Latar / setting
Latar novel “Cinta Suci Zahrana” karya Habiburahman El Shirazy mencakup tiga hal yaitu : latar waktu, tempat, dan suasana. Semua latar tersebut merupakan satu kesatuan artinya suatu peristiwa yang terjadi pasti berada dalam waktu, tempat, suasana, dan dalam keadaan sosial tertentu.
-
Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama tertentu atau inisial tertentu. Latar tempat yang digunakan dalam novel Cinta Suci Zahrana, yaitu kota Solo, Semarang, Jogjakarta, Bandung, Beijing, Surabaya, Klaten, Demak, Jerman, dan Belanda . Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
-
Solo
Solo merupakan kota tempat Bandara Internasional Adi Sumarno. Ketika hendak berangkat ke Beijing, Zahrana naik pesawat dari Bandara Adi Sumarno. Berikut kutipannya :
”Tetapi apalah artinya semua penghargaan dan ucapan selamat untuk itu jika tidak bisa membahagiakan kedua orang tuanya.ia masih ingat betul wajah ayahnya yang dingin saat ia pamit. Ayahnya hanya bilang, ”Yah kalau sudah selesai segera pulang.” ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, ”Hati-hati ya.” Ia sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepasnya dengan penuh rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Adi Sumarno, Solo...(Halaman 4)
-
Semarang
Semarang adalah latar tempat yang mendominasi cerita pada novel ini. Karena semarang adalah tempat kelahiran dan sekaligus sebagai tempat tinggal Zahrana bersama kedua orang tusanya dan juga kota tempat Zahrana bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta. Berikut kutipannya :
Rumah kecil yang ada dibagian pinggir Perumahan Klipang Asri ini dibeli ayahnya dengan mencicil bertahun-tahun. Dibeli dengan darah, keringat dan air mata. Rumah yang penuh sejarah bagi ayah dan ibunya. Mereka mungkin tidak mau meninggalkannya. (Halaman 13)
“Berikan memo ini untuk teman saya di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Namanya Bu Merlin.semoga ilmumu bermanfaat.” Kata dosennya.
Ia memberikan memo itu. Dan Bu Merlin ternyata sudah menunggunya. Dosennya itu telah mengontak terlebih dahulu Bu Merlin yang menjabat sebagai Pembantu Dekan II di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa. Bu mengatakan bahwa Universitas Mangunkarsa terbuka untuk sarjana berprestasi seperti dirinya. Jadilah ia mengajar di perguruan tinggi swasta di kota kelahirannya. (Halaman 14)
-
Jogjakarta
Jogjakarta merupakan tempat Zahrana kuliah. Di Jogjakarta, Zaharana kuliah di dua kampus sekaligus, yaitu UGM dan perguruan tinggi swasta. Berikut kutipannya :
Pesan dari ibunya benar-benar menancap dalam dadanya. Pesan dan kejadian itu selalu ia hadirkan setiap kali ia merasa lemah dan setiap kali ia merasa ada godaan yang menggeser tujuannya kekota pelajar Jogjakarta, yaitu menuntut ilmu. Bahkan ketika ia sudah mendapat beasiswa dan mendapatkan hadiah dari memenangkan lomba penulisan karya ilmiah mahasiswa. Uang itu ia gunakan untuk mendaftar disebuah perguruan tinggi swasta. Ia masuk Fakultas Teknik juga di perguruan itu tapi jurusan Teknik Sipil. Ia bisa mengkredit mata kuliah yang sudah ia ambil di UGM. Ia ingin matang di bidang arsitektur dan teknik sipil sekaligus. (Halaman 38)
-
Bandung
Bandung merupakan tempat Zahrana melanjutkan pendidikannya. Dia mendapatkan beasiswa dari DIKTI untuk melanjutkan S2 di ITB. Berikut kutipannya :
...Pada saat itu ia mendapatkan beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan S2 di ITB. Ia memilih melanjutkan kuliahnya. Ia beralasan kepada ayahnya, bahwa hanya dirinya seorang yang S2 di antara sesama dosen. Ayahnya langsung bisa memahami dan mengijinkan kuliah S2 di Bandung. (Halaman 14-15)
-
Singapura
Singapura sebagai tempat transit (persinggahan sementara) pesawat terbang yang ditumpangi oleh Zahrana menuju Beijing, Cina. Berikut kutipannya :
Ia memandang keluar, lalu melongok ke jendela. Tampak lautan luas menghampar. Ada kapal-kapal kecil tampak. Pramugari mengumumkan agar semua penumpang kembali ke tempat duduknya, mengenakan sabuk pengaman dan bersiap-siapuntuk landing. Dari jendela ia bisamelihatpulau Singapura semakin dekat. Pesawat terus menurunkan ketinggiannya. Semakin lama semakin rendah, semakin mendekati ke bumi. Dan akhirnya pesawat SilkAir dari Solo itu mendarat tenang di Bandara Changi. (Halaman 34)
-
Beijing China
Beijing China merupakan tempat penerimaan penghargaan yang diberikan kepada Zahrana prestasinya di bidang Arsitektur. Penghargaan tersebut diberikan oleh Tsinghua University, salah kampus ternama di Cina. Berikut kutipannya
Baru melihat beberapa bagian saja, Zaharana harus mengakui keindahan kampus lama Tsinghua University. Bangunan-bangunan klasik Cina masih dipertahankan dan dirawat dengan cantik. Salah satu bangunan yang mempesona dirinya adalah Grand Auditorimnya. Arsitekturnya bergaya campuran Yunani dan Romawi. Beratap bulat. Memiliki empat pilar marmer putih. Dindingnya berwrna merah kecoklatan. Bangunan itu tampak berwibawa sekaligus menggemaskan.perpaduan antara kemegahan, keanggunan, keindahan, dan sekaligus kesederhanaan (Halaman 63-64)
-
Surabaya
Di Surabaya,Zahrana menyampaikan seminar Internasional. Berikut kutipannya :
Ia lebih tertarik dan fokus menyiapkan bahan presentasinya untuk sebuah seminar internasional di Surabaya...(halaman 169)
-
Demak
Setelah Zahrana mnegundurkan diri dari Universitas Mangunkarsa, dia tidak ingin menganggur lama-lama. Zahrana kemudian melamar di salah satu STM di Demak dan dia langsung diterima mengajar di STM tersebut. Berikut kutipannya :
Zahrana terus berikhtiar untuk bisa mengamalkan ilmunya. Tak perlu waktu lama baginya untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dari seorang teman dia mendapatkan informasi bahwa STM Al Fatah Mranggen, Demak sedang membutuhkan seorang guru baru yang professional untuk mendongkrak prestasinya. STM Al Fatah berada di paying Yayasan Pesantern Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di Mranggen. Ia mengajukan lamaran dan hari itu juga ia di terima. (Halaman 220)
-
Jerman dan Belanda
Jerman adalah tempat Zahrana melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir S2-nya. Kemudian dia sealian jalan-jalan ke Delft University Technology, Belanda. Berikut kutipannya:
Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Dengan kerja keras siang malam, ia lulus S2 Arsitektur ITB dengan preidikat terbaik. Ia bahkan sempat mendapat fasilitas mengadakan penelitian di Hamburg University, Jerman. Dan dia menyempatkan diri berkunjung ke Belanda termasuk melihat kampus yang ia nyaris sekolah di sana, yaitu Deltf University of Technologi. (Halaman 15-16)
-
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Waktu terjadinya peristiwa pada novel ini terlihat pada kutipan-kutipan berikut:
-
Tiga Tahun
Waktu tiga tahun ini Zahrana gunakan untuk menyelesaikan SMAnya. Berikut kutipannya :
Tiga tahun di SMA ia selesaikan dengan baik. Ia lulus dengan nilai ujian tertinggi di sekolahnya. Keinginannya adalah masuk Fakultas Kedokteran UI, UGM, UNDIP, atau UNS. Ia utarakan kepada kedua orang tuanya. Ibunya sangat antusias. (Halaman 5)
-
Sore Menjelang Maghrib
Ketika Zahrana berada di Bandara Internasional Adi Sumarno, Solo, ia masih kepikiran dengan ekspresi kedua orang tuanya saat dia pamitan. Zahrana menangkap ada masalah dengan kedua orang tuanya dan itu mebuat dia tidak tenang. Kemudian dia teringat sahabatnya Lina dan meminta bantuan kepadanya untuk menemui kedua orang tuanya :
“Iya insya Allah Zahranaku yang baik, nanti sore menjelang maghrib aku akan ke rumah mu sama suami. Jangan jangan khawatir. Terus sukses ya, hati-hati, dan jaga kesehatan. (Halaman 20)
-
Pukul Sembilan Pagi
Biasanya pagi-pagi Zahrana sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Tetapi kali ini sudah jam 9 tetapi pintu kamar Zahrana masih tertutup. Berikut kutipannya :
Rumah itu lengang. Jam dinding di ruang tengah menunjukan pukul Sembilan pagi.pak Munajat dan istrinya sudah selesai sholat Dhuha dan sarapan. Mereka berdua memandang pintu kamar Zahrana. Masih tertutup rapat. Bu Nuriyah ingin membangunkan Zahrana, tetapi dicegaholeh pak Munajat. (Halaman 143)
-
Malam
Waktu ini dimanfaatkan Zahrana untuk membaca ulang proposal skripsinya. Berikut kutipannya :
Malam itu selesai acara makan bersama Santi dan Gugun, Zaharana langsung membaca ulang proposal skripsinya yang baru saja disahkan judulnya tadi siang. (Halaman 33)
-
Hari Senin
Ketika Zahrana meminta bantuan kepada Lina untuk menemui kedua orang tuanya, maka pada hari itu juga Lina langsung datang ke rumah Zaharana untuk bertemeu dengan orang tua Zaharana. Berikut kutipannya :
Ah tidak menyusahkan kok Bu. Saya senang kok bersahabat dengan Zahrana. Dan saya sudah merasa bukan orang lain lagi dengan Bapak dan Ibu. Sebentar lagi Maghrib, saya harus pamit.”
”Lho ini kan hari Senin. Biasanya kamu kan puasa.” Seru Bu Nuriyah. (Halaman 45)
-
Jam dua siang
Waktu ini ketika Zahrana sedang menunggu berada di Bandara Adi Sumarno, Solo untuk menunggu pesawat yang akan mengantarkannya ke Singapura kemudian kemudian menuju Cina. Berikut kutipannya :
Gerimis terus turun. Ia melihat jam tangannya. Jam dua siang. Ia menghela nafas dalam-dalam. Dua puluh menit lagi akan masuk pesawat dan terbang ke Singapura, lalu terbang ke Beijing, Cina. (Halaman 1)
-
Dua Bulan
Ketika Zahrana selesai diwisuda, ia kemudian ditawari mengajar di kampus tempat dia menimba ilmu. Berikut kutipannya:
Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapat penjelasan bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, jika dia bersedia. (Halaman 11)
-
Satu Tahun
Ketika Zahrana sudah mengajar di Universitas Mangunkarsa, ia ditawari oleh kedua orang tuanya untuk menikah dengan pemuda yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan mereka. Berikut kutipannya :
….. Setahun mengajar ayah dan ibunya menawai dirinya untuk menikah. Ayahnya bilang bahwa anak seorang lurah di daerah Sayung Demak ada yang berniat melamarnya. Lurah itu masih saudara jauh. (Halaman 14)
-
Pagi
Waktu ini biasanya Zahrana pergi ke kampus untuk mengajar. Berikut kutipannya :
Pagi itu Zaharana ke kampus dengan mengendarai sepedamotor maticnya. Kampus sudah ramai. Mahasiswa sudah banyak yang sampai. Zahrana memasuki kawasan parker, ia melewati satpam…(Halaman 117)
-
Bulan Ramadhan
Pemaparan cerita novel ini juga menggunakan latar waktu pada bulan Ramadhan. Berikut kutipannya :
Bulan Ramadhan dating. Zahrana semakin menikmati ibadahnya. Selesai Tahajjud, Zahrana menyiapkan sahur. Ibunya masih tidur. Begitu semua siap, Zahrana membangunkan ibunya dengan penuh kelembutan. (Halaman 259
-
Latar Suasana
Latar suasana berfungsi menciptakan atmosfer atau suasana tertentu yang dapat dirasakan oleh pembaca. Suasana yang tercipta dalam novel ini antara lain :
-
Suasana Bahagia
Suasana bahagia dirasakan Zahrana ketika judul skripsinya diterima oleh dosen pembimbingnya. Berikut kutipannya :
Ia masih ingat betul, siang itu ia sedang bahagia-bahagianya karena judul skripsinya diterima oleh dosen pembimbingnya. Bahkan ia mendapat pujian dari pembimbingnya atas proposal skripsinya yang layak dijadikan tesis tingkat master. Ia mengajak Santi, Siti, dan Febi, teman-teman satu kosnya untuk makan enak di Cafe Kampoeng Steak, sebagai tanda syukuran...(Halaman 28)
Selain itu, Suasana bahagia juga dirasakan Zahrana ketika suaminya mengijikannya untuk melanjutkan pendidikan S3 yang pernah ditawari oleh Prof. Jiang kepadanya. Berikut kutipannya :
”Mas Hasan serius?”
”Serius. Sekarang coba kontak Prof. Jiang, apa tawarannya masih berlaku.”
Zahrana bahagia sekali, saking bahagianya ia peluk suaminya dan ia hadiahi hadiah ciuman penuh cinta. Zahrana lalu menelpon Prof. Jiang. Ia mengenalkan diri dan mengingatkan pertemuannya di Tsinghua University, Beijing. Prof. Jiang ternyata tidak lupa, dan tawarannya itu masih berlaku selama ia masih aktif sebagi guru besar di Fudan University. Zahrana menyampaikan keinginannya untuk mengambil beasiswa itu, Prof. Jiang sangat bergembira menerimanya.
-
Suasana Marah
Suasana marah dirasakan oleh tokoh Pak Karman ketika karena mengetahui lamarannya menikahi Zahrana, ditolak oleh Zahrana dan merasa semakin naik amarahnya ketika mengetahui Zahrana mengundurkan diri dari Universitas Mangunkarsa. Padahal, dia sudah berencana untuk menjatuhkan Zahrana ketika dia berada di lingkungan Fakultas Teknik Universtas Mangunkarsa. Berikut kutipannya :
Lelaki setengah baya itu keluar dari ruang rapat rektorat dengan wajah muram. Dadanya masih diliputi amarah karena lamarannya ditolak. Dengan langkah cepat ia menuju gedung Fakultas Teknik. Beberapa mahasiswa menyapanya. Pak Karman terus berjalan…(Halaman 212)
Pak Karman memasuki ruang kerjanya dan duduk di kursinya. Tiba-tiba matanya menangkap sepucuk surat tergeletak di atas meja kerjanya.ia baca surat itu. Dari zahrana. Kemarahannya seketika meluap.
“Kurang ajar!” Ia seperti petinju yang nyaris meng-KO lawan, tiba-tiba malah ia yang dipukul KO. Ia sama sekali tidak memperhitungkan Zaharana akan mengambil keputusan nekat itu. (Halaman 214)
Kutipan pertama menunjukkan Pak Karman marah karena lamarannya terhadap Zahrana ditolak, sedangkan kutipan kedua Pak Karman marah karena membaca surat pengunduran diri dari Zahrana.
-
Suasana Kecewa, Bimbang Bercampur Cemas
Suasana ini dirasakan oleh Zahrana dirinya lupa membawa teks pidato yang akan disampaikan pada acara pemberian penghargaan kepada dirinya di Beijing , Cina. Dalam hal ini, dia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Berikut kutipannya:
Zahrana agak kecewa, bukan karena kesalahan pihakhotel. Ia kecewa pada dirinya sendiri, kenapa tidak membawa teks pidatonya itu? Pikirannya jadi tidak tenang. Ia seharusnya bisa istirahat dengan tenang jadi cemas dan bimbang. Palingcepat ia bisamencetak teks pidatonya jam delapan. Katakanlah jam delapan seperemapat. Bisa jadi ia sudah dijemput. Apa ia harus berterus terang kepadaVincent, bahwa ia perlu mencetak naskah pidatonya? Vincent pasti bisa menolongnya. Tetapi apa itu tidak memalukan dirinya sendiri. Seolah-olah ia datang tanpa persiapan sama sekali. Samapi naskah pidato saja belum dicetak? (Halaman 61)
-
Suasana Nyaman
Suasana nyaman ini dirasakan ketika Zaharana mendengarkan suara ibunya yang sedang mengaji. Berikut kutipannya :
Nikmatnya mendengar suara ibunya mengaji. Ia seperti merasakan ada aliran kesejukan menyusup ke syaraf-syarafnya, sehingga sesaat ia merasa terbebasdari segala bentuk tekanan. Ia merasakan kenyamanan. Ia jadi teringat kata-kata Les Hewitt, ”Oh alangkah nikmatnya, terbebas dari tekanan kehidupanyang mencekik, beristirahat, tidur nyenyak yang akan memperbaharui jiwaku.” Dan suara yang ia dengar dari ibunya itu lebih dari sekedar kenyaman istirahat dan tidur nyenyak yang diimpikan oleh Less Hewitt. Itu adalah kenyaman yang menyentuh sampai jiwa dan ruh terdalamnya. (Halaman 154)
-
Suasana Sedih
Menggambarkan kesedihan yang dialami oleh Zahrana, keluarga, dan tetangganya karena mendengar berita kematia calon suami Zahrana. Padahal besoknya seharusnya mereka akan melangsungkan akad nikah. Berikut kutipannya :
“Apa!!?” ia kaget bagi tersengat listrik beribu-ribu volt.
“Rahmad mati tertabrak kereta api!” Lanjut paman Rahmad.
“Oh tidak! Tidak! !Tidaaak!” Zahrana menjerit histeris. Jeritannya menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah itu terpukul. Para tetangga Zahrana yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan meneteskan air mata. (Halaman 248)
-
Suasana Bangga
Menggambarkan perasaan Bu Nuriyah ketika mendengar anaknya disanjung oleh tetangga-tetangganya. Berikut kutipannya :
Bu Nuriyah bangga aanaknya disanjung oleh tetangganya. Pembawa acara di TV memberitahukan bahwa sebentarlagi penonton akan akan diajak menyaksikan satu prestasi anak bangsa yang sangat membanggakan, seorang arsitek muda dari kota Semarang yang meraih penghargaan bergengsi dari sebuah unversitas terkemuka di Beijing. Arsitek muda ini bernama Dewi Zahrana…(Halaman 73)
-
Amanat
Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran atau hikmah, berupa nilai-nilai dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel “Cinta Suci Zahrana” karya Habiburahman El Shirazy ini mampu memberikan pencerahan yang bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan.
Amanat atau pesan pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca pada novel ini adalah terus berjuang dan bekerja keras untuk menggapai apa yang dicita-citakan. Kemudian memasrahkan semuanya kepada Allah Swt. Sang penentu takdir setelah kita benar-benar berusaha (berikhtiar) untuk mendapatkannya. Karena sesungguhnya semua yang terjadi di muka bumi ini adalah kehendak Allah Swt. Dan yakinlah bahwa Allah Swt mennghendaki yang terbaik untuk hambanya yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Berikut kutipannya :
Pesan dari ibunya benar-benar menancap dalam dadanya. Pesan dan kejadian itu selalu ia hadirkan setiap kali ia merasa lemah dan setiap kali ia merasa ada godaan yang menggeser tujuannya kekota pelajar Jogjakarta, yaitu menuntut ilmu. Bahkan ketika ia sudah mendapat beasiswa dan mendapatkan hadiah dari memenangkan lomba penulisan karya ilmiah mahasiswa. Uang itu ia gunakan untuk mendaftar disebuah perguruan tinggi swasta. Ia masuk Fakultas Teknik juga di perguruan itu tapi jurusan Teknik Sipil. Ia bisa mengkredit mata kuliah yang sudah ia ambil di UGM. Ia ingin matang di bidang arsitektur dan teknik sipil sekaligus.
Ia masih ingat, saat ini teman-temannya yang tahu ia melakukan hal itu, kuliah di dua jurusan yang berbeda, di universitas yang beda, ia dianggap gila. “Sepintar-pintar kamu, kamu tidak akan bisa menyelesaikan S1 kamu di jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil dengan baik. Nanti kuliahmu malah kacau,” kata seorang temannya. Tetapi dengan kesungguhan dan kerja kerasnya, hal yang dianggap gila oleh temannya itu dapat ia lalui dengan baik. Sebab untuk mata kuliah yang sama ia cukup menyelesaikannya di UGM, di unversitas swasta tidak perlu ia ambil lagi. Ia cukup membawa transkrip nilainya yang dari UGM ke universitas swasta itu. Jadi ia hanya perlu menyelesaikan mata kuliah yang tidak ada di jurusan arsitektur. Dan ia berhasil. (Halaman 38-39)
Sang ayah berkata sambil terisak, “Saat pindah ke STM Al Fatah kamu bilang siapa tahu jodohmu ada di pesantren. Coba datanglah ke pak Kiai. Coba kamu minta pak Kiai untuk membantu mencarikan. Mungkin kamu akan ditemukan denga santrinya”. “Baiklah ayah, tak kurang ikhtiar saya. Untuk menemukan yang saya idamkan. Baiklah saya akan sowan ke tempat Bu Nyai dan Pak Kiai secepatnya.” Jawab Zahrana sambil mengusap air matanya.
Esoknya ia nekat mengajak Lina, menghadap Bu Nyai dan Pak Kiai. Ia mengajak Lina sahabatnya itu, karena Lina dulu pernah nyantri di pesantren ARIS Kaliwungu. Lina tentu lebih tahu berdiplomasi dengan Bu Nyai daripada dirinya yang sama sekali tidak pernah nyantri. (Halaman 228-229).
Ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Dalam keheningan malam ia berdoa :
“Ya Rabbi, ikhtiar sudah hamba lakukan, sekarang kepada-Mu hamba kembalikan semua urusan. Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari segala jenis kejahatan yang terjadi di atas muka bumi ini. Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu segala kebaikan yang Engkau ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala hal buruk yang Engkau ketahui.” (Halaman 259)
Kutipan pertama menunjukkan perjuangan dan kerja keras Zaharana dalam menggapai keinginannya untuk menjadi orang berpendidikan, berprestasi dan ahli di bidangnya, yaitu di bidang Teknik Arsitektur dan Teknik Sipil sekaligus. Walaupun pada awalnya, teman-temannya meragukan Zahrana, namun dengan kesungguhan dan kerja kerasnya dia berhasil. Kutipan kedua juga menunjukan usaha Zahrana, tetapi bukan untuk pendidikannya melainkan untuk mencari jodoh yang ccocok yang bisa menjadi imamnya baginya dan anak-anaknya. Sedangkan kutipan yang ketiga, menunjukan Zahrana menyerahkan semuanya kepada Allah Swt setelah dia berusaha dengan maksimal dan tentunya memohon perlindungan kepada Allah Swt.
-
Nilai Pendidikan novel “Cinta Suci Zahrana” karya Habiburahman El Shirazy
Nilai dalam bahasa inggris berarti value yang berasal dari istilah latin valere yangberarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan kuat. Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005:21) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Sedangkan Pendidikan berasal dari bahasa Yunani ‘’Paedagogie’’ yang terbentuk dari kata ‘’Pais’’ yang berarti anak dan ’’again’’ yang berarti membimbing. Dari arti kata itu maka dapat didefinisikan secara leksikal bahwa pendidikan adalah bimbingan /pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa kepada anak agar anak menjadi dewasa (Purwanto, 2008:19).
Nilai pendidikan dapat dirumuskan dari dua pengertian dasar yang terkandung dalam istilah nilai dan pendidikan. Saat kedua istilah tersebut disatukan, maka ditemukan definisi nilai pendidikan. Nilai pendidikan adalah ajaran-ajaran yang bernilai luhur meliputi segi kehidupan menurut ukuran pendidikan yang merupakan jembatan ke arah tercapainya tujuan pendidikan.
Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel “Cinta Suci Zaharana” Karya Habiburahman El Shirazy
-
Nilai Pendidikan Agama (Religius)
Nilai Pendidikan Agama adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan supaya menjadi orang yang bertakwa kepada Tuhan. Adapun wujud dari nilai pendidikan ketuhanan dapat dapat berupa berdoa atau memohon sesuatu kepada Tuhan, ungkapan rasa syukur dan sikap kepasrahan. Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdapat nilai pendidikan agama yang bisa dipelajari dan diambil hikmahnya. Seperti pada kutipan berikut ini :
Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak ada penjual kerupuk kecuali tadi. Ia bingung. Ia cemas. Ia keluar lagi. Berharap ada penjual kerupuk lagi yang datang. Penjual kerupuk seperti yang ia bayangkan. Ia duduk di kursi di kursi beranda. Airmatanya bercucuran.
“Ya Illahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku. Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu.” (Halaman 238)
Sejak itu, Zahrana nyaris tidak pernah meninggalkan sholat malam. Ia labuhkan segala keluh kesahdan deritanya kepada Yang Maha Menciptakan.
Ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Dalam keheningan malam ia berdoa,
“Ya Rabbi, ikhtiar sudah hamba lakukan, sekarang kepada-Mu kembalikan semua urusan. Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari semua jenis kejahatan yang terjadi di atas muka bumi ini. Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu segala kebaikan yang engkau ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala hal yang buruk yang Engkau ketahui.” (Halaman 259)
Dilihat dari kutipan di atas, kutipan pertama menunjukan tokoh Zahrana yang berusaha mendapatkan jodohnya. Walaupun masalah perjodohan adalah sudah diatur oleh Allah Swt dalam takdir-Nya dengan siapa seseorang akan menikah, tetapi Allah Swt tetap mewajibkan kepada setiap manusia untuk berusaha mendapatkannya. Dan itulah yang dilakukan oleh tokoh Zahrana. Dia menunggu tukang kerupuk yang akan dijodohi dengannya oleh seorang Kiai untuk sekedar melihatnya saja, bukan untuk yang lain. Dan indahnya adalah Zahrana mencari jodoh dengan tujuan untuk menyempurnakan separuh agamanya dan semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Pada kutipan kedua menunjukan tokoh Zahrana yang senantiasa beribadah kepada Allah Swt dan bertawakkal kepada Allah Swt setelah dia berikhtiar dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan kutipan di atas, sudah jelas terdapat nilai pendidikan agama yang ditampilkan melalui sikap dan kepribadian Zahrana. Nilai pendidikan agama juga ditunjukan melalui sikap dan kepribadian Pak Munajat dan Bu Nuriyah yang senantiasa beribadah kepada Allah Swt untuk mempersiapkan bekal mereka untuk kehidupan abadi di akhirat. Mereka menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Berikut kutipannya :
….sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk hidup dikampung abadi, yaitu kampong akhirat. Ia mengajakan istrinya, Bu Nuriyah melakukan hal yang sama.
…………………………………………………………..
Mereka ingin memiliki bekal yang cukup untuk hidup di kampong akhirat. Maka pada jam seperti mereka berdua duduk di beranda sambil merasakan hangatnya suasana pagi untuk berzikir mensucikan Allah. (Halaman 144)
-
Dostları ilə paylaş: |