PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Nama : ARI SUBAGYA
NPM : 31213279
Kelas : 1DD03
Tugas : Pendidikan Agama Islam
Dosen : Bpk. Mulyadi
Jurusan : Manajemen Pemasaran (Universitas Gunadarma)
Judul Buku : Hidup Penuh Makna
Pengarang : Achmad Chodjim
Penerbit : PT SERAMBI ILMU SEMESTA
Tahun Terbit : Agustus 2013
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 241 halaman
Resensi Buku Hidup Penuh Makna
Mengenal Tuhan. Siapakah Allah kita?
Allah. Inilah nama yang selam ini kita sebut-sebut; itulah yang kita pelajari dan kita kenal lebih jauh. Apa yang disebut Tuhan, atau Allah, adalah tujuan hidup Manusia. Tatpi, kita sering tak acuh terhadap tujuan hidup kita sendiri. Kelihatannya masih seperti anak SD kala kita belajar mengenal Allah. Tetapi sebenarnya mengenal Allah tidak ada ujungnya. Allah yang dipahami di SMP, tentunya berbeda dengan dipahami di SD. Allah yang dipahami di SMA, tentunya juga berbeda dengan yang dipahami di SMP. Allah adalah kebenaran yang tak terbatas. Sedangkan diri kita ini adalah sesuatu yang amat terbatas. Hidup kita ini melakukan perjalan panjang dari Allah dan kembali kepada-Nya. Inna li allahi wa inna ilayhi rajiun, sesungguhnya kami datang dari Allah dan pasti kembali kepada-Nya. (QS 2:156).
Mengenal Tuhan. Tidak ada kekuatan kecuali pada Allah.
Allah adalah seperti yang dituangkan pada tiga ayat pertama surat Al-Fatihah, yaitu alhamdu li allahi rabb al’alamin, al-rahmani al-rahim, maliki yawm al-din. Dari ketiga atribut inilah manusia memanggil Dia dengan nama-nama yang terpuji bagi-Nya disebut sebagai al-asma’ al-husna. Allah adalah nama yang sangat terpuji yang diatributkan oleh bahasa Arab kepada Tuhan.
Dalam bahasa-bahasa semit (bahasa yang senenk moyang dengan bahasa Arab), Tuhan disebut dengan Elli, Elya, Ell atau Elohim. Dari kata Elohim kita menyebutn-Nya dalam bahasa Arab Allahuma, yang artinya “Ya Allah”. Berdasarkan kaidah bahasa Arab, bila kata Allah itu sebagai nama diri, maka kata tersebut bisa diberi “tanwin” yaitu bunyi “nun” di akhir kata. Dengan demikian Allah bisa ditulis Allahun, Allahan, atau Allahin. Kenyataannya, tidak demikian! Kata Allah tidak bisa di tanwin, sehingga penulisan Arabnya hanyalah Allaha, Allahi, atau Allahu. Oleh karena itu, kalangan ahli tauhid yang memahami kaidah bahasa menyebutkan bahwa kata Allah berasal dari kata al-llah dan dibunyikan menjadi Allah. Arti kata “ilah” adalah dwa atau tuhan. Sedangkan partikel “al” menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya Tuhan. Oleh karena Allah adalah salah satu nama terbaik (terpuji)-Nya. Allah adalah nur al-samawati wa al-ardhi, cahaya langit dan bumi. Ya, Dia adalah cahaya yang memenuhi atau yang meliputi langit (ruang) dan bumi (materi).
Setiap manusia terlahir di dunia sudah dibekali dengan berbagai potensi. Manusia tinggal mengembang saja. Sesungguhnya, banyak orang gagal bukan karena ia tidak mampu mengerjakan sesuatu tetapi karena memang ia tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas dalam hidupnya. Seseorang mudah terombang-ambing dalam jiwa ketidaksadaran.
Pada titik kulminasi inilah manusia diuji menghadapi azab dan cobaan hidup. Apablia manusia terlena dan terperosok, tak ada pilihan lain kecuali segera bangkit. Begitulah titah Allah dalam QS. Ar-Ra’d (13): 11; “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..” Dalam buku berjudul “Hidup Penuh Makna” ini Achmad Chodjim menyajikan kiat-kiat menelusuri seluk-beluk perubahan dan segala permasalahan serta jalan keluarnya untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Ikhtiar buku ini berusaha mengelola kebaikan itu pada akhirnya bermuara pada transformasi hidup menuju sifat ilahiah sehingga mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam Semesta.
Puncak kebahagiaan manusia adalah saat di mana seseorang dapat melewati masa-masa kesulitannya. Dan, dapat memberi warna kepada orang lain. Disitulah seseorang akan menemukan kehidupan yang penuh makna. Begitu banyak ujian dan cobaan ketika seseorang hendak mengejar sebuah kesuksesan. Oleh sebab itu, penting kiranya bagi seseorang untuk berpegang teguh pada prinsip hidup yang diyakininya. Supaya, setiap gelombang kehidupan yang menghampiri dapat dipatahkan. Prinsip hidup merupakan modal awal bagi seseorang untuk menuju kesuksesan. Dan, prinsip hidup juga merupakan sebuah cerminan keseriusan bagi seseorang dalam menggapai tujuan yang ingin dicapainya. Sudahkah, kita berpegang teguh pada prinsip hidup yang kita yakini?
Bahwasanya ada tiga kiat strategis yang dielaborasi Majdi di sini; pertama, dimulai dari perombakan tujuan kehidupan. Seringkali ada pertanyaan sulit dan urgen, untuk apa, kenapa, dan bagaimana kau memaknai kehidupan? Senyampang itu, kadang kehidupan dirasa terasa datar dan membosankan bahkan memuakkan. Perasaan inilah yang kudu dirombak dengan pencarian hakikat kehidupan manusia. Cara paling sederhana dimulai dengan penyerahan diri sebagai makhluk yang memiliki Tuhan. Totalitas ini lantas merunduk pada perenungan mengenali Tuhan. Mengenal dan bersarah diri pada Tuhan sebagai visi dan misi awal kehidupan. La Hawla wa La Quwwata illa Billah, bahwa sejatinya tiada kekuatan suatu apapun kecuali kekuatan itu bersumber dari Tuhan (hlm.4-9).
Kiat kedua adalah pengekangan diri. Berusaha meperbaiki diri lewat manajemen akal, hati, nafsu, dan raga secara baik, mewujud insan saleh. Sebagai manusia yang hidup dengan nafsu, tak pelak lagi, banyak waktu yang telah terbuang sia-sia dalam jalan kotor. Untuk itu setelah menata niat, harus dilanjutkan dengan mempraktekkan diri dalam kehidupan yang luhur.
Bagaimana seharusnya menjalankan kehidupan sebaik-baiknya demi kembali pada Tuhan sekaligus mengekang segala nafsu setan dan syahwat, dan cinta gemerlap dunia yang pragmatis. Inilah ujian terberat yang wajib diperjuangkan manusia demi terjaga dan tegaknya pondasi iman. Sabar dan ikhlas menjadi dua pilar utama pertahanan. Allah pun telah berfirman dalam QS Ali Imran (3): 120.; “Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian”.
Sedangkan kiat pamungkasnya adalah istiqamah dan kembali mengamalkan Al-Qur’an. Meruwat Al-Qur’an sebagai literatur pondasi iman, sumber pemahaman, tingkah laku moral, sekaligus pelita menuju ilahi. Bagaimana kita berpegang teguh prinsip universal yang terkandung di dalamnya senantiasa relevan sepanjang masa, di setiap waktu dan tempat. Al-Qur’an memuat seluruh aspek yang menuntun petunjuk kehidupan manusia.
“Dan kami tidak menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. al-Nahl: 64). Buku ini layak dibaca siapapun sebagai sebuah refleksi sekaligus instropeksi menata kehidupan menjadi lebih bermakna dan bahagia. Sekata dengan endorsement di sampul buku ini, Achmad Chodjim menuntun kita tahap demi tahap untuk memberdayakan diri demi menghadapi tantangan zaman yang kian keras dan dinamis ini. Ditulis dengan bekal ilmu yang matang, buku ini menggugah hati kita melalui penuturan yang mengalir. Mendalam namun mudah dipahami bahkan oleh seorang awam.
Kelebihan:
Cover Buku ini menarik, sehingga pembaca langsung tertarik untuk membacanya. Buku ini menggugah hati kita melalui penuturan yang mengalir. Mendalam namun mudah dipahami. Selain itu buku ini memuat firman-firman Allah SWT dan Hadits-hadits Rasulullah SAW, serta memuat materi Islami yang insa Allah bisa kita Amalkan di dalam kehidupan sehari-hari, kertasnya pun bekualitas bagus jadi tidak gampang kusut saat di balik-balik.
Kelemahan:
Tidak ada gambar di dalam cerita buku tersebut.
Kecocokan:
Buku ini cocok untuk dibaca oleh semua Umur/Kalangan. Karena banyak mengandung ilmu islami.
Dostları ilə paylaş: |