Topik 1: Dzalika Al-Kitabu



Yüklə 1 Mb.
səhifə6/13
tarix26.10.2017
ölçüsü1 Mb.
#14177
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13

لم يولد - lam yuulad (tidak boleh dibaca lam yuuladu)

Demikian penggunaan rumus U-A ini secara tuntas... tas... tas...

Kalau contoh yang tidak ada huruf illat, kita bisa cepat pakai rumusnya. Lihat contoh tabel diatas:

يفعل - yaf 'alu : dia sedang mengerjakan.

Kalau "dia dikerjakan", bagaimana? Gampang... Rumus U-A. Huruf pertama : ya jadi yu, huruf sebelum huruf terakhir : 'ain fathah menjadi 'a), sehingga menjadi

يقعل - yuf 'alu : dia sedang dikerjakan

Gampang sekali kan menggunakan rumus U-A ini?

Oke kita sudahi dulu topik ini. Sebagai penutup, kita ringkaskan ayat 3:

لم يلد - lam yalid --> (Dia / Allah) tidak beranak

و لم يولد --> (Dia / Allah) tidak diperanakkan.

Insya Allah kita masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas, pada topik selanjutnya. Oh ya... btw, kalau pelajaran ini terasa susah dan rada membosankan, kasih tahu ya...

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/23/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-49-ya-anita-rumus-u-u-i.html

Topik 50: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas. Di ayat ini kita bertemu dengan sebuah kata kerja khusus yang disebut كان - kaana. Kita akan pelajari kenapa dia disebut khusus, dan apa fungsi kaana ini. Insya Allah.

Baiklah kita tuliskan ayat 4:

و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad

wa= dan

lam= tidak



yakun= adalah (Dia)

la hu = bagi Dia

kufuwan = yang setara

ahad = seseorang

Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Kita belum bahas secara tuntas dulu. Nanti kita akan wrap-up dibagian akhir. Anda tentu sudah tahu tentang wa, lam, la hu dan ahad. Ahad artinya satu (orang), atau satu (sesuatu). Maka disini ahad saya terjemahkan satu (orang) = seseorang.

Fokus kita adalah kata يكن - yakun. Akar katanya adalah kaana كان. Kata kaana dan perubahan bentuknya (misal menjadi yakun) ini adalah spesial. Bahkan dalam buku-buku pelajaran tata-bahasa arab, pembahasan tentang kaana ini dibahas dalam satu sub-bab, atau bab tersendiri.

Mengapa dia spesial? Oke, mari saya bawakan sebuah perbandingan antara bahasa Inggriss dengan bahasa Arab.

Misalkan saya mengatakan: Umar seorang siswa. Dalam bahasa Arab saya mengatakan:

عمر طالب - umar thoolibun

Kalimat diatas adalah kalimat sempurna (artinya memberi faidah). Umar adalah seorang siswa. Masalahnya kita bisa bertanya lagi. "Jadi siswanya, dulu, atau sekarang". Nah disini mulai ada masalah. Informasi dari عمر طالب tidak memberikan indikasi waktu. Kenapa? Karena dalam bahasa Arab, sebuah kata benda tidak membawa indikasi waktu didalamnya. Perhatikan bahwa kata "Umar" adalah kata benda (isim), dan kata "thoolibun" juga kata benda.

Bagaimana dalam bahasa Inggris? Kita punya dua pilihan:

Umar was a student (Umar -dulu adalah seorang pelajar)

Umar is a student (Umar -sekarang adalah seorang pelajar)

Nah disini fungsi kaana muncul. Saya bisa mengatakan begini:

كان عمر طالباً - kaana Umar thooliban = Umar was a student

يكون عمر طالب - yakuunu Umar thooliban = Umar is a student

Ternyata dalam bahasa Arab salah satu cara memberikan indikasi waktu kepada sebuah kalimat berita adalah dengan menambahkan kaana atau yakuunu.

Ambil contoh dalam Al-Quran: doa Nabi Yunus sewaktu didalam perut ikan:

Laa ilaaha illa Anta: tidak ada Tuhan selain Engkau

Inni kuntu mina al-zholimiin:

إنى كنتُ من الظالمين - Indeed I was part of the wrongdoers = sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.

Lihat bahwa kuntu adalah kaana tapi untuk orang ke 1 laki-laki tunggal (Aku).

Insya Allah di topik 51 kita akan bahas salah satu fungsi kaana ini, yaitu me-rafa'kan mubtada menashab-kan khobar.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/25/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-50-latihan-surat-al-ikhlas-ayat-4.html

Topik 51: Makna Kaana

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT, kita masih membahas tentang Kaana. Kaana ini karena agak unik, maka kita perlu membahasnya, agak sedikit panjang ya... Gpp kan? Hehe...

Oke... Ingat kaana, tentu Anda ingat dengan "Kun Fayakun". Ya saya ingat sekali waktu kecil sering dikasih tahu orang-orang tua: "Apa yang tidak mungkin bagi Allah. Jika Dia ingin berbuat sesuatu, Dia tinggal berkata: Kun كن - jadilah, Fayakun فيكن - maka jadilah ia".

Nah, kun كن itu adalah bentuk kata kerja perintah (fi'il amr) dari كان sedangkan fayakun itu asalnya adalah fa yakuunu ف + يكون . Kenapa waw nya hilang, menjadi fayakun فيكن saja? Ini nanti akan dibahas pada Topik : Kalimat Syarat dan Jawab.

Oke kita tinggalkan dulu kun fayakun... Kalau ada waktu kita akan singgung lagi.

Sekarang kita masuk membahas, apa saja makna kaana كان. Oke kita akan lihat, dan bahas di topik ini. Sedangkan tugas kaana, akan kita bahas di topik 52.

Makna Kaana

Kana itu ada 3 macam maknanya, tergantung konteks. Apa saja itu?

1. Kaana berarti adalah/atau tidak terjemahkan (is atau was dalam bahasa Inggriss)

2. Kanaa bisa berarti menjadi (to become)

3. Kanaa bisa berarti selalu

Baiklah kita bahas satu-satu...

1. Kaana bermakna adalah. Contohnya begini.

Zaid was handsome (Zaid --adalah-- ganteng). Ada 2 alternatif:

زيد جميل - Zaidun Jamiilun

كان زيد جميلاً - kaana Zaidun Jamiilan

Dua-duanya bisa dipakai. Kalimat pertama menjelaskan bahwa Zaid itu ganteng. Sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa (dulu) Zaid itu ganteng (sekarang mungkin ganteng mungkin kurang ganteng).

Oh ya, kadang adalah itu tidak enak secara bahasa Indonesia, makanya kalau kaana dalam arti adalah ini, biasanya tidak diterjemahkan.

2. Kaana bermakna menjadi

Contohnya:

محمدٌ معلمٌ - muhammadun mu'allimun : Muhammad seorang guru

كان محمدٌ معلماً - kaana muhammadun mu'alliman : Muhammad telah menjadi seorang guru

يكون محمد معلماً - yakuunu muhammadun mu'alliman: Muhammad (sedang) menjadi seorang guru

3. Kaana bermakna senantiasa/selalu

Contohnya:

كان الله عليماً حكيماً - kaana Allahu 'aliiman hakiiman : Adalah (senantiasa) Allah (bersifat) Maha Mengetahui Maha Adil

Secara umum kaana itu berarti adalah. Tinggal dilihat apakah konteksnya KKL kaana, atau KKS yakuunu.

Insya Allah kita akan lanjutkan dengan sifat atau tugas Kaana ini, pada topik selanjutnya.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-51-makna-kaana-dan-tugasnya.html

Topik 52: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4, Fungsi Kaana

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah. Kita akan menyelesaikan, latihan ayat 4 ini. Tapi sebelumnya saya kasih pertanyaan sedikit. Di topik 50, kita sudah terjemahkan ayat 4, yaitu:

و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad

wa= dan


lam= tidak

yakun= adalah (Dia)

la hu = bagi Dia

kufuwan = yang setara

ahad = seseorang

Nah lalu saya nerjemahin begini:

Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Atau jika hendak diperhalus, kata adalah bisa dibuang (baca penjelasannya di topik 51), sehingga bisa menjadi:

Dan tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Loh mas bukannya kalau mau urut mestinya terjemahannya:

Dan tidak adalah bagi Dia yang setara seorang(pun).

Saya tidak terjemahkan demikian. Kenapa? Karena kita akan melihat tugas kaana. Bagaimana tugas kaana itu? Nih saya kasih istilah yang mungkin agak teknis dikit ya... Ok... Siap...?

Tugas Kaana

Kaana bertugas:

- Me-rafa'kan mubtada

- Me-nashab-kan khobar

Weh... weh... kalau mubtada dan khobar rasanya kite-kite sudah pernah dengar deh di topik-topik yang lalu. Oke... saya lagi baik hati. Saya ulangi sedikit ya. Kalau ambil contoh: Zaid ganteng زيدٌ جميلٌ - zaiduun jamiilun. Perhatikan Zaidun adalah mubtada (subjek), dan Jamiilun adalah khobar (prediket). Perhatikan dalam kondisi normal maka Zaid adalah rofa' (yaitu harokat akhir dhommah), sehingga dibaca Zaidun, bukan Zaidan, atau Zaidin. Dan dalam kondisi normal khobar juga rofa', maka dibaca Jamiilun.

Jadi ingat saja, rofa' atau marfu' itu = dhommah atau dhommatain. ُ atau ٌ .

Nah sekarang kalau kita lihat tugas nya kaana itu menashabkan khobar.

Ingat, nahsab = fathah atau fathatain. َ atau ً .

Sehingga kalau kita terapkan:

زيدٌ جميلٌ - zaiduun jamiilun : Zaid ganteng

Jika kita tambahkan kaana didepannya menjadi:

كان زيدٌ جميلاً - kaana zaidun jamiilan : (adalah) Zaid ganteng.

Oh ya, kalau suatu kata benda (isim), jika bersifat nakiroh (tidak ada al), maka ada tambahan alif, sehingga ditulis:

جميلاً bukan جميلً .

Nah kira-kira kita sekarang bisa membayangkan, bahwa kalaupun setelah kaana ada kata beda (isim) yang terbalik, maka metode penerjemahannya sama. Artinya dari kondisi apakah dia nashab atau rafa' kita bisa tahu mana subjek dan prediketnya.

Anggaplah saya (agak) salah, tertukar menuliskan:

كان جميلاً زيدٌ - kaana jamiilan zaidun

Karena kita tahu bahwa yang jadi mubtada (subject) adalah zaidun, maka kita menerjemahkannya:

(adalah) Zaid ganteng,

bukan


(adalah) Ganteng zaid.

Demikian juga dalam ayat 4 surat Al-Ikhlas ini, kita bisa lihat bahwa yang menjadi mubtada adalah احدٌ - ahadun : seorang(pun). Dan yang menjadi khobarnya adalah كفوًا - kufuwan (karena harokatnya fathatain setelah kaana).

Oleh karena itu ayat ini kita terjemahkan:

و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad

Dan tidak (adalah) [mubtada=ahadun] [khobar=kufuwan] [pelengkap=lahu].

Dan tidak (adalah) [seseorang(pun)] [yang serupa] [bagi Dia].

Semoga menjadi jelas ya. Insya Allah.... Alhamdulillah, akhirnya selesai kita bahas latihan surat Al-Ikhlas ini. Kita akan ketemau lagi minggu depan.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-52-latihan-surat-al-ikhlas-ayat-4.html

Topik 53: Efek Waktu & Kehebatan Bahasa Arab

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum lanjut ke topik Latihan surat-surat pendek yang lain, kita istirahat sejenak dengan melihat apa bedanya antara bahasa kita dengan bahasa Arab. Saya hanya sekedar sharing pengalaman belajar bahasa Arab dalam beberapa bulan ini.

Ternyata semakin dipelajari, semakin kita yakin mengapa bahasa Arab itu dipilih sebagai bahasa Al-Quran. Oh… ya, frekuensi penulisan mungkin agak berkurang, karena kesibukan saya saat ini didalam beberapa project.

Oke… baiklah. Apa sih hebatnya bahasa Arab? Tanpa banyak teori, mari kita lihat saja contoh berikut. Saya akan buat dua kalimat dalam bahasa Arab, yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa kita, terjemahannya persis sama.

يا أيها المؤمنون - yaa ayyuha almu’minuun : hai orang-orang beriman

يا أيها الذين آمن – yaa ayyuha alladzina aamanu : hai orang-orang beriman

Keduanya diterjemahkan sama dalam bahasa kita. Ya, bahasa kita tidak bisa menangkap beda keduanya. Padahal dalam bahasa Arabnya, kedua kalimat diatas ada bedanya.

Kalimat pertama, kata al-mu’minuun, artinya orang-orang yang beriman. Kapan berimannya? Ya tidak dijelaskan, bisa kemaren, bisa sekarang, dll. Sedangkan dalam kalimat kedua, kata-kata alladzina aamanu, artinya juga “orang-orang beriman” tetapi ini sifatnya orang tersebut saat ini sudah beriman, dan dia mulai berimannya di masa lalu. Dalam bahasa Arab, kata aamanu disebut fi’il madhy (KKL).

Ahli bahasa Arab, menggolongkan kalimat yang mengandung KKL itu hampir identik dengan kalimat sempurna dalam bahasa Inggris (Past Perfect Tense, atau Present Perfect Tense). Artinya kata kerja tsb telah sempurna selesai dikerjakan. Biar gak bingung saya kasih padanan bahasa Inggrissnya:

يا أيها المؤمنون - yaa ayyuha almu’minuun : O, believers

يا أيها الذين آمن – yaa ayyuha alladzina aamanu : O, people who have believed (atau O, people who had believe)

Nah terlihat bedanya kan. Pada kalimat pertama, kata-katanya netral saja, tidak ada keterangan waktu. Sedangkan pada kalimat kedua, kata kerja “percaya” itu telah selesai dengan sempurna (perfect tense).

Lalu apa pointnya Mas? Oke… yang ingin saya sampaikan adalah bahwa, penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, terkadang menyebabkan beberapa keterangan tambahan dalam bahasa Aslinya menjadi hilang dalam bahasa kita. Lihat dua kalimat diatas. Dua-duanya diterjemahkan menjadi kalimat yang persis sama dalam bahasa Indonesia. Ya, memang begitu. Tidak ada satu bahasapun didunia ini yang bisa diterjemahkan yang kompatibel 100%, pasti ada makna yang hilang atau berubah. Ini salah satu yang menjadi alasan, kenapa ada ulama yang tidak membolehkan Quran ditafsirkan. Dimana dikuatirkan, jika orang sudah tidak lagi membaca text asli (arabnya), dan hanya mengandalkan bahasa terjemahan, maka jelas maksud asli ayat bisa-bisa salah atau kurang lengkap bisa ditangkap oleh pembacanya.

Itu satu hal, kelemahan bahasa kita.

Lalu mungkin Anda akan berkata, hmm dalam bahasa Inggris ada padanan yang lebih kompatibel. Kalau begitu apa kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris?

Oke saya akan kasih contoh mengenai ini.

Salah satu kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris, antara lain, bahwa bahasa Arab tersusun dengan aturan yang sangat rigid (kokoh) sekali. Ibarat batu-bata yang tersusun rapi, ikatannya kuat sekali. Kalau satu bata hilang, kita masih bisa mereka bata yang hilang itu seperti apa. Satu kata dalam kalimat, saling terkait aturannya dengan kata yang sesudahnya dan kata yang sebelumnya. Saya pakai istilah forward correlation dan backward correlation. Ingat topik sebelumnya mengenai kaana, yang merafa’kan mubtada dan men-nashabkan khobar. Dengan pola misalkan spt ini:

AAA XXX YYY.

AAA adalah Kaana كان, maka dia mempengaruhi kata XXX dan YYY (mempengaruhi dua kata sekaligus). Dalam bahasa Inggris, sebetulnya kita temukan juga. Misalkan kata have/has.

I have spoken.

Kata have mempengaruhi kata speak, yang berubah menjadi spoken. Tapi kata have hanya mempengaruhi satu kata saja. Sedangkan dalam bahasa Arab bisa 2 kata sekaligus.

Dalam bahasa Indonesia,,, hehe… boro-boro… Kata spt ini (kata yang mempengaruhi kata lain) tidak ada ditemukan.

Contoh lain. Dalam bahasa Arab, kata depan (preposisi) atau disebut Huruf Jar, mempengaruhi kata setelahnya. Dalam bahasa Inggris tidak.

Rumah: بيت – baitun = a house

Dalam rumah: في بيتٍ : fii baitin

Dalam rumah : in a house

Lihat dalam bahasa Arab, kata asli baitun, begitu mendapat kata depan (didalam, fii) berubah jadi baitin. Dalam bahasa Inggris, tidak demikian, house tetap saja house (bukan menjadi housi atau housen), sehingga dibaca “in a house”, bukan “in a housen” layaknya bahasa Arab.

Apa manfaatnya ini? Kalau kita bayangkan, kata في - fi cetakannya agak buram, yang jelas hanya بيتٍ – baitin, maka kita tahu, pastilah kata yang hilang, atau cetakannya kurang jelas itu jenisnya kata depan, karena rumah disitu tertulis baitin (bukan baitun). Artinya korelasi dan sifat saling terkait antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab sangatlah massif (kokoh). Ini yang menyebabkan, tidak sembarangan bisa mengubah-ubah kalimat-kalimat dalam Al-Quran. Diganti satu kata (misalkan niatnya memalsukan), maka bagi yang mengerti kaidah tata bahasa Arab akan segera tahu, bahwa ada keanehan. Dibuang satu kata saja, akan terlihat jelas, sangking kokohnya keterkaitan antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab.

Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ini. Seperti huruf LAM nahi-jenis لا , yaitu LAM yang diikuti kata benda (isim) yang bersifat umum dengan harokat akhir fathah (bukan fathatain), maka pasti ada prediket (khobar) yang kadang dibuang. Contohnya:

No doubt (tidak ada keraguan), dalam bahasa Arabnya: لا ريب - Laa raiba.

Kata Laa dan Raiba saling massif (kokoh) keterkaitannya, dimana dalam hukum LAM Nahi Jenis ini mengatakan bahwa ada prediket yang dibuang, yaitu maujuudun, sehingga makna dari Laa Raiba itu adalah

Laa Raiba Maujudun = Tidak ada keraguan (yang wujud)

Atau

No doubt (that exists).



Kata-kata “that exist” itu sudah otomatis saja ada dalam pengertian bahasa Arab. Sehingga kata yang singkat Laa Raiba, tapi pengertiannya utuh. Beda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata “tidak ada keraguan”, keraguan apa? Atau, keraguan seperti apa? Ini belumlah jelas.

Kehebatan ke tiga.

Menurut saya kehebatan ke tiga bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa Inggris dan (apalagi) dengan bahasa kita adalah: bahwa bahasa Arab, ringkas tapi maknanya komplit. Mengapa? Ambil contoh kasus kata kerja dalam bahasa Arab. Ajaib, kata kerja dalam bahasa Arab sudah tercakup pelaku di dalammnya.

Contoh: قرأت - qora’tu (satu kata)

Dalam bahasa Indonesia = Saya telah membaca (tiga kata)

Dalam bahasa Inggris = I have read (tiga kata)

Contoh lain: سأقرأ – sa-aqra-u (satu kata)

Dalam bahasa Indonesia = Saya akan membaca (tiga kata)

Dalam bahasa Inggris = I will read (tiga kata)

Apa hebatnya? Lihat contoh-contoh diatas. Dalam bahasa Arab, satu kata kerja sudah melekat dua keterangan tambahan langsung:

- siapa yang melakukan

- kapan dilakukan

Bayangkan alangkah ringkas dan kompaknya bahasa Arab. Cukup dengan satu kata mengandung makna yang lengkap. Jelaslah buku terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris atau bahasa Indonesia biasanya akan jauh lebih tebal.

Dan masih banyak lagi bedanya, dimana dengan mengkaji perbedaan-perbedaan tersebut, kita bisa tambah yakin, bahwa dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh bahasa Arab, tepat sekali bahasa ini dipilihkan sebagai bahasa kitab Firman Allah yang terakhir (Al-Quran). Last but not least, bahasa Arab itu lebih mudah untuk dihafal. Karena susunannya bisa dibuat berima atau bersajak, maka kalimat-kalimatnya mudah untuk dihafal. Ingat kembali topik lalu, kata-kata bahasa Arab, kadang disusun dengan akar kata yang sama, tapi mendapat tambahan huruf sehingga artinya berbeda, tapi masih ada kaitan. Seperti janna (tertutup), majnun = orang gila (tertutup akalnya), jannah = syurga (tertutup dari orang kafir) , junnah = benteng (tertutup dari musuh), dsb. Keterkaitan itu membuat kosa-katanya lebih mudah untuk dihafal.

Seperti telah disebutkan juga di topik lalu, contoh kata ra'a : melihat, maka mar'ah = wanita (tempat jatuhnya (tertujunya) penglihatan), dsb. Juga bahasa Arab ada wazan-wazan (timbangan, pola, atau pattern) yang jika hafal akan lebih lebih memudahkan lagi untuk menghafalnya. Seperti, kataba = menulis, maktab = meja (tempat menulis), kaatib = penulis/pengarang (orang yang menulis), dll.

Allah SWT, berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al-Qomar 17,22,32,40

Perhatikan kata-kata li-dzikri, diterjemahkan sebagai untuk pelajaran. Dzikri dari akar kata dzakara, arti asalnya mengingat. Sehingga bisa dikatakan, telah dimudahkan Al-Quran itu untuk diingat.

Allah SWT akan menjaga keaslian Al-Quran itu, dengan cara dia mudah untuk dihafal. Tidak ada satupun buku didunia ini yang mampu dihafal oleh orang ribuan, bahkan jutaan orang, yang panjang pendeknya, titik komanya, bisa dihafal, tanpa salah sedikitpun. Subhanallah, wal-hamdulillah, waLLAHu Akbar.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/30/2007

http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-53-efek-waktu-kehebatan-bahasa.html

Topik 54: Latihan Surat Al-'Ashr (Pendahuluan)

Bimillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan mulai masuk ke surat pendek lainnya. Oh ya, saya janji untuk mengulas bacaan-bacaan sholat ya? Kalau boleh nawar, habis seluruh surat-surat pendek saja bagaimana? Atau bagi yang sudah gak sabar, sekarang kan banyak buku-buku mengenai sholat, disitu ada terjemahannya juga kan…

Masalah lain adalah sampai saat ini belum semua materi tatabahasa Arab kita sudah selesaikan. Masih banyak lho, materi yang belum. Contoh, masalah inna atau anna. Kemudian KKT 3 s/d 7, juga belum kita bahas. Berikut hal-hal yang kecil-kecil, seperti Jamak Taksir, belum kita perdalam. Sebagai perbandingan, dalam buku-buku standar pelajaran babasa Arab, Jamak Taksir (kata benda jamak tidak beraturan) saja dibahas dalam satu sampai dua bab sendiri. Dari seluruh peta perjalanan, kita sudah sampai mana? Saya katakan sampai topik 53 ini kita baru menyentuh 10 – 15% materi… wuihhh…. Still long way to go man!!! Gpp… tetap semangaaattt!!!

Baiklah, kita masuk ke latihan surat Al-‘Ashr, surat ke 103 di Al-Quran. Surat ini pendek sekali hanya 3 ayat. Tapi banyak sekali pelajaran bahasa Arab yang akan (Insya Allah) kita pelajari. Apa saja? Seperti biasa, fokus latihan kita adalah:

1. Mendapatkan mufrodad (vocabulary) baru

2. Mempelajari tata-bahasa (nahwu – shorof)

3. Menyinggung sedikit mengenai ahamiatuhu (nilai penting)nya, berupa tafsir dari beberapa ulama.

Di topik 54 ini kita akan bahas point no. 3 yaitu ahamiyyah - nilai pentingnya (أهمية) surat Al-‘Ashr ini. Seperti biasa kita pakai beberapa kitab tafsir seperti Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Azhar. Oke... sebelum menyinggung ahamiyyah surat ini, maka saya akan “janjikan” dulu dari aspek tatabahasa (point 2) kira-kira kita akan belajar apa?

Oke... Dalam surat ini, banyak pelajaran tatabahasa yang kita bisa pelajari. Inilah peta perjalanannya:

1. Mengetahui makna dan fungsi waw- و

2. Makna dan fungsi Inna - إنّ atau Anna أنّ

3. Pemakaian LAM taukid (penguat)

4. Pemakaian kata pengecualian illa إلاّ

5. Bentuk Jamak Salim Muannats

6. KKT 4 (Kata Kerja Turunan ke 4) dengan wazan تفاعل

Wuih... banyak juga ya... Hehe... no worries, laa tahzan... sabar ya... Insya Allah kita akan pelajari satu-satu... Kalau bisa sih dalam topik yang terpisah biar lebih fokus ya... Insya Allah...

Ahammiyah Surat Al-Ashr

Surat ini merupakan surat yang termasuk golongan surat Makiyyah, atau surat yang turun dalam periode sebelum Hijrah. Sebagian kecil salaf, seperti Mujahid, Qatadah, dan Muqotil memasukkan kedalam golongan Madaniyah, tetapi mayoritas memasukkan ke dalam kategori Makkiyyah. Ciri-ciri surat Makkiyyah sangat kental di surat ini. Surat Makkiyyah datang pada masa-masa awal Islam. Ayat-ayatnya biasanya pendek-pendek, tapi jelas, dan lantang terdengar ditelinga. Siapa yang melintas mendengar, akan tersentak, dan terdiam untuk mendengarkan.

Pesan yang singkat, padat, dan pendek lebih memancing perhatian orang. Lihatlah poster-poster iklan sekarang. Tidakkah mereka pakai strategi itu juga. Contoh, salah satu operator seluler baru iklannya spt ini:

“Gratis SMS ke sesama X, Mau?”

Atau iklan pembasmi nyamuk:

“Yang lebih bagus? Yang lebih mahal banyak!”

Atau iklan waktu Pilpres kemaren:

“Bersama kita bisa!”

Ya, ilmu komunikasi massa sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri. Dalam dunia marketing kita kenal istilah yang sangat masyhur: Marketing Mix 4 P. Yaitu Product, Place, Price, Promotion. Nah promosi (iklan) itu sudah menjadi pilar marketing sendiri. Dan lihatlah, strategi yang disampaikan Al-Quran 15 abad yang lalu, dimasa-masa awal Islam, pada masa introduction (pengenalan produk ke masyarakat), bahasa-bahasa iklan yang sesuai dengan psikologi massa sudah digunakan. Bahasanya singkat, padat, dan lantang.

“DEMI MASA”

Coba banyangkan kalau ada orang yang berbicara keras, ditengah kerumunan orang, dengan kalimat singkat diatas “Demi Masa!”. Tentulah akan menarik perhatian orang disekitarnya. Apa maksudnya nih... “Demi Masa”? Kenapa? Ada apa dengan waktu?

Itulah salah satu mu’jizat Al-Quran. Bahasanya sangat manusiawi. Menyentuh semua level kepandaian. Dari orang rata-rata sampai genius. Dari buruh & petani sampai saudagar. Dari tamatan SD sampai Profesor. Semua bisa memahami Al-Quran dengan bahasanya yang menyentuh tsb.


Yüklə 1 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin