1452. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda, "Belum cukup bakti seorang anak terhadap bapanya, kecuali bila didapatinya bapanya dalam genggaman perbudakan, lalu dibelinya dan dimerdekakannya."1453. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Bahwasanya Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli kerana sentuhan dan lemparan."
1454. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang dua macam cara jual beli. Iaitu, mulamasah dan munabadzah. Mulamasah, ialah menjual dengan cara menyentuh barang dagangan tanpa diteliti oleh pembeli. Munabadzah ialah menjual dengan cara melemparkan barang dagangan kepada si pembeli tanpa meneliti barang itu."
1455. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., katanya; "Rasulullah saw. melarang kami jual beli dengan dua malam cara. Iaitu jual beli mulamasah dan munabadzah. Mulamasah ialah si pembeli hanya menyentuh kain dagangan si penjual, malam atau siang, tanpa membalik-baliknya dengan teliti. Munabadzah ialah si penjual melemparkan kain dagangannya kepada si pembeli, maka dengan begitu terjadilah jual beli tanpa diberi kesempatan
kepada pembeli untuk meneliti dan tanpa disetujuinya."
1456. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli dengan cara melemparkan kerikil, dan cara-cara lain yang mengandung unsur tipuan."
1457. Dari 'Abdullah r.a., katanya, "Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang jual beli "Habali 'l habalah" (iaitu jual beli anak unta atau haiwan ternak lainnya yang masih dalam kandungan).
1458. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Orang-orang jahiliyah mengadakan jual beli daging dengan menjanjikan habali 'l habalah, iaitu apabila anak unta yang dalam kandungan telah lahir, kemudian anak unta itu mengandung pula. Maka Rasulullah saw. melarang mereka melakukan jUal beli seperti itu."1459. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kamu menawar/membeli barang yang sedang ditawar/dibeli orang lain."
1460. Dari Ibnu 'Umar r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Janganlah kamu menawar/membeli barang yang sedang ditawar/dibeli saudara mu (sesama Islam), dan jangan pula kamu lamar perempuan yang sedang dilamar saudara mu, melainkan setelah diizinkannya."
1461. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Seorang muslim tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar saudaranya (sesama muslim)." 1462. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan menyongsong (mencegat) pedagang untuk memborong barang-barangnya (sebelum sampai ke pasar) jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain: jangan menipu; orang kota jangan memborong dagangan orang dusun (dengan maksud monopoli dan menaikkan harga); jangan menahan susu unta atau susu kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya banyak. Lebih baik si pembeli memilih sesudah diperahnya, jika dia suka membeli maka ditahannya dan jika dia tidak suka boleh dikembalikannya berikut satu gantang kurma (pengganti susu yang diperahnya)."
1463. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang perbuatan-perbuatan: (1) Menyongsong (mencegat) pedagang (sebelum tiba di pasar untuk memborong barang-barangnya supaya dapat monopoli dan menaikkan harga; (2) memborong dagangan orang dusun (untuk mendapat untung lebih besar); (3) seorang wanita mendesak suami supaya menceraikan madunya; (4) membayar dengan harga lebih tinggi dari pasaran; (5) menahan susu ternak yang akan dijual supaya kelihatan air susunya banyak; (6) menawar barang yang sedang ditawar orang lain."1464. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang mencegat (menyongsong) barang-barang niaga sebelum sampai di pasar."
1465. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan mencegat pedagang (sebelum sampai di pasar). Barangsiapa mencegatnya, lalu dia membeli barang dagangan pedagang itu, maka apabila ia telah sampai di pasar, hendaklah pedagang itu diberinya kebebasan untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya."
1466. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya : "Rasulullah saw. melarang menyongsong (mencegat) pedagang (sebelum tiba di pasar), dan melarang orang kota membeli dagangan orang desa. Tanya Thawus kepada Ibnu 'Abbas, "Mengapa orang kota dilarang membeli dagangan orang desa?" Jawab Ibnu Abbas, "Dilarang menjadi perantara (tengkulak)."
1467. Dari Jabir r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Tidak boleh orang kota menjadi perantara niaga bagi orang desa. Biarkanlah orang-orang memperoleh rezeki Allah satu dari yang lainnya."
1468. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli kambing yang air susunya ditahan. Maka dia diberi kesempatan berfikir selama tiga hari, apakah dia akan meneruskan jual beli atau mengembalikannya. Jika dia mengembalikan hendaklah disertainya dengan segantang kurma."1469. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila seseorang kamu membeli unta atau kambing yang ditahan air susunya, maka dia mempunyai dua pilihan setelah memerahnya; iaitu meneruskan jual beli atau mengembalikannya beserta segantang kurma sebagai ganti susu yang telah diperah."
1470. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli bahan makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum menerimanya deogan cukup."
1471. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda; "Siapa membeli (bahan) makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum barang itu betu-betul dikuasainya."
Kata Ibnu 'Abbas selanjutnya, "Setiap barang-barang yang dibeli sama halnya dengan bahan makanan itu."1472. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli bahan makanan, maka janganlah menjualnya sebelum ditakar."
1473. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Pada masa Rasulullah saw. kami pernah berdagang (bahan) makanan. Lalu beliau mengirim orang kepada kami dan memerintahkan kami supaya memindahkan barang yang telah kami beli ke tempat lain sebelum menjualnya."
1474. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda; "Siapa membeli (bahan) makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum menerimanya dengan cukup." Kata Ibnu 'Umar selanjutnya, "Kami pernah membeli (bahan) makanan dari pedagang dengan taksiran. Lalu Rasulullah saw. melarang kami menjualnya sebelum memindahkan barang-barang itu dari tempat membeli."1475. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya mereka pernah dipukul pada masa Rasulullah saw., ketika mereka memborong (bahan) makanan secara taksiran, kemudian menjualnya di tempat membeli sebelum dipindahkan ke tempat lain."
1476. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli tumpukan kurma yang belum diketahui takarannya sesuai dengan takaran kurma yang dikenal (standard)."
1477. Dari Ibnu 'Umar r.a., dari Rasulullah saw. sabdanya: "Dua orang yang berjual beli, masing-masing mempunyai hak pilih (diteruskan atau tidak jual beli itu) selama keduanya belum berpisah. Kecuali apabila dalam jual beli itu telah ditentukan sebelumnya satu pilihan tertentu."
1478. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila dua orang melakukan jual beli (untuk satu partai barang), masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah, atau keduanya telah menetapkan suatu pilihan tertentu. Jika mereka telah membuat suatu pilihan (perjanjian), maka pilihan itu wajib dilaksanakan."1479. Dari Hakim bin Hizam r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Dua
orang yang berjual beli, masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan terus-terang menjelaskan (keadaan barang yang diperjual belikan), maka mereka diberi berkat dengan jual beli mereka; tetapi jika mereka berdusta dan menyembunyikan (cacat masing-masing), hilanglah berkat jual beli mereka."
1480. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Seorang lelaki mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa dia ditipu orang dalam jual beli. Maka bersabda Rasulullah saw., "Katakan kepada si penjual: Jangan menipu!" Maka sejak itu, apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya,"Jangan menipu!"
1481. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli buah-buahan sebelum nyata benar baiknya (bebas hama, tidak busuk, dan sudah matang bagi buah-buahan yang hanya dapat dimanfaatkan apabila telah matang, dan sebagainya)."
1482. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli kurma, sebelum nyata benar baiknya; dan melarang jual beli buah-buahan yang masih di tangkai (masih berputik) sebelum matang dan bebas hama."
1483. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan jual beli buah-buahan, sebelum nyata benar baiknya; iaitu bebas hama (tidak busuk), dan tampak merah dan kuning (kerana sudah matang)."
1484. Dari Abu Al Bakhtari r.a., katanya: "Aku bertanya kepada Ibnu 'Abbas r.a. tentang jUal beli kurma. Maka jawabnya, Rasulullah saw. melarang jual beli kurma sebelum dapat di makan, ditakar atau ditimbang." Lalu tanyaku, "Ditimbang bagaimana?"
Jawab seseorang yang berada di sampingnya, "Ditakar."
1485. Dari Sa'id bin Musayyab r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli secara 'muzabanah' dan 'muhaqalah'. Muzabanah ialah menukar kurma basah dengan kurma kering. Muhaqalah ialah menukar gandum yang masih di tangkai dengan gandum yang sudah dituai (dibersihkan)."
1486. Dari Zaid bin Tsabit r.a., katanya Rasulullah saw. memberi keringanan bagi pinjaman untuk membayarnya dengan kurma basah atau kurma kering."
1487. Dari Zaid bin TSabit r.a., katanya Rasulullah saw. memberi keringanan bagi jual beli 'ariyah, dengan cara menaksirnya dengan kurma kering. Kata Yahya, "'Ariyah ialah membeli buah kurma yang masih di pohon dalam keadaan basah setengah masak untuk makanan keluarga, dengan harga kurma kering yang ditaksirkan seimbang."1488. Dari Sahal bin Abu Hatsmah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang jual beli, kurma basah dengan kurma kering. Sabda beliau, "Jual beli seperti itu adalah riba."
1489. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa menjual pohon kurma yang telah berputik, maka buahnya bagi si penjual, kecuali bila ditentukan (dalam jual beli) untuk si pembeli."
1490. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Siapa menjual pohon kurma yang telah berputik, maka buahnya untuk si penjual; kecuali bila ditentukan (dalam jual beli) untuk si pembeli. Dan siapa menjual hamba sahaya, maka hartanya bagi yang menjual, kecuali bila ditentukan untuk si pembeli. "
1491. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang sewa-menyewa secara mukhabarah, muhaqalah, dan muzabanah; dan beliau melarang menjual buah-buahan sebelum dapat dimakan (sebelum tua atau masak) dan melarang melakukan jual beli kecuali dengan dinar atau dirham (wang tunai), kecuali jual-beli 'ariyah (lihat hadis no. 1487). Kata 'Atha', "Jabir menjelaskan kepada kami, adapun mukhabarah ialah menyewakan tanah gersang dengan hasil tanaman dari tanah itu; muzabanah ialah jual-beli kurma basah dengan kurma kering dengan takaran yang sama; muhaqalah ialah jual beli tanam-tanaman yang masih di pohon dengan buah/biji yang ditakar."
1492. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli secara muhaqalah, muzabanah, mu'awamah, dan mukhabarah - kata mereka, menjual-belikan hasil pohonan untuk beberapa tahun ialah mu'awamah - dan dari tsun-ya, (iaitu penjualan dengan pengecualian yang tidak ditentukan. Contoh, saya jual rumah ini kepada mu kecuali sebagiannya) dan beliau membolehkan penjualan secara 'ariyah."
1493. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah dan mengontrakkannya beberapa tahun, serta melarang menjual buah-buahan sebelum nyata benar baiknya.
1494. Dari Jahir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang memiliki tanah maka hendaklah ditanaminya. Jika dia tidak sanggup menanami sendiri, maka hendaklah disuruhnya saudaranya menanami."1495. Dari Jabir hin 'Abdullah r.a., katanya: "Beberapa orang sahabat Rasulullah saw. mempunyai kelebihan tanah. Maka bersabda Rasulullah saw., "Siapa mempunyai kelebihan tanah hendaklah ditanaminya atau dipinjamkannya kepada saudaranya (sesama muslim). Jika dia enggan (menanami atau meminjamkan), hendaklah dibiarkannya saja."
1496. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah atau memungut hasil (sebagai sewa).1497. Dari Jabir bin'Abullah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa mempunyai tanah maka hendaklah ditanaminya. Jika dia tidak sanggup menanami, hendaklah dipinjamkannya kepada saudaranya sesama muslim tanpa menyewakan kepadanya."
1498. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah dengan memungut hasil tanamannya.
1499. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Di masa Rasulullah saw. kami pernah (menyewakan tanah) dengan mengambil sepertiga atau seperempat hasil tanaman yang di sepanjang parit. Maka bersabda Rasulullah saw. dalam kasus demikian, "Siapa mempunyai tanah hendaklah ditanaminya sendiri; jika dia tidak sanggup hendaklah dipinjamkannya kepada saudaranya (sesama muslim), dan jika tidak dipinjamkan hendaklah dibiarkannya saja."
1500. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya; "Rasulullah saw. melarang mengadakan kontrak sewa tanah gersang dua atau tiga tahun."1501. Dari Yazid bin Nu'aim r.a., katanya Jabir bin 'Abdullah r.a. mengatakan kepadanya bahwa Jabir mendengar Rasulullah saw. melarang berjual-beli secara muzabanah dan huqul. Kata Jabir menjelaskan, "Muzabanah ialah menjual kurma basah dengan kurma kering. Sedangkan huqul ialah menyewakan tanah (dengan memungut hasil-hasil tanaman yang ditanam si penyewa)."
1502. Dari Abu Sa'id Al Khudii r.a., katanya Rasulullah saw. melarang jual beli muzabanah dan muhaqalah. Muzabanah ialah jual beli buah-buahan yang masih di pohon. Muhaqalah ialah menyewakan tanah.
1503. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Pada mulanya kami berpendapat bahwa mukhabarah (menyewakan tanah dengan memungut hasil tanamannya) dibolehkan. Tetapi setelah berlalu setahun, Rafi' mengatakan bahwa cara seperti itu dilarang oleh Rasulullah saw." 1504. Dari Nafi' r.a., katanya: "Ibnu 'Umar menyewakan kebun pada masa Rasulullah saw., sampai kepada masa pemerintahan Abu Bakar, 'Umar dan Usman, hingga pada permulaan pemerintahan Mu'awiyah. Kemudian, pada akhir pemerintahan Mu'awiyah, Rafi' bin Khadij mengabarkan larangan Rasulullah saw. akan perbuatan seperti itu. Lalu Ibnu 'Umar pergi bersama ku (Nafi') kepada Rafi' menanyakan kebenaran hadis itu. Jawab Rafi' r.a., "Memang, Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah perkebunan." Maka semenjak itu Ibnu 'Umar menghentikan usahanya menyewakan tanah perkebunannya. Dan apabila dia ditanya orang kenapa dia berhenti, maka dijawabnya, Rafi' bin Khadij mengatakan bahwa Rasulullah saw. melarang perbuatan seperti itu.
1505. Dari Rafi' bin Khadij r.a., katanya: "Pada masa Rasulullah saw. kami pernah berusaha menyewakan tanah. Kami sewakan dengan memungut seperti atau seperempat dari hasil tanamannya tertentu. Pada suatu hari datang salah seorang paman ku, lalu dia berkata: "Rasulullah saw. melarang kita melakukan usaha yang menguntungkan ini. Tetapi mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya lebih bermanfaat bagi kita. Beliau melarang kita menyewakan tanah dengan memungut sepertiga atau seperempat hasil tanaman atau makanan tertentu. Allah memerintahkan kita supaya menanaminya sendiri atau ditanami orang lain tanpa memungut sewa atau yang seumpamanya."
1506. Dari Hanzhalah bin Qais r.a., katanya dia pernah bertanya kepada Rafi' bin Khadij r.a. tentang menyewakan tanah dengan memungut hasil tanaman. Jawab Rafi', "Rasulullah saw. melarang melakukan yang demikian." Lalu kutanyakan,. "Bagaimana kalau disewakan dengan emas atau perak?" Jawab Rafi', "Dengan emas atau perak, boleh!"
1507. Dari 'Abdullah bin Saib r.a., katanya: "Kami pernah datang kepada 'Abdullah Ibnu Ma'qil, lalu kami bertanya kepadanya tentang hukum muzara'ah (iaitu menyerahkan sebidang tanah kepada seseorang untuk ditanami dengan upah sebagian dari hasil tanamannya). Jawab 'Abdullah Ibnu Ma'qil, "Tsabit mengatakan bahwa Rasulullah saw. melarang melakukan muzara'ah dan memerintahkan dengan cara muajarah (mengupah)." Kata Ma'qil selanjutnya, "Mengupah tidak apa-apa."
1508. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Seorang pemilik tanah lebih baik meminjamkan tanahnya kepada saudaranya (sesama muslim) daripada memungut imbalan tertentu."
1509. Dari Thawus r.a., katanya dia adalah seorang petani yang mengusahakan tanahnya dan memungut sebagian dari hasil tanaman yang ditanamnya. Lalu kata 'Amar kepadanya, "Hai, Abu Abdurrahman! Hentikanlah usahamu melakukan mukhabarah itu, kerana sesungguhnya mereka (para sahabat) memberitakan bahwa Nabi saw. melarang pekerjaan mukhabarah itu. Jawab Thawus, "Hai, 'Amar! Telah memberitakan kepada ku orang yang lebih tahu daripada mereka perihal itu - yakni Ibnu 'Abbas - bahwa Nabi saw. tidak melarangnya. Hanyalah beliau bersabda, "Jika salah seorang kamu meminjamkan kepada saudaranya, itu lebih baik daripada memungut imbalan tertentu."
1510. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya : "Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mempekerjakan penduduk Khaibar dengan (upah) sebagian daripada hasil buah-buahan atau tanam-tanaman yang mereka tanam." 1511. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. pernah memberi (upah) kepada penduduk Khaibar dengan sebagian dari buah-buahan atau tanam-tanaman yans dihasilkan mereka. Kemudian beliau bagi-bagikan setiap tahun untuk para isteri beliau sebanyak seratus wasq (gantang), berupa lapan puluh wasq kurma dan dua puluh wasq gandum. Ketika 'Umar bin Khathtbab berkuasa (pemerintah), dibagi-baginya tanah Khaibar itu. 'Umar memberikan pilihan kepada para isteri Nabi saw., apakah mereka menghendaki pembagian tanah dan air, atau akan tetap menerima pangan beberapa wasq seperti biasa setiap tahun. Di antara mereka ada yang memilih pembagian tanah dan air dan yang lain memilih jatah pangan seperti biasa setiap tahun. Dalam hal ini, 'Aisyah dan Hafshah memilih pembagian tanah dan air."
1512. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya: "Setelah Khaibar ditaklukkan, maka orang-orang Yahudi memohon kepada Rasulullah saw. supaya mereka dibolehkan tetap tinggal di sana mengerjakan sawah ladang dengan (upah) seperdua daripada buah-buahan atau tanam-tanaman yang dihasilkan." Jawab Rasulullah saw., "Aku bolehkan kalian menetap sampai batas waktu tertentu."
1513. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., dari Rasulullah saw., "Bahwasanya beliau pernah menyerahkan kebun kurma Khaibar kepada orang-orang Yahudi untuk mereka garap dengan duit mereka sendiri, dengan ketentuan: separuh dari hasil buah-buahan yang dikerjakan mereka untuk Rasulullah saw."
1514. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya : "Bahwasanya 'Umar bin Khaththab mengusir orang-orang Yahudi dan Nasrani dari tanah Hijaz. Sesunguhnya setelah penaklukan Khaibar Rasulullah saw. telah bermaksud hendak mengusir orang-orang Yahudi dari negeri itu. Kerana setelah dikuasai negeri itu menjadi milik Allah dan
Rasul-Nya, serta menjadi milik kaum muslimin seluruhnya. Kerana itulah Rasulullah bermaksud hendak mengusir orang-orang Yahudi dari negeri itu. Tetapi orang-orang Yahudi memohon kepada Rasulullah saw. agar beliau membolehkan mereka tetap tinggal di sana untuk meneruskan usaha (pertanian) mereka, dengan ketentuan: bagi mereka seperdua dari buah-buahan yang dihasilkannya. Jawab Rasulullah saw., "Kami izinkan kalian menetap dengan ketentuan seperti itu sampai batas waktu kami kehendaki." Maka
menetaplah mereka di situ sehingga datang waktunya. 'Umar mengusir mereka ke Taima' dan Ariha'.
1515. Dari Jabir r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Tidak seorang pun orang muslim yang bercucuk-tanam, melainkan setiap tanamannya yang dimakan atau dicuri orang, atau dimakan binatang liar, atau dimakan burung, atau hilang, nescaya semuanya itu menjadi sedekah baginya."
1516. Dari Jabir r.a.,katanya: "Pada suatu ketika Rasulullah saw. masuk ke kebun Ummu Mubasysyir Al Anshari. Maka bertanya Nabi saw. kepadanya, "Siapa yang menanam pohon kurma ini, orang Islam atau kafir?" Jawab Ummu Mubasysyir, "Orang Islam!" Maka bersabda Rasulullah saw., "Tidak seorang pun orang muslim yang bercucuk-tanam atau bertani, kemudian hasil tanamannya itu dimakan orang atau binatang, nescaya semuanya itu menjadi sedekah baginya."
1517. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Tidak seorang pun orang muslim yang bercucuk tanam atau bertani, lalu tanamannya dimakan
binatang buas, atau dimakan burung dan lain-lain, nescaya orang itu mendapat pahala kerananya."
1518. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jikalau engkau menjual buah-buahan (yang masih di pohon/kebun), lalu buah-buahan itu binasa dimakan hama, maka tidak halal bagi mu menerima pembayaran, kerana bererti engkau mengambil harta saudara mu tanpa hak."
1519. Dari Humaid, dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya Nabi
saw. melarang jual-beli kurma (yang masih di pohon), sebelum nyata benar baiknya." Lalu kami bertanya kepada Anas, "Apa yang dimaksud dengan baiknya itu?" Jawab Anas, "Bila buah itu sudah merah dan kuning. Bagaimana pendapatmu, jika Allah tidak jadi menghasilkan buah itu, apa alasan bagi mu untuk menghalalkan harta saudaramu?"
1520. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., katanya: "Pada masa Rasulullah saw., ada seorang lelaki mendapat musibah, kerana buah-buahan yang dibelinya rosak binasa, sehingga dia ditimpa banyak hutang." Maka bersabda Rasulullah saw., "Bersedekahlah anda semua kepadanya!" Maka bersedekahlah orang ramai kepadanya, tetapi masih belum cukup untuk melunasi hutangnya. Kerana itu Rasulullah bersabda kepada orang yang menerima piutang- (kreditor), "Ambillah seberapa yang dapat kamu terima. Tidak ada lagi yang dapat kamu terima kecuali hanya itu."
1521. Dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik, dari bapanya, katanya pada masa Rasulullah saw. dia menagih piutangnya kepada Ibnu Abu Hadrad di dalam masjid. Keduanya sama-sama bersuara keras, sehingga kedengaran oleh Rasulullah saw., yang ketika itu sedang berada di rumah beliau. Lalu beliau keluar hendak mendapatkan keduanya. Ketika gorden kamar beliau terbuka, beliau panggil Ka'ab bin Malik. Sabdanya, "Hai, Ka'ab!" Sahut Ka'ab, "Hamba, ya Rasulullah!" Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya kepada Ka'ab supaya dia mengurangi piutangnya seperdua. Jawab Ka'ab, "Aku laksanakan, ya Rasulullah!" Kemudian beliau bersabda kepada Hadrad, "Berdirilah! Bayar hutangmu kepadanya."
1522. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa mendapatkan hartanya di tangan orang yang telah pailit, maka dia lebih berhak mengambil barang itu daripada diambil orang lain."
1523. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi saw. bersabda: "Apabila seseorang jatuh pailit, lalu si penjual (kreditor) mendapatkan barangnya pada si pailit itu, maka si kreditor berhak mengambil barangnya kembali."
1524. Dari Hudzaifah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Beberapa orang malaikat bertemu dengan roh seseorang yang sebelum kamu, lalu mereka bertanya, "Kebajikan apa sajakah yang pernah anda lakukan?" Jawab orang (roh) itu, "Tidak ada!" Kata para malaikat, "Cubalah anda ingat-ingat!" Jawab orang itu, "Memang, aku pernah memberi piutang kepada orang ramai,lalu kuperintahkan kepada pegawai-pegawaiku supaya memberi tangguh kepada orang-orang yang kesukaran, serta memberi kelonggaran bagi orang-orang yang berkecukupan." Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat, "Beri kelapangan pula dia!"
1525. Dari Hudzaifah r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Ada seorang lelaki meningal, lalu dia masuk syurga. Dia ditanya, "Apa amalmu (di dunia)?" Jawabnya, "Aku pedagang. Aku biasa memberi tangguh kepada orang-orang yang sedang dalam kesulitan, dan memberi kemudahan bagi orang yang mampu." Maka orang itu diampuni dosa-dosanya.1526. Dari Hudzaifah r.a., katanya : "Dihadapkan kepada Allah swt. seorang di antara hamba-hamba-Nya yang diberiNya harta kekayaan. Lalu Allah bertanya kepadanya, "Apa kerjamu di dunia?" Jawab orang itu, "Tuhan memberi hamba harta kekayaan. Kerana itu hamba berdagang dengan orang ramai. Sifat hamba ialah suka melapangi. Kerana itu hamba beri kemudahan orang yang mampu, dan hamba beri tangguh orang yang dalam kesulitan." Maka berfirman Allah swt., "Aku lebih berhak daripadamu tentang hal itu. (Hai, para malaikat!). Beri kelapangan hambaku itu!"
Dostları ilə paylaş: |