Pusaka Madinah


Hati hati mempelajari ilmu hakikat makrifat



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə81/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   77   78   79   80   81   82   83   84   ...   92

Hati hati mempelajari ilmu hakikat makrifat


Posted on 14/06/2007 by Setiyo

ilmu ini memang sekarang tergolong langka, jarang sekali ada seorang guru yang mau mengajarkan ilmu ini kepada khalayak umum. selain juga sedikit orang yang memiliki kelebihan ilmu ini. saking langkanya ilmu ini maka banyak orang mencari dan akhirnya tersesat. semula mengira bahwa ia akan mengajarkan ilmu hakikat makrifat ternyata mengajarkan yang bukan itu dan bahkan mengajarkan kesyirikan.

buku buku yang membahas ilmu tersebut memang sudah banyak beredar namun hal itu tidak dapat digunakan untuk pegangan dalam mempelajari ilmu ini. ilmu ini adalah wilayah pengalaman sehingga harus diajarkan oleh seorang guru yang memiliki pengalaman tentang hal tersebut. jadi hati hati lah … mempelajari ilmu ini….cek dan ricek lah untuk memilih guru, kyai, syech..dst, kalau perlu test guru tersebut benar benar sudah makrifat tidak atau hanya sekedar berilmu saja belum mengamalkan.

kadang orang terkesan dengan kehebatan atau kesaktian yang dimiliki guru tersebut, dikiranya kesaktian dan kehebatan itu tanda bahwa dia oarag suci. kita malah justru hati hati dengan seorang guru yang sering menceritakan kehebatan kehebatannya, bisa inilah bisa itulah, ketemu sama inilah ketemu sama itulah. guru yang demikian berarti ilmunya ketauhidannya belum sempurna karena masih ada aku , istilahnya belum zero mind.

guru yang benar benar sakti adalah guru yang sudah tidak mengunggulkan keakuannya, karena makrifatnya dengan allah. bagaimana Guru tersebut mau mengajarkan ilmu makrifat sedangkan dia sendiri tidak mengamalkan ilmu makrifat yang dimiliki. makrifat bukanlah sekedar ilmu namun suatu perbuatan atau tindakan yaitu suatu kesadaran dengan sebenar benar sadar bahwa tidak ada tuhan selain allah.

bila anda betul betul tertarik untuk mempelajari ilmu yang satu ini maka kuatkan dulu syariatnya, yaitu dengan mengakui sepenuhnya bahwa apa yang disampaikan rasulullah dalam qur an dan hadits adalah benar. apa yang benar itulah yang benar dan apa yang salah itu adalah salah, jangan sampai ada hati yang ngganjel terkait dengan syariat yang ada. setelah  yakin akan syariat yang dipegang mulai lah berjalan artinya mengamalkan dengan keihlasan.. nanti nya akan ketemu dengan hakikat dan akhirnya akan makrifat. jadi sebenarnya Makrifat bukan ilmu namun suatu hasil amaliah. kalau makrifat di ilmukan jadinya malah membingungkan, bahkan ada yang lebih parah lagi ilmu makrifat diperdebatkan.

orang kalau sudah makrifat sama allah dia akan lebih banyak diam, sekali lagi makrifat adalah wilayah spiritual experience bahkan merupakan muara dari peaks experience. wilayah pengalaman tidak untuk didiskusikan tapi untuk di alami bersama. Seorang gurupun tidak mampu untuk memberikan kemampuan ini… hanya saja sang guru tersebut memberikan suatu metode …masalah makrifat atau tidak itu sangat tergantung dari Allah.

Allah lah yang akan memperkenalkan dirinya kepada hambanya yang dikehendaki untuk memakrifati Dia. semoga kita diberi kemudahan Allah untuk mengenal NYa… Amin ya rabbal alamin.

This entry was posted in motivasi, Trainer. Bookmark the permalink.

Post navigation


← autogenik penerapannya untuk sholat khusyu

pelatihan sholat khusyu bersama ustadzah gontor 3 →

632 thoughts on “Hati hati mempelajari ilmu hakikat makrifat”


06/07/2008 at 8:46 pm

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: Surat Al-Araf ayat 172:


Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

menurut ayat diatas ketika kita masih menjadi ruh kita juga telah makrifat. Makrifat adalah fitrah modal yang sudah dibawa manusia semenjak lahir. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengakui bahwa ada yang maha kuasa. masalahnya makrifat ini menjadi bias tatkala data data, informasi dan ilmu yang kita terima membiaskan data fitrah itu sendiri. dan lebih mendominasi gerak langkah dan fikiran kita sementara data makrifat terselubung jauh tidak muncul ke permukaan. Perbuatan maksiat dan dosa merupakan salah satu penghalang munculnya makrifat kita kepada Allah SWT. jadi kalau ingin makrifat menurut hemat saya adalah kembali kepada fitrah dengan menghapus data data, informasi dan paham yang membiaskan makrifat, isilah dengan data data yang mendukung makrifat , taubat , iman dan taqwa . Insya Allah kita akan kembali kepada makrifat. dan puncak tertinggi makrifat adalah ketika kita berjumpa kembali dengan Allah SWT di yaumil akhir.



Reply

    • alif says:

03/08/2009 at 11:09 pm

Punten, permisi… kang_erry

Mohon maaf sebelumnya…
Dalam ayat [7]:172 tersebut saya tidak melihat kata2 yang merujuk ke ruh, kata wa asyhadahum ‘alaa anfusihim (anfus adalah bentuk jamak nafs = jiwa). jiwa tidak = ruh. perlu kita ingat bahwa elemen/entitas penyusun insan itu terdiri dari jasad+jiwa+ruh. nah, yang melakukan penyaksian pada mauthin alastu itu adalah jiwa bukan ruh, karena ketika kita meninggal maka yang akan mempertanggungjawabkan adalah nafs sedangkan ruh akan kembali ke Allah ta’ala. memang slama ini terjadi kerancuan dan ketidakkonsisenan dalam proses terjemahan bahasa arab ke bahasa indonesia dimana an-nafs dan ar-ruh sering tertukar, hal ini dapat kita maklumi karena ketidakpahaman kita akan struktur insan itu sendiri. sedikit penjelasan ttg struktur insan seperti dalam surat an-nur ayat 35 dapat dilihat disini http://suluk.blogsome.com/2006/10/19/struktur-insan-dalam-al-quran-dan-hadits-misykat-cahaya-cahaya-2/, demikian dan mohon maaf bila kurang berkenan. wassalam

Untuk menjelaskan struktur insan yang kompleks ini maka Imam Al-Ghazali ra menggambarkan bahwa manusia itu adalah hewan yang mampu berpikir (hayyawan nathiq)., maksudnya berjasmani seperti hewan, tapi juga mampu mencerap pengetahuan tentang Allah SWT sebagaimana malaikat. Perbedaan antara manusia dengan hewan adalah adanya tambahan unsur jiwa (an-nafs) yang membuat manusia mampu berpikir dan mewujudkan apa yang dipikirkannya (nathiq), baik dalam bentuk perkataan hingga perbuatan, sehingga bila saja binatang diberi jiwa (an-nafs) sebagaimana yang diberikan kepada manusia, tentu ia akan sanggup berpikir dan akhirnya mukallafah.

Struktur makhluq yang seperti ini oleh Imam Al-Ghazali ra dibagi dalam tiga aspek: Jiwa (an-nafs), Ruh dan Jasmani (jism).

Jasmani manusia terbentuk dari berbagai komponen dan unsur yang sanggup ‘membawa’ dan mempertahankan ruh dan nafsnya, yang kemudian menjadi suatu tubuh berpostur yang memiliki wajah, dua tangan dan kaki, serta bisa tertawa. Unsur-unsur jasmani tersebut adalah unsur yang sama dengan unsur makrokosmos yaitu air, udara, api dan tanah. Hal ini terlihat dari proses penciptaan jasmani Nabi Adam as yang dilukiskan melalui tahapan ath-thiin dan shalshal di mana kedua jenis tanah liat tersebut merupakan hasil dari perubahan empat unsur tanah, air, udara dan api. Bagi anak-cucu Nabi Adam as, proses tersebut tidak transparan lagi karena jasmani bani adam terbentuk dalam rahim ibu melalui fase-fase nuthfah, ‘alaqah dan mudhghah. Meski begitu secara hakiki jasmani bani adam tetap berasal dari 4 unsur tersebut dan akan kembali ke bentuk unsur dasar itu.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah (thiin). Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami ciptakan jadi segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami ciptakan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami ciptakan menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha Memberkahi Allah, Sebaik-baiknya Maha Pencipta. (Al-Mu’minun [23]: 12-14)”

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku menciptakan seorang basyar dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam (shalshal) yang diberi bentuk.” (Al-Hijr [15]: 28)

Kemudian adanya ruh membuat manusia mirip dengan hewan karena ruh yang dimaksud di sini adalah ruh yang juga dimiliki oleh hewan, yaitu ruh hewani. Dalam Al-Qur’an dikenal dengan istilah “nafakh ruh”. Ruh hewani ini adalah sesuatu yang bertempat, sehingga eksistensinya bisa dideteksi oleh ilmu kedokteran. Ia berjalan (mengalir) di seluruh anggota tubuh, pembuluh darah , urat nadi dan syaraf. Kehadirannya di suatu anggota tubuh, membuat bagian tubuh tersebut menjadi hidup. Apakah itu berwujud gerakan, sentuhan, menatap, mendengar, dan sebagainya. Ibaratnya seperti pelita yang beredar menelusuri suatu tempat yang penuh dengan lorong-lorong; tempat tersebut adalah ibarat tubuh. Bagian-bagian tubuh yang diibaratkan dengan lorong-lorong akan hidup ketika cahaya pelita menerangi lorong tersebut.Cahaya pelita itulah ibarat dari ruh hewani yang mengalir dan beredar di seluruh tubuh. Ruh tersebut tidak memberi petunjuk pada pengetahuan. Ia tak lebih daripada perangkat unik yang bisa mematikan badan, di mana misi Rasulullah Saw bukan ditujukan pada ruh tersebut. Ruh inipun bukanlah Ruh Amr yang dimaksud di Al-Israa’ [17]: 85

Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ar-Ruh. Katakanlah: Ar-Ruh itu berasal dari Amr Rabbku, dan tidaklah engkau diberi pengetahuan tentang itu melainkan sedikit. (Al-Israa’ [17]: 85)

Sehingga bisa dikatakan bahwa Imam Al-Ghazali meluruskan pemahaman sebagian umat Islam yang menyamakan makna Ar-Ruh dengan Nafakh Ruh (ruh hewani).

Kemudian manusia juga memiliki jiwa (an-nafs) yang merupakan jauhar, yaitu yang berdiri sendiri, tidak berada di tempat manapun dan juga tidak bertempat pada apapun. Jiwa adalah alam sederhana yang tidak terformulasi dari berbagai unsur (materi) sehingga tidak mengalami kehancuran sebagaimana benda materi. Karena itu, kematian bagi manusia sesungguhnya hanyalah kematian tubuh dimana yang hancur dan terurai kembali ke asalnya adalah tubuh, sedangkan jiwa tidak akan hilang dan tetap eksis, sebagaimana firman Allah di Ali ‘Imran [3]: 169.

“Janganlah engkau sekali-kali mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati: bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizki”. (Ali ‘Imran [3]: 169)

Jiwa (an-nafs)merupakan esensi yang sempurna dan tunggal yang tidak muncul selain dengan cara mengingat, menghapal, berpikir, membedakan dan mempertimbangkan sehingga dikatakan bahwa ia menerima seluruh ilmu. Ia mengetahui masalah-masalah yang rasional maupun yang ghaib. Dialah yang sanggup memahami, berpikir dan merespon segala yang ada; bukan tubuh maupun otak yang sebenarnya hanyalah sebentuk materi. Bahkan Imam Al-Ghazali ra mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya adalah suatu kondisi yang ada pada jiwa. Adanya ilmu menggambarkan jiwa yang berpikir tenang (an-nafs an-nathiqah al-muthmainnah) tentang hakikat segala sesuatu, artinya adanya pengetahuan tentang al-haq itu merepresentasikan tentang jiwa. Ini dikarenakan jiwa di dalam tubuh akan berusaha mencari kesempurnaan, agar ia sanggup mengikuti derajat malaikat yang dekat dengan Allah (muqarrabun), di mana Allah adalah sumber segala pengetahuan juga merupakan obyek ilmu yang paling utama, paling tinggi, dan paling mulia.

Kesemuanya ini adalah struktur dasar yang memiliki alamnya masing-masing, tetapi kemudian dalam totalitas diri manusia, semua ini akan saling berinteraksi dan membentuk relasi-relasi. Relasi-relasi antar alam ini kemudian bisa mewujud dan menciptakan alam-alam baru yang tak kalah eksis. Bahkan kehadiran mereka bisa membiaskan eksistensi struktur dasar jiwa-ruh-jasad sehingga manusia menjadi makhluk yang amat kompleks. Pada titik inilah usaha mengenali diri sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Rasulullah Muhammad Saw “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Robbahu”, menjadi sedemikian sulit dan butuh jihad. Semakin kompleks kehidupannya, maka semakin besar jihad yang dibutuhkan.

Demikian, mohon maaf bila ada hal2 yang kurang berkenan.

wassalam.

21/01/2010 at 10:45 am

dari tulisan diatas,bahwa insan terdiri dari beberapa unsur penting,yaitu;jasad,jiwa,dan ruh[dua jenis ruh].saya ingin sekali mengenal dg baik diri ini,dg keterangan tsb sudah membuka gerbang diri rasanya,apakah ada penjelasan yg lebih mudah dipahami untuk ini ya pak? ….saya ada pengalaman,yg ingin saya ketahui jawabannya,….dulu lebih 10tahun yg lalu saat malam -+ jam 21.00WIB saya hendak tidur,,,,,,,baru saya letak badan thek,,,badan sy tak bisa gerak masih bisa lihat sekeliling[tindihen ,kata orang] nah saya [berbentuk badan,berbahan/materi seperti casper dalam filem kartun] bergerak naik sambil melihat sekeliling dan badan/jasad saya yg hendak saya tinggal, nah ketika kaki saya sampai di dada badan/jasad ,saya ingat kalau saya tinggal badan saya artinya saya mati,maka saya kembali ke jasad saya dan sadar sepenuhnya,,,, apa sebenarnya yg terjadi?,,,, saya[yg naik seperti kabut,]inikah saya?[seperti yg saya rasakan waktu itu] ataukah pengetahuan /kesadaran ttg saya itu sendiri,mana satu sang aku[dlm pelatihan sholat khusuk] yg harus shalat? ,[sekarang saya sedang belajar shalat] . terimakasih atas jwabannya,,,,,,



          • buat apa nekat sama allah,allah itu baik dan jangan sekali-kali anda bilang begitu, saya yakin hati anda belum sepenuhya makripat kepada allah,jika anda orang sudah mursid itupun belum pasti,saya merasakan anda masih dalam tingkat yang makripatnya sampai dalam asma allah saja,belum masuk kedalam tiga hal yang lainnya tentang pengenalan kepada allah..?apa pandangan anda terhadap dunia ini masih dalam kehendak allah.?dan apakah yang anda rasakan terhadap lingkungan disekitar anda merupakan pandangan lahir anda saja,jika anda merasakan seperti itu anda masih dangkal dalam makripat kepada allah. ilmu allah itu sangat luas bahkan seisi dunia ini di buat 7 kali pun gak cukup untuk menampungnya, apalagi manusia mau makripat yang sejati,itu gak mustahil,dengan kehendak allah yang anda harus jalani sendiri tanpa guru,tanpa kitab,tanpatulisan apapun.jgn pusing pahami dulu tulisan ini,ini bukan menyesatkan tapi antara anda dengan saya merupakan kekuasaan yg allah sudah ijinkan. jika tidak itu gak mungkin terjadi.

26/01/2010 at 6:33 pm

masya Allah,,

ya,, seperti yang ante katakan ilmu allah itu amat luas,,
oleh tu tidak mungkin seseorang itu dapat mengetahui tingkatan ilmu seseorang itu,,

banyak orang mengukur ilmu orang lain mengikut ilmu yang ada di dadanya sendiri,, tapi kita tidak tahu sampai ke tahap mana ilmu yang sedikit itu berada di dalam dadanya,,

makrifat adalah ilmu yang bertingkat-tingkat,, kalau hanya mengetahui segala perbuatan itu adalah perbuatan allah, budak kecil belum sekolah pun tahu perkara itu,,

banyak orang tahu sifat-sifat allah,, dan dengan itu mereka telah beranggapan merekal telah kenal allah.

hanya dengan tahu bahawa perbuatan itu adalah perbuatan allah, hanya dengan tahu segala yang ada ini adalah berasal dari allah, belum lah ia suatu makrifat yang sempurna,,

kerana tahu dan kenal itu amat berbeza sekali maksudnya,, orang yang tahu tentang sifat-sifat allah belum bermakna ia kenal allah,,

kerana orang yang tahu baru kenal dari cerita-cerita yang didengarnya,, tetapi orang yang telah kenal ialah orang yang telah berjumpa sendiri dengannya.

mudahnya beginilah sajalah,,

tatkala kita bersyahadah,, Aku bersaksi tiada Tuihan yang disembah kecuali allah..

sudahkah kita melaksanakan apa yang kita katakan,, iaitu aku bersaksi,, bersaksi di sini bermakna melihat dengan nyata dan terang wajah allah,,

sudahkah kita melihat dengan nyata dan terang wajah allah semasa kita bersyahadah itu,,

jikalau belum melihatnya dengan terang dan nyaya, itu bermakna belum lagi kenal dengan allah, dan syahadah yang dilafaskan itu adalah syahadah palsu,,


hanya dusta semata,, syahadah ikut-ikutan,,

nah,,


          • kalau sudah dapat menyaksikan apa yang dilafaskan itulah makrifat yang benar,,
            makrifat yang benar-benar telah mengenal allah.

29/01/2010 at 2:42 pm

anda mungkin lebih tau dari pada saya, saya juga gak tau apa yang ada dalam bahasan ini.


makrifat????
melihat????
siapa yang makrifat??? kenapa makrifat dipersoalkan? itu hak-Nya semata, kita manusia tidak berhak untuk mempersoalkannya. jangankan melihat yang haq, melihat diri sendiri kita tidak tau.
Nabi Musa as. tidak mampu melihat Allah apalagi kita manusia yang berlumur dosa.
ma’af kalau salah, soalnya saya tidak tau mohon diberitahu yang haq, saya hanya tahunya Alqur’an dan hadits yang diturunkan Allah kepada Rasulullah.

          • anasatu says:

26/02/2010 at 5:50 pm

salam.. nabi musa x dpt melihat tuhan ketika itu karna blum baligh lg



          • hartono says:

10/03/2010 at 12:09 pm

asalamuallaikum..maaf jika pernyataan saya ini agak radikal tentang Makrifat, siapapun yang bergabung dalam blog ini seyogyanya semua benar gak ada yang salah,dari pertanyaan dan respon jawaban itu semua ada dalam materi pelajaran ilmu hakekat itu sendiri..jika mas mas anasatu mempunyai keterangan hal yang demikian berarti mas lebih condong dengan pemahaman nabi musa,sementara anda sendiri hidup dan ada pada jaman sekarang yang pemahaman nya terdapat dari orang islam umat nabi Muhamad, coba sampean pikir lah nabi muhamad aja gak bisa liat Allah, saya tidak yakin dengan pernyataan sampean, sampean mungkin cuma cari sensasi dan buat orang lain penasaran tentang hal begitu…. kalo sampean matii nanti di kumpulkan sama Allah,dan sampean ditanya soal hal demikian saya yakin sampean gak bisa jawab…hati-hati dengan keterangan tersebut…itu apa ada di al-quran,saya belum pernah membaca hal keterangan yang demikian..kalo ada ayat dan surah berapa ,zus berapa. poin dari belajar Makrifatullah dalah tentang kesadaran esensi adanya Allah yang di lakukan oleh ciptaan Allah itu sendiri ya kita manusia yang hidup di dunia ini. saya ada karena Allah dan hidup karena Allah,berbuat dan bergerak karena Allah, semua yang ada di blog ini di pertemukan dengan seijin serta kehendaknya Allah,..berbicara dan berbuat itu juga harus karena Allah, Allah yang berkuasa dan dengan kekuasaannya tersebut anda semua di blog ini dipertemukan untuk menceritakan dan membahas tentang Allah itu sendiri,yang menginginkan semuanya terjadi.Allah itu mutlak berkuasa serta berkehendak atas hambanya, mas pur jika panjenengan bukukan semua yang ada di dalam blog ini itu jauh lebih bermanpaat untuk sebuah bacaan serta renungan untuk umat,betapa perlu kita tau tentang makrifat kepada Allah..saya hanya manusia biasa yang sama dengan semua yang ada dalam blog ini…saya sanagat menginginkan panjenangan sedulur semuanya sebelum menuangkan tulisan tolong di periksa keabsahaannya serta sumbernya, karena kita semua pasti mati dan berkumpul mempertangung jawabkan tentang semua yang etlah di lakukan da alamdunia ini,maka dengan alasan yang demikian bagi yang tingkatan lebih tinggi atau waliullah itu gak mau mebicarkan hal ini, serta gak mau berdebat serta saling menjatuhkan dalam hal memberikan pendapat berdasarkan pengalaman masing-masing,sejak dari awal saya menyadari tentang akan hal yang terjadi dalam blog ini, sekali lagi tolong dipikirkan sebelum memberikan keterangan soal makrifat.

salam anasatu,,

jangan takut dengan kekeliruan atau pun kebenaran,,

itu adalah ketentuanNya jua,, yang keliru boleh diperjelaskan dan yang benar itu pasti boleh diterima,,

untuk mencari kebenaran,, jangan berselindung di sebalik sebarang alasan,,


kerana alasan tidak akan menyampaikan sesiapa pun kepada kebenaran,,

tetapi hanyalah kepada ketidak pastian,,

tujuan berdiskusi di blog ini adalah untuk mencari kebenaran,,

dan bukan kepalsuan.

gimana kita mau liat wajah allah dalam syahadat 1000000 tahun pun yang namanya manusia gak bisa liat wajah allah,karena allah itu gak bisa dijangkau oleh manusia,apalagi di alam dunia yang pana ini,mas gunung…yang syahadat ikut-ikutan itu kontras banget maknanya..dan juga anak kecil juga tau itu salah penapsiran,karena anak kecil belum lengkap pemahamannya tentang allah, walaw anak kecil juga ciptaan allah,tau tentang sipat allah belum tentu kenal dengan allah itu sendiri..? apalagi menyakini tentang makna pengenalan yang bersipat mutlak,untuk tingkat tau naik ketingkat mengenal allah itu perlu peroses.? apalagi menyakini dan memahaminya…saya berani menyatakan dari sekian komentar yang masuk ada nafsu yang telah terjadi pada saat memberikan dan mengutarakan komentarnya…jujur saja saya marah sama mas gunung yang bilang syahadat ikut-ikutan.kalo ngomong jangan merasa gitu dong,secara gak langsung anda mas menyinggung perasaan orang yang baru belajar memahami tentang makripat.. kalo saya gak ambil pusing, off to youaja dah..apa yang anda tulis itu kelak di minta pertangung jawabanya lho…


          • hartono says:

30/01/2010 at 8:02 pm

ass mas gunung beravo banget nih… mas anak kecil itu akalnya gak sama dong dengan orang tua,coba mas renungkan apa mungkin manusia bergerak dan hidup itu bergerak begitu aja lho mas.. sampean kudu sadar manusia itu cuma wayang yang namanya kuasa allah itu di sadari apa tidak, allah itu mutlah buat semesta alam. saya paham maksud sampean soal sahadat tersebut, cuma perlu saya tambahkan,kata2 benar-benar telah mengenal allah itu,berarti harus dari tau dulu lah, gimana mau kenal allah kalo kita gak tau…? atau jangan-jangan mas binggung yah….? nah tingkatan selanjutnya itu yakin, terus ainal yakin, zazam atau kosong.. jangan kesinggung saya bagi pengalaman lho mas.. buat mas Setiyo tenk’s berat ya… emang bener pepatah mengatakan Tak kenal maka tak sayang..tak sayang maka tak cinta.. saya berikan sedikit pemasukan nih… ibadah seorang hamba tidak sempurna jika dirinya tidak menyadari dan kanal akan tuhannya. itu nukilan dari kitab ihya ulumudin karangan imam algajali dan hal tersebut di bahas terperinci lagi dalam reperensi nya syeh wali samaniah juga karangan imam ahmad, karena awal manusia hidup juga dia telah mengakui tentang kekuasaan tuhannya.

Assalammualaikum Pak Setyo , saya tertarik dg Tulisan anda, saya jg setuju dg kehati-hatian nencari makrifat, klo boleh tannya, dulu tu Nabi muhammad itu makrifat dulu baru jalankan sariat atau sariat dulu baru makrifat? Soalnya umur sdh mepet ni klo berkutat di sariat terus capek & kapan sampainya?makasih sblmnya.


      • waalaikum slaam
        terimakasih Bapak, syariat yang kita jalankan harus dengan bermakrifat kepada Allah Pak, misalnya, kita sholat., syariatnya kan menjalankan rukun sholat dengan tertib, nah makrifat selama sholat kita ingat Allah, menghadap Allah, bersujud di depan Allah.. nah jadi antara makrifat dan syariat tidak bisa pisah pisah pak, dan itu berlaku untuk semua amal ibadah kita. amal

asalamualaikum, saya yang bodoh ini cuma mau ikut nimbrung kasih pemahaman sedikit yang saya pahami dan tau…makrifat selagi kita hidup itu tidak pernah tercapai…yang sebenarnya makrifat kalau kita sudah meninggal…itu baru makrifat yang sesungguhnya. terima kasih.


Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   77   78   79   80   81   82   83   84   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin