Rangka Isi Pelajaran


Perbezaan Antara Akidah dan Ideologi



Yüklə 321,19 Kb.
səhifə2/6
tarix08.01.2019
ölçüsü321,19 Kb.
#92752
1   2   3   4   5   6


Perbezaan Antara Akidah dan Ideologi
Akidah dan ideologi adalah kepercayaan ataupun fahaman yang amat berbeza. Ideologi merupakan kepercayaan dan dasar hidup yang bersumberkan selain al-Qur’an dan al-Hadith dan meninggalkan kesan kepada manusia sama ada dari segi fikiran atau tindakan.
Akidah Islam dari Allah, sudah pasti kesempurnaan yang nyata sebagai pencipta makhluk berbanding dengan ideologi ciptaan manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahannya.
Akidah Islam sesuai bagi setiap masa dan tempat kerana ia bersandarkan kepada asas yang tepat iaitu al-Qur’an dan al-Hadith. Ia tidak berubah walau apapun yang melanda sebaliknya ideologi mudah berubah dan bertukar mengikut kehendak hawa nafsu manusia itu sendiri.
Akidah Islam merangkumi semua aspek kehidupan, sementara ideologi tidak merangkumi seluruh aspek kehidupan manusia (politik, ekonomi, pendidikan, akhlak dan lain-lain lagi). Contohnya komunisme dan kapitalisme yang hanya menjurus kepada bidang ekonomi semata-mata.
Akidah Islam merupakan penyelamat ummah jika dibandingkan dengan ideologi yang tidak tetap pendirian. Ideologi hanyalah menjaga kepentingan pemerintah dan taasub perkauman sehingga berlakunya penindasan, pemerasan terhadap sesama manusia bahkan terbukti bergaduh sesama manusia. Contohnya, kita boleh lihat dengan runtuhnya ideologi komunis yang dimusnahkan oleh penganutnya sendiri kerana gagal dalam memberikan kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Begitu juga dengan ideologi-ideologi lain nampak jelas kegagalannya sehingga menjadi penyumbang meruntuhkan akhlak generasi muda hari ini.
Ahli Sunnah Wal Jama’ah

Jika kita merenungkan makna-makna dalam kalimat as-Sunnah dan makna-makna dalam kalimat al-Jama’ah, seperti yang dibincang dalam beberapa nash syari’at, dan seperti yang diungkapkan serta difahami oleh para salafus soleh, kita akan tahu dengan jelas bahawa hal itu hanya cocok dan sesuai dengan golongan ahli Sunnah wal Jama’ah.

Siapa sebenarnya mereka? Apa sifat-sifat mereka? Dan apa manhaj mereka? Berdasarkan hal itu kita perlu mengidentifikasi siapa sebenarnya ahli sunnah wal jama’ah dari beberapa segi sekitar yang menyangkut sifat-sifat mereka, ciri-ciri mereka, manhaj mereka, dan definisi mereka menurut kaca mata orang-orang salafus soleh bahawa yang dimaksud ialah mereka. Sebab, pemilik rumah itu jelas yang paling tahu isi rumahnya, dan mereka itu yang paling tahu rakyatnya.

Di antara segi tinjauan yang memungkinkan kita biasa mengetahui siapa ahli sunnah wal jama’ah itu ialah:



Pertama, sesungguhnya mereka adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah ahli sunnah, yakni orang-orang yang mengajarkannya, menjaganya, mengamalkannya, mengutipnya, dan membawanya baik dalam bentuk riwayat atau dirayat atau manhaj. Jadi merekalah yang paling dahulu mengenal sekaligus mengamalkan as-sunnah.

Kedua, selanjutnya ialah para pengikut sahabat Rasaulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah yang menerima tongkat dan pengikhtarafan mengenai agama dari para sahabat, yang mengutip, yang mengetahui, dan yang mengamalkannya. Mereka adalah para tabi’in dan generasi yang hidup sesudah mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat kelak. Mereka itulah sejatinya ahli sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berpegang teguh padanya, tidak mereka cipta bid’ah macam-macam, dan tidak mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang yang beriman.

Ketiga, ahli sunnah wal jama’ah, mereka adalah para salafus soleh, yakni orang-orang yang setia pada Al-Qur’an dan as-sunnah, yang konsisten mengamalkan petunjuk Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang mengikuti jejak langkah peninggalan para sahabat, para tabi’in, dan pemimpin-pemimpin pembawa petunjuk umat, yang jadi tokoh contoh dalam urusan agama, yang tidak membina bid’ah macam-macam, yang tidak menggantinya, dan yang tidak mengada-adakan sesuatu yang tidak ada dalam agama Allah.

Keempat, ahli sunnah wal jama’ah ialah satu-satunya golongan yang berjaya dan mendapat pertolongan Allah sampai hari kiamat nanti, kerana merekalah yang memang cocok dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

Ada segolongan dari umatku yang selalu membela kebenaran. Mereka tidak merasa terkena mudharat orang-orang yang tidak mendukung mereka sampai datang urusan Allah dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu..


Dalam satu lafaz lain disebutkan:

Ada segolongan umatku yang senantiasa menegakkan perintah Allah….


Kelima, mereka adalah orang-orang yang menjadi asing atau aneh ketika dimana-mana banyak orang yang suka mengikut hawa nafsu, berbagai kesesatan maharajalela, bermacam-macam perbuatan bid’ah sangat marak, dan zaman sudah rusak. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

Semula Islam itu asing dan akan kembali asing. Sungguh beruntung orang-orang yang asing.


Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

Sungguh beruntung orang-orang yang asing, yakni beberapa orang soleh yang hidup di tengah-tengah banyak manusia yang jahat. Lebih banyak orang yang memusuhi mereka daripada yang taat kepada mereka.


Sifat tersebut secocok dengan ahli sunnah wal jama’ah.

Keenam, mereka adalah para ahli hadis, baik riwayat mahupun dirayat. Kerana itulah kita melihat para tokoh kaum salaf menafsirkan al tha’ifat al manshurat dan al firqat al najiyat, yakni orang-orang ahli sunnah wal jama’ah, bahawa mereka adalah para ahli hadis. Hal itu berdasarkan riwayat dari Ibnu Al-Mubarak, Ahmad bin Hambal, Al Bukhari, Ibnu Al-Madini, dan Ahmad bin Sinan. Ini benar, kerana para ahli hadislah yang layak menyandang sifat tersebut, mereka adalah para pemimpin ahli sunnah.

Kalimat al tha’ifat al manshurat Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Kalau yang dimaksud dengan mereka bukan ahli hadis, saya tidak tahu lalu siapa lagi?!”

Al Qadhi Iyadh mengatakan: “Sesungguhnya yang dimaksud dengan mereka oleh Imam Ahmad ialah ahli sunnah wal jama’ah, dan orang yang percaya pada madzhab ahli hadis.”

Menurutnya, seluruh kaum muslimin yang tetap berpegang pada fitrah aslinya dan tidak suka menuruti keinginan-keinginan nafsu serta tidak suka melakukan berbagai macam bid’ah, mereka adalah ahli sunnah. Mereka mengikuti jejak langkah ulama-ulama mereka berdasarkan petunjuk yang benar.

 Kenapa Dinamakan Ahli Sunnah Wal Jama’ah?

Dinamakan ahli sunnah, karena mereka adalah orang-orang yang berpegang pada sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, “Kalian harus berpegang teguh pada sunnahku.

“Ahl” bermaksud keluarga, golongan atau pengikut. “Sunnah” bermaksud apa yang datang daripada Nabi s.a.w. sama ada perbuatan, ucapan atau pengakuan.

Adapun as-sunnah juga bererti, syara’ atau agama, dan petunjuk lahir batin yang diterima oleh sahabat dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, lalu diterima oleh para tabi’in dari mereka, kemudian diikuti oleh para pemimpin umat dan ulama-ulama yang adil yang menjadi tokoh panutan, dan oleh orang-orang yang menempuh jalan mereka sampai hari kiamat nanti.

Berdasarkan hal inilah maka orang yang benar-benar mengikuti as-sunnah disebut sebagai ahli sunnah. Merekalah yang sosok dengan kenyataan tersebut.

Sementara nama al-jama’ah, karena mereka berpegang pada pesan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk setia pada jama’ah atau kebersamaan. Mereka bersama-sama sepakat atas kebenaran, dan berpegang teguh padanya. Mereka mengikuti jejak langkah jama’ah kaum muslimin yang berpegang teguh pada as sunnah dari generasi sahabat, tabi’in, dan para pengikut mereka. Mengingat mereka bersama-sama bersatu dalam kebenaran, bersama-sama bersatu ikut pada jama’ah, bersama-sama bersatu taat pada pemimpin mereka, bersama-sama bersatu melakukan jihad, bersama-sama bersatu tunduk kepada para penguasa kaum muslimin, bersama-sama bersatu mengerjakan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, bersama-sama bersatu mengikuti as-sunnah, dan bersama-sama bersatu meninggalkan berbagai perbuatan bid’ah, perbuatan yang terdorong oleh keinginan-keinginan nafsu, serta perbuatan yang mengundang perpecahan, maka merekalah jama’ah sejati yang mendapat perhatian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Terakhir kita sampai pada sebuah kesimpulan yang konkrit bahwa nama dan sifat ahli sunnah wal jama’ah adalah istilah yang bersumber:

Pertama, dari sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika beliau menyuruh dan berpesan kepada kaum muslimin untuk berpegang teguh padanya, sebagaiman sabda beliau, “Berpegang teguhlah kalian pada sunnahku”, ketika beliau menyuruh dan berpesan kepada mereka untuk setia pada jama’ah, dan melarang menentang serta memisahkan diri darinya. Jadi nama ahli sunnah wal jama’ah adalah nama pemberian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Beliaulah yang menyebut mereka seperti itu.

Kedua, dari peninggalan sahabat dan para salafus saleh yang hidup pada kurun berikutnya. Peninggalan tersebut menyangkut ucapan, sifat, dan tingkah laku mereka. Nama itu sudah mereka sepakati bersama dan menjadi sifat para pengikutnya. Peninggalan-peninggalan mereka itu ada pada karya-karya mereka yang tertulis dalam kitab-kitab hadist dan atsar.

Ketiga, istilah ahli sunnah wal jama’ah adalah keterangan syari’at yang didukung dengan kenyataan yang benar-benar ada. Istilah itu membezakan antara orang-orang yang setia pada kebenaran dari orang-orang yang suka membikin bid’ah dan menuruti keinginan-keinginan hawa nafsu. Ini berbeda dengan anggapan sementara orang yang mengatakan, bahwa ahli sunnah wal jama’ah adalah sebuah nama yang muncul di tengah perjalanan zaman. Nama ini baru ada di tengah-tengah perpecahan kaum muslimin. Padahal sebenarnya tidak begitu. Itu anggapan yang keliru. Ahli sunnah wal jama’ah adalah istilah atau nama ala syari’at yang berasal dari kaum salaf umat Islam. Artinya, ia sudah ada semenjak zaman sahabat dan para tabi’in yang hidup pada periode-periode awal Islam.

Mengenai anggapan sementara orang yang sudah menjadi budak nafsu bahwa ahli sunnah itu hanya terbatas pada orang-orang salaf mereka saja, dan bahwa yang dimaksud dengan salafus soleh adalah orang-orang yang mengikuti madzhab mereka, itu memang benar. Anggapan tersebut tidak keliru, karena salafus soleh memang ahli sunnah. Begitu pula sebaliknya, baik ditinjau dari pengertian syari’at maupun kenyataannya, sebagaimana yang sudah saya kemukakan di atas. Jadi siapa yang tidak mengikuti madzhab salaf dan tidak menempuh manhaj serta jalan mereka, berarti ia telah memisahkan dari as sunnah dan jama’ah.

Perlu kita katakan kepada orang-orang sesat yang meng-ingkari as sunnah dan para pengikutnya, bahwa itulah yang dimaksud as sunnah, dan mereka itulah para pengikutnya yang bernama ahli sunnah wal jama’ah. Jika kita berpaling dan menolak ucapan yang benar ini, maka kita hanya bisa mengingatkan mereka apa yang pernah dikatakan oleh Nabi Nuh alaihi salam kepada orang-orang yang berpaling dari seruan dakwahnya, seperti yang tertuang dalam firman Allah Ta’ala ini:  

Berkata Nuh, ‘Hai kaumku, bagaiman pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberi-Nya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apakah akan kamu paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?

 




Latihan:

1)Apakah masalah yang menjadi punca utama perpecahan antara mazhab Muktazilah dan mazhab Ahli Sunnah?

2)Iktikad yang dipegang oleh mazhab Muktazilah sangat berbeza dengan iktikad yang dipegang oleh mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah. Jelaskan pendapat anda berpandukan hujjah-hujjah yang sesuai bagaimana perbezaan ini boleh berlaku?

Apakah Ahli Sunnah Dibatasi Oleh Ruang dan Waktu?

Ahli sunnah wal jama’ah itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Mereka banyak terdapat di sebuah negara, namun sedikit di negara lainnya. Mereka terdapat banyak pada suatu kurun zaman, tetapi hanya sedikit pada kurun zaman yang lain.

Di tengah-tengah mereka terdapat tokoh-tokoh terkemuka yang menjadi pelita kegelapan dan hujjah Allah terhadap makhluk-Nya hingga hari kiamat nanti. Dan karena jasa merekalah terwujud janji Allah yang akan menjaga agama ini.

Dengan demikian jelaslah siapa sebenarnya ahli sunnah wal jama’ah? Siapa itu salafus saleh? Pernyataan golongan-golongan tertentu yang mengaku sebagai ahli sunnah wal jama’ah tetapi nyatanya mereka justeru memisahkan diri dari as sunnah dan jama’ah, serta menyerang para salafus saleh  atau sebahagian dari mereka, adalah pernyataan yang ditolak berdasarkan ketentuan-ketentuan syari’at, dasar-dasar ilmiah, dan fakta-fakta sejarah.

Demikian pula harus ditolak pengakuan-pengakuan bahawa seluruh kaum muslimin itu setia pada sunnah. Pengakuan seperti itu selain mendustakan berita dari Allah dan Rasul utusan-Nya shalallahu alaihi wa sallam yang menyatakan bahawa ada perpecahan, juga berlawanan dengan kenyataan yang ada.

Demikian pula dengan pernyataan dan pengakuan-pengakuan lainnya.

Berdasarkan hal itu, maka sesungguhnya as-sunnah bukanlah partai atau semboyan atau aliran yang dianut secara fanatik. Tetapi ia merupakan warisan peninggalan Nabi, metode yang benar, jalan yang lurus tali yang kuat, dan jalan orang-orang beriman yang terang seterang siang. Siapa yang berpaling darinya pasti ia akan celaka.

Berbagai kesalahan, kekeliruan, dan bid’ah yang dilakukan oleh orang-orang ahli bid’ah atau oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli sunnah, itu sama sekali bukan dari ajaran as-sunnah dan bukan mengikuti manhaj yang benar.






  1. Latihan : Apakah yang dikatakan mazhab Ahli Sunnah dan siapakah pengasasnya?

  2. Bagaimana mazhab ini mula muncul dan bilakah masanya?

  3. Apakah asas pokok pegangan mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah?

  4. Kenapakah mazhab Ahli Sunnah dikatakan sebagai mazhab yang paling rasional dan dapat diterima oleh majoriti umat Islam?




KELEBIHAN DAN KEKUATAN AHLI SUNNAH WAL JAMAAH

Manhaj Ahli Sunnah Wal Jamaah mempunyai kelebihan-kelebihan dan kekuatan yang menyebabkan ia mampu menghadapi pelbagai cabaran pada setiap zaman sehinggalah ke hari ini.

Antara kelebihan-kelebihan itu ialah:

1. Al-Wasatiyyah : Manhaj al-Imam Abu Hasan al-Asy’ari merupakan mazhab yang wasaf dan adil antara faham Muktazilah yang keterlaluan menggunakan akal. Faham Muktazilah menjadikan akal sebagai neraca dalam menentukan kebenaran nas dan menganggap naql (dalil naqli) sebagai pengikut semata-mata kepada aqla (akal).

2. Assawad Al-A’zam : Ahli Sunnah Wal Jamaah merupakan golongan yang disebut dalam hadis sebagai Assawad al-A’zam (kumpulan terbesar). Dalam beberapa hadis, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya berada bersama golongan ini ketika wujud perbezaan dan khilaf dalam kalangan umat Islam:

“Sesungguhnya umatku tidak akan sekata (ijmak) dalam perkara yang sesat. Apabila kamu melihat perbezaan pendapat maka hendaklah kamu berada bersama kumpulan terbesar (Assawad al-A’zam).”

Daripada hadis ini dapat diambil kesimpulan bahawa Assawad al-A’zam merupakan tali penyelamat ketika berhadapan dengan gelombang pemikiran, aliran fahaman dan mazhab yang berkecamuk di tengah-tengah masyarakat pada setiap zaman.

3. Pendekatan Bermazhab : Ahli Sunnah Wal Jamaah menggunakan pendekatan bermazhab dalam memahami dan mengamalkan ajaran Quran dan Sunnah dan dalam melaksanakan prinsip ijtihad. Al-Imam Abu Hasan al-Asy’ari mahupun al-Imam Abu Mansur al-Maturidi – yang manhaj kedua-duanya dalam menghuraikan akidah membentuk mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah – bukanlah mencipta mazhab baharu dan tersendiri. Sebaliknya, mereka menurut mazhab salaf daripada para Sahabat dan tabiin dalam menegakkan akidah bersandarkan hujah-hujah naqli dan aqli.

Oleh itu, Ahli Sunnah Wal Jamaah ialah mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w. dan sunnah para sahabatnya dalam masalah akidah keagamaan (aqa’id badaniyyah), amalan lahiriah (a’mal badaniyyah) serta akhlak hati (akhlaq qalbiyyah).






Sambil-Sambil Rehat:Dimanakah letaknya kelebihan dan kekuatan Ahli Sunnah Wal Jamaah? Apakah prinsip-prinsip utama Ahli Sunnah Wal Jamaah? Cuba anda fikirkan...




Perbincangan:

1)Apakah jenis-jenis syirik?

2)Nyatakan kesan dan kerosakan syirik?

3)Islam menutup jalan-jalan syirik, bincangkan?

SYIRIK
Syirik diambil daripada perkataan Arab yang bererti berkongsi atau bersepakat. Mensyirikkan Allah s.w.t. bermakna menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu benda atau makhluk. Dalam kata lain, syirik dilihat daripada sudut taraf dan kedudukan antara Allah SWT dengan makhluk. Jika berlaku persamaan dan percampuran, maka berlaku syirik.
Syirik mempunyai dua bahagian:
1. Syirik Jali (syirik terang-terangan) atau disebut juga syirik akbar (syirik yang terbesar).

2. Syirik Khafi (syirik tersembunyi/samar) atau disebut juga syirik ashghar (syirik yang paling kecil).


Syirik akbar yang menyembah Tuhan selain Allah. Syirik ashghar (syirik yang paling kecil) iaitu riya’. Orang-orang yang menginginkan kemanfaatan dunia dengan melalui amalan akhirat. Syirik ini adalah kebalikan dari ikhlas.
Allah menjelaskan dalam surah Yusuf, ayat 106 yang bermaksud:
“Meskipun kebanyakan mereka sudah beriman kepada Allah dalam pada itu mereka tidak sunyi daripada berbuat syirik.”
Perkataan syirik mempunyai makna yang sama dengan kufur. Walaupun dalam kalangan ulama yang membezakan antara kufur dengan syirik. Apabila dilihat kepada maknanya, ia tidak mempunyai perbezaan. Perbezaan yang dapat di anggap dua perkataan itu mempunyai makna yang berbeza.
Begitu juga kafir dianggap syirik kerana mencabar wujudnya Allah, keesaannya dan kesempurnaannya apabila dia menerima sesuatu yang lain. Boleh juga dianggap syirik apabila mendustakan risalah Nabi Muhammad ataupun sebahagian daripadanya. Mendustakan perkara yang diwajibkan oleh Allah supaya beriman kepadanya.
Adalah dianggap syirik kepada orang-orang yang tidak redha dengan hukum Allah ataupun sebahagian daripada hukumnya. Menganggap hukum yang lain lebih baik ataupun lebih adil daripadanya seperti yang berlaku dalam hadith Nabi Muhammad kepada Adi bin Hatim bagi menjelaskan ayat 31, surah al-Taubah:
Maksudnya:
“Mereka jadikan paderi-paderi dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan yang lain daripada Allah.”
Pemujaan kubur yang dianggap keramat, mempercayai kesaktian yang ada pada para wali serta bomoh merupakan perkara khurafat yang sering diamalkan dalam aliran kepercayaan akan mengheret pengikutnya menyekutukan Allah swt. Al-Quran telah menggariskan bahawa syirik besar ini terbahagi kepada empat bahagian, iaitu syirik dalam memberikan kasih sayang, syirik dalam memberikan ketaatan, syirik dalam niat dan kehendak serta syirik dalam permintaan, pertolongan dan doa. Keempat-empat bahagian syirik jelas wujud dalam kesemua ajaran sesat yang ada dari dulu dari sekarang.
Allah swt mengingatkan manusia agar tidak menyekutukan-Nya sama ada dari sudut zat, sifat, nama mahupun perbuatan-Nya kerana Allah swt tidak akan mengampunkan dosa golongan ini sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya :

¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç„ ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB šcrߊ šÏ9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o„ 4 `tBur õ8Ύô³ç„ «!$$Î/ ô‰s)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´‰‹Ïèt/ ÇÊÊÏÈ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu (apa jua), dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya (menurut peraturan hukum-hukumNya); dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apa jua), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh”.

(Surah al-Nisa’ : 116)


Peringatan Allah swt dalam al-Quran perihal menyekutukannya adalah jelas. Barangsiapa yang mensyirikkan-Nya nescaya akan terhapus segala amalannya. Tidak ada satu kuasa yang mampu mengatasi kuasa Allah swt dan segala amalan yang dilakukan hendaklah untuk Allah swt semata-mata sebagaimana firman-Nya :

ö@è% ¨bÎ) ’ÎAŸx|¹ ’Å5Ý¡èSur y“$u‹øtxCur †ÎA$yJtBur ¬! Éb>u‘ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ Ÿw y7ƒÎŽŸ° ¼çms9 ( y7Ï9ºx‹Î/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ

Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan yang demikian sahaja aku diperintahkan, dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang Islam yang awal pertama - (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya)".

(Surah al-An’am, 6 : 162-163)

Besar kemungkinan seseorang itu boleh tergelincir akidahnya menjadi murtad disebabnya mensyirikkan Allah swt mahupun menyalahi prinsip utama ajaran Islam.
Kufur pula lawan kepada iman, iaitu berpaling daripada kebenaran dan melakukan maksiat setelah melakukan ketaatan dan beriman. Kufur juga boleh disimpulkan sebagai penafian dan keingkaran terhadap apa-apa sahaja yang datang daripada Allah swt melalui rasulnya-Nya tanpa sebarang keraguan.
Seseorang itu akan menjadi kafir jika dia ingkar kepada perintah Allah swt dan taat kepada perintah taghut dalam keadaan dirinya sedar (tidak lupa atau gila). Walau bagaimanapun, sekiranya ia seorang yang jahil;tidak mengetahui bahawa perbuatannya mengingkari perintah Allah swt dan menyalahi rukun Islam serta rukun iman, maka ia tidak digolongkan sebagai kafir.

Begitu juga seseorang akan menjadi murtad jika dia kembali kepada kekufuran setelah dia menerima Islam sebagai pegangannya. Terdapat pengikut ajaran sesat yang menganut kepercayaan lain sebelum Isalam kemudian memeluk Islam seterusnya berpaling tadah kepada agama asal mereka (tanpa sebarang paksaan) akibat terpengaruh dengan ajaran sesat ini. Firman Allah swt :

`tB txÿŸ2 «!$$Î/ .`ÏB ω÷èt/ ÿ¾ÏmÏZ»yJƒÎ) žwÎ) ô`tB on̍ò2é& ¼çmç6ù=s%ur BûÈõyJôÜãB Ç`»yJƒM}$$Î/ `Å3»s9ur `¨B yyuŽŸ° ̍øÿä3ø9$$Î/ #Y‘ô‰|¹ óOÎgøŠn=yèsù Ò=ŸÒxî šÆÏiB «!$# óOßgs9ur ëU#x‹tã ÒOŠÏàtã ÇÊÉÏÈ

Sesiapa yang kufur kepada Allah sesudah ia beriman (maka baginya kemurkaan dan azab dari Allah), kecuali orang yang dipaksa (melakukan kufur) sedang hatinya tenang tenteram dengan iman; akan tetapi sesiapa yang terbuka hatinya menerima kufur maka atas mereka tertimpa kemurkaan dari Allah, dan mereka pula beroleh azab yang besar.

(Surah al-Nahl, 16: 106 )
Kesesatan yang mendasari akidah atau keimanan terutamanya menyentuh kepercayaan kepada Allah swt dengan mempercampuradukkan dengan pemikiran falsafah Neoplatonisme, Batiniah, Hinduisme mahupun Kristian bahkan ada antaranya mengaku dirinya Tuhan dan rasul yang diutuskan bukan sekadar sesat tetapi kufur kepada Allah swt.
Kedudukan golongan ini lebih bahaya daripada gerakan Kristianisasi kerana mereka bergerak atas nama Islam, berpakaian dan melaksanakan cara hidup sebagaimana umat Islam yang lain, hanya akidah mereka sahaja yang mempengaruhi terpesong. Oleh itu, mereka lebih mudah untuk mempengaruhi masyarakat agar sama-sama menyertai kumpulan mereka.


Yüklə 321,19 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin