54
Pelangi pun terkesima dengan kemampuanku. Sebagai rasa terima kasih, dia ingin memberiku sebuah kecupan. Tentu saja aq tidak menolak. Dan ketika bibirnya sudah menyentuh pipiku, tiba – tiba dia malah menggigit pipiku, sakit sekali. Aq pun terbagun dari mimpiku, dan melihat Melissa sudah berada di sampingku sambil mencubit pipiku untuk membangunkan. “Aduh aduh Mel, sakiiittt” eluhku meringis kesakitan, “Heh, udah lebih dari satu jam loe tidur. Kalo lagi libur sih gak masalah, tapi sekarang loe sedang dalam misi. Ketika loe tidur, para penjahat itu sedang beraksi diluar sana. Jadi, jangan tidur lama – lama ! Cepet bangun !” dia lalu melepaskan cubitannya, aq mengelus – elus pipiku yang memerah akibat cubitan si ahli taekwondo ini. “Sekarang jam berapa ?” tanyaku sambil melirik kearah jam dinding, “Udah jam 4. Cepet mandi Sana !” sentak Melissa sambil melangkah keluar kamar. Aq bangun dari tidurku, duduk sejenak lalu berusaha mengingat – ingat lagi mimpiku tadi. Sepertinya itu adalah sebuah rencana yang bagus. Aq tersenyum culas, dengan rencana ini, aq pasti bisa melindungi Pelangi dengan segenap jiwa dan ragaku.
Malam harinya, aq menjelaskan rencanaku untuk membuat sebuah penyamaran baru kepada Melissa. Diapun menyanggupi untuk mencarikan perlengkapannya malam ini juga. Lalu aq langsung membereskan barang – barangku dikamar untuk pindah di kamar satunya di lantai dua. Dari jendela kamar itu aq bisa melihat rumah Pelangi dengan jelas. Aq mengambil teleskop dari ruang rahasia, yang telah dilengkapi dengan kamera infra merah agar dapat melihat dengan jelas dalam kegelapan. Aq meletakkannya tepat didepan jendela, dan segera mencobanya. Dari teleskop ini aq hanya bisa melihat kamar Pelangi dari balik jendelanya, dan ruang tengahnya yang dilapisi pintu kaca. Aq tidak melihat dia dikamarnya. Aq mengecek ke jam tangan pendeteksi, dan melihat sinyal Pelangi ternyata sedang tidak berada dirumah. Bahkan jauh keluar radar hingga 15 KM. Aq pun tidak tinggal diam. Aq segera mengambil jaket hitamku dan semua peralatan dan perlengkapanku yang biasa aq bawa sehari – hari. Setelah mengunci pintu, aq mengambil sepeda dari garasi, dan langsung mengayuhnya dengan kecepatan tinggi.
Aq terus mengikuti sinyal Pelangi. Melewati jalan pintas agar tidak terjebak kemacetan. Jarak ku dengan Pelangi mulai berkurang, kini hanya tinggal 5 KM lagi. Aq mempercepat laju sepedaku, hingga 80 KM / jam. Hingga sampailah aq disebuah diskotik yang Nampak sepi dari
55
luar. Namun mobil yang terparkir hingga puluhan. Aq menyelipkan sepedaku di sela – sela mobil, dan mengaktivkan alarm untuk berjaga – jaga. Ada dua orang penjaga yang hanya mengenakan kaos putih lengan pendek sedang bersiaga didepan pintu. “Maaf pak, saya mau mengecek anda terlebih dahulu” kata seorang pria tambun disisi kiri dengan ototnya yang besar dan tato bergambarkan naga di lengan kanannya. “Iya silahkan” aq mengangkat kedua tanganku. Karena aq tidak terlihat membawa apa – apa, jadi mereka meraba – raba sekujur tubuhku. Untung saja mereka tidak curiga dengan sarung tangan yang aq kenakan ini, mereka hanya sekedar melihat tanpa mengeceknya sama sekali. “Baiklah, silahkan masuk” lanjut pria tadi.
Aq langsung mencari Pelangi didalam keramaian orang – orang yang sedang asyik berjoget. Dengan alunan music DJ yang Sangat kencang sekali, mereka semua seakan – akan terhipnotis dan larut dalam dansa aneh mereka. Aq merasa grogi didalam sini. Selama ini aq belum pernah masuk ke diskotik, hanya tahu dari film dan sinetron. Namun aq tidak memperdulikan semua itu, aq tetap terus mencari keberadaan Pelangi. Dan akhirnya aq menemukan dia sedang duduk – duduk disofa merah bersama dengan teman – temannya, dengan ditemani oleh dua botol bir besar dan 5 gelas kaca yang terisi penuh. Tapi aq tidak melihat kedua temannya yang tadi aq temui di kampus. Dia mengenakan dress merah mengkilat, dengan high hills hitam dan dandanannya seperti sedang pesta. Aq patut mencurigai kelima teman Pelangi itu, terutama kedua lelakinya. Aq mengamati mereka dari jauh, sambil berlagak ikut berjoget agar tidak dicurigai.
Pelangi tetap sama saja bila sedang berkumpul dengan teman wanitanya, dia selalu asyik \ mengobrol sambil menikmati minuman alcoholnya. Aq sempat khawatir kalau Pelangi akan mabuk bila terus – terusan menenggak minuman itu. Namun aq tidak mungkin tiba – tiba menghampirinya saat ini. Ditambah aq lupa mengenakan penyamaranku. Jadi aq hanya akan mengawasinya saja.
Kekhawatiranku ternyata benar, dia mulai terlihat mabuk. Matanya sayu, tubuhnya lemas, namun dia masih saja mengobrol dengan teman – temannya itu. Namun Sangking lemasnya, diapun tidak sadarkan diri. Dia tertidur di pangkuan temannya. Seorang teman prianya memapahnya menuju kesuatu tempat. Aq membuntuti mereka dari belakang secara perlahan.
56
Lelaki itu tidak membawa Pelangi keluar. Dia malah membawanya ke suatu lorong remang – remang yang berada di pojok, juga satu lokasi dengan diskotik ini. Lorong itu juga di jaga oleh seorang pria besar yang mengenakan kaos yang sama dengan kedua pria di depan tadi. Lelaki yang membawa Pelangi sedikit berbincang dengan penjaga itu, lantas penjaga tersebut mempersilahkan masuk si pria tadi beserta Pelangi. Aq semakin khawatir bila Pelangi akan apa – apakan oleh pria itu. Tanpa fikir panjang aq akan segera menghampiri mereka berdua. Namun langkahku untuk memasuki lorong itu di tahan oleh si penjaga, “Maaf bang, apa anda sudah reserve ?”, pertanyaan itu membuatku bingung, aq lalu bertanya “Reserve untuk apa ?”, “Reserve kamar bang”.
Deg, emosiku tiba – tiba bergejolak. Aq langsung mengaktivkan sarung tangan listrikku dengan tegangan sedang. “Apa yang anda lakukan bang ?!” tanya si penjaga khawatir, aq mengepalkan tangan kananku, dan langsung melayangkan pukulan tepat didada penjaga tersebut. Dia tersengat, kejang – kejang hingga pingsan. Beruntung tidak ada yang menyadari aksiku. Aq segera masuk dan mencari pria tadi. Di lorong ini ada 5 kamar yang tersedia. Aq membuka satu persatu kamar tersebut. Pintu pertama, aq mendobrak dengan pukulan dan ternyata kamar tersebut kosong. Pintu kedua, juga kosong. Pintu ketiga, aq mendapati dua orang laki – laki yang sedang bermesrahan, “Ehhmm, maaf mengganggu. Silahkan dilanjutkan” kataku sambil kembali menutup pintu.
Dan pintu keempat, disanalah mereka. Pelangi sudah terlentang di atas kasur, dan pria tersebut telah bertelanjang dada dan hendak membuka resletingnya. Dia menyadari kehadiranku, “Siapa loe ? Ngapain loe masuk – masuk kesini ! Ini ruangan pribadi !”, aq menggeram “Owh ya ! Kalau begitu aq beri tahu apa itu yang dimaksud ruang pribadi !”, aq menghajar pria tersebut habis – habisan dengan kekuatan listrik di sarung tanganku. Dia sama sekali tidak berdaya, mungkin karena pengaruh alcohol yang ditenggaknya. Dia kejang – kejang, lalu tidak sadarkan diri.
Aq segera membawa Pelangi keluar dari ruangan tersebut. Aq memapahnya yang tengah tertidur pulas. Dan ketika aq melewati ketiga temannya yang masih duduk disofa, mereka menyadarinya. “Woy, penculik ! Penculik !” teriak salah seorang teman pria Pelangi.
57
Orang – orang disekitar pun ikut memperhatikanku. “Tidak tidak, ini salah faham. Aq hanya membawa wanita ini pulang. Dia hampir diperkosa” belaku.
Namun pria yang meneriakiku tadi tiba – tiba menghampiriku dan berusaha menghajarku dengan botol bir. Aq menendang botol tersebut dan malah mengenai seorang pria besar yang sedang berbincang dengan bartender. Dia beranjak, melihat kearah kami berdua. Menyadari situasi yang sudah tidak kondusif, aq pun berusaha kabur dari tempat ini. Tapi pria besar itu tidak mengizinkanku pergi. Dia menarik bajuku dengan Sangat kuat. “Mau kemana kau hah ?! Mau kabur ?!” gertak pria tersebut, aq menoleh seraya menjawab dengan Santainya “Tidak, aq hanya ingin menaruh wanita ini dulu. Lalu mari kita bicara”.
Aq meletakkan Pelangi di sebuah sofa yang berbeda dengan teman – temannya. Orang – orang memberi ruang untuk aq bertarung dengan si pria besar. Diskotik kini berubah menjadi arena tinju. Aq bersiap menghadapi pria tersebut. “Akan aku hajar kepalamu seperti kau menghajarku tadi bocah !” bentaknya, “Hey pria besar, bunuh saja laki – laki itu. Bunuh dia” teriak teman Pelangi. Kami berhadap – hadapan, bersiap memulai pertarungan. Dia memang jauh lebih tinggi dariku, sekitar 180 CM, sedangkan aq hanya 168. Badannya pun tidak perlu diragukan lagi. Ototnya yang besar Nampak jelas dari kaos hitam ketat bertuliskan I’m your hell. Aq sama sekali tidak gentar, aq disini untuk menyelamatkan Pelangi.
Dia mulai melakukan ancang – ancang, kedua tangannya dikepalkan dan bersiap menghajarku. Aq pun segera mengaktivkan sarung tangan listrikku. Aq menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh konsentrasi. Dia memulai serangan, hyaaaa, teriak pria itu seraya melayangkan pukulan kearah wajahku. Aq sedikit menundukkan badan untuk menghindar. Namun tangan kirinya menyambut elakkanku, melepaskan pukulan yang tepat mengarah perutku. Aq tidak sempat menghindar, pukulan itu telak mengenaiku. Bahkan aq sampai terjungkal dibuatnya. “Dasar bocah ! Cuma segitukah kemampuanmu ?!” seringainya.
Aq melihat kearah Pelangi, dia masih tidak sadarkan diri dengan posisi tidur yang tidak berubah. Lalu aq teringat dengan perkataan Melissa sebelum dia berangkat ke mall, “Kalau sampek aq pulang dan gak ada orang dirumah, habis loe !”.
58
Aq tidak bisa bermain lama – lama dengan pria ini, akan aq selesaikan dengan satu pukulan mematikan. Aq tingkatkan tegangan dari sedang ke tinggi. Aq segera bangkit, menatap tajam lawanku, focus dan berkonsentrasi.
“Punya nyali juga loe bocah. Sekarang gak akan ada ampun lagi !” geramnya. Hyaaaa teriaknya sambil kembali melayangkan pukulan kanan kearah wajahku. Aq tidak menghindar, aq menangkap pukulannya dengan tangan kiriku. Pukulannya terhenti seketika. Dia melihatku gugup. Tanpa membuang waktu lagi, aq layangkan pukulan kananku yang kearah wajahnya. Gubrak, dia terpelanting menghantam kursi, kejang – kejang, dan akhirnya tidak sadarkan diri.
Orang – orang disekitar memandangku aneh, saling berbisik satu sama lain. Aq segera menghampiri Pelangi yang Nampak mulai sadar, namun dalam keadaan mabuk. Aq melirik kearah jam tanganku, menunjuk pukul 9 malam. Aq yakin Melissa kini sudah berada dirumah dan bersiap menghajarku. Tapi bila itu adalah konsekuensiku untuk melindungi Pelangi, aq akan terima walau harus bertaruh nyawa.
Aq memapah Pelangi menuju mobilnya. “Loe mau bawa gue kemana boy ?” tanyanya linglung, “Aq akan membawamu pulang El, aq akan membawamu pulang”. Aq sedih melihat keadaan Pelangi yang seperti ini. Wanita yang selama ini aq kenal selalu ceria, baik hati dan tidak pernah neko – neko, ternyata dibelakang dia punya kebiasaan yang seperti ini. Aq sempat berfikir kalau ini bukanlah hal pertama baginya. Dan mungkin dia sudah pernah di mainkan oleh laki – laki hidung belang seperti tadi.
Aq menidurkannya di jok belakang. Aq lantas mengambil sepedaku, melipatnya dan aq letakkan di bagasi mobil. Dan langsung menancap gas dengan kecepatan tinggi, membawanya pulang sesegera mungkin.
Sesekali aq melirik ke cermin depan untuk melihat keadaan Pelangi. Dia kembali tertidur dengan lelapnya. Aq sempat hendak menitikkan air mata. Perempuan yang aq cintai, cinta pertamaku, kini sedang terulai lemas tidak berdaya. Emosiku beberapa kali memuncak kala teringat Pelangi yang hampir diperkosa. Aq menggebrak – gebrak setir mobil, dan berteriak untuk melampiaskan emosiku.
59
Akhirnya sampai juga aq didepan rumah Pelangi. Satpam yang menjaga rumahnya segera membukakan gerbang untukku. “Malem non Pelangi. Kok pulangnya agak sorean ? Gak biasanya ?” sapanya, aq pun membuka kaca mobil dan menyahut sapaan beliau “Malem juga pak. Ini saya temannya Pelangi pak, nganterin pulang, mabuk soalnya”. “Oohh iya den, silahkan masuk. Mari saya bantu mapah non Pelangi” tawar beliau, namun aq menolaknya, aq hanya meminta beliau untuk memasukkan mobil ke garasi.
Aq kembali memapah Pelangi masuk kerumahnya. Aq menekan bel pintu, dan keluarlah mama Pelangi. “Lho, ini kenapa anakku ?!” Tanya beliau khawatir, aq menjawab “Ela mabuk tan, aq bawa dia pulang karena aq takut dia kenapa – kenapa”, namun dia malah terus memperhatikanku, lalu bertanya lagi “Kamu kan, kamu Sandy kan. Bukannya kamu udah pulang ke Spanyol ?”, “Nanti saya jelaskan tan, saya mau membawa Ela ke kamarnya dulu” sahutku.
Setelah aq menidurkan Pelangi di kamarnya, aq di ajak mama Pelangi ke ruang tengah untuk di introgasi. “Kamu kenapa masih disini nak Sandy ? Bukannya kamu kemarin bilang kalau langsung balik ke Spanyol ?” beliau menyediakan aq segelas sirup jeruk dingin dan sepiring biscuit coklat kalengan. “Sebenarnya saya balik besok tan, soalnya liburannya diperpanjang”, jawabku mengelak, “Lalu, kamu kok bisa ketemu Pelangi gimana ceritanya ?”, “Tadi kebetulan saya sedang maen ke diskotik, dan ketemu Pelangi disana. Dia bareng sama temen – temennya, lagi asyik. Dan ketika aq mau hampirin Pelangi, dia udah keburu pingsan. Karena aq khawatir dia kenapa – kenapa, jadi aq langsung bawa dia pulang”.
Beruntung mama Pelangi mempercayai kata – kataku. “Owh iya, nama tante siapa ya kalo boleh tau ?” tanyaku, beliau tersenyum lalu menjawab “Nama tante, Indah nak Sandy. Ya udah, kamu segera pulang ya, takutnya besok ketinggalan pesawat”, “Iya tan, thanks ya untuk minuman sama biskuitnya”, “Tante yang harusnya terima kasih nak Sandy, udah nganterin anak saya pulang”, “Iya tan, sama – sama”
Setelah berpamitan, aq segera meninggalkan rumah Pelangi sebelum tante Indah menanya – nanyaiku lagi. “Mari pak, saya pulang dulu” sapaku pada pak satpam yang sudah kembali diposnya dan sedang asyik menonton sinetron, “Iya den, hati – hati dijalan”.
60
Aq mengambil langkah seribu agar lebih cepat sampek rumah. Dan berharap Melissa nanti tidak mengunciku diluar.
Sampai dirumah, lampu sudah dimatikan. Keadaannya Sangat sepi dan mengerikan untuk rumah sebesar itu. Aq memanjat pagar, karena sudah digembok. Untung tidak ada satpam perumahan yang memergokiku. Aq menekan bel berulang – ulang kali, namun tidak ada jawaban apapun dari Melissa. Aq menelfonnya, juga tidak diangkat. Padahal waktu masih menunjuk pukul 10 malam. Biasanya jam segini Melissa masih sibuk dengan gadgetnya dan bernyanyi – nyanyi di kamar. Tapi malam ini benar – benar sepi, tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam. Aq semakin ketakutan, belum lagi rumah disamping sudah bertahun – tahun tidak berpenghuni.
Aq menekan – nekan bel dengan Sangat cepat, karena suasana semakin terasa mencekam. Aq tidak tahan lagi, aq berniat untuk mendobrak pintu. Aq aktivkan sarung tangan listrik dengan tenaga maksimal, hingga 10.000 volt. Dan ketika aq hendak menghantamkan pukulanku ke pintu, terdengar suara klakson mobil dari luar pagar, dilanjutkan teriakan seorang wanita dari dalam mobil itu. “Woy Vik, mau ngapain kamu ?!” ternyata itu adalah Melissa. Aq menoleh, melihatnya sedang menengok dari jendela mobil.
Fiuuuhh, hatiku mulai lega. Aq hanya melihatnya yang sedang membuka gembok gerbang dan memasukkan mobil ke garasi. Dia menghampiriku lalu bertanya “Heh, dari mana aja loe ! Gue cari – cariin dari tadi ! Radar loe juga kenapa gak di aktivin ? Sampek stress gua”, “Iya maaf, tadi aq buru – buru. Pelangi tadi hampir di perkosa di diskotik, beruntung aq sempet nyelametin dia dan nganterin dia pulang” jawabku, tapi dia malah menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala, “Dengan tampilan begini ? Kenapa loe gak makek penyamaran ?! Terus waktu loe nganterin Pelangi pulang, apa kata nyokapnya ?!”, “Pokoknya aq berhasil ngeyakinin tante Indah kalo aq Sandy yang kemaren sempat ketemu dengan beliau. Udah jangan Tanya – Tanya lagi, cepetan buka, serem nih lama – lama diluar”, dia menatapku sinis, lalu menyindirku “Pengecut banget sih. Hidup selama ini di hutan, tapi tetep aja takut ama yang begituan”, “Aq selama di markas gak pernah keluar malem. Udah jangan banyak omong cepatan buka”, “Iya iya sabar napa sih” sinisnya.
61
Esok harinya, sabtu pagi. Aq ingin mencoba penyamaran baruku. Swit hitam, topeng penutup mata hitam, celana jeans pendek hitam, topi koboy hitam, dan masker hitam. “Aq namain apa ya penyamaran baru ini ?” gumamku, “Ya terserah. Mungkin The Black Mask ?” saran dari Melissa, sambil dia terus bermain – main dengan Tabnya di sofa. “Jangan, itukan udah ada di film – film. Gimana kalo, The Black Wind. Pahlawan kegelapan yang datang dan menghilang secepat angin. Pasti keren tuh”, “Yah terserah loe aja lah” jawab Pelangi cuek. Dengan begini, aq bisa terus melindungi Pelangi secara intens. Aq hanya akan beraksi ketika Pelangi keluar rumah, dan datang disaat yang tepat. Setelah diketahui kalau ada mata – mata yang sedang berusaha mencelakai Pelangi, aq kini tidak boleh lengah sedikitpun.
“Pagi ini gue mau jalan sama tante Indah, dan loe boleh keluar tapi harus konfirmasi ke gue dulu. Terutama sinyal mata – mata loe jangan di matiin, biar gue bisa tahu keberadaan loe” kata Melissa. “Kalo gitu nanti waktu kamu udah berangkat, aq maen ke rumahnya Pelangi aja. Sekalian biar lebih akrab sama dia. Jam berapa kamu berangkat, dan mau kemana ?” tanyaku, Melissa beranjak dari sofa, lalu berjalan menuju kamarnya seraya menjawab “Iya habis ini, gue mau ganti baju. Rencananya sih gue mau di ajakin ketemu sama temen – temen arisannya sekalian ngerumpi. Loe juga, kalo ada rencana mau kerumahnya Pelangi jangan lupa penyamaran culun loe itu”, “Siap kakak” sahutku.
Melissa berangkat terlebih dahulu menggunakan mobil. Sedangkan aq masih sibuk dengan penyamaran culunku. “Gue berangkat duluan ya” terdengar suara pamitannya dari luar, “Oke oke, nanti aq jalan kaki aja kesana” sahutku dari dalam kamar.
Beberapa saat kemudian, aq telah siap dengan penyamaranku, dan segera menuju kerumah Pelangi. Disana keadaan terlihat sepi, hanya satpam yang semalam aq temui saja sedang mondar – mandir di depan rumahnya. Aq memanggilnya “Pak, pak, pak satpam tolong bukain donk”, beliau berlari menuju kearahku, lalu bertanya “Iya, apa ada yang bisa saya bantu ?”, “Saya temennya Pelangi pak, mau nemenin Pelangi didalem, tolong bukain donk” sahutku dari luar pagar. “Tapi nyonya tadi pesan kalo gak boleh ada cowok yang boleh masuk, maaf ya bang” katanya.
62
Sepertinya aq harus menggunakan tipu muslihatku untuk mengelabuhi satpam ini. “Saya sebenarnya disuruh tante Indah untuk nemenin Pelangi pak. Barusan aja saya ditelfon waktu beliau mau berangkat. Emang bapak gak dikasih tahu sama sekali ?”, “Enggak tuh bang” jawabnya bingung. “Saya mau telfon nyonya dulu kalo begitu, nanti kalo emang abang ini diperbolehkan masuk sama nyonya ya silahkan” imbuhnya, lalu beliau beranjak menuju ke pos satpam untuk menelfon, namun aq segera menyahut “Pak, kan saya tadi sudah bilang waktu beliau mau berangkat, sekarang ya pastinya beliau sedang berada dijalan. Bapak mau, waktu beliau terima telfon bapak, terus gak focus nyetir, akhirnya kecelakaan ? Bapak bisa dituntut lho”, beliau pun menghentikan langkahnya, menggaruk – garuk kepalanya sejenak, lalu menatapku khawatir. “Baiklah kalau begitu, tapi bener ya ?” Tanyanya, “Iya pak, beneran. Kalo masih gak percaya silahkan deh bapak pantau aq terus didalem, aq gak bakalan macem –macem. Masak culun kayak gini ada tampang kriminal ?”. Pak satpam pun percaya, dia membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan aq masuk.
Aq segera masuk kedalam rumah Pelangi untuk melihat keadaannya. “Permisi” cetusku ketika membuka pintu rumah. “Kak Ela, kak Eeee – laaa” teriakku. Tidak ada jawaban sama sekali, sepertinya dia masih tertidur dikamarnya. Karena takut terjadi apa – apa, dengan lancangnya aq masuk kedalam kamar Pelangi yang berada di lantai dua. “Permisi kak Ela” aq membuka pintu. Dan tiba – tiba aq Sangat terkaget, ketika melihat Pelangi hanya menggunakan handuk pink dan tubuhnya yang masih agak basah. “Aaaaahhhhh” teriak Pelangi.
Aq dipukulinya hingga keluar kamar, “Rasakan, rasakan. Dasar mata keranjang kamu !”, aq berusaha menghindar dari pukulan – pukulannya dengan menutupi wajahku dan mengangkat satu kakiku. “Ampun kak, ampun. Aq gak sengaja. Ampun ampun”. “Ada apa ini !” pak satpam yang mendengar teriakan Pelangi segera menghampiri. “Ini pak, dia mau ngintipin saya” gertak Pelangi, “Enggak pak, tadi aq masuk ke kamarnya kak Pelangi untuk ngelihat keadaannya aja. Tapi gak sengaja malah ngelihat itu” elakku, mendengar jawabanku, Pelangi malah semakin keras memukulku “Apa ! Ngelihat apa kamu ! Rasakan ini, rasakan !”. Tapi, pak satpam yang sedang berdiri disamping kami berdua malah terdiam. Matanya melotot, dia terus memperhatikan Pelangi, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
63
“Iiiihhh, pak satpam juga mata keranjang ya !” pak satpam pun juga ikut terkena pukulan – pukulan Pelangi. Dan langsung kembali masuk kedalam kamar, lalu membanting pintu dengan emosi.
“Bapak tadi ngelihat apa ?” tanyaku menyindir, namun dia malah tertawa puas. Dan tiba – tiba dia tersadar, “Ehh, tadi kamu bilang gak akan macam – macam, tapi buktinya kamu malah ngintip non Pelangi. Saya bakal usir kamu dari sini !” pak satpam berusaha menarik lenganku, aq pun mencoba menahannya “Pak pak, tadi aq gak sengaja pak. Ntar bapak malah aq aduin lho ke tante Indah kalo udah ngelihatin Pelangi sampek segitunya. Bisa langsung dipecat tanpa pesangon ntar bapak. Terus mau makan apa keluarga bapak dirumah heh ?!” seruku sambil terus menahan tarikan dari pak satpam. Dia melepaskan tangannya, sepertinya gertakanku kembali membuatnya bingung. “Tapi ingat ya, kalo sampek non Pelangi teriak untuk kedua kalinya, langsung saya usir kamu !” gertaknya. Lalu beliau kembali ke posnya.
Aq mengetok – ngetok kamar Pelangi, dan meyakinkan dia kalau hal tadi hanyakah salah faham. “Tok tok tok. Kak Ela, tadi aq beneran gak sengaja kak. Salah sendiri kenapa kak Ela kok enggak ngunci pintu”, “Kok malah nyalahin gue ? Lah loe sendiri kenapa tiba – tiba main nyelonong gitu aja ?! Gak ketok pintu !”, dengan memasang wajah memelas dan suara yang sendu aq menyahut sentakan Pelangi, “Jadi aq ini khawatir kalo bakalan terjadi apa – apa sama kak Ela. Semalem aq lihat kak Ela sedang dianterin sama cowo, dan kak.Ela tertidur pulas dijok belakang. Aq khawatir banget kak, jadi aq langsung kesini. Tadi aq udah teriak – teriak, tapi gak ada jawaban sama sekali. Karena aq takut terjadi apa – apa, jadi aq langsung masuk ke kamar untuk ngelihat keadaannya kak Ela. Maaf banget kak, aq bener – bener gak sengaja. Aq Cuma kepikiran aja”.
Pelangi membuka pintu, dia mengenakan T – shirt biru muda bergambarkan Doraemon dan teman – temannya, dan bercelana pendek. Simple, namun Sangat mempesona dimataku. Rambut panjangnya yang masih agak basah terurai lembut, seperti model dalam iklan – iklan shampo. “Beneran kamu gak ada niatan macem – macem” tanyanya, aq menjawab “Iya kak, emangnya aq yang culun ini punya tampang penjahat apa ?!”,
64
“Gak ada orang culun yang mengaku dirinya culun” serunya, “Aq hanya mengungkapkan apa yang sering dibilang oleh temen – temen aja kak” jawabku sambil memasang raut muka yang memelas.
Dia mengajakku mengobrol disofa ruang tamu. “Maafin aq ya udah mukulin kamu tadi. Aq emosi” katanya sambil menghidangkan aq segelas sirup jeruk dingin dan sepiring biscuit yang sama persis seperti tadi malam, dan meletakkannya di meja didepan sofa. “Iya kak, aq juga minta maaf” jawabku.
“Kak El, aq boleh Tanya sesuatu gak ?” tanyaku sungkan, “Iya boleh, mau Tanya apa emang ?”, “Gini, emang semalem kenapa kakak maen ke diskotik itu ? Tau gak kak, kalau semalem tuh kakak hampir aja diperkosa sama temen cowok kakak, waktu lagi mabuk” jelasku, bola matanya membesar, lalu menyentak “Apa ?! Yang bener kamu ? Tau darimana ?”, “Maaf ya kak. Jadi kalo aq boleh jujur, Sandy itu temenku SMA. Dia keluar negeri setelah dapet beasiswa dari SMA kita. Kita akrab juga udah lama. Dan semalem setelah dia nganterin kakak pulang, dia sempet mampir ke rumahku dan cerita semuanya”. Dia tiba – tiba terlihat bersemangat, “Terus terus ? Dia cerita apa aja ?”, “Jawab dulu kak, kenapa kok kakak pakek maen ke diskotik segala ?”. Dia tiba – tiba terdiam, matanya sendu, wajahnya tertunduk lesu. Dia menjelaskan “Aq sebenernya juga gak mau Vik kayak gitu tuh. Tapi aq sekarang lagi stress, aq butuh hiburan untuk lepasin semua itu. Udah ayah yang sampek sekarang belum ada kabar, tugas kuliah yang numpuk – numpuk, terus ribet di HIMA juga, stress banget pokoknya”. Mendengar alasan Pelangi ini, aq makin prihatin, lalu aq mencoba menasehatinya. “Untuk melepaskan semuanya ? Apakah setelah kakak nyari hiburan kesana terus masalah kakak tuntas gitu ? Enggak kan ?!. Seharusnya kakak jangan jadi egois seperti itu, berfikir pendek dengan mengira kalau minum bir, bercengkramah di diskotik adalah solusinya. Seharusnya kakak mau fikirin donk gimana perasaan mamanya Pelangi, beliau tuh sekarang lebih sedih dari kakak, tapi kakak malah tinggalin beliau begitu aja. Hasutan setan memang selalu terlihat manis, tapi semua itu hanyalah cover, sedangkan isinya hanya akan menyakiti diri kakak sendiri. Mulai sekarang, bila kakak sedang stress, larilah ke mamanya Pelangi.
Dostları ilə paylaş: |