SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-11
BUKTI BAHWA ALLAH
TIDAK SEPERTI CIPTAANNYA
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Diadaptasikan oleh
Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi
Bukti bahwa Allah tidak seperti ciptaan-Nya
Allah, Yang Maha Tinggi, tidak seperti semua makhluk yang telah diciptakan-Nya.
Pada bagian ini, pembahasannya dibuat sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan segala kesalahpahaman, dan untuk menghindari segala macam penyimpangan halus dalam keimanan. Lemahnya pemahaman dan kurangnya pengetahuan terkadang tanpa sadar membuat seseorang jadi tersesat ke jalan yang salah dan keliru.
Seluruh umat hendaknya meyakini kebesaran Allah, keagungan Nama-Nama, Kerajaan dan Sifat-Sifat-Nya, yang sama sekali tidak ada yang menyerupai-Nya, bahkan keserupaan yang sangat kecil sekalipun. Tidak ada sesuatu pun dari seluruh ciptaan-Nya yang menyerupai-Nya serta tidak dijadikan bisa menyerupai-Nya, meski di alam malaikat sekalipun.
Zat-Nya tidak seperti zat seluruh ciptaan-Nya, dan sifat-Nya berbeda dengan sifat para makhluk-Nya, karena sifat mereka mempunyai beraneka ragam perkembangan dan kebutuhan serta keinginan, sedang Allah Maha Suci dari kesemuanya tersebut. Dia Maha Abadi, maka Nama dan Sifat-Nya juga abadi. Cukup kiranya pemberitahuan dari Allah berikut ini, "Tidak ada sesuatu pun yang seperti-Nya." (Asy-Syuro,42:11).
(Segala produksi panca indera tidak dapat menggambarkan Allah, hanya Wahyu didalam Al Qur'an dan Hadis yang dapat menjelaskannya)
Al Washiti, semoga Allah merahmatinya, meringkas pembahasan perihal Allah, seraya berkata, "Tidak ada zat seperti Zat-Nya. Tidak ada nama seperti Nama-Nya. Tidak ada tindakan seperti tindakan-Nya. Tidak ada sifat seperti Sifat-Nya. Kesemuanya itu (untuk Allah dan selain Allah) hanya serupa dalam pengucapannya saja. Zat dan Sifat-Nya adalah Terdahulu alias tak berawal, maka mustahil bagi zat yang baru (zat ciptaan-Nya) mempunyai nama dan sifat terdahulu."
Hakim Iyad mengungkapkan pendapatnya mengenai pernyataan Al Washiti:
Sungguh mengagumkan. Pernyataan Al Washiti benar-benar berdasarkan pengetahuan yang sebenarnya dan apa yang dikatakannya juga merupakan perwujudan dari "Pengesaan (Tauhid)" yaitu penegasan zat Allah tidak seperti zat lainnya yang Dia ciptakan, dan Sifat-sifat-Nya senantiasa hidup dan aktif.
Para pengikut Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, mempercayai bahwa Zat Allah tidak terikat waktu karena Dia yang telah menciptakan waktu, sedangkan zat ciptaan-Nya hidup dengan dibatasi waktu dan tidak bisa lari dari waktu. Ini adalah keyakinan orang-orang yang lurus di jalan kebenaran yang mengikuti jalan kenabian baginda (sunnah) dan jamaah para Sahabat serta generasi setelah Sahabat (ini sekaligus doktrin mazhab Sunni atau Ahlussunnah Wal Jamaah)
Imam Abul Qosim Al-Qusyairi berkomentar dan memperinci pernyataan sebelumnya seraya berkata, "Pernyataan diatas mengandung seluruh fakta yang berkenaan dengan Keesaan Allah. Sifat dan keberadaan-Nya adalah berbeda. Zat-Nya tidak seperti zat segala sesuatu yang diciptakan yang terikat dan dipengaruhi oleh waktu. Karena Zat-Nya bebas dari waktu, bebas dari lokasi, bebas dari dimensi, bebas dari imajinasi dan penalaran, serta bebas dari segala materi yang tercipta.
Perbuatan-Nya tidak menyerupai perbuatan semua makhluk yang telah diciptakan-Nya, karena perbuatan-Nya tidak datang dari pemikiran atau hawa nafsu. Perbuatan-Nya tidak datang melainkan dari diri-Nya sendiri dan tidak disebabkan perbuatan para makhluk ciptaan-Nya sebab Dia yang telah menciptakan-Nya." (Perbuatan para makhluk-Nya datang dari-Nya yang dipelihara oleh-Nya sampai diakhiri oleh-Nya).
Juga dikatakan, "Dia tidak seperti apapun yang dibayangkan atau dipikirkan para makhluk (ciptaan-Nya)."
Imam Al-Juwaini berkata:
"Barangsiapa menerapkan sifat-sifat makhluk kepada Allah, berarti menyerupakan-Nya dengan sesuatu, maka orang tersebut telah salah dan keliru.
Barangsiapa merasa puas dengan menyangkal semua sifat Allah, sehingga membuat sifat Allah menjadi tak berarti, maka telah tersesat imannya / kepercayaannya.
Jika seseorang mempercayai keberadaan Allah dan mengakui dia tidak bisa mengenali hakikat dan sifat Allah maka bagus keimanannya untuk keesaan Allah."
Opini mengagumkan dipaparkan oleh Dzun Nuun Al-Mishriy yang berkata,
"Hakikat Tauhid (Pengesaan) adalah bahwa seseorang mengetahui kekuasaan Allah dalam segala sesuatu yang tanpa penanganan dan telah mencipta tanpa butuh. Ini penjelasan dari firman Allah, "Sesungguhnya Perkataan Kami pada sesuatu ketika menghendakinya Kami berkata padanya 'Jadilah' maka jadi." (An-Nahl,16:40).
Setiap pembuatan sesuatu mempunyai alasan, namun Allah menciptakan tanpa alasan kemanusiaan. Ini realisasi dari firman-Nya, "Tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat dan mereka yang akan ditanya." (Al-Anbiya', 21:23)
Apapun yang ada dalam imajinasi dan bayangan, maka bukanlah Allah, sebagaimana firman-Nya, "Tidak ada sesuatu pun yang seperti-Nya." (Asy-Syuro',42:11)."
Hakim Iyad menyimpulkan dengan sebuah doa: Ya Allah, tetapkanlah kami sebagai orang-orang yang kokoh dalam meyakini Keesaan-Mu. Jadikanlah kami senantiasa membenarkan Sifat-sifat-Mu. Jauhkan kami dari segala kesesatan dan kesalahan, dan hindarkan dari membuat-buat alasan dan menyerupakan-Mu. Kami memohon kepada-Mu karunia dan belas kasih-Mu…Amin.
SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-12
MUKJIZAT YANG DIBERIKAN KEPADA
NABI MUHAMMAD
pujian dan kesejahteraan atasnya
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Diadaptasikan oleh
Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi
Kemuliaan dan Keistimewaan Mukjizat Sebagai Tanda Kekuasaan Allah
yang Diberikan Kepada Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Hakim Iyad, semoga Allah merahmatinya, membuka bab ini seraya berkata:
Materi ini disusun bukan untuk orang-orang yang mengingkari kenabian baginda Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, maupun orang-orang yang buta mata hatinya, yang meragukan dan menentang kebenaran mukjizat yang dikirim kepada baginda. Apabila terjadi penyangkalan mukjizat, yang perlu dihadirkan adalah lebih banyak bukti untuk membela kebenaran mukjizat, namun bukan hal itu yang dikupas kali ini.
Kami mempersembahkan tulisan ini untuk orang-orang yang mempercayai agama yang dibawa Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan menjawab ajakan baginda, serta membenarkan kenabian baginda, sehingga menjadi teguh kecintaan mereka kepada baginda, dan meningkat amal kebaikan mereka, "dan supaya menambahkan keimanan bersama keimanan mereka." (Al-Fath,48:4).
Niat penyusunan materi ini adalah untuk memperkokoh basis mukjizat Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, serta kemasyhuran tanda-tandanya, dan untuk menunjukkan keagungan kedudukan baginda disisi Penguasanya. Kami mengupas pembahasan mukjizat dan tanda-tandanya, berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh sanad (rantai pelapor) yang sahih. Juga terdapat informasi tambahan yang diambil dari saripati karya para cendekiawan Islam yang terkenal.
Orang yang berpikiran jernih, tentu akan bercermin pada apa yang ada didalam diri Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Mereka akan menyampaikan hal-hal indah yang mereka catat tentang baginda, seperti riwayat hidup baginda yang patut dipuji, gaya hidup baginda yang menawan, keluasan ilmu, ketajaman akal, kesantunan, kesempurnaan fisik dan perilaku baginda yang sangat bagus. Semuanya membuktikan ketinggian pangkat baginda, kebenaran kenabian dan kebenaran dakwah baginda, dimana juga jadi penyebab banyak orang memeluk agama Islam dan mengikuti jejak baginda.
Abdullah, putra Sallaam, salah seorang Sahabat baginda, yang sebelumnya pernah menjadi Rabi (tokoh Yahudi) terkemuka berkata, "Ketika Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, datang ke Madinah, aku pergi untuk melihatnya. Saat aku menatap wajah baginda, aku mengenali bahwa wajahnya bukan wajah seorang pendusta."
Abu Rimtsah At-Taymi berkata, "Aku pergi menemui Nabi dengan anakku, ketika aku menatap baginda, aku lantas berkata, "Inilah Nabi Allah."
Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan: Dhimaad adalah salah satu anggota delegasi yang datang mengunjungi Rasulullah, lalu baginda berkata kepadanya, "Sungguh pujian adalah bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya. Barangsiapa yang dibimbing Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang tidak dibimbing, maka tidak memiliki bimbingan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah sendirian tanpa ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah penyembah dan Rasul-Nya." Setelah mendengar ini, Dhimaad berkata: Ulangilah untukku kalimatmu. Kata-katamu benar-benar merasuk mendalam pada diriku, berikan tanganmu, aku akan bersumpah setia kepadamu.
Arti kenabian dan kerasulan
Pembaca yang budiman, Allah menciptakan pengetahuan tentang diri-Nya, Nama-Nama dan Sifat Sifat-Nya serta semua perintah-Nya, kedalam hati para hamba yang dikehendaki-Nya, secara langsung tanpa perantara, jika Dia berkehendak. Hal ini terjadi pada sebagian para nabi. Allah berfirman, "Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah hendak berbicara dengannya melainkan dengan Wahyu." (Asy-Syuro,42:51).
Pengetahuan tentang hal-hal tersebut, juga bisa sampai kepada para hamba melalui perantara yang mengirimkan kata-kata-Nya. Perantara tersebut mungkin bukan manusia, seperti para malaikat yang menyampaikan kata-kata Allah kepada para nabi, atau dari golongan manusia seperti para nabi dan umat-umat mereka. Bukti intelektual menyatakan hal tersebut diperbolehkan serta tidak mustahil.
Para rasul datang dengan membawa bukti-bukti kebenaran termasuk mukjizat mereka. Mukjizat mereka yang diluar jangkauan manusia benar-benar menunjukkan kebenaran mereka. Karena para nabi adalah orang-orang yang amanah dan jujur, maka wajib bagi umat membenarkan segala apa yang mereka bawa, sebab mukjizat disertai tantangan, dan tak seorangpun yang mampu menghadang tantangan. Allah telah berfirman, "Hamba-Ku telah mengucapkan kebenaran, maka patuhilah dia dan ikutilah dia." Apa yang dicontohkan ini menyadarkan kita bahwa Allah telah memberi kesaksian kebenaran Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Bagi yang berminat mengenal lebih jauh tentang pengetahuan keislaman, dapat melihat referensi keislaman lainnya.
Dalam bahasa arab, "kenabian" berasal dari kata "naba-a", bermakna "berita". Maksudnya adalah bahwa Allah memberikan pengetahuan perkara gaib kepada para nabi-Nya, dan mengajarkan setiap orang bahwa para nabi-Nya itu memang telah diutus menjadi seorang nabi. Para nabi telah diberi informasi pengetahuan perkara gaib, karena itu mereka mampu menyampaikan informasi tersebut dan memproklamirkan kepada orang lain apa yang telah Allah kirim kepada mereka. Bila kata "naba'a" dibaca tanpa huruf "Hamzah (a)" maka asal katanya mempunyai arti "yang tumbuh dari bumi", ini merupakan indikasi bahwa para nabi memiliki kedudukan dan derajat yang mulia disisi Penguasa mereka. Kedua makna diatas berlaku untuk semua nabi.
Kata bahasa arab untuk rasul adalah "ar-rasul" yaitu orang yang diutus. Dengan diutus, maka mereka diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah yang dipercayakan kepada mereka kepada umat mereka. "ar-rasul" berasal dari kata suksesi, dengan kata lain, yang menggantikan orang lainnya. Seorang rasul menanggung kewajiban untuk menyampaikan Pesan (risalah) yang dipercayakan kepadanya, dan menjadi kewajiban umat untuk menerima dan mengikutinya, seperti telah diwajibkan atas para umat sebelumnya untuk mengikuti rasul mereka masing-masing.
Para ulama berbeda pendapat mengenai nabi dan rasul, apakah sama atau berbeda? Kedua kata tersebut memiliki kesamaan, yaitu berasal dari kata "berita", yang berarti "pemberitahuan".
Para ulama yang mengatakan sama, mendasarkan opini mereka pada ayat berikut, "Dan Kami tidak mengutus dari sebelummu baik seorang rasul maupun seorang nabi melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syetan memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Al-Hajj,22:52)
Ayat tersebut menegaskan bahwa nabi dan rasul, sama-sama diutus. Karenanya, nabi adalah seorang rasul dan rasul adalah seorang nabi, maka mereka sama-sama mempunyai pangkat sebagai nabi. Mereka memberitahu hal-hal yang gaib serta mengajari orang-orang tentang derajat kenabian supaya orang-orang mengenali kedudukan agung mereka dan mengikuti mereka.
Disisi lain, ada perbedaan antara nabi dan rasul, diantaranya adalah seorang rasul diutus untuk menyampaikan risalah kepada umat, sedangkan seorang nabi diutus untuk dirinya sendiri.
Ulama lainnya menafsirkan kata-kata didalam surah Al Hajj diatas menjadi, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun pada umat maupun seorang nabi …"
Beberapa ulama mengatakan bahwa rasul adalah mereka yang membawa ajaran (syariat) baru, sedang yang tidak membawa syariat baru adalah nabi, bukan rasul, meskipun mereka diperintah untuk menyampaikan risalah dan memberi peringatan.
Para ulama telah bersepakat bahwa setiap rasul menempati posisi sebagai nabi, tetapi tidak setiap nabi adalah rasul. Rasul pertama adalah Nabi Adam sedang yang terakhir adalah Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atas semua nabi utusan Allah.
Abu Dzar memaparkan sabda Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, kepada para Sahabatnya, bahwa ada sekitar 124.000 nabi, dimana 313 diantaranya adalah rasul.
(Sisipan Syeikh Darwish: Kata bahasa Arab untuk wahyu adalah "wahy", dan asal katanya bermakna, "mempercepat". Ketika Allah mengirim kata-kata secara cepat untuk nabi-Nya, maka disebut dengan wahyu. Wahyu terdiri dari tiga jenis. Pertama: wahyu yang disertai tantangan, disebut Al Qur'an, yaitu Firman Allah tanpa suara dan huruf. Kedua: wahyu yang berisi makna dari Allah namun dinyatakan dalam kata-kata Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, disebut kutipan Ilahi (hadis Qudsi). Setiap kali menyebut hadis Qudsi, baginda selalu berkata, "Sebagaimana Allah berfirman." Ketiga: wahyu yang menginspirasi Nabi untuk berbicara dengan kata-kata yang fasih dan khas, disebut Kutipan Kenabian atau Hadis.)
"Wahyu" adalah berasal dari kata "al-waha" yang berarti "secara cepat". Juga bisa bermakna kerahasiaan, karena itulah, secara sederhana ilham dari Allah disebut Wahyu. Ilham inilah yang Dia cetak kedalam hati tanpa perantara. Allah berfirman, "Kami wahyukan kepada ibu Musa '" (Al-Qashash,28:7) - berarti Dia mencetak ilham kedalam hati ibu Musa. Dari firman Allah, "Ini bukan kepunyaan manusia manapun bahwa Allah hendak berbicara kepadanya melainkan dengan Wahyu" (Asy-Syuuro,42:52). Maka Wahyu juga bermakna apa yang Allah letakkan kedalam hati tanpa perantaraan apapun.
Arti Mukjizat
Keajaiban yang diberikan kepada seorang nabi digolongkan sebagai mukjizat, karena diluar jangkauan setiap usaha manusia dan tak ada seorangpun yang mampu menirunya. Ada dua macam kondisi didalam mukjizat:
Pertama: Sesuatu yang manusia memiliki potensi untuk melakukan, tetapi mereka menjadi lemah untuk bisa melakukannya. Lemahnya mereka adalah karena Allah mencegah mereka melakukannya, karena untuk menunjukkan kebenaran nabi-Nya. Misalnya, tidak ada manusia yang sanggup menyusun sesuatu yang sebanding dengan Al-Qur'an.
Kedua: Sesuatu yang di luar jangkauan seluruh manusia dan mereka tidak berdaya berbuat yang sepertinya. Contohnya adalah: menghidupkan orang mati, merubah tongkat menjadi ular raksasa, mengeluarkan unta betina dari batu besar, membuat pohon bisa berbicara, mengalirkan air dari jari-jari, dan membelah bulan. Tidak mungkin ada orang yang mampu melakukan semua itu. Hanya Allah yang berkuasa atas hal-hal ajaib tersebut, dimana merupakan mukjizat yang diberikan kepada para nabi-Nya dan dikirim ke tangan mereka.
Pada mukjizat ada tantangan untuk siapapun yang mendustakan dan menyangkalnya, yaitu dengan menantang mereka menghasilkan sesuatu yang serupa, meski ternyata tak ada yang mampu.
Hendaknya diketahui, berbagai mukjizat yang muncul didalam diri Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, merupakan bukti kenabian dan tanda kebenaran baginda. Ini karena baginda adalah rasul dan penutup para nabi yang diberi mukjizat paling banyak jumlahnya, serta tanda-tanda dan bukti-bukti yang paling jelas. Mukjizat baginda terlalu banyak untuk bisa dihitung. Jika ayat-ayat Al-Qur'an adalah mukjizat, dan Al-Qur'an sendiri juga mukjizat, maka mukjizat baginda menjadi tak terkira jumlahnya, seribu, dua ribu atau bahkan lebih banyak.
Pakar Ilmu Keislaman mengungkap bahwa baginda pernah menantang untuk membuat sebuah surah yang serupa Al-Qur'an, namun tak ada yang mampu memenuhi tantangan tersebut, meski untuk surah terpendek sekalipun seperti "Al Kausar", bahkan walaupun hanya satu ayat yang serupa Al-Qur'an. Surah AlKausar ini saja memiliki sejumlah keajaiban, belum surah-surah yang lainnya.
Dua kategori mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya:
Kategori pertama terdiri dari sesuatu yang diketahui oleh umum dan diriwayatkan melalui banyak orang. Contohnya yaitu Al-Quran. Semua orang meyakini dan mengakui bahwa Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah menyampaikannya. Melalui baginda, mukjizat Al-Qur'an bisa nampak, dan baginda juga telah menggunakannya sebagai dalil (bukti).
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Al-Qur'an adalah mukjizat dan berisi banyak mukjizat. Fakta bahwa tak seorangpun mampu meniru Al-Qur’an tak bisa dibantah lagi, apalagi penyelidikan yang mendalam juga telah membuktikannya.
Seorang ulama Islam menjelaskan, Prinsip tersebut relevan dengan tanda-tanda yang muncul, yang melampaui fenomena normal, dan telah terjadi di tangan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, mencapai tingkat yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Orang yang beriman maupun orang kafir tidak membantah berbagai hal-hal luar biasa yang terjadi ditangan baginda. Namun orang-orang kafir menuduh bahwa semua keajaiban tersebut bukan dari Allah, mereka hanya menganggapnya sebagai perkara yang tidak biasa terjadi.
Kategori kedua terdiri dari perkara-perkara yang tidak mencapai tingkatan Al-Qur'an. Kategori ini dibagi menjadi dua macam. Salah satunya terdiri dari mukjizat sangat terkenal, yang ditransmisikan dalam bentuk hadis, serta peristiwa-peristiwa kenabian (sirah), seperti mukjizat air memancar dari sela jari-jemari baginda, dan makanan yang sedikit menjadi berlimpah. Ada juga keajaiban yang hanya diketahui sedikit orang, akibatnya hanya sedikit yang meriwayatkannya dan tidak terlalu dikenal secara luas oleh banyak orang seperti halnya kategori pertama, namun ditemukan kesahihan dan kecocokannya sehingga kebenaran mukjizat menjadi terbukti.
Adapun tanda-tanda yang diberikan kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, sudah dikenal dimana-mana. Misalnya peristiwa bulan terbelah dua, keajaiban besar ini telah tercatat dan diberitakan, baik didalam Al-Qur'an maupun Hadis (Perkataan Kenabian).
Tak bisa dipungkiri, kebenaran mukjizat baginda telah terbukti secara mutlak. Tak sepatutnya siapapun menganggap sebaliknya apa yang sudah dibuktikan secara mutlak. Apalagi kebenaran mukjizat baginda telah didukung laporan-laporan sah yang ditransmisikan dari berbagai sumber yang berbeda. Oleh karena itu, kebenaran mukjizat hendaknya ditegakkan bukannya malah ditinggalkan, hanya karena kebodohan orang yang berpikiran lemah dalam agama maupun mempertimbangkan pendapat salah satu ahli bid’ah yang melemparkan keragu-raguan di hati orang-orang beriman. Semestinya kita berpaling dari kebodohan semacam itu.
Hal yang sama juga berlaku untuk peristiwa menakjubkan air mengalir dari sela jari-jemari baginda, dan makanan yang sedikit menjadi melimpah, yang mana kedua peristiwa tersebut telah disaksikan dan dilaporkan oleh banyak sekali para Sahabat.
Banyak para Sahabat terdekat baginda yang telah menyaksikan dan meriwayatkan terjadinya aneka mukjizat, misalnya mereka yang berpartisipasi dalam peristiwa Hudaibiyah, peristiwa Tabuk, dan yang terlibat selama penggalian parit di Khondaq, juga peristiwa lainnya ketika berhadapan dengan orang-orang kafir.
Tak satupun para Sahabat bertentangan satu sama lain dalam meriwayatkan berbagai mukjizat, didalam apa yang baginda ucapkan maupun yang baginda lakukan. Para Sahabat juga tidak mengajukan keberatan pada pernyataan yang dikaitkan dengan mukjizat ketika diriwayatkan dimasa kemudian.
Masing-masing para Sahabat meriwayatkan mukjizat yang disaksikannya. Sudah menjadi karakter mereka untuk berani bicara benar, dan jika mereka mendengar sesuatu yang sudah diketahui umum maka mereka tidak takut untuk mengatakannya. Beberapa Sahabat telah melaporkan Sunnah (Jalan Nabi), Sirah (Riwayat Hidup Nabi), dan kata-kata Al-Quran, yang mempunyai kaitan dengan mukjizat baginda yang tak terbantahkan.
Untuk kutipan yang dihukumi lemah atau palsu yang dikatakan dari Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, padahal bukan, juga telah disusun secara rapi dan urut beserta nama-nama para pemalsunya.
(Sisipan Syeikh Darwish: Segala puji bagi Allah, saya (Darwish) telah diberkati untuk menyusun koleksi terbesar hadis palsu serta berisi daftar nama setiap pemalsunya. Hadis palsu jumlahnya kurang dari 1% dari total semua hadis sahih. Koleksi ini dapat didownload dari website Allah.com)
Ada beberapa tanda didalam kutipan kenabian yang mungkin muncul sebagai sesuatu yang mengaburkan makna ketika pertama kali diucapkan. Kutipan ini telah digunakan oleh orang-orang yang menentang Islam, untuk melemahkan kekuatan laporan. Namun, dengan berlalunya waktu, banyak pihak penentang yang kecewa, karena tanda-tanda akhirnya menjadi kenyataan. Hal yang sama berlaku untuk sabda Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkaitan dengan perkara gaib, dan nubuat baginda mengenai berbagai peristiwa yang ternyata kemudian terbukti benar, maka para penentang tidak dapat lagi menggunakannya sebagai alat untuk menyangkal.
Hakim Iyad memberitahu bahwa segala yang berkenaan dengan baginda telah dibuktikan kebenarannya. Kalau ada yang mengatakan riwayat-riwayat ini sampai kepada kita hanya melalui laporan dari satu orang saja, maka orang tersebut tidak mendalam pengetahuannya dalam bidang hadis dan ilmu keislaman lainnya.
Untuk bukti selanjutnya, hakim Iyad memberi informasi, bila seseorang telah mempelajari rantai (sanad) yang menghubungkan pelapor (perawi) yang satu dengan pelapor lainnya, entah kutipan kenabian atau sejarah Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, pasti akan membenarkan keabsahan mukjizat yang dilaporkan. Mungkin juga bagi seseorang untuk menerima pengetahuan dari berbagai sumber pelaporan.
Insya Allah lebih banyak mukjizat akan dibahas dan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Tantangan mukjizat Al-Qur'an
Syekh Darwish berkomentar: "Bagian berikut ini memperlihatkan tantangan Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Untuk mempermudah masyarakat memahami Al-Qur'an, maka arti teks-teks Al-Quran disajikan dalam bahasa mereka masing-masing. Namun penting sekali disadari bahwa dari aspek manapun, seseorang tidak akan mampu mengalami kenikmatan sejati keindahan luar biasa Al-Qur'an sebagaimana yang ada dalam bahasa Arab, sebab kutipan selain bahasa Arab hanya bisa berusaha menyajikan dan memahami maknanya, karena susunan kata paling indah sekalipun, tidak akan mampu mengungkap keindahan Al-Qur’an dalam bahasa Arab."
Al-Qur'an versi bahasa Arab memiliki banyak segi yang tidak mungkin untuk ditiru. Segi tersebut merupakan tantangan unik yang gambarannya terbagi dalam beberapa aspek.
Aspek pertama menggambarkan keunggulan komposisi Al-Qur'an, gabungan struktur kata-katanya dan kefasihan serta keindahannya, yang jauh di luar jangkauan dan kemampuan orang Arab manapun bahkan yang paling ahli sekalipun.
Allah memberkati bangsa Arab dengan bakat alami dalam bidang bahasa. Pada saat Al-Qur'an diturunkan, bangsa Arab telah menguasai beraneka ekspresi dalam bahasa. Kefasihan mereka berbicara dan berkreasi dengan kata-kata yang indah telah melampaui bangsa manapun, yang pada saat itu tengah mencapai puncak kejayaannya, dan kecakapan mereka berbahasa mampu menyentuh kedalaman hati siapa saja. Untuk bangsa Arab, itu adalah fenomena alami dan bagian dari karakter mereka.
Orang-orang Arab menulis syair yang sangat kuat pengaruhnya dan bisa membangkitkan emosi seseorang, terkadang digunakan untuk memuji atau mencemarkan nama baik seseorang. Mereka juga menggunakan syair untuk mengungkapkan segala permintaan dan kesukaan mereka, serta untuk meninggikan atau menurunkan pangkat sesuatu. Penguasaan mereka telah mencapai tingkat yang tinggi, bahkan orang cerdas pun bisa tertipu. Mereka juga telah memanfaatkan syair sebagai alat untuk mengatasi perseteruan suku yang sudah berlangsung lama, menggugah hati para pengecut sehingga menjadi berani, membujuk si kikir menjadi pemurah, membuat yang tidak sempurna menjadi sempurna, dan merendahkan martabat golongan yang elit sehingga menjadi disepelekan.
Orang-orang Badui (mereka yang hidup di daerah pedalaman atau dipadang pasir) memakai bahasa Arab yang paling kaya ekspresi, karena mereka yang paling fasih dikalangan bangsa Arab. Orang Arab yang tinggal di daerah perkotaan juga mahir berbahasa yang fasih, dan mampu mengekspresikan diri secara mengagumkan hanya dengan beberapa kata. Kedua golongan masyarakat tersebut mampu berekspresi dalam segala perkara secara efektif dan meyakinkan, yang membuat mereka menjadi golongan yang unggul. Seringkali mereka mampu memecahkan permasalahan dengan kefasihan mereka berkata-kata.
Kefasihan adalah alat kepemimpinan mereka, dan mereka sanggup berbicara pada hal-hal yang penting maupun yang tidak penting. Mereka benar-benar jago berekspresi dan berolahkata menggunakan kata-kata yang langka. Banyak festival bernuansa syair yang mereka selenggarakan, dimana orang-orang dari segenap penjuru datang untuk berkompetisi, atau sekedar mendengarkan dan menikmati karya-karya mereka.
Masyarakat Arab yang terkenal kemahiran mereka dalam bidang bahasa, telah dibuat terkagum-kagum dan terpesona oleh kefasihan, kebenaran, dan struktur Al-Qur'an yang penuh arti. Hanya Utusan Allah saja yang diberi kekuasaan oleh-Nya, yang sanggup membuat mereka semua terpana. Allah berfirman, "Kepalsuan tidak mendatanginya dari depannya maupun dari belakangnya, diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Fussilat,41:42). Ayat dan kata-kata ini benar-benar tepat dan fasih, beda dengan yang lainnya.
Kemurnian bahasa Arab Al-Quran, dengan isi yang padat dan ringkas serta aneka ekspresi baru, telah jauh melampaui setiap bentuk bahasa yang ada dalam masyarakat. Segala aspek yang terdapat didalam Al-Qur'an, saling berlomba-lomba satu sama lain dalam keindahan. Keunggulan strukturnya diimbangi ungkapan yang mengandung banyak arti.
Masyarakat Arab adalah orang-orang yang diberi bakat kemampuan berbahasa paling menawan. Mereka menelurkan orator-orator andal dan penyair-penyair hebat. Kontes terbesar yang mereka adakan adalah kontes yang bernuansa syair, sajak dan puisi. Ragam ekspresi dalam bahasa keseharian, cara berdebat yang khas dan penggunaan kata-kata langka tengah mencapai puncaknya. Kemahiran orang-orang ini telah ditantang oleh Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan baginda menegur mereka selama lebih dari dua puluh tahun.
Mengenai sikap keras kepala orang-orang kafir yang menolak mengakui Al-Qur'an, meskipun Al-Qur'an jauh lebih unggul dan melampaui komposisi semua pakar bahasa Arab, maka Allah menantang mereka seraya berfirman,
"Apakah mereka mengatakan, 'ia telah mengada-adakannya?' Katakan, 'hadirkan sebuah surah sepertinya, dan serulah siapa yang kamu anggap mampu dari selain Allah jika kamu adalah yang benar!'" (Yunus,10:38)
"Dan jika kamu dalam keraguan dari apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), hadirkan sebuah surah yang menyamainya, dan serulah para penolongmu dari selain Allah jika kamu adalah yang benar; Namun jika kalian tidak melakukan dan kalian (memang) tidak akan (mampu) melakukan, maka waspadailah neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, disediakan bagi yang tidak beriman." (Al-Baqoroh,2:23-24)
"Katakanlah, 'Andai manusia dan jin benar-benar bergabung untuk menghadirkan seperti Al Qur'an ini, tidak akan menghadirkan dengan sepertinya walaupun mereka saling membantu satu sama lain.'" (Al-Isro',17:88).
"Katakanlah 'Hadirkan sepuluh surah yang diada-adakan sepertinya dan serulah siapa yang kamu anggap mampu dari selain Allah." (Hud,11:13).
Jauh lebih mudah mengambil kata-kata atau ide orang lain, dan menghadirkannya sebagai karya sendiri daripada menghasilkan karya asli. Menulis sesuatu yang salah atau membuat kepalsuan memang jauh lebih mudah, namun menjadi lebih sulit ketika berjuang membuat karya yang asli, karenanya ada ucapan,
"Fulan akan menulis sebagaimana yang dikatakan kepadanya, dan
Fulan akan menulis sebagaimana yang dia inginkan."
Kalimat tersebut tampak sama namun sangat berbeda artinya. Kalimat yang pertama lebih baik daripada yang kedua.
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang senantiasa peduli pada umat, telah mengetuk hati setiap orang agar beriman kepada Allah. Demi kebaikan umat manusia, baginda tidak pernah menyerah menegur orang-orang yang tak mau beriman. Baginda menegur dan memperingatkan mereka secara baik dan bijaksana. Baginda terus mengajak mereka beriman sambil menghadirkan bukti-bukti yang kuat. Orang-orang yang tetap menolak beriman jadi merasa terhina sendiri dengan kebenaran yang dipaparkan baginda, dan mereka memperparah kebodohan diri mereka sendiri.
Orang-orang tak beriman telah memperdayai diri mereka sendiri, dengan mengada-adakan masalah, kebohongan dan kepalsuan, hal ini tampak dalam ucapan-ucapan mereka:
Lalu dia berkata: "(Al Quran) Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". (Al-Muddatstsir,74:24-25)
"Sihir yang berkesinambungan." (Al-Qomar,54:2)
"Kebohongan yang di ada-adakan." (Al-Furqon,25:4).
"Dongengan kuno." (Al-An'am,6:25)
Mereka justru merasa bangga dan puas menipu diri sendiri, sebagaimana perkataan mereka:
"Hati kami tertutup." (Al-Baqoroh,2:88).
"Hati kami dalam tutupan dari apa yang kamu menyeru kami kepadanya, dan didalam telinga kami ada sumbatan, dan antara kami dan kamu ada selubung." (Fussilat,41:5).
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (Fussilat,41:26).
Sikap arogan orang-orang tak beriman telah tercatat didalam Al-Qur’an, ketika mereka berucap, "Sekiranya menginginkan, kita bisa bicara seperti ini." (Al-Anfal,8:31). Namun Allah telah berfirman, "dan tak akan melakukan." (Al-Baqoroh,2:24).
Para pembantah Al-Qur'an ternyata hanya beromong-kosong. Mereka benar-benar tidak berdaya dan tidak mampu menyaingi Al-Qur'an.
Pada masa hidup Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, ada seorang pembohong bernama Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Ia mencoba menyusun ayat-ayat untuk menyaingi Al-Qur'an, namun kesalahan fatal tampak jelas dan nyata. Kedok Musailamah sebagai nabi palsu lantas terbongkar dan diketahui semua orang, usaha Musailamah akhirnya menjadi sia-sia.
Orang-orang semakin menyadari bahwa keindahan bahasa Al-Qur'an jauh melampaui kefasihan ekspresi bahasa Arab mereka. Ketika mendengar lantunan Al-Qur'an, mereka jadi menyerah atau merasa terbimbing, atau setidak-tidaknya mereka merasa terpikat.
Karenanya, disaat Walid bin Mughirah mendengar Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, melantunankan ayat, "Sungguh Allah memerintah keadilan, perbuatan baik dan menyantuni sanak kerabat." (An-Nahl,16:90) Walid bin Mughirah lantas berujar, "Demi Allah, betapa merdu dan elegannya ayat ini. Melimpah ruah manfaat yang bisa dipetik dan penuh citarasa tingkat tinggi. Ini bukan perkataan seorang manusia."
Abu Ubed menceritakan kisah seorang Badui yang mendengar seorang lelaki melantunkan ayat, "Proklamirkanlah apa yang diperintahkan." (Al-Hijr,15:94) dimana menembus jantungnya hingga si Badui lantas bersujud dan berkata, "Aku bersujud karena keindahan bahasa Arabnya."
Badui yang lainnya mendengar seseorang melantunkan ayat, "Maka tatkala berputus asa daripadanya mereka menyendiri berunding bersama." (Yusuf,12:80) setelah mendengarnya, ia lantas berucap, "Aku bersaksi bahwa makhluk tidak mampu atas perkataan yang seperti itu!"
Ada seorang pelayan perempuan yang pandai berkata-kata. Asma'i yang mendengar keindahan perkataannya lantas berkata, "Demi Allah, alangkah fasih dan merdu perkataanmu!" si pelayan menjawab, "Apakah ini dianggap fasih setelah firman Allah, "dan Kami mewahyukan kepada ibu Musa 'susuilah dia lalu ketika kamu khawatir atasnya maka lemparkanlah dia kedalam air, dan janganlah kamu takut maupun susah. Sungguh Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya di antara para rasul'." (Al-Qosos,28:7). Dalam satu ayat tersebut ada dua perintah, dua larangan, dua berita dan dua kabar baik yang terkumpul bersama. Perencanaan Allah terbukti jelas dalam ayat ini, dimana pelemparan Musa kedalam air berubah menjadi instrumen (perantara) penting untuk keselamatannya.
Benar-benar unik dan tak tertandingi tantangan Al-Qur'an. Fakta nyata bahwa Al-Qur'an telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan baginda yang mengirimkannya kepada umat manusia.
Tidak ada yang sanggup menanggapi tantangan yang disampaikan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, untuk meniru Al Qur'an. Orang-orang Arab yang terampil dalam ilmu kefasihan bahasa dan teknik-teknik retorika, mengetahui secara pasti bahwa Al Qur'an tidak lain adalah mukjizat yang agung. Sedang orang yang tidak pandai dalam seni bahasa Arab, menyadari bahwa Al Qur'an adalah sebuah mukjizat karena tidak ada para ahli bahasa Arab yang mampu menanggapi tantangan, serta tidak ada manusia yang bisa menirunya.
Tulisan sebanyak apapun hanya sanggup mengulas setitik dari segenap manfaat Al-Qur'an. Setiap kalimat Al-Qur'an mengandung banyak makna dan pengetahuan yang melimpah. Kisah generasi dan bangsa-bangsa terdahulu yang saling berpadu serasi satu sama lain, adalah satu diantara tanda yang mencerminkan keindahan kata-kata Al-Qur'an, dengan penyajian yang harmoni dan aspek-aspek yang seimbang.
Contohnya bisa ditemukan pada kisah nabi Yusuf. Kisah nabi Yusuf dan para nabi lainnya muncul pada surah-surah yang berbeda didalam Al Qur'an, meski demikian, banyak ungkapan bervariasi dan kisah yang hadir dengan wajah baru. Aspek ini juga bagian dari keindahan Al-Qur'an. Tidak ada yang pernah merasa bosan, jemu dan kesal meski melantunkan dan mendengarnya berkali-kali.
Dostları ilə paylaş: |