Pusaka Madinah



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə17/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   13   14   15   16   17   18   19   20   ...   92

AYAT-AYAT FITNAH

Pada saat ini, tidak sedikit kesalah-pahaman tentang ajaran Islam. Bukan saja oleh Non-Muslim, bahkan Muslim-pun sering kali salah paham mengenai ajaran Islam. Beberapa bulan yang lalu, seperti kita ketahui telah tersebar film berjudul “Fitna”. Berbagai macam reaksi ditunjukkan oleh kaum muslimin menanggapi film ini. Al-Qur’an memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad berkaitan dengan sikap orang yang tidak senang kepada Islam (sikap kaum musyrikin yang melecehkan Islam). “Jika orang musyrik mengganggu kamu, maka ambil yang mudah, jangan persulit.”

Ayat ini seakan-akan berpesan, bahwa jangan menanyakan suatu persoalan yang pintar kepada orang yang bodoh. Jangan meminta sesuatu yang baik kepada orang yang jahat. Terhadap orang yang membenci kita, maka jangan berharap orang tersebut akan mencintai kita. Karena setiap bejana hanya bisa mengeluarkan apa yang ada di dalam bejana tersebut.

Mari kita jangan salah paham dengan ajaran agama kita. Sekaligus mari kita mengikuti tuntunan Allah yang berkaitan dengan pelecehan terhadap agama Islam. Jangan kita mengira, bahwa pelecehan ini adalah yang terakhir. Allah berfirman:



Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Q.S. Ali Imran: 186)

Dulu kita pernah mendengar Ayat-Ayat Setan oleh Salman Rusdi. Kemudian juga ada karikatur Nabi Muhammad. Dan belakangan ini adalah film “Fitna”. Ini yang populer, sedangkan yang tidak populer mungkin lebih banyak dari ini. Berkaitan dengan Film “Fitna”, sebenarnya bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan di dalam film ini? Kemudian, bagaimana tuntunan Tuhan jika hal seperti ini terjadi lagi? Ada beberapa ayat Al-Qur’an di dalam film “Fitna” ini yang akan kita cermati.

Sebenarnya apakah yang dimaksud produser film ini dengan kata “fitna”? Apalagi ini juga di dalam Bahasa Belanda. Di dalam agama, terkadang apa yang ada di dalam hati yang ingin kita sembunyikan, tetapi apa yang hendak kita sembunyikan itu tiba-tiba muncul di mulut tanpa kita sadari.

Berkaitan dengan Film “Fitna” ini, sebenarnya orang ini (pembuat Film “Fitna”) mau memfitnah Islam, tapi Tuhan ingin menunjukkan apa yang ada di dalam hatinya. Maka ia pun membuat film “Fitna” ini, yang di film tersebut semuanya berisi fitnah. Di dalam Al-Qur’an disebutkan, bahwa suatu hari nanti kulit, tangan, dan semua organ tubuh kita akan bisa bicara. Lalu kita berkata kepada organ tubuh kita itu, “Mengapa kami bicara? Siapa yang menjadikan kamu bisa bicara?” Lalu dijawablah oleh organ tubuh kita itu, “Allah yang menjadikan saya bisa bicara.” Jadi, apa yang tersembunyi di dalam hati kita, itu nantinya akan berbicara dan bersaksi.



Ayat Pertama (pada Film “Fitna”):

Ditayangkan di film tersebut, yang di situ ada ayat Al-Qur’an yang mungkin dibaca oleh seorang Qari’ Internasional. Semuanya dibaca, tapi ada yang dipotong. Contoh dari yang ditayangkan di film tersebut adalah ayat sebagai berikut:



Kalau kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka penggal batang lehernya, sampai kalau sudah terjadi mandi darah, ikat dia …. (Q.S. Muhammad: 4)

Kemudian setelah ayat itu dibacakan, ditayangkanlah lima orang berdiri memakai baju hitam, lalu ada satu orang memakai baju merah, yang kemudian orang yang pakai baju merah ini dipenggal batang lehernya oleh lima orang berpakaian merah. Itulah Islam, menurut film tersebut. Apakah ini fitnah?

Ayat ini sebenarnya tidak berbicara mengenai setiap orang kafir yang kita temui, melainkan ayat ini berbicara mengenai orang-orang kafir yang memusuhi (yang memerangi) Islam. Sehingga secara harfiah, ayat ini sebenarnya menyatakan “kalau kamu bertemu dengan orang-orang kafir itu dalam peperangan ….”

Dulu (dan mungkin sampai sekarang), ada orang-orang yang menyiksa ketika membunuh. Al-Qur’an menginginkan, kalaupun kamu berperang dan mesti membunuh, maka bunuhlah dia secepat mungkin supaya tidak tersiksa. Yang ini hanya bisa dilakukan dengan memenggal kepala, sampai mereka lumpuh tidak bisa bergerak. Kalau ketika berperang, mereka ini sudah tidak bisa berperang lagi, maka ikat mereka. Dulu, kalau berperang memang pasti ada yang mati. Tapi kalau sekarang, bisa saja terjadi suatu peperangan namun tidak banyak yang mati, atau boleh jadi tidak mati, melainkan langsung kalah, misalkan dengan memutus jalur logistik.

Pada masa Rasulullah, kaum Muslimin pernah berperang dengan orang Yahudi Bani Quraizah. Orang Yahudi tersebut kemudian kalah, lalu ditawan dan diikat. Mengapa diikat? Karena dulu tidak ada rumah tahanan. Biasanya tahanan ini dititipkan di rumah sahabat Rasulullah. Tawanan ini ditahan, karena kalau ia kembali, maka ia bisa menyerbu kembali. Pernah Rasulullah menitipkan satu tawanan pada Sayyidina Ali. Kemudian turun ayat, memuji Sayyidina Ali, memuji peraturan yang diberlakukannya. Ayat tersebut berbunyi:

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (Q.S. Al-Insan:

Waktu Rasulullah menahan kelompok Bani Quraizah, mereka ini diikat di tengah panas terik matahari. Nabi berkata, “Jangan kumpulkan dua kepanasan terhadap mereka, yaitu panasnya mereka kalah dan panasnya terik matahari. Biarkan mereka beristirahat.”

Hal-hal seperti inilah (keagungan ajaran Islam) yang telah disembunyikan. Pada ayat tersebut, ia (pembuat film “Fitna”) tidak membaca lanjutan ayatnya, yaitu:

Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti …. (Q.S. Muhammad: 4)

Rasulullah berkata kepada para tawanan perang, “Jika kamu (tawanan) mau bebas, maka ajarlah orang Islam untuk baca-tulis.” Tidak ada dikatakan untuk membunuh mereka (tawanan). Justru kalimat seperti ini tidak dibaca, karena hal ini adalah keistimewaan Al-Qur’an (dan juga Islam).

Ayat kedua (pada Film “Fitna”):

Itu orang-orang kafir, setiap kulit mereka hangus terbakar, Allah akan mengganti kulit baru, supaya dibakar lagi, sehingga dia tidak pernah terhenti dari siksa …. (Q.S. An-Nisaa: 56)

Tujuan disitirnya ayat ini sepertinya adalah untuk menggambarkan, bahwa penyiksaan terhadap orang kafir adalah penyiksaan yang tiada hentinya. Kalau perlu bakar dia (orang kafir) itu sampai kulitnya hangus. Habis dibakar, kemudian sembuh, lalu setelah itu diganti lagi.

Di sini ingin digambarkan, bahwa Islam kejam, karena Tuhannya memang kejam. Itulah sebabnya, di antara mereka ini ada yang mengatakan, bahwa yang teroris itu bukan Umat Islam, melainkan yang teroris adalah Al-Qur’an. Jadi yang salah itu bukan Islam, melainkan adalah Al-Qur’an. Dia ingin menggambarkan, bahwa Islam itu “teror”, Islam itu “kejam”, karena Tuhannya “kejam”.

Ayat di atas (yang ditampilkan pada film tersebut) sebenarnya berbicara mengenai siksaan di hari kiamat. Kalau nantinya di akhirat kita memperoleh surga, maka itu tak lain adalah anugerah Allah, bukan karena amalan manusia. Shalat dilakukan adalah untuk kepentingan kita. Kita berzakat adalah untuk kepentingan kita yaitu misalkan agar harta kita tidak dirampok dan harta tersebut menjadi berkah, serta kita juga disenangi oleh orang. Jadi tidak usah lagi mengharap sesuatu di akhirat. Kalaupun kita mendapatkan sesuatu di akhirat, itu merupakan anugerah dari Allah.

Rasulullah bersabda:

Tidak ada satu orang pun di antara kamu yang masuk surga karena amalnya.” Kemudian ditanya oleh sahabat, “Kamu juga tidak masuk surga karena amalmu?” Dijawab oleh Rasulullah, “Kecuali kalau Allah menganugerahkan (melimpahkan) rahmat-Nya kepadaku.

Apakah hanya Islam yang mengancam dengan api neraka, atau agama lain juga sama, yaitu mengancam dengan api neraka? Nabi Isa pun yang kita kenal sebagai nabi yang penuh kasih sayang, juga mengancam dengan api neraka. Di dalam Perjanjian Baru tertulis jelas hal tersebut. Jadi bukan hanya Agama Islam.

Salah satu cara pendidikan adalah reward dan punishment. Dan salah satu cara pendidikan adalah ancaman. Bisa jadi karena rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya, kemungkinan nanti neraka itu tidak ada. Bisa jadi neraka itu hanya ancaman. Itu sebabnya, dalam pandangan ahlussunnah wal jama’ah (Asy’ariyah), karena surga dan neraka itu hak prerogatif Allah, bisa saja Dia memasukkan orang yang berdosa ke surga. Ada orang-orang yang justru menjadi baik karena diancam. Jadi, janganlah pernah menyangka bahwa Allah itu kejam. Bersangka baiklah kepada Allah.

Ayat ketiga (pada Film “Fitna”):

Perangilah mereka sampai tidak ada penganiayaan, dan agama seluruhnya adalah milik Allah …. (Q.S. Al-Baqarah: 193)

Begitulah kira-kira terjemahan mereka. Mereka ingin mengatakan, bahwa Allah memerintahklan Rasulullah dan Umat Islam memerangi siapapun, sampai Agama Islam menguasai dunia. Di film “Fitna” digambarkan mengenai hal ini. Ada satu orang yang berpidato dengan mengacungkan pedang lalu berkata “Allahu akbar … Allahu akbar …,” dan kemudian berkata, “Islam harus menguasai dunia.”

Apakah memang Islam menghendaki tersebarnya agama dengan pedang? Tentunya tidak. Jadi, apa arti dari ayat ini, “Perangilah mereka sampai tidak ada fitnah, tidak ada penganiayaan, dan agama seluruhnya tunduk kepada apa yang ditetapkan Allah.”

Kata “ad-din” memiliki banyak arti. Jika dikatakan “Maliki yaummiddin“, maka “ad-din” yang dimaksud artinya adalah pembalasan. Jika dikatakan “Al-yauma akmaltulakum dinakum,” maka “ad-din” yang dimaksud artinya adalah agama.

Ad-din” juga berarti kepatuhan. “Perangi orang yang memerangi kamu sampai tidak ada penganiayaan, dan kepatuhan hanya kepada Allah.” Bukan artinya “Agama Islam sampai tersebar”, melainkan “semua harus patuh kepada Allah”.

Berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah, di dalam Al-Qur’an disebutkan juga bahwa Allah melarang kita untuk menghancurkan rumah ibadah agama lain, dan juga melarang kita untuk mencaci berhala-berhala (sesembahan) agama lain. Dalam firman-Nya disebutkan:



Jangan memaki sembahan-sembahan mereka itu, karena kalau kamu memaki mereka, maka mereka akan balik memaki kamu …. (Q.S. Al-An’am: 108)

Dalam firman-Nya yang lain disebutkan:

Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

(Q.S. Al-Hajj: 40)

Jadi, merupakan tindakan yang salah jika ada Umat Islam yang menghancurkan rumah ibadah agama lain. Kalau begitu, apakah Allah memang mengizinkan manusia beragama selain agama Islam? Apakah Allah juga meridhai kekufuran? Dan apakah Allah mengizinkan kekufuran? Kalau Allah tidak mengizinkan, maka kekufuran itu tidak terjadi. Ada perbedaan antara “izin” dengan “restu”. “Restu” adalah izin plus suka. Sedangkan “izin” adalah mempersilakan, tapi tidak menyetujui.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan mengenai hal ini:



Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” …. (Q.S. Al-Kahfi: 29)

Dalam ayat yang lain disebutkan pula:



Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Q.S. Al-Kafirun: 6)

Jadi kalau kita membiarkan orang menganut agama yang ia pilih, apakah itu sesuai dengan kepatuhan kita kepada Allah? Ketika Allah berfirman “Lakum dinukum waliyyadin,” maka yang mau memilih agama dan kepercayaan yang ia anut, apakah itu sesuai dengan kehendak Allah atau tidak? Harus dibedakan antara “izin”, “kehendak”, atau “restu”. Apakah hal di atas merupakan kehendak Allah atau bukan? Apakah ada yang terjadi di bumi dan alam ini yang tidak sesuai dengan kehendak Allah? Tentunya tidak ada yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Tak dapat kita pungkiri, bahwa di bumi ini pasti ada kekufuran. Apakah Allah mengizinkan orang untuk berlaku kufur? Jadi dalam hal ini, kita tidak bisa mengancam seseorang bahwa ia harus masuk Islam. Adanya rumah ibadah agama lain apakah itu karena izin Allah? Ya, tentunya karena izin Allah, bukan hanya izin dari pemerintah. Kita tentunya harus patuh kepada Allah. Jika Allah mengizinkan hal-hal tersebut, kemudian kita mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak boleh, apakah kita dapat dikatakan patuh? Dalam hal ini berarti kita sudah tidak patuh kepada Allah.

Hal inilah yang dimaksud oleh ayat ketiga tersebut di atas. Yang penting jangan menganiaya orang. “Fitnah” itu di dalam Al-Qur’an artinya “menganiaya”.

dan fitnah (menganiaya) itu lebih besar dosanya daripada membunuh. (Q.S. Al-Baqarah: 191)

Kembali kepada konteks ayat di atas, “Perangi mereka yang memerangi kamu sampai batas tidak ada lagi penganiayaan.”

Kemudian muncullah pertanyaan, apakah kita menganiaya saudara-saudara kita yang non muslim jika kita larang mereka beragama? Jika hal ini dilakukan, berarti kita sudah menganiaya mereka, kita tidak patuh kepada Allah. Jika kita menghalang-halangi dan menakut-nakuti orang untuk menjalankan agamanya berarti kita sudah menganiaya mereka.

Dalam hal ini, kepatuhan hanyalah kepada Allah. Berarti kita sudah patuh kepada Allah jika kita mengizinkan orang lain menganut agama dan kepercayaannya, walaupun itu berbeda dengan kepercayaan kita. Karena itu, kita harus memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan ajaran agamanya, melaksanakan kepercayaannya, tetapi dengan syarat bahwa dia tidak melakukan penganiayaan.

Oleh sebab itulah, pada Al-Baqarah: 193 ayatnya ditutup dengan:

Kalau mereka sudah berhenti dalam penganiayaan, tidak ada permusuhan dari Allah kecuali terhadap orang yang berlaku aniaya. (Q.S. Al-Baqarah: 193)

Dalam hal ini, bagi Umat Islam, jika lawannya sudah berhenti melakukan aniaya, maka ia harus menghentikan perlawanan terhadap lawannya itu. Kalau Umat Islam masih melakukan perlawanan, atau mengutik-utik mengganggu lawannya itu, maka Allah akan marah kepada orang Islam, karena ketika itu ia telah berlaku aniaya.

Bagaimana petunjuk Al-Qur’an jika ada yang melecehkan Islam?

Jika hal ini terjadi, apakah mereka yang melecehkan Islam itu akan kita perangi? Dalam firman-Nya, Allah mengingatkan: “Kamu pasti akan diuji menyangkut harta kamu, menyangkut jiwa kamu. Kamu pasti akan mendengar dari orang-orang, sebagian dari orang Yahudi, sebagian dari orang Nasrani, sebagian dari orang yang tak beragama, gangguan yang banyak.

Petunjuknya dari lanjutan ayat tersebut, yaitu: “Kamu dituntut sabar dan bertakwa, karena itu adalah sesuatu amalan yang perlu ditekadkan, itu sesuatu yang sangat terpuji.

“Sabar” berarti menahan emosi atau menahan gejolak nafsu pada saat kita kuasa untuk melampiaskannya. Sedangkan “takwa” pada dasarnya adalah menghindar dari sesuatu yang buruk. Allah memerintahkan kita untuk mencari yang selamat.

Berkaitan dengan Film “Fitna”, tentunya kita harus pahami, mengapa mereka melecehkan Islam. Hal ini bisa dikarenakan mereka tidak tahu. Kalau mereka tidak tahu, kemudian kita beritahu, kemungkinan nantinya mereka tidak akan melecehkan. Kalau dia sudah tahu, tapi memang bermaksud untuk melecehkan, maka hati-hatilah, perhitungkan langkah kita.

Walaupun kita mampu, tapi kemudian akan berdampak buruk, maka jangan lakukan. Itulah arti sebenarnya dari “takwa”, hindari, perhitungkan langkah kita. Kalau kita menghindari, dan kita sudah sabar dalam arti sudah kuat, maka orang yang mau melecehkan itu akhirnya menjadi tidak berani melecehkan.

Mengapa ada orang yang berani melecehkan Islam? Karena mereka tidak takut. Mengapa ada negara yang takut diboikot ekonominya oleh Umat Islam? Dalam kasus ini Denmark sudah rugi besar setelah pemboikotan dari Umat Islam (berkaitan dengan kasus karikatur Nabi Muhammad). Padahal dalam hal ini kita (Umat Islam) tidak menganggu mereka. Kita hanya tidak mau membeli barang mereka.

Menurut petunjuk agama, jika ada yang melecehkan Islam, maka pergunakanlah langkah yang tepat untuk menghadapinya, yaitu kita harus benar, harus kuat, kemudian perhitungkanlah langkah tersebut, jangan sampai langkah itu membawa bencana untuk kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita membakar kedutaan negara lain, ataupun membakar benderanya, karena bukan mereka yang salah. Berkaitan dengan kasus Film “Fitna”, ini adalah kesalahan satu orang. Karena kalau kita merusak kedutaan negara lain atau membakar bendera negara tersebut misalkan, maka mereka pun bisa melakukan hal tersebut kepada kita.

Jadi, perhitungkan langkah kita, lihat apa yang paling maslahat. Ucapkan selamat tinggal, sambil menunggu, sehingga mungkin saja nantinya mereka akan insaf dan tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut. Kalau mereka masih terus melakukan hal tersebut, boleh jadi kemudian kita sudah kuat, sehingga dia tidak berani lagi untuk melakukan itu. Inilah petunjuk agama, yang sudah sepantasnya untuk kita jalankan.

Patut diingat, bahwa ini bukan yang terakhir. Allah yang berkata demikian. Karena itu, turun petunjuk-petunjuk-Nya. Dan ini adalah salah satu petunjuk yang harus menjadi pegangan untuk kita. Kita perkuat diri kita, ilmu, teknologi, ekonomi, persatuan dan kesatuan. Perkuat hal tersebut, sehingga jika ada orang yang ingin mengganggu, maka mereka tidak akan berani.


TURUNNYA NABI ISA DI AKHIR ZAMAN


Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasululah SAW, “Demi Allah yang jiwa Muhammad ada pada-Nya, sesungguhnya suatu ketika kelak akan turut Isa bin Maryam AS. Isa bin Maryam itu akan berada di tengah-tengah kamu di akhir zaman nanti. Ia akan menjadi hakim yang seadil-adilnya. Dia akan menghancurkan salib-salib dan mengadili para rahib Nasrani. Kemudian dia akan membunuh babi-babi. Akan dihapuskan semua kemungkaran. Di situ orang-orang sudah tidak ada lagi yang menipu orang lain. Semua akan berkata jujur. Dan terjadilah kekayaan yang melimpah ruah, sehingga tidak seorang pun lagi nanti yang bersedia menerima pemberian orang lain.” (H.R. Imam Muslim)

Hadits ini kita angkat agar kita mengerti, bahwa Nabi Isa AS (rasul ke-24 menurut keyakinan umat Islam) akan turun di akhir zaman nanti, yang sejarah kelahirannya diceritakan oleh Allah SWT di dalam Q.S. Ali Imran ayat 59:



Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Q.S. Ali Imran: 59)

Selanjutnya pada Q.S. An-Nisaa ayat 157 disebutkan:



dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa. (Q.S. An-Nisaa ayat 157)

Bahkan ternyata di dalam Matius pasal 26 ayat 57 – 74, disebutkan bahwa yang disalib itu adalah Yudas Iskariot. Di dalam Injil juga diceritakan, bahwa pada malam gelap itu Yudas melaporkan, bahwa Al-Masih (Isa) yang menjadi Raja Dunia itu sudah ada di taman itu. Tapi ketika malam gelap tidak diketahui siapakah sebenarnya yang ditangkap. Kemudian diseretlah orang yang disangka sebagai Nabi Isa itu ke pengadilan.

Di dalam Injil – Matius ayat 27 – 31 disebutkan: Ketika diseret itu, maka ditanyailah Petrus, “Apakah kamu kenal dengan orang yang akan diadili ini?” Petrus mengatakan, bahwa ia tidak kenal. Kemudian Petrus ditanyai lagi, “Bukankah kamu pernah bersama dia sebagai muridnya?” lalu Petrus berkata, “Iya, tapi bukan dia.”

Maka pada waktu itu Petrus berkata, “Aku bersumpah dan berjanji, bahwa aku tidak kenal orang itu.” Ketika itu berkokoklah ayam.

Di dalam Injil – Matius pasal 26 ayat 47 – 56 juga disebutkan: Bahwa pada saat itu, Isa hilang pada malam tersebut. Beberapa hari kemudian ia baru muncul. Dan dia mengatakan, “Sesungguhnya aku bukan di kayu salib itu. Tetapi aku sudah dijanjikan oleh Allah akan terangkat dari diri kalian.”

Di Injil juga diterangkan, bahwa sesungguhnya Nabi Isa pergi meninggalkan murid-muridnya, sampai Nabi Isa tiba di pinggir Laut Tiberias, dan di sana kemudian Nabi Isa menghilang.

Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisaa ayat 158:

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisaa: 158)

Banyak terjadi perbedaan pendapat dalam hal ini. Misalkan aliran Mirza Ghulam Ahmad (Ahmadiyah) menganggap, bahwa yang akan lahir di kemudian hari itu bukanlah Isa, melainkan Mirza Ghulam Ahmad. Dan dialah (Mirza Ghulam Ahmad) yang dinamakan Al-Masih Al-Maw’ud. Dan beberapa waktu yang lalu di Indonesia juga ada pengakuan dari Ahmad Moshadeq, bahwa dialah (Ahmad Moshadeq) sebagai Al-Masih Al-Maw’ud. Aliran Syi’ah Ismailiyah dan Syi’ah Imamiyah menganggap, bahwa yang lahir itu nanti adalah Al-Mahdi (Imam Mahdi), bukanlah Al-Masih.

Dalam hal ini, hadits Rasulullah seperti tersebut di awal memberikan ketenangan kepada kita, agar kita tidak bermusuhan satu sama lain, dan kita akan hidup berdampingan dengan damai.

Patut kita ketahui, bahwa hingga hari ini, jiwa orang-orang tersebut penuh dengan keraguan dan kebimbangan.

Firman Allah pada Q.S. Ali Imran ayat 151:

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (Q.S. Ali Imran: 151)

Menurut para ulama tafsir, bahwa peristiwa Nabi Isa (seperti juga ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an) adalah kelanjutan dari peristiwa Ashabul Kahfi.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi ayat 10-12:

(10) (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”

(11) Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,

(12) Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).

(Q.S. Al-Kahfi: 10-12)

Menurut para ahli tafsir, ketika tujuh orang pemuda Ashabul Kahfi itu masuk ke dalam goa, waktu itu mereka (pemuda Ashabul Kahfi) tertidur lama. Para ahli sejarah mengatakan, tertidurnya tujuh pemuda Ashabul Kahfi itu adalah selama 305 tahun (menurut perhitungan tahun matahari). Menurut para ahli tafsir, Nabi Isa pun kini sedang tertidur.

Rasulullah bersabda:

Ketika malam Isra’ dan Mi’raj, aku ditakdirkan oleh Allah dengan segala kekuasaan, mendapat perintah shalat. Lalu aku berhadapan dengan Allah. Ketika aku berkata, “Attahiyatul mubarakatush shalawatuth thayyibatulillah.” Allah menjawab, “Assalamu‘alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh.” Lalu aku berkata, “Assalamu‘alaina wa ‘ala ibadillahish shalihin.” Lalu Allah berfirman, “Asyhaduanlaailaaha illallah wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah.” Lalu Allah berfirman, “Allahumma shalli ‘ala Muhammad.” Lalu aku berkata, “Wa ‘ala ali Muhammad. Kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim. Wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad. Kamaa barakta ‘ala Ibrahim, wa ‘ala ali Ibrahim. Fil alamina innaka hamidun majid.” (diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik,)

Jadi dalam dialog antara Rasulullah dengan Allah tersebut di atas, terlihat bahwa Rasulullah begitu mementingkan orang lain. Ketika Rasulullah selesai melaksanakan Isra’ Mi’raj, maka dia ditanya oleh para sahabat, “Apakah doamu kepada Allah, ya Rasulullah?” Dijawab oleh Rasulullah, “Doaku hanya meminta kepada Allah, Ya Allah tolong diringankan umatku, tidak seperti umat-umat terdahulu.”

Telah terbukti di dalam sejarah umat-umat terdahulu, misalkan umat Nabi Nuh, sedikit saja melakukan kesalahan, maka langsung diberikan bencana banjir yang begitu besar, begitu juga umat-umat nabi yang lainnya. Lihatlah di sekitar kita sekarang ini, betapa banyaknya kemaksiatan yang terjadi. Tapi Allah belum menurunkan bencana seperti halnya bencana yang ditimpakan kepada umat-umatnya para nabi sebelum Nabi Muhammad, yang hal ini dikarenakan doanya Nabi Muhammad. Karena itu, sudah selayaknya kita sebagai umat Nabi Muhammad untuk selalu bershalawat kepadanya. Hingga menjelang ajalnya pun, Rasulullah selalu mengatakan, “Ummatiummati … wahai umatku … wahai umatku.” Jadi, betapa Rasulullah begitu mencintai umatnya.

Kemudian lanjutan dari hadits riwayat Imam Muslim di atas adalah:

Nabi Muhammad berkata: “Isa bertemu kepada Umat Muhammad,”

Maksudnya mungkin Nabi Isa tidak turun di kalangan Umat Islam, tapi turun di kalangan Umat Nasrani, kemudian mengadili mereka (Umat Nasrani).

Selanjutnya, Nabi Muhammad berkata:

Akan senantiasa hingga ada Hari Kiamat, di mana Isa Alaihissalam itu pergi ke kalangan Umat Islam, lalu Nabi Isa dipersilakan untuk menjadi Imam oleh Umat Islam. Namun Isa menolak dengan dua tangan, katanya “Nabimu (Muhammad) adalah lebih mulia dari aku. Aku sebenarnya hanya mengikuti ajaran Muhammad. Dan aku membawa ajaran Muhammad ini di tengah-tengah umatku. Inilah yang paling benar hingga Hari Kiamat.”

Jadi, begitulah Umat Nabi Muhammad diberi kemuliaan oleh Allah. Karena itu, kita tidak usah ragu dan kita juga beristiqamah, karena Islam-lah agama yang paling benar. Dan juga kita tanamkan hal ini kepada anak-anak kita. Orang yang beristiqamah itu tidak akan pernah terombang-ambing.

Diceritakan dalam sebuah hadits, ketika Rasulullah mengumpulkan para sahabat. Rasulullah berkata:

Wahai para sahabatku, sesungguhnya di dekat hari-hari akhir nanti akan lahir di kalanganmu berbagai macam perbedaan pendapat. Di antara mereka ada yang akan menyesatkan kamu. Maka berpegang teguhlah kamu kepada Al-Qur’an dan Sunnahku. Dan gigitlah jubahmu itu dengan gerahammu, karena di kemudian hari nanti tidak sedikit orang yang akan menyesatkan kamu. Sekiranya kamu berpegang teguh kepada Allah dan Rasul, serta para ulama-ulama yang membawa kebenaran, maka selamatlah engkau hingga akhir hayatmu.”

Nanti malaikat akan turun dan berkata, “Tenang, serta jangan ragu dan bimbang. Sesungguhnya Allah akan memberikan pertolongan kepada orang yang beristiqamah.”

Istiqamah adalah menguatkan tekad dan pendirian. Karena itulah, dari sekarang kita berusaha untuk beristiqamah. Selain itu, anak-anak kita juga harus dididik untuk selalu beristiqamah.

Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 92:

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (Q.S. An-Nahl: 92)

Jadi menurut ayat ini, bahwa Umat Islam sudah kokoh, jangan mau diobrak-abrik dan dipecah-pecah. Sekarang kita ini sedang terpecah-pecah. Kekerasan terjadi di mana-mana hanya karena sedikit perbedaan pendapat. Ingat, kita ini adalah umat yang satu (ummatan wahidah). Apabila kekerasan terjadi, maka ingatlah firman Allah pada Q.S. Ali Imran ayat 159:



Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran: 159)

Apa yang telah disebutkan pada ayat di atas, maka begitulah seharusnya persaudaraan di antara sesama muslim.

Pada suatu hari, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah. Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, apa yang akan Tuan terangkan kepada kami?”

Nabi berkata, “Tahukah kamu, siapakah orang yang paling termiskin di akhirat kelak?”

Dijawab oleh orang itu, “Yang dikatakan orang yang paling miskin di dunia ini adalah orang yang tidak mempunyai harta, tidak mempunyai dinar, dan tidak mempunyai dirham.”

Rasulullah pun berkata, “Tidak, orang yang paling miskin di kalangan umatku adalah mereka yang datang di Hari Kiamat yang dia itu membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, akan tetapi dia itu selama hidupnya suka menganiaya orang. Pahalanya tersebut kemudian diserahkan kepada Allah, lalu Allah melelang pahalanya tersebut, lalu ditanyakan, siapakah orang yang pernah dianiaya oleh orang tersebut. Apabila orang-orang yang sudah dianiayainya itu datang, maka diberikanlah pahala shalat, puasa, dan zakatnya itu kepada orang yang pernah dianiayainya itu. Jika masih ada yang melapor, maka kejahatan orang yang pernah dianiayainya itu akan dipikulkan kepadanya. Jika masih ada lagi yang melapor, maka dia itu terpaksa dilemparkan ke neraka.” (Dari Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar, dan Abdullah ibn Mas’ud, dirawikan oleh Tarmizi, Nasa’i, Muslim, Darul Quthni, dan Ibnu Hibban)

Maksud dari hadits ini adalah agar kita berbuat baik kepada Allah (hablumminallah) dan berbuat baik kepada manusia (hablumminannas). Karena itu, sesama Umat Islam tidak boleh bermusuhan lebih daripada tiga hari. Karena itu saling bermaafanlah. Apabila bertemu sesama muslim, maka ucapkanlah “Assalamu’alaikum”. Karena itu pula, setelah shalat berjamaah, kita diajurkan untuk saling bersalaman. Jika kita diberikan kebaikan, maka doakanlah orang tersebut agar ia diberi pahala yang melimpah. Jika kita diberi keburukan, maka doakan juga, agar orang tersebut diberi kesadaran. Begitulah sikap yang dianjurkan kepada sesama Umat Islam. Rasululullah pernah bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antaramu hingga ia mencintai saudaranya bagaikan mencintai dirinya sendiri.”

Sabar sebagai pengendalian diri, dan shalat sebagai jalan untuk menuju kepada Allah. Sabar untuk pergaulan dengan sesama manusia, sedangkan shalat untuk pergaulan kita kepada Allah.

Apapun yang terjadi terhadap perselisihan pendapat tentang Nabi Isa, maka kita terima, bahwa perselisihan tersebut adalah sebagai suatu rahmat. 


Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   13   14   15   16   17   18   19   20   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin