Fikih ahlul bait taqlid dan Ijtihad



Yüklə 1,06 Mb.
səhifə2/29
tarix22.01.2018
ölçüsü1,06 Mb.
#39519
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   29
Adapun cara memandikannya dengan tiga macam air tersebut sama dengan cara mandi junub, yaitu terlebih dahulu membasuh kepala dan lehernya, kemudian membasuh badan sebelah kanan (yakni badan bagian kanan dari pusar ke samping kanan dan dari leher sampai ke kaki) dan membasuh badan sebelah kiri.
Beberapa Masalah Yang Berkaitan Dengan Memandikan Mayat.
1. Jika kesulitan (berhalangan) mendapatkan daun bidara atau kapur barus atau keduanya, maka ada beberapa gambaran. Pertama, [bila] yang tidak ada adalah daun bidara, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air yang dicampuri daun bidara, kemudian dimandikan dengan air yang dicampuri kapur barus dan dimandikan dengan air murni. Kedua, [bila] yang tidak ada adalah kapur barus, maka dimandikan dengan air yang dicampuri daun bidara, kemudian dengan air murni sebagai ganti air yang dicampuri dengan kapur barus dan dimandikan dengan air murni. Ketiga, [bila] yang tidak ada adalah keduanya ( daun bidara dan kapur barus), maka dimandikan tiga kali dengan air murni semuanya.
2. Jika tidak ada air untuk memandikan mayat, maka ditayammumi sebanyak tiga kali sebagai ganti ketiga mandi tersebut. Mayat yang terluka atau terbakar boleh ditayammumi jika memandikannya akan menyebabkan kulitnya terkelupas.
3. Jika tidak terdapat air yang cukup kecuali untuk satu kali mandi saja, maka jika yang ada adalah daun bidara, maka dimandikan dengan air yang dicampuri daun bidara, kemudian ditayammumi dua kali sebagai ganti mandi dengan air campuran kapur barus dan mandi dengan air murni. Dan jika daun bidara tidak ada, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air yang dicampur dengan daun bidara, dan kemudian ditayammumi dua kali sebagai ganti air campuran kapur barus dan air murni.
4. Jika tidak terdapat air yang cukup kecuali untuk dua kali mandi saja, maka ada beberapa gambaran.
Pertama,

Jika yang ada adalah daun bidara saja, maka dimandikan dengan air daun bidara kemudian dengan air murni sebagai ganti air campuran kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti air murni. Kedua,

Jika yang ada adalah kapur barus saja, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air campuran daun bidara, kemudian dimandikan dengan air kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti mandi dengan air murni.

Ketiga,


Jika daun bidara dan kapur barus ada, maka dimandikan dengan air yang dicampur daun bidara dan air yang dicampur kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti mandi dengan air murni.
Mengkafani Mayat


  1. Cara Mengkafani Mayat :

Mengkafani mayat hukumnya fardhu kifayah dan kafan harus terdiri dari tiga helai kain ; mi'zar ( kain yang menutupi antara pusar dan lutut), qomish ( kain yang menutupi antara dua bahu sampai betis ) dan izar ( kain yang menutupi seluruh badan ).

2. Syarat-syarat kain kafan :

a. Kain yang mubah ( tidak boleh menggunakan kain milik orang lain kecuali kalau diizinkan),

b. Kain yang suci ( tidak boleh menggunakan kain yang terkena najis atau terbuat dari barang najis, seperti kulit bangkai ),

c. Kain kafan tidak terbuat dari sutra, walaupun mayat itu wanita atau anak kecil, d. Kain kafan tidak terbuat kulit binatang yang tidak boleh dimakan dagingnya.
Tahnith Mayat

Men-tahnith mayat hukumnya fardhu kifayah, baik mayat itu anak kecil atau besar. Tahnith mayat dilakukan setelah memandikan. Tahnith adalah mengusapkan kapur barus di tujuh anggota sujud ( dahi, perut kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ibu jari telapak kaki ).


Menshalati Mayat

Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah dan tidak boleh menshalati mayat kafir.

a. Cara Shalat Mayat adalah setelah niat bertakbir lima kali; setelah takbir pertama mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah takbir kedua membaca shalawat. Setelah takbir ketiga mendoakan kaum muslimin dan muslimat, dan mukminin dan mukminat. Setelah takbir keempat mendoakan mayat dan kemudian takbir kelima sebagai penutup shalat.
b. Dalam pelaksanaan shalat mayat tidak ada azan, iqamat, ruku', sujud, tasyahhud dan salam.
Syarat-syarat Shalat Mayat.

1. Niat.


2. Menentukan mayat yang akan dishalati, misalnya shalat mayat ini.

3. Menghadap kiblat.

4. Shalat sambil berdiri

5. Meletakan mayat didepan orang yang shalat dengan posisi terlentang di atas punggungnya dan kepala mayat terletak di sebelah kanan orang yang shalat.

6. Antara orang yang shalat dengan mayat tidak ada penghalang.

7. Jarak antara orang yang shalat dengan mayat tidak terlalu jauh.

8. Salah satu diantara keduanya tidak lebih tinggi posisinya atau lebih rendah.

9. Shalat dilakukan setelah memandikan, mengkafani dan men-tahnith.

Dalam pelaksanaan shalat mayat tidak disyaratkan suci dari hadas (berwudhu).
Menguburkan Mayat

Menguburkan mayat muslim hukumnya fardhu kifayah. Caranya adalah meletakan badannya di dalam lubang kubur sambil menghadap kiblat dengan berbaring di atas samping kanan dan kemudian menutupinya dengan tanah sehingga aman dari binatang buas dan baunya tidak tercium oleh manusia.


Shalat Jenazah
Shalat jenaza hukumnya wajib kifayah bagi setiap muslim. Apabila telah ada seorang muslim yang melakukan shalat jenazah untuknya, maka gugurlah kewajiban itu menshalatinya bagi yang lain. Shalat jenazah harus dilakukan dengan niat qurbatan ilallah (mendekatkan diri pada Allah).
Tata Cara Shalat Jenazah

Shalat jenazah terdiri dari lima takbir. Pelaksanaannya, setelah takbir pertama bacalah dua kalimat syahadat. Setelah takbir kedua, bacalah shalawat kepada Rasulullah Saww. Setelah takbir ketiga bacalah doa untuk kaum muslimin. Setelah takbir keempat, bacalah doa khusus untuk jenazah, kemudian bacalah takbir kelima sebagai penutup shalat jenazah.


Secara ringkas, cara pelaksanaan shalat jenazah tersebut adalah:

Setelah niat dan menentukan (nama dan jenis kelamin) jenazah yang akan dishalatkannya, maka lakukanlah serangkaian bacaan dan amalan berikut ini,


Takbir pertama,

(Allah Mahabesar),aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.


Takbir kedua,
(Allah Mahabesar), ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad Saww. dan keluarga Muhammad.
Takbir Ketiga,

(Allah Mahabesar), Ya Allah, ampunilah seluruh dosa dan kesalahan kaum mukmini laki-laki dan kaum mukmin perempuan.


Takbir Kempat,

(Allah Mahabesar), Ya Allah, ampunilah seluruh dosa dan kesalahan jenazah ini.


Takbir kelima, "Allahu Akbar" dan selesailah shalat jenazah tersebut.
Hukum-hukum Menguburkan Mayat
1. Hukum menguburkan mayat Muslim adalah wajib kifayah.

Yang dimaksud menguburkan ialah menyembunyikan mayat di dalam lubang tanah. Oleh karena itu, menyembunyikannya di dalam tumpukan tanah tidak sah. Lubang kubur itu hendaknya dapat menjaga jasad mayat dari binatang buas dan baunya tidak menyebar ke luar.


2. Mayat yang mati di lautan, jika tidak bisa diantar ke daratan, maka setelah dimandikan, dikafani dan dishalati, diletakkan di atas papan yang dibebani barang yang berat kemudian dibuang ke laut.

3. Posisi mayat ketika dikuburkan menghadap kiblat, yakni membaringkannya ke sebelah kanan.

4. Biaya penguburan diambil dari uang warisan sebelum dibagikan.

5. Anggota tubuh mayat yang terpisah hendaknya dikuburkan bersama dalam satu lubang.

6. Jika seseorang mati di dalam sumur dan tidak bisa dikeluarkan, juga tidak bisa dipalingkan ke kiblat, maka dibiarkan di dalam sumur saja, lalu sumur itu ditutup sehingga menjadi kuburannya.

7. Menguburkan mayat tidak boleh di tanah milik orang lain.

8. Mayat kafir tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin. Demikian pula tidak boleh menguburkan mayat Muslim di pekuburan kaum kafir.
Hal-hal yang Disunahkan dalam Penguburan.

1. Kedalaman kuburan sesuai dengan tinggi badan si mayat.

2. Membuat lubang lahad di tanah yang keras (yaitu membuat lubang seukuran mayat di dinding kuburan yang mengarah ke kiblat) atau syaq di tanah yang lentur (membuat lubang seukuran mayat di dalam lubang kuburan).

3. Sebelum dikuburkan di dalam kuburan, mayat laki-laki hendaknya diletakkan pada arah kakinya, sedangkan mayat perempuan pada arah kiblat. 4. Hendaknya mayat dikuburkan tidak sekaligus.

5. Ikatan-ikatan kain kafan dilepas setelah diletakkan di dalam kuburan.

6. Bagian mukanya dibuka dan pipinya menempel ke tanah dan punggungnya disanggah dengan bantal dari tanah agar tidak terlentang badannya.

7. Orang yang turun ke bawah kuburan hendaknya bersuci, kepalanya terbuka dan kancingnya terbuka.

8. Selain keluarga yang muhrim hendaknya melemparkan dengan punggung telapak tangannya.

9. Mentalqininya dengan akidah-akidah yang hak setelah diletakkan di dalam kuburan dan sebelum diuruk.

10. Meninggikan kuburan setinggi empat jari rapat atau renggang.

11. Mencipratkan air di atas kuburannya dari kepala sampai kaki.

12. Meletakkan tangan di atas kuburan dengan merenggangkan jari-jari sambil menekan, dan membacakan surah Al-Qadr tujuh kali serta memintakan ampun untuknya.

Kewajiban Ikut Mazhab Ahlul-Bait (as)
Dalil dari Al-Quran :
1. Ayat al-Wilayah (QS. al-Maidah: 54)
" Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman yang mendirikan salat dan memberikan sedekah dalam keadaan ruku."
Al-Tabrani telah menulisnya di dalam al-Ausat.2 Ibn Mardawaih daripada 'Ammar bin Yassir berkata: Seorang peminta sadqah berdiri di sisi Ali yang sedang rukuk di dalam sembahyang sunat. Lalu beliau mencabutkan cincinnya dan memberikannya kepada peminta tersebut. Kemudian dia memberitahukan Rasulullah SAW mengenainya. Lalu ayat tersebut diturunkan. Kemudian Nabi SAW membacakannya kepada para sahabatnya. Beliau bersabda: Siapa yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku, hormatilah orang yang memperwalikannya dan musuhilah orang yang memusuhinya, cintailah orang orang mencintainya, bencilah orang yang membencinya, tolonglah orang yang menolongnya, tinggallah orang yang meninggalkannya dan penuhilah kebenaran bersamanya di mana saja dia berada."
2. Ayat at-Tathir (Surah al-Ahzab (33): 33):
“ Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan segala dosa dari kamu ('an-kum) wahai Ahlu l-Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Wahai Ahlu l-Bait Rasulullah cintamu suatu fardhu daripada Tuhan di dalam al-Qur'an telah diturunkan. Memadailah kebesaran Nabimu sesungguhnya siapa yang tidak bersalawat ke atas kamu tidak sah sembahyangnya.


Dimaksudkan dengan Ahlu l-Bait AS ialah 'Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain AS. Demikianlah juga para ulama Ahlu s-Sunnah menjelaskan bahawa maksud Ahlu l-Bait ialah Nabi SAWAW dan keturunan 'Ali yang disucikan
3. Ayat al-Mubahalah (surah Ali Imran (3): 61)

“ Sesiapa yang membantahmu mengenai (kisah 'Isa) sesudah datang ilmu (yang menyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubalahah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."


Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya53 berkata:'Abdullah telah memberitahukan kami dia berkata:Bapaku memberitahuku dia berkata: Qutaibah bin Sa'id dan Hatim bin Isma'il telah memberitahukan kami daripada Bakir bin Mismar daripada Amir bin Saad daripada bapanya dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAWAW bersabda kepadanya: Dia berkata: Manakala turun ayat al-Mubahalah maka beliau SAWAW menyeru 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan bersabda:Wahai Tuhanku, mereka itulah keluargaku.
4. Ayat al-Muwaddah (Surah al-Syu'ara (42): 23):

“ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan (al-qurba). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanah) akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."


Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan di dalam Manaqib, al-Tabrani, al-Hakim dan Ibn Abi Hatim daripada 'Abbas sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam pentafsiran ayat 14 daripada ayat-ayat yang telah dinyatakan di dalam fasal pertama daripada bab sebelas daripada al-Sawa'iqnya dia berkata: Manakala turunnya ayat ini mereka bertanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau SAWAW menjawab: 'Ali, Fatimah dan dua anak lelaki mereka berdua.
5. Ayat Salawat (Surah al-Ahzab (33):56):

“ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."


Imam Syafi'i dalam Musnadnya berkata: Ibrahim bin Muhammad telah memberitahukan kami bahawa Safwan bin Sulaiman telah memberitahukan kami daripada Abi Salmah daripada 'Abdu r-Rahman daripada Abu Hurairah dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kami bersalawat ke atas anda?
Maka Rasulullah SAWAW menjawab: Kalian berkata: Allahumma Salli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad.104
6. Ayat Tabligh atau Hadith al-Ghadir (Surah al-Mai'dah (5:67)

“ Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, (bererti) kamu tidak menyampaikan anamatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."


Fakhruddin al-Razi di dalam Mafatih al-Ghaib122 berkata: Ahli Tafsir telah menyebutkan bahawa sebab turun ayat ini sehingga dia berkata: (kesepuluh) ayat ini telah diturunkan tentang kelebihan 'Ali bin Abi Talib AS. Manakala ayat ini diturunkan Nabi SAWAW memegang tangan 'Ali AS dan bersabda: Siapa yang telah menjadikan aku maulanya, maka 'Ali adalah maulanya. Hormatilah orang yang mewalikannya dan musuhilah orang yang memusuhinya.

Kemudian Umar (RD) memujinya dan berkata: Tahniah kepada anda wahai anak Abu Talib. Anda telah menjadi maulaku dan maula semua mukmin dan mukminah. Ini adalah riwayat Ibn 'Abbas, al-Barra' bin Azib dan Muhammad bin Ali.


Al-Suyuti di dalam al-Durr al-Manthur128 mengaitkan riwayat Ibn Mardawaih daripada Ibn Asakir kepada Abu Sai'd al-Khudri. Dia berkata: Manakala Rasulullah SAWAW melantik 'Ali AS pada hari Ghadir Khum, maka beliau SAWAW mengisytiharkan wilayah 'Ali AS. Lalu Jibra'il AS menurunkan ayat Ikmalu d-Din (Surah al-Mai'dah(5):3)"Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu."
Dalil dari Hadiths Rasulullah (saw) :
Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata:

"Aneh sekali mereka berkata: Mereka mengambil ilmu mereka semuanya daripada Rasulullah SAWAW. Lantas mereka mengetahui dan mendapat petunjuk daripadanya. Mereka fikir kami Ahlu l-Bait tidak mengambil ilmunya dan kami tidak mendapat petunjuk daripadanya. Sedangkan kami keluarganya dan zuriatnya. Di rumah kamilah turunnya wahyu. Dan dari kamilah ia mengalir kepada orang ramai. Adakah anda fikir merekalah yang mengetahui dan mendapat petunjuk sementara kami jahil dan sesat?


Imam Baqir AS berkata:

"Sekiranya kami memberitahukan kepada orang ramai menurut pendapat dan hawa nafsu kami, nescaya kami binasa. Tetapi kami memberitahukan mereka dengan hadith-hadith yang kami kumpulkannya daripada Rasulullah SAWAW sebagaimana mereka mengumpulkan emas dan perak."Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata:"Hadithku adalah hadith bapaku. Hadith bapaku adalah hadith datukku. Hadith datukku adalah hadith Husain. Hadith Husain adalah Hadith Hasan. Hadith Hasan adalah hadith Amiru l-Mukminin. Hadith Amiru l-Mukminin adalah hadith Rasulullah SAWAW. Dan hadith-hadith Rasulullah SAWAW adalah firman Allah SWT.1

Dan beliau AS berkata:

"Siapa yang meriwayatkan hadith tentang kami, maka kami akan bertanya kepadanya mengenainya di suatu hari. Sekiranya dia meriwayatkan kebenaran terhadap kami, seolah-olah dia meriwayatkan kebenaran terhadap Allah dan RasulNya. Dan sekiranya ia berbohong terhadap kami, seolah-olah dia berbohong terhadap Allah dan RasulNya, kerana kami apabila meriwayatkan hadith, kami tidak berkata: Fulan bin Fulan telah berkata, tetapi apa yang kami katakan: Allah berfirman dan RasulNya bersabda."


1. Hadith al-Dar atau al-Indhar (Hadith jemputan di rumah atau hadith peringatan)

Sabda Nabi SAW:"Ini 'Ali saudaraku, wazirku, wasiku dan khalifahku selepasku."


Nabi (saw) bersabda :"Sesungguhnya ini adalah saudaraku, wasiku dan khalifahku pada kalian. Maka dengarlah kalian kepadanya, dan patuhilah." Beliau berkata: Orang ramai bangun dan ketawa sambil berkata kepada Abu Talib, sesungguhnya beliau telah memerintahkan anda supaya mendengar anak anda dan mematuhinya.
2. Hadith Thaqalain (Hadith dua perkara yang berharga)

Sabda Nabi SAW :

"Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian thaqalain (dua perkara yang berharga) Kitab Allah dan itrah Ahlu l-Baitku. Sekiranya kalian berpegang kepada kedua-duanya nescaya kalian tidak akan sesat selepasku selama-lamanya."
Sayyid Syarafuddin al-Musawi di dalam Muraja'at59nya menegaskan bahawa mafhum sabda Nabi SAW: Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sekiranya kalian berpegang kepadanya, kalian tidak akan sesat selamanya; Kitab Allah dan 'itrahku. Iaitu orang yang tidak berpegang kepada kedua-duanya adalah berada di dalam kesesatan. Sebagaimana diperkuatkan oleh Hadith Nabi SAW: Janganlah kalian mendahului kedua-duanya nescaya kalian akan binasa dan janganlah kalian mengabaikan kedua-duanya nescaya kalian juga akan binasa. Dan janganlah kalian mengajar mereka kerana mereka itu lebih mengetahui daripada kalian.
3. Hadith al-Manzilah (Hadith mengenai kedudukan 'Ali dan Harun)

Sabdanya SAW:

"Tidakkah anda meridhai wahai 'Ali, anda di sisiku seperti Manzilah (kedudukan) Harun di sisi Musa hanya tidak ada nabi selepasku."
Lantaran itu 'Ali, menurut ayat ini, adalah khalifah Rasulullah pada kaumnya, wazirnya pada keluarganya dan rakan kongsinya di dalam urusannya sebagai penggantinya dan bukan sebagai nabi. Beliau adalah orang yang paling layak pada ummatnya semasa hidup dan mati. Oleh itu mereka wajib mentaatinya semasa beliau menjadi pembantunya seperti Harun kepada ummat Musa di zaman Musa.
4. Hadith al-Safinah (Hadith Bahtera)

Sabda Nabi SAW:


"Umpama Ahlul-Baitku samalah seperti bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya berjaya. Dan siapa yang enggan atau terlambat akan tenggelam."

Al-Tabrani telah mencatatkan di dalam al-Ausat64 daripada Abu Sa'id, Nabi SAW bersabda: Umpama Ahlu l-Baitku pada kalian sepertilah bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya berjaya dan siapa yang enggan atau terlambat akan tenggelam. Dan umpama Ahlul-Baitku pada kalian sepertilah pintu pengampunan bagi Bani Isra'il. Siapa yang memasukinya akan diampun.


Di antara orang yang mengakui kesahihannya ialah Imam al-Syafi'i sendiri. Al-Ujaili telah mengaitkan kata-kata Syafi'i di dalam Dhakhirah al-Mal:

Manakala aku melihat manusia telah berpegang kepada mazhab yang bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan Aku menaiki dengan nama Allah bahtera kejayaan mereka itulah Ahlul-Bait al-Mustafa dan penamat segala Rasul.


5. Hadith Madinah al-'Ilm (Hadith Bandar Ilmu)
Sabda Nabi SAW:
"Aku adalah bandar ilmu dan 'Ali adalah pintunya."
Atau kebinasaan jika ia menyalahi dan mendurhakai perintah orang yang memerintah. Sebagaimana sabdanya:'Siapa yang inginkan ilmu, maka hendaklah datang melalui pintunya dan siapa yang datang bukan melalui pintunya dikira pencuri dan dia adalah dari parti 'iblis.'
Rasulullah SAW:"Anda wahai 'Ali! Pewaris ilmuku, suami anak perempuanku, pelaksana agamaku dan khalifahku selepasku."
Justeru itu Amirul Mukminin telah menunjuk kepada dadanya di suatu hari di atas mimbar Masjid di Kufah sebanyak tiga kali sambil berkata:
"Disinilah sifat ilmu. Bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Demi Allah sekiranya kalian bertanya kepadaku tentang jalan-jalan langit dan bumi, nescaya aku akan memberitahukan kalian mengenainya. Maka sesungguhnya aku lebih mengetahui jalan-jalan langit dan bumi."

Siapa Ahlul-Bait Rasulullah (saw)?


Berdasarkan dalil-dalil dari ayat-ayat Qur'an dan Hadith Rasulullah SAWA - kebanyakan kitab tafsir dan Hadith menjelaskan bahawa yang dimaksudkan dengan Ahlul Bayt Rasulullah SAW ialah lima orang iaitu Rasulullah SAW, Ali, Fatimah, Hassan dan Husayn.
Riwayat al-Tarmidzi dari Ummu Salamah menyatakan bahawa ayat:
" Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian, Ahlul Bayt dan menyucikan kalian dengan sebersih-bersihnya (Quran:33:33)" turun untuk Rasulullah SAW di rumahku ketika aku sedang duduk di sebelah pintu, aku bertanya: " Ya Rasulullah, bukankah aku juga dari Ahlul Baytmu, beliau mejawab: engkau berada dalam kebaikan, engkau dari isteri-isteriku. Ketika itu Rasulullah SAW di rumah bersama Ali, Fatimah, Hassan dan Husayn.Kemudian beliau memasukkan mereka di bawah serban beliau seraya bersabda: " Ya Allah,merekalah Ahlul Baytku, maka hilangkan kotoran dari mereka dan sucikanlah mreka sesuci-sucinya."
Muslim dalam Sahihnya meriwayatkan dalam Kitab Fada'il Sahabat bab Fada'il Ahlul Bayt Nabi SAW, berkata Aisyah bahawa telah keluar Rasulullah SAW pada suatu hari dengan memakai mard marhal daripada bulu berwarna hitam, kemudian datang Hassan bin Ali lalu dimasukkannya ke dalamnya, kemudian datang Husayn lalu dimasukkannya ke dalamnya, kemudian datang Fatimah dan dimasukkan dia ke dalamnya dan akhir sekali datang Ali dan dimasukkan ke dalamnya, lalu beliau SAW membaca ayat Quran:33:33, yang bermaksud:
" Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kalian dari kekotoran dan menyucikan kalian dengan sebersih-bersihnya."
Dalam tafsir Al-Dur Al-Mantsur, Jalaluddin al-Suyuti menyebut dua puluh sanad hadith dengan jalan yang beragam, yang semuanya menunjukkan bahawa yang dimaksudkan dengan Ahlul Bayt di dalam ayat di atas adalah lima orang seperti di atas.
Adakah para isteri Nabi (saw) termasuk dalam Ahlul-Bait ?
Para isteri Nabi (saw) tidak termasuk dalam Ahlul Bayt dalam pengertian yang khusus seperti maksud dan kehendak ayat di atas. Riwayat dari Muslim dari Zaid bin Arqam bahawa:
Pada suatu hari Rasul berpidato di hadapan kami dekat suatu danau bernama Khum di antara Mekah dan Madinah, setelah memuji Allah, beliau mulai menasihati kami dan bersabda yang bermaskud: " Wahai manusia.....ketahuilah bahawa aku meninggalkan pada kalian dua benda yang sangat berharga, Kitabullahyang mengandung cahaya dan bimbingan, maka ambillah Kitabullah dan berpeganglah padanya....beliau meneruskan: " Dan Ahlul Baytku, aku memperingatkan kalian tentang Ahlul Baytku, Aku memperingatkan kalian tentang Ahlul Baytku, aku memperingatkan kalian tentang Ahlul Baytku...."
Perawi hadith bertanya kepada Zaid bin Arqam,
" Siapakah Ahlul Bayt Rasul, adakah isteri-isteri beliau termasuk Ahlul Baytnya? " Zaid menjawab," Tidak, demi Allah, seorang isteri hidup bersama suaminya untuk beberapa waktu dan ketika dicerai ia kembali kepada kaumnya sendiri."
Kesimpulannya
Seperti yang diungkapkan oleh Syed Syarafuddin al-Musawi dalam bukunya al-Kalimah al-Gharra' fi Tafdhil al-Zahra' wal Aqilah al-Wahy bahawa tidak diragukan lagi Ahlul Bayt yang dinyatakan oleh ayat di atas adalah lima orang bergelar " Ashab al-Kisa."
Kenyataan ini cukup untuk menyimpulkan bahawa mereka adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan seluruh entiti yang mendiami bumi dan langi
Yüklə 1,06 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   29




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin