Pusaka Madinah



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə9/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   ...   92

Silsilah keturunan :

Galur nasabnya adalah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.



Riwayat :

Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 – 1734 M) memerintah Kesultanan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.

Setelah dewasa beliau dikawinkan dengan seorang perempuan yang solehah bernama tuan “BAJUT”, seorang perempuan yang ta’at lagi berbakti pada suami sehingga terjalinlah hubungan saling pengertian dan hidup bahagia, seiring sejalan, seia sekata, bersama-sama meraih ridho Allah semata. Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muh. Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya Siti Aminah mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muh. Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya.Deraian air mata dan untaian do’a mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muh. Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Diantara guru beliau adalah Syekh ‘Athoillah bin Ahmad al Mishry, al Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al ‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abd. Karim al Samman al Hasani al Madani.

Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muh. Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah.

Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid Muhammad al Samman di Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syekh Muh. Arsyad al Banjari, Syekh Abd. Shomad al Palembani (Palembang), Syekh Abd. Wahab Bugis dan Syekh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan “Empat Serangkai dari Tanah Jawi” yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain.

Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang diarak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura pusat Kerajaan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tamjidillah menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kerajaan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’.

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:


  1. Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,

  2. Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,

  3. Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,

  4. Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.

Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Setelah ± 40 tahun mengembangkan dan menyiarkan Islam di wilayah Kerajaan Banjar, akhirnya pada hari selasa, 6 Syawwal 1227 H (1812 M) Allah SWT memanggil Syekh Muh. Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 105 tahun dan dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan Datuk Kalampayan.

Dikutip dari :

- Wiki : Muhammad Arsyad al Banjari bin Abdullah Al Aidrus

- Biografi : Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari

Baca Selengkapnya : http://www.adityaperdana.web.id/mengenal-syekh-muhammad-arsyad-al-banjari.html#ixzz1Pnvnueah


MANAKIB AL HABIB ALI BIN MUHAMMAD BIN HUSEN AL-HABSY SHOHIBUL SHIMTU'D-DURROR



Al-Habib Al-Imam Al-‘Allaamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dilahirkan pada hari Jum’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadramaut.

Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya : Al-Imam Al-‘arif-billah Muhammad bin Husain bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya : As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Haadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah dan amat bijaksana.

Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Qur’an dan berhasil menguasai ilmu-ilmu dzahir dan bathin sebelum mencapai usia yang biasanya dibutuhkan untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali ia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepemimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.

Selanjutnya beliau melaksanakan tugas suci yang dipercaya padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan Agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.

Untuk menampung mereka, dibangunnya masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi kebutuhan mereka dapat belajar dengan tenang dan tentram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.

Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan saja di daerah Hadramaut, tapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.

Di tempat-tempat itu mereka mendirikan pusat-pusat da’wah dan penyiaran Agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-petemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.

Al-Habib Ali sendiri telah menjadikan dirinya sebagai contoh teladan terbaik dalam menghias diri dengan akhlaq yang mulia, di samping kedermawanannya yang merata, baik di antara tokoh-tokoh terkemuka ataupun masyarakat awam, sehingga setiap kali timbul kesulitan atau keruwetan di antara mereka, niscaya beliau diminta tampil ke depan untuk menyelesaikannya.

Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul-Akhir 1333 H. dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berda’wah dan menyiarkan Agama.

Diantara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bungsu : Al-Habib Alwi bin Ali Alhabsyi, pendiri masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Ia dikenal sebagai pribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah; fakir miskin, yatim-piatu dan sebagainya. Rumah kedamainnya selalu terbuka bagi para tamu dari dari berbagai golongan dan tidak pernah lepas dari segi keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul-Awal 1373 H. dan dimakamkan di kota Surakarta.

Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para Ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-muridnya beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.

Dan diantara karangan beliau yang sangat terkenal dan di baca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia,ialah risalah kecil ini, yang berisi kisah Maulid nabi besar Muhammad SAW, dan diberi judul : Shimthu’d-Durrar fii Akhbaar Maulid Khairil Basyar wa Maa Lahu min Akhlaaq wa Aushaaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran manusia Utama; Akhlak, sifat dan Riwayat.

Surat At Tiin (سورة التين) adalah surah ke-95 dalam Al Quran. Surah ini terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-Buruj. Nama At Tiin diambil dari kata At Tiin yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang ertinya Buah Tin.

Isi Kandungan



  • Manusia makhluk yang terbaik rohaniah dan jasmaniah, tetapi mereka akan dijadikan orang yang amat rendah jika tidak beriman dan beramal saleh; Allah adalah Hakim Yang Maha Adil.

Terjemahan:AT TIINsurat KE-95 : 1 - 8 ayat

1. Wat tiini waz zaituun

"Demi Tin dan Zaitun,"

Kata Tin dalam Al Quran hanya disebut satu kali, yaitu dalam surat ini. Adaahli tafsir yang menyebutkan bahwa 'tin' adalah sejenis buah yang terdapat diTimur Tengah. Bila matang, warnanya coklat, berbiji seperti tomat, rasanyamanis, berserat tinggi, dan dapat digunakan sebagai obat penghancur batu padasaluran kemih dan obat wasir. Oleh sebab itu, pada Al Quran terjemahan

Departemen Agama, kalimat Wattiin diartikan dengan "Demi buah Tin"

Kata Zaitun disebut empat kali dalam Al Quran. "Zaitun" adalah sejenistumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar Laut Tengah, pohonnya berwarna hijau,buahnya pun berwarna hijau, namun ada pula yang berwarna hitam pekat, bentuknyaseperti anggur, dapat dijadikan asinan dan minyak yang sangat jernih. Zaitundinamai Al Quran sebagai syajarah mubaarakah (tumbuhan yang banyak manfaatnya).

(Q.S. An-Nuur 24: 35)

Tidak semua ahli tafsir sependapat bahwa yang dimaksud Tin dan Zaitunadalah nama buah sebagaimana dijelaskan di atas. Ada juga yang berpendapat bahwa'Tin' adalah nama bukit tempat Nabi Ibrahim a.s. menerima wahyu, sedangkan'Zaitun' adalah nama bukit di dekat Yerusalem tempat Nabi Isa menerima wahyu.

Jadi 'Tin' dan 'Zaitun' adalah dua tempat yang dianggap bersejarah, karena ditempat itulah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isa a.s. menerima wahyu.

Kedua pendapat tersebut sama-sama memiliki alasan yang kuat. Namun, kalaukita cermati konteks ayatnya, kelihatannya pendapat terakhir lebih logis karenapada ayat berikutnya, yaitu ayat kedua dan ketiga, Allah swt. berfirman tentang bukit Sinai dan kota Mekah.

2. Wa thuuri siiniin

3. Wa haadzal baladil amiin

" dan demi bukit Sinai, dan demi kota Mekkah ini yang aman"

Hampir seluruh ahli tafsir sependapat kalau yang dimaksud 'Thuur Sinin'pada ayat tersebut adalah bukit Tursina atau lebih dikenal dengan nama bukitSinai, yaitu bukit yang berada di Palestina, tempat Nabi Musa a.s. menerimawahyu. Sementara yang dimaksud 'Baladil Amiin' adalah kota Mekkah, tempat NabiMuhammad saw. menerima wahyu.

Dengan ayat-ayat di atas Allah swt. bersumpah dengan empat tempat penting,yaitu Tin, Tursina (bukit Sinai), Zaitun, dan Baladil Amin (kota Mekah), dimanapada empat tempat tersebut Nabi Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammadsaw. menerima wahyu untuk memberikan bimbingan dan pencerahan hidup pada umatmanusia.

Bimbingan yang diberikan para nabi dan rasul ditujukan untuk menjaga agarmanusia tetap berada dalam kemuliaannya karena manusia adalah makhluk yangdiciptakan Allah swt. dalam bentuk yang terbaik, sehingga dijelaskan pada ayat berikutnya,


4. Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim. "sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya,"

Allah swt. dalam ayat ini menegaskan secara eksplisit bahwa manusia itudiciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ar-Raghib Al-Asfahani, seorang pakar bahasa Al Quran menyebutkan bahwa kata 'taqwiim' pada ayat ini merupakanisarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu dengandikaruniainya akal, pemahaman, dan bentuk fisik yang tegak dan lurus. Jadi'ahsani taqwiim' berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya. Kalau kita cermati lebih jauh, sesungguhnya kesempurnaan manusia bukanhanya sekedar pada bentuk fisik dan psikisnya saja, kedudukan manusia di antaramakhluk Allah lainnya pun menempati peringkat tertinggi, melebihi kedudukanmalaikat,

"Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak Adam (manusia) dan Kami angkutmereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhlukyang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol." (Q.S. Al Isra 17:70)

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk mulia. Namun jika manusia berimandan taat kepada Allah swt., ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Adabeberapa alasan yang mendukung pernyataan tersebut. Pertama, Allah swt.memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud (hormat) kepada Adam a.s. Saat awalpenciptaan manusia Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepadapara Malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali Iblis,ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir." (Q.S. Al Baqarah2:34)

Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma(nama-nama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam a.s. mampu karena memang diberiilmu oleh Allah swt., "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya,kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, "Sebutkanlahkepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Merekamenjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah

Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagiMaha Bijaksana." Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada merekanama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-namabenda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwasesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu

lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." (Q.S. Al Baqarah 2:31-32).

Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah swt. karena sudah tabiatnya, sebabmalaikat tidak memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia pada Allah swt.melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan. Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi,

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Akuhendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..." (Q.S. Al Baqarah 2:30).

Mencermati analisis di atas, bisa disimpulkan betapa Allah swt. telahmemberikan kemuliaan yang begitu tinggi pada manusia, bukan hanya yang bersifatfisik dan psikis, tapi juga dari segi kedudukannya. Namun, kalau manusia tidakmampu mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yangpaling hina, bahkan bisa lebih hina dari binatang sekalipun, sebagaimanadijelaskan dalam ayat berikutnya.

5. Tsumma radadnaahu asfala saafiliin."Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"

Kalau binatang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan perut dansyahwat biologisnya, kita tidak bisa mengategorikannya sebagai perbuatan hina,karena binatang tidak diberi akal dan nurani. Namun, kalau manusia melakukan halyang sama seperti binatang, kita mengategorikannya sebagai perbuatan hina karenamanusia diberi akal dan nurani untuk mengontrol perbuatannya. Nah, kalau kita

tidak pernah menggunakan akal sehat dan nurani untuk mengarungi kehidupan,berarti derajat kita anjlok ke level yang serendah-rendahnya.

Agar tidak turun ke derajat yang paling rendah, Allah swt. memerintahkanmanusia untuk mengisi hidup dengan iman dan amal saleh, sebagaimana dijelaskanpada ayat berikutnya,

6. Illalladziina aamanuu wa'amilushshaalihaati falahum ajrun ghairu mamnuun."Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh; maka bagi mereka pahalayang tiada putus-putusnya."

Orang yang tidak akan turun pada derajat yang paling rendah adalahorang-orang beriman. Iman secara bahasa bermakna "pembenaran". Maksudnyapembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., yangpokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam; yakni (1) keesaan Allah

swt., (2) malaikat, (3) kitab-kitab suci, (4) para nabi dan rasul Allah, (5)hari kemudian, (6) takdir yang baik & buruk.

Peringkat iman dan kekuatannya berbeda antara satu dan saat lainnya. Begitupula dengan kekuatan iman masing-masing manusia, berbeda antara satu denganlainnya. Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa 'Al immanu yaziidu wa yanqushu'(iman itu fluktuatif, dapat bertambah dan bisa juga berkurang). Karena itulahkita wajib merawat iman agar tetap prima.

Seseorang dapat dikatakan memiliki iman yang kuat bila memenuhi ciri-cirisbb:

1. memiliki jiwa muraqabah, artinya selalu merasa dilihat, ditatap, dan diawasiAllah swt.

2. hatinya mudah tersentuh dengan nasihat-nasihat agama,

3. berjiwa tawakal, pasrah kepada Allah setelah berikhtiar dengansungguh-sungguh,

4. selalu berkomunikasi dengan Allah dengan shalat dan doa,

5. memiliki kepekaan sosial, sehingga selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir miskin.

Ciri-ciri ini diambil dari firman Allah berikut ini,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut. nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada merekaayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.Yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi

Tuhannya dan ampunan serta nikmat yang mulia." (Q.S. Al Anfal 8:2-4)

Setelah beriman, yang bisa menyelamatkan manusia dari kejatuhan adalah'Amilus shalihat' (beramal saleh). Kalimat 'Amilus shalihat' dalam Al Qurandisebut hingga 52 kali. Kata 'amiluu berasal dari kata 'amalun, artinyapekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Kata 'shalihaat' berasal darikata 'shaluha', artinya bermanfaat atau sesuai. Jadi, amal saleh adalah aktivitas yang dilakukan dengan penuh kesadaranbahwa pekerjaan itu memberi manfaat untuk dirinya maupun untuk orang lain, sertapekerjaannya itu sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. SyaikhMuhammad Abduh mendefinisikannya sebagai berikut, "Amal saleh adalah segalaperbuatan yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secarakeseluruhan."

Perlu ditegaskan, amal saleh harus dibarengi dengan poin pertama yaituiman. Tanpa iman kepada Allah swt., amal yang dilakukan akan sia-sia belaka."Dan Kami hadapkan segala amal baik yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amalitu bagaikan debu yang berterbangan." (Q.S. Al Furqan 25: 23)

Maka bagi orang-orang yang mengisi hidupnya dengan iman dan karya (amal saleh),bagi mereka "ajrun ghairu mamnun" (pahala yang tiada putus).

7. Famaa yukadzdzibuka ba'du biddiin"Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan hari pembalasan sesudah adanyaketerangan-keterangan itu?"

Bentuk pertanyaan pada ayat ini, dalam bahasa Arab disebut "istifhaminkari", mengandung penegasan bahwa tidak ada alasan apapun yang patut membuatmanusia mendustakan hari pembalasan dan mengingkari ajaran-ajaran Allah swt.,setelah mengetahui bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia.

Surat ini kemudian ditutup dengan kalimat bertanya yang bertujuan agar manusia mau berpikir.

8. Alaisallaahu biahkamil haakimiin

"Bukankah Allah itu Hakim yang seadil-adilnya?"

Seolah ayat ini mengatakan, "Pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah swt.

Hakim yang Maha Adil dan Maha Mengetahui kebutuhan kamu. Oleh sebab itu hanyaaturan-aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhanmu!"

Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat menjaga kemuliaan yang Allah berikandengan selalu meningkatkan iman dan mengerjakan amal saleh.

Semoga artikel Arti dan Kandungan Surat At-tin bermanfaat bagi Anda.Amin...



Jika artikel ini bermanfaat,bagikan kepada rekan melalui:

Sumber Artikel: Arti dan Kandungan Surat At-tin | IXE-11™ http://ixe-11.blogspot.com/2012/03/arti-dan-kandungan-surat-at-tin.html#ixzz3SM4fd4NM


IXE-11™ Students Blogs... By: Bramastana D.

KUMPULAN CERAMAH ISLAM

Assalamu’alaikum wr.wb


Alhamdulillahilladzi an’ama ‘alaina bi ni’matil iman, wal islam. Asyahadualla ilaha illaloh,wasyhadu anna Muhammadarrosullulah. Allohuma sholi ‘ala Muhammad wa’ala ali syaidina Muhammad amma ba’du

Hadirin Ikhwatul iman rohimakumuloh !

Seiring berjalannya waktu,hari berganti minggu,bulan berganti tahun. Perkembangan manusia pun banyak mengalami perubahan yang didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mutakhir. Manusia dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan dan mewujudkan impiannya dengan memanfaatkan kemajun ilmu pengetahuan. Dulu untuk mengirim dan menyampaikan berita membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi sekarang hanya dengan beberapa detik saja kita dapat memberi dan menerima kabar dengan cepat dan mudah, meskipun dari jarak yang jauh. Itu semua berkat kemajuan ilmu.

Hadirin yang dirahmati alloh.

Dalam islam sebagaimana kita tahu,bahwa ilmu sangat berguna dan menentukan,seperi dalam Al-Qur’an Al-Mujadalah ayat 11:

“Bismillahirrahmanir rahiim. Yarfa’illaahul ladziina aamanuu mingkum walladziina uutul ‘ilma darojaat. Wallohu bimaa ta’maluuna khobiir”

“Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat. dan alloh Maha Waspada dengan apa-apa yang kamu kerjakan”.

Maksudnya : Alloh kan mengangkat derajat orang yang berilmu yang disertai dengan keimanan kepada Alloh.
Oleh karena itu Alloh mewajibkan untuk mencari ilmu kapanpun dan dimanapun, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh ibnu majah :

“Tholabul ‘ilmi fariidotun ‘alaa kulli muslimin”

“Mencari Ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim”

Nah,yang merasa orang islam wajib hukumnya untuk mencari ilmu dimanapun dan kapanpun. Mengapa wajib?


“Walaa taqfu maa laisa laka bihi ilmu”

“Dan janganlah kamu mengerjakan Apa-apa yang tidak tahu ilmunya “.


Bisa dibayangkan oleh teman-teman, misalkan kita tidak tahu ilmu elektronika terus kita membongkar computer. Maksud hati untuk memperbaiki tapi apa yang terjadi? Malah an…cur.

Hadirin dan teman-teman, Para pencari ilmu!

Apapun cita–cita atau keinginan kita, Insya Alloh dapat kita capai dengan memiliki ilmunya. Sebagaimana Rasul bersabda “man aroda dunya fa’alaiha bil ilmi,waman arodal akhiro fa’alaiha bil ilmi,waman aroda huma fa’alaihim bil ilmi “Siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka dapat di capai dengan ilmu, Siapa menghendaki kehidupan akhirat juga dicapai dengan ilmu, dan siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan akhirat keduanya dapat di capai dengan ilmu. jadi apapun cita-cita dan keinginan kita dapat kita raih bila kita memiliki ilmunya tentunya disertai dengan kerja keras dalam proses pembelajara tersebut.khusus untuk teman-teman sebaya, mumpung kita masih kecil masih imut-imut belum amit-amit mari kita mencari ilmu dengan belajar dan belajar agar besar nanti menjadi orang yang berguna bagi bangsa, agama dan orang tua.
Dan di usia kita banyak sekali keuntungannya, sebagaimana dalam syair lagu yang tentunya teman-teman juga hafal
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu belajar sesudah dewasa (te ro re ro ret ) bagaikan mengukir di atas air. Kalau main gitar pakai akar kedongdong Kalau mau pintar belajar dulu dong. Aqulu Qouli hada, Assalamu’alaikum Wr Wb.


Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin