Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), vol. 4, h. 174. selanjutnya disebut Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam
44 Dewan Redaksi, Ensklopedi Islam, vol. 4, h. 147
45
Dewan Redaksi, Ensklopedi Islam, vol. 4, h. 176
46 “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-sleurusnya (sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah. Yang Allah menciptakan manuysia diatas fityrah itu. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya” (QS. ar-Ruum : 30)
47 QS. al-Buruuj (85) : 5-7
48
M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 285
49 M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 284
50 Erick Fromm, Akar Kekerasan: Analisis Sosio-Psikologis Atas Watak Manusia, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 310
51
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 52-52
52 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban.
56 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban.
57
Ibrahim Anis, dkk., al-Mu’jam al-Wasith, Jilid II, (Kairo: Majma’ al-Lughah al-`Arabiyyah, 1970), h. 753, lihat juga Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (Bairut: Librarie du Liban, 1980), h. 780
58
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 288
59 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 286
60
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. QS. al-Hajj : 46 dan lihat juga QS. al-A’raaf : 179
61
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyantun”. QS. al-Baqarah : 225
62
Ahmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 6
63
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), h. 61
64 Fuad Nashori, Jurnal Psikologi Islami, Volume 1, nomor 1, Juni 2005, (Yokyakarta: Fakultas Psikologi UII, 2005), h. 39
65
Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma'ad fi hady Khair al-Ibad, Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 2000), jil. IV, h. 85
66
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”. (QS. al-Baqarah : 7)
67
“Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. al-Hujarat : 3)
68
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS. al-An’am : 125). Bila kita meneliti lebih jauh, kita akan mendapati kata صدور (dada), bermakna qalb. Hal ini bisa di interpretasikan bahwasannya posisi qalb adalah di dada, sebagaimana firman Allah: “maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS. al-Hajj : 46)
69 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 94
70
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, h. 95
71 lihat juga QS. al-Ahqaf : 26 dan QS. al-Mulk : 23
72
lihat juga QS. Al-An’am (6) : 110, QS. Ibrahim (14) : 43 dan 37, dan QS. Al-Ahqaf (46) : 26
73 lihat juga QS. Al-Humazah (104) : 7
74 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 631. selanjutnya disebut M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
75
Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, jil. 8, h. 349
76 Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. III, h. 243
99 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami; Studi Tentang Element Psikologi Dari Al-Qur`an, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004), h. 234
100 “...Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)…” (Q.S. al-A’raf (7) : 179) dan “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (QS. Qaf (50) : 37)
101
“…”Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka...” (QS. an-Nisa’ (5) : 155. “Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka…”. (QS. at-Taubah (9) : 64).
102
Wahbah Zuhailiy, Tafsir al-Munîr fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr al-Ma’ashir, 1991), h. 131-23
103 lihat QS. al-’Ankabut : 43
104
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (QS. al-An’am : 151)
114 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam.., h. 65
Muhammad Muhyiddin, ESQ Power for Better Life, (Yokyakarta: Tunas, 2006), h. 71-72
115
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 47
116 Abdul Mujib, fitrah dan Kepribadian Islam: sebuah pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), h. 36-69, lihat juga M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 284
117
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84