Konsorsium sertifikasi guru


Berikut ini adalah benda kerajinan yang memiliki fungsi pakai



Yüklə 3,94 Mb.
səhifə33/45
tarix06.08.2018
ölçüsü3,94 Mb.
#67442
1   ...   29   30   31   32   33   34   35   36   ...   45

Berikut ini adalah benda kerajinan yang memiliki fungsi pakai.





Gambar 5.15 Barang kerajinan memiliki nilai fungsi pakai,

karya masyarakat Kampung Naga sebagai pemenuhan kebutuhan

sehari-hari dan dijual ke luar kampung Naga (Foto: Eddy Fauzi, 2011)
d. Fungsi Hias Benda Kerajinan

Selain dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai wadah, barang kerajinan juga dibuat sebagai fungsi hias, yaitu dengan bentuk-bentuk yang bagus atau bentuk yang memilki hiasan benda kerajinan digunakan untuk menghias ruangan. Apakah itu sebagai elemen estetik pelengkap bangunan/pelengkap interior, atau sebagai barang yang dipamerkan sebagai benda seni.


Benda kerajinan yang memiliki elemen estetik terdiri dari bentuk yang secara struktur dibuat dengan rancangan, seperti hiasan yang terdapat pada permukaan bendanya (surface design), atau benda kerajinan yang memiliki elemen estetik yang dirancang sejak merangkai bahan (structure design). Benda yang dirancang sebagai surface design antara lain batik, keramik, ukiran, pahatan kulit. Sedangkan benda yang termasuk structure design adalah kain tenun, anyaman tikar dan makramé.
Fungsi hias di sini adalah memberikan kepuasan kepada orang yang memilikinya, karena daya tarik dari benda tersebut selain memberikan suasana estetik dimana benda itu diletakkan, tetapi juga memberikan nilai prestise bagai pemiliknya, yang berarti dia sangat menghargai hasil karya kerajinan yang dibuat dengan ulet, cermat dan teliti, dan bangga atas pemilikan benda-benda seni kriya dari suatu masyarakat tertentu sebagai salah satu kekayaan tradisisional yang perlu dilestarikan. Nilai estetik pada seni kerajinan dilihat dari motif dan ornamennya, dilihat dari kerapian membuatnya, serta dilihat dari penggarapan bahannya. Semua unsur ini akan membedakan kualitas karya seni kerajinan yangbermutu tinggi atau yang biasa saja. Sebagai bagian dari Seni Rupa Terapan, seni kerajinan adalah karya seni yang tujuan pembuatannya mempunyai tujuan untuk dipakai, terutama untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti

keramik atau gerabah, kain songket atau kain tenun.


Berikut ini contoh karya seni kerajinan yang memiliki fungsi hias.

Gambar 5.16. Motif Hias pada anyaman bambu.

(Sumber Internet: tokobagus.blog.com)


Gambar 5.17. Motif Hias Pada Guci Keramik

(Sumber.Internet)



e. Apresiasi Keterampilan Kerajinan

Tujuan pembelajaran apresiasi keterampilan kerajinan ditinjau dari Ide dan Produk Kerajinan Daerah memiliki tujuan dari apresiasi keterampilan kerajinan yang tertuang pada pembelajaran keterampilan kerajinan. Sedangkan dari pohon keilmuan keterampilan kerajinan merupakan mata pelajaranyang identik dengan seni kriya dan termasuk di dalam pendidikan seni budaya. Dimana Pendidikan seni budaya berperan mengembangkan kemampuan perseptual, intelektual, kreativitas, emosional,sosial, estetik, fisik. Dalam hal ini kemampuan-kemampuan tersebut termasuk dalam peran pendidikan seni yang masuk ke dalam pendekatan multidimensional.


Melalui pembelajaran apresiasi, tujuan akan pembentukan karakter siswa dapat dilakukan dengan belajar melalui seni (learning through arts). Membentuk karakter pribadi yang harmonis, toleran dam pandai menghargai dan menghormati orang lain merupakan pembelajaran dengan pendekatan Multikultural.
f. Motif Hias Pada Benda Kerajinan Nusantara

Ciri khas karya seni kerajinan Nusantara dapat dikenali dari pola dan ornamen yang ada pada benda kerajinan itu sendiri. Setiap daerah memiliki ragam hias sebagai simbol daerahnya masing-masing. Di dalam pembelajaran seni rupa, siswa diminta untuk mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat. Pada pembahasan inilah perlu dicari informasi tentang motif hias yang dikenal di suatu daerah tertentu. Selain itu perlu diketahui proses atau tahap-tahap pembuatan seni hias yang dimulai dari gagasan tentang motif, dilanjutkan dengan pengulangan motif menjadi pola, dan pengulangan pola menjadi ornamen. Dengan berbagai bentuk atau corak ornamen yang dibuat dan diterapkan pada karya seni kerajinan, maka setiap daerah akan memilki keunikan dan teknik yang berbeda secara khas yang disebut sebagai perbedaan dalam ragam hiasnya.


Penerapan pola hias pada benda kerajinan dimulai sebagai keinginan para perajin, yang dimasa lalu disebut empu. Hal ini tempak pada benda-benda hias peninggalan zaman Hindu-Buddha, zaman Islam, pengaruh Cina dan pengaruh Kolonial, yang berangsur-angsur seiring waktu menjadi kumpulan kekayaan seni hias bangsa kita yang tersebar di seluruh pulau dan wilayah Indonesia menjadi ragam hias Nusantara. Keberagaman seni hias Nusantara melekat pada Seni Hias, seperti ditulis oleh Setiawan Sabana bahwa; letak wilayah, waktu, dan kehidupan social budaya menjadi factor yang meneybabkan keragaman karya seni, termasuk seni hias.
Seni hias terdapat pada kainan tenunan dan ukiran kayu atau batu. Biasanya orang menganggap bahwa seni hias dibuat untuk tujuan keindahan. Pembuatan hiasan pada kulit kayu dalam masyarakat Sentani, Papua misalnya, berkaitan erat dengan kepercayaan mereka. Motif abstraksi ikan, kura-kura dan lain-lain yang dipakai dalam aktivitas memancing, dipercayai akan mendatangkan keberuntungan. (Setiawan Sabana, 2002: 38). Hal ini menandakan bahwa gambar hiasan dimaknakan sebagai simbol yang dipercayai membawa keberuntungan.
Bentuk hiasan pada seni anyaman sangat banyak di Nusantara Indonesia, karena seni kerajinan masyarakat pedesaan Indonesia menyatu dlam kegiatan mereka sehari-hari. Misalnya pembuatan keranjang, perabotan rumah dan dapur, dibuat untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tetapi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi, maka masyarakat membuat kerajinan anyaman untuk dijual. Selain orang lain membutuhkan, bagi si pemgrajin sendiri merupakan peluang untuk menambah penghasilan keluarga.Terlebih lagi di pedesaan bahan-bahan kerajinan cukup berlimpah. Bahan anyaman yang biasa digunakan antara lain bambu, rotan, lalang, daun kelapa, dan banyak lagi bahan sisa atau limbah seperti sabut kelapa, dan lain sebagainya.
Motif dan ornamen yang dikenal sebagai ciri ragam hias daerah Nusantara terdapat pada batik, tenunan. Keramik, ukiran dan benda-benda kerajinan lainnya. Berikut ini contoh beberapa motif hias yang merupakan ciri khas seni hias Nusantara

Gambar 5.18 : Batik ceplok motif bunga, Batik Yogyakarta

(Sumber: batikjojya-ku,blogspot.com).

Gambar 5.19. Motif Tenun Bali,

(Sumber: lelainabutik.blogspot.com)

Gambar 5.20. Motif Kain tenun ulos, Sumatera Utara,

(Sumber: shindyrefanii.blogspot.com)




Gambar 5.21. Ukiran Kayu, Motif Jepara

(Sumber : Inst/img/Angiea)

Pada gambar ilustrasi (Gbr 5 sampai gbr 9) di atas memiliki ciri bentuk produk kerajinan daerah dalam corak Ragam Hias yang berbeda, memiliki keunikan dan keindahan yang berbeda, maka dari corak dan ragam hias daerah setempat masing-masing jika dikumpulkan dan disatukan di dalam pembahasannya menjadi wacana Seni Hias Nusantara yang menjadi kekayaan seni hias Indonesia.

g. Estetika pada Produk Kerajinan Nusantara

Keindahan sebuah karya menandakan estetika dan desain melalui ornament daerah atau negara sebagian kekayaan budaya yang amat luar biasa. Salah satu kekayaan Indonesia yang mendapat pengakuan badan dunia adalah batik.Hal ini seperti pernyataan badan dunia UNESCO yang menyatakan batik sebagai warisan budaya dan diakui keunggulan dan ciri khasnya sebagai asli Indoensia. Selanjutnya ada peluang bagi tenun Indonesia menjadi salah satu kekayaan seni Indonesia lainnya yang memungkinkan untuk dicatat oleh badan dunia sebagaimana pengakuan terhadap batik. Sehingga dampak terhadap bidang pariwisata bahwa untuk menggiatkan aktivitas seni dan pariwisata Indonesia perlu ada upaya terintegrasi antara pendidikan dan pariwisata, misalnya sebagai program wisata edutainment.


Penerapan nilai estetik pada benda kerajinan memberikan sentuhan pada produk, dibutuhkan terampilan untuk menerapkan nilai tersebut. Ketika karya seni kerajinan tampil dengan bentuk yang bagus dan menarik, terlebih lagi dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari maka hasil kerajinan menjadi penting, sebagaimana masyarakat memerlukan untuk memiliki barang-barang tersebut. Hal ini lebih jauh bila barang hasil seni kerajinan diberi makna oleh masyarakat sebagai: Bermakna budaya, ialah barang-barang yang dibuat sebagai simbol suatu budaya (keris, pakaian adat, dan

Barang-barang perabot rumah tangga), atau bermakna agama dan kepercayaan, yaitu barang-barang berbentuk wadah keperluan sesaji, bermakna adat istiadat seperti peralat dapur, kain tenun, permainan anak-anak, atau bermakna ekonomi yang berhubungan dengan peralatan rumah tangga dari bahan alam seperti rotan, bambu, kulit, kayu dan serat. Pada semua benda kerajinan yang berorientasi dari bahan lebih menekankan pada teknik pembuatannya. Namun dengan teknik apapun pembuatan karya kerajinan, nilai estetik tetap melekat pada motof hias dan ornament sebagai elemen estetik yang memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kualitas karya dan secara langsung meningkatkan nilai haga jual. Mutu karya seni kerajinan sangat tergantung pada apresiasi dan keterampilan para perajin. Hal ini akan memengaruhi minat masyarakat dan wisatawan untuk membeli dengan alasan selain kebutuhan juga karena alasan ingin memiliki benda yang memiliki cirri khas kedaerahan. (Suwaji Bastomi, 2003: 86).


Selain syarat keindahan barang kerajinan juga perlu memiliki syarat terapan atau fungsi, seperti kemanan dalam penggunaan (security) dalam ukuran yang sesuai bagi keselamat barang itu sendiri, unsur kenyaman untuk digunakan (comfortabel) pada tekstur atau bentuk yang digunakan, atau pada keluwesan dalam penggunaan (flexibility) dan kemudahan dalam penyimpanan dan cara membawanya.
Unsur estetik dapat meningkatkan mutu dan dari hasil kerajinan, selain kualitas pengerjaan dalam keunggulan teknik, warna dan struktur komposisinya, ada kekuatan yang menonjol pada setiap benda kerajinan Nusantara. Misalnya unsur estetika dalam karya seni kerajinan ada julukan bahwa: Indonesian is home of batik world, julukan ini diperoleh karena batik Indonesia memiliki keunggulan dibanding dengan batik negara lain, terutama pada keunggulan nilai filosofinya dan kekuatan pada kualitas makna ragam hiasnya. Sebagaimana batik yang berasal dari istilah teknik dalam bahasa Jawa yang artinya member titik (cecek), karena ciri khas batik adalah adanya cecek dan isian serta remukkan.

Barang seni kerajinan sebagai seni rupa terapan selain sebagai benda pakai, dituntut menyenangkan dan enak untuk dipandang. Karena itu benda kerajinan harus memiliki sentuhan estetik. Dengan benda yang bagus atau indah orang ingin memakai, memilki, dan menjadikan tingginya kualitas suasana dimana benda itu diletakan sebagai elemen estetik. Keindahan barang kerajinan kecuali menumbuhkan kepuasan juga menimbulkan kebanggaan, sebab pemakai barang-barang yang indah akan menambah harga diri pemakaianya. Menurut Rohendi (2000) berekspresi estetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang tergolong ke dalam kebutuhan integrative. Kebutuhan estetik setiap orang atau setiap kelompok orang tidak selalu sama, maka setiap kelompok masyarakat mengembangkan strategi untuk merumuskan kebutuhan estetiknya. (Suwaji Bastomi, 2003: 89-90).


h. Membuat Produk Keterampilan Kerajinan

1. Prosedur dan Tahap membuat Karya Kerajinan Nusantara

Setiap pembuatan karya kerajinan mempunyai cara umum yang sama secara garis besar, tetapi mempunyai cara khusus yang berbeda, hal ini tergantung dari karakter bahan yang digunakan serta tergantung dari tujuan fungsi barang tersebut. Sehingga bahan, teknik dan nilai yang terkandung dalam seni kerajinan nusantara mempunyai kekhasan masing-masing. Misalnya pada bahan yang digunakan untuk seni hias berbeda penggarapannnya untuk seni patung. Bahan untuk seni hias dapat berupa benang, kayu atau batu yang ditenun dan dipahat sebagaimana karakter bahannya. Sedangkan seni anyaman menggunakan teknik menjalin dan teknik menggulung. Untuk membuat tembikar menggunakan teknik dengan tahap percampuran bahan, pembentukan, penjemuran atau pengeringan dan tahap pembakaran.


Unsur lain dari pembuatan barang kerajinan pun tidak lepas dari pertimbangan nilai, misalnya seni anyaman memiliki nilai pakai, dekoratif dan estetik. Sedangkan seni hias hanya memiliki nilai dekoratif dan estetik saja. Sebagai contoh pada ukiran kayu yang diukir dengan peralatan dan teknik tradisional dengan motif dan ornamen yang sebelumnya dibuat pada kertas pola. Jadi bahan, teknik dan nilai yang terkandung dalam karya kerajinan Nusantara perlu dipelajari baik dari aspek tradisional maupun dari aspek industri secara modern.
i. Peralatan Berkarya

Peralatan berkarya seni kerajinan sesederhana apapun mutlak adanya. Pergeseran dari karya seni kerajinan tradisional menjadi bentuk-bentuk karya industri menemui proses panjang. Kelemahan dari produk mesin yaitu pada berkurangnya sentuhan estetik. Paradigma tentang barang kerajinan buatan tangan lebih murah dari barang buatan mesin harus diubah


Contoh tikar anyaman kembang yang dibuat dengan bahan ‘mendhong” masih banyak digemari oleh orang-orang pedesaan dari pada tikar anyam kembang bahan plastik buatan mesin, sebab tikar anyam kembang dengan bahan mendhong tampak lebih estetik serta murah harganya, dan nyaman untuk digunakan.
Sungguhpun barang-barang buatan mesin di kota relatif lebih murah dari pada seni kerajinan buatan tangan namun kenikmatan dan rasa estetik pada barang kerajinan tangan masih dicinta bangsa Indonesia. Demikian pula ukiran kayu buatan Jepara masih tinggi harganya dan disukai masyarakat, dari pada barang produksi dengan corak ukiran yang terbuat dari plastic. Oleh karena itu barang kerajinan tangan dengan peralatan sederhana dan tradisional masih menarik minat masyarakat pencinta seni.Sampai saat ini produksi peralatan berkarya kerajinan masih dijual di took-toko peralatan, kecuali pahat ukir Jepara atau pahat ukir Bali hanya bisa didapat di tempat-tempat tertentu.
j. Jenis Teknik dan Produk Kerajinan (berbagai teknik)

    1. Keterampilan Tali temali – macramé (simpul)

  1. Keterampilan Tutup celup – batik

  2. Keterampilan Lungsi pakan-ayaman, tenun

  3. Keterampilan Ikat Celup – jumputan

  4. Keterampilan mengukir –kerajinan kayu, logam

  5. Keterampilan Menjahit – sulam, border, perca

  6. Keterampilan Pahat-kerajinan kulit



k. Proses Pembuatan Barang Kerajinan

(1) Pembuatan Kerajinan Kulit Sistem Pahat Hias

Pada keterampilan kerajinan kulit dapat membuat berbagai macam barang seperti dompet, tas, kap lampu, ikat pinggang dan lain-lain Kerajinan kulit membuat barang-barang kerajinan terbuat dari bahan kulit mentah atau kulit tersamak, dan kerajinan kulit sistem hias. Proses pembuatan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1.1. merencana

1.2. membuat pola

1.3. menentukan bahan

1.4. menentukan alat

1.5. memola dan memotong bahan

1.6. menghaluskan bidang kulit

1.7. merencanakan bentuk hiasan

1.8. memahat hiasan pada kulit

1.9. menyeset

1.10. melobang dan menjahit

1.11. merangkai bagian-bagian

1.12 memasang bahan pelengkap

1.13 menyelesaikan bentuk barang
Berbagai Peralatan Kerajinan kulit sistem pahat hias: alat pemotong, penyeset, pelubang, alat jahit, landasan, alat pemukul, alat penarik, alat penggosok dan alat pelengkap.
(2) Pembuatan Kerajinan Gerabah

Secara umum pembuatan gerabah atau disebut juga tembikar, yang lebih lanjut bila tekniknya lebih ditingkatkan terutama pada teknik pembakaran dan penggunaan zat pelapis gerabah dapat menjadi keramik. Tahap-tahap pembuatan gerabah adalah sebagai berikut:

a. menyiapkan tanah liat sebagai bahan baku

b. mengolah bahan dengan kondisi plastis/ulet siap dipakai

c. membentuk dengan meja putar dengan tangan (handwill) atau meja putar dengan kaki (kickwill).

d. menghaluskan permukaan dan member motif atau hiasan

e. mengeringkan (diangin-angin)

f. melakukan pembakaran


(3) Pembuatan Batik Tradisional

Membatik ialah memberikan motif atau ragam hias pada selembar kainputih polos. Motif dapat terbuat dari cecek hasil jejak canting, atau isian dan pola. Batik dalam bahasa Jawa; mbatik (meberi titik/cecek). Teknik membatik terdiri dari batik tulis, batik cap, batik lukis dan batik printing.


Perlengkapan dan alat membatik terdiri dari; gawangan, bandul, wajan, anglo, tepas, taplak, saringan ‘malam’, dan dingklik. Sedangkan untuk menggambar motif digunakan canting, yaitu alat untuk melukiskan cairan ‘malam’ menjadi motif pada kain. Canting terbuat dari tembaga, dengan gagang terbuat dari kayu.
Bahan baku utama batik adalah kain polos, biasanya digunakan kain katun jenis mori. Bahan untuk membuat moti ialah ‘malam” yang terbuat dari lilin atau gandarukem sejenis bahan campuran. Sedangkan untuk memberikan motif remukkan

digunakan parafin.


Proses membatik terdiri dari beberapa tahap, dengan langkah-langkah:

a. Mempersiapkan bahan dan alat membatik

b. Tahap Ngemplong, yaitu menghaluskan kain agar rapi tanpa kanji.

c. Tahap Mola atau membuat bentuk pola disebut juga ‘klowongan”, yaitu menggambari kain dengan pinsil.

d.Tahap Ngrengreng, yaitu menggambari kain dengan cairan lilin (malam) dan Ngisen-iseni,yaitu mengisi bentuk dengan corak atau tekstur batik.

e. Tahap Nerusi, yaitu pola dan gambar diulangi dengan malam dari balik permukaan kain.

f. Tahap diwidel atau dikelir, yaitu memberi warna batik.Tahap Nembok, yaitu memberi malam pada bagian yang tidak diberi warna, dengan menutupnya dengan malam.

g. Tahap Bliriki, yaitu nerusi tembokan agar bagian-bagian yang tertutup menjadi rata.

h. Tahap Mlorod, yaitu tahap terakhir dengan menghilangkan atau membersihakan malam dengan air mendidih.
Banyak lagi cara dan proses membuat barang kerajinan dengan berbagai teknik dan tahap sesuai karakter bahannya secara khusus. Namun secara spesifik para perajin akan menyesuaikan desain atau rancangan kerajinan tangannya dibuat dengan tertib, yaitu agar produksi dapat dilakukan bersifat masal sesuai minat dan permintaan pasar. Spesifikasi umum itu terdiri dari; (1) Ukuran, (2) sifat Bahan, (3) Skets/ gambar rancangan, dan (4) penentuan alat dan pemeliharaannya. Tidak kalah pentingnya perajin harus memikirkan dan merancang kemasan agar benda kerajinan mudah dibawa, aman dan menambah daya tarik.
Selain itu persyaratan benda kerajinan terdiri dari nilai kegunaan dan kerapihan dan kehalusan garapan. Penggarapan disini termasuk keterampilan dalam pembuatan bentuk berdasarkan karakter bahan yang terdiri dari;
1. Keindahan bahan sebagai keindahan alam di dalam bahan, misalnya warna asli dari bahan itu sendiri. Warna asli dari bahan alam biasanya lebih menarik, lebih bagus dan lebih memberikan suasana dan perasaan seseorang dekat dengan alam dari pada warna tiruan.

2. Corak tekstur dari bahan atau tekstur buatan memberi kesan tersendiri membuat perasaan menjadi menyenangkan. Penggarapan tekstur memerlukan keterampilan tersendiri dengan teknik-teknik yang kreatif.

3. Keras dan lunaknya bahan memberikan kesan berat dan ringannya bahan, dan membutuhkan perhatian di dalam penggarapannya. Cara menggarap bahan lunak tentu berbeda dengan menggarap bahan kerajinan yang keras (batu atau kayu). Untuk itu diperlukan keterampilan menggunakan peralatan, termasuk keterampilan memelihara peralatan kerja.

l. Penerapan Teori dan Prinsip Pembelajaran Keterampilan Kerajinan

1. Memotivasi Siswa

Mengenali siswa di dalam pembelajaran seni kerajinan memberikan kemudahan bagi guru untuk memberikan pembelajaran keterampilan. Karakteristik peserta didik di dalam pembelajaran Keterampilan Seni Kerajinan dapat dikembangkan, terutama pengembangan fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Keterampilan Kerajinan adalah salah satu bagian dari seni rupa yang lebih mengutamakan unsur Vocational, yaitu mengutamakan kemampuan proses dalam melakukan pekerjaan praktik, yang berkaitan dengan keahlian dan ketelitian dalam bekerja yang tercermin pada hasil karyanya.


2. Membentuk karakter siswa

Kemampuan psikomotorik berkaitan dengan penguasaan teknik dalam pengolahan dan penyajian media seni secara optimal melalui kegiatan eksplorasi dan esperimentasi memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman yang melekat dari latihan keterampilan kerajinan mengembangkan sikap dan keterampilan siswa menjadi disiplin, tertib, cermat dan sabar. Sebagaimana ketika siswa berlatih membuat karya kerajinan dengan kemampuan keterampilannya siswa harus ulet, semangat dan konsisten. Karena tanpa bekal karakter tersebut, pekerjaan membuat barang seni kerajinan tidak akan tercapai.


3. Model Pembelajaran Keterampilan Kerajinan

Model pembelajaran dipilih oleh guru agar guru dapat mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran. Yaitu guru akan lebih mudah melaksanakan tugas mengajar apakah pembelajaran materi atau praktik. Model pembelajaran merupakan tipe atau desain, membantu mevisualisasikan materi, suatu cara untuk menyampaikan asumsi, data, secara sistematis, suatu cara menyederhanakan sistem kerja, dan pilihan dalam penyajian materi pembelajaran.


Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keterampilan kerajinan perlu diplih, dipertimbangkan dan ditetapkan. Pertimbangan berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, bahan dan materi pembelajaran, kesesuaian dengan karakteristik siswa, serta pertimbangan efektivitas dan efesiensi waktu dan tenaga.
Karakter pembelajaran keterampilan kerajinan mengarahkan siswa agar dekat dengan alam. Sehingga Kompetensi Dasar Seni Rupa memetakan konsep, teori, dan keterampilan dapat tercapai melalui pembelajaran keterampilan kerajinan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah keharusan bari guru, dengan tujuan pembelajaran teori dapat tercapai, guru dapat memilih penyediaan modul, buku teks atau handout sangat tergantung pada kebutuhan siswa, metode tersebut dapat dipilih mana yang lebih tepat. Sedangkan untuk pembelajaran model inovatif, kreatif dan produktif pada praktik, guru dapat mengkombinasikan antara pemberian tugas praktek dengan kunjungan ke studio atau bengkel, serta mengunjungi pameran karya-karya seni kerajinan.
Sebagaimana pembelajaran cabang seni rupa lainnya di dalam pembelajaran keterampilan kerajinan siswa harus memahami konseptual, procedural dan sintesis pada materi keterampilan kerajinan. Tetapi disaat pembelajaran keterampilan, kemampuan utama yang dikembangkan adalah procedural, sesuai karakter materi pembelajaran.
4. Media Pembelajaran Keterampilan Kerajinan

Media pembelajaran pada pembelajaran keterampilan kerajinan adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk membantu menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar).


Pesan atau informasi tentang materi yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988:13). Khususnya di dalam pembelajaran keterampilan kerajinan media yang sesuai adalah media yang dapat membantu siswa memahami contoh-contoh barang seni kerajinan (gambar slide), dan tahap-tahap berkarya (animasi) serta teknik berkarya sebagai pengganti guru berdemonstrasi (video) secara ideal dapat disiapkan oleh guru. Namun bila ada kendala peralatan media audio dan visual (media digital), guru harus menyiapkan contoh gambar dan media dalam media analog (gambar dan bendal model), serta guru harus mampu melakukan demonstrasi praktik.
Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19). Terlebih lagi pada pembelajaran keterampilan kerajinan siswa harus mengalami sendiri bagaimana menggunakan alat dan mengekplorasi bahan serta melakukan berbagai teknik penggarapan pembuatan karya, secara kontekstual pengalaman studio atau bengkel sebagai media sangat dibutuhkan. Untuk meningkatkan kualitas pengalaman mengamati dan praktik berkarya siswa dapat diajak melihat pameran dan melihat cara berkarya yang sebenarnya di luar sekolah.
Yüklə 3,94 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   29   30   31   32   33   34   35   36   ...   45




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin