan


Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   35   36   37   38   39   40   41   42   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin