Diktat kuliah


(bahasa Indonesia profesi;imamsyafi’ie,136-140)



Yüklə 0,7 Mb.
səhifə9/15
tarix26.07.2018
ölçüsü0,7 Mb.
#59536
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   ...   15

(bahasa Indonesia profesi;imamsyafi’ie,136-140)

Kepaduan pada sebuah paragraf terbagi ke dalam dua macam, yakni kepaduan makna dan kepaduan bentuk.



        1. Kepaduan Makna (Koheren)

Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu-satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang ataupun loncatan-loncatan pikiran yagn membingungkan.

Jika suatu paragraf tidak memiliki kepaduan seperti itu, maka pembaca akan mengalami banyak kesulitan untuk memahaminya. Pembaca akan menemukan loncatan-loncatan pikiran dan hubungan-hubungan gagasan yang tidak logis. Paragraf yang dihadapinya hanya sebuah kumpulan kalimat yang tidak jelas ujung pangkalnya.

(1)Pada masa Orde Baru, masyarakat dan media massa tidak bebas menyampaikan dan menerima informasi secara terbuka. Dalam kurun waktu yang cukup panjang dan membosankan itu, banyak sekali terjadi pembredelan pers, pencabutan SIT, dan pembatalan SIUPP sebagai wujud budaya komunikasi politik yang memakai model top-down itu. Bahkan, Mahkamah Agung (MA), yang seharusnya tidak ikut-ikutan melakukan pembredelan, justru ikut melakukannya dengan “mengamini” sistem kekuasaan yang menjadikan hukum sebagai perisai dan sekaligus sebagai tumbal (korban) kekuasaan politik.

(2)Crayon Shin-chan menyebar bak virus. Tak aneh bila pandangan anak kecil berusia lima tahun itu penuh dengan visualisasi dan imajinasi seksual. Di negeri asalnya, Crayon memang bukanlah bacaan anak-anak, melainkan untuk kalangan remaja. Dia ada di tangan mungil anak-anak berusia lima tahun, di mal, di pinggir jalan, di toko buku, dan di layar televisi. Dia menciptakan kehebohan. Dia menimbulkan rasa ngeri di rumah tangga Indonesia karena hidup bak tumor yang menjalar ke dalam tubuh anak-anak. Bila terjadi kontroversi yang dahsyat di Indonesia, itu lebih disebabkan oleh keteledoran penerbitnya, PT Indorestu Pacific. Awalnya, penerbit tersebut sama sekali tidak memberikan batas usia untuk membaca komik itu. Namun, protes berhamburan dengan deras dan tak henti-henti. Akhirnya, penerbit itu mulai melekatkan label batasan bacaan untuk usia 15 tahun ke atas.

Paragraf (1) mengungkapkan gagasan tentang ketidakbebasan masyarakat dan media masa dalam menyampaikan dan menerima informasi secara terbuka pada masa Orde Baru. Gagasan tersebut didukung secara kompak oleh kalimat-kalimat penjelas yang ada di bawahnya. Tidak dijumpai kalimat yang menyimpang atau yang meloncat jauh dari gagasan tersebut.

Hal tersebut berbeda dengan paragraf (2) yang memperlihatkan ketidakpaduan gagasan. Adalah benar bahwa kalimat-kalimatnya berbicara dalam lingkup pembahasan yang sama, yakni tentang Shin-chan. Tetapi, karena pembahasannyia meloncat-loncat, paragraf itu menjadi sulit dipahami. Hubungan kalimat-kalimatnya tidak logis. Focus pembahasannya tidak saling mendukung. Gagasan pertama tentang kontroversi komik Shin-chan dan yang lainnya mengenai pengaruh negatif yang ditimbulkannya.

2.Kepaduan Bentuk (Kohesif)

Apabila kepaduan makna berhubungan dengan isi, maka kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja sebuah paragraf padu secara makna atau koheren. Dalam arti, paragraf itu mengemukakan satu gagasan utama. Tetapi belum tentu paragraf tersebut kohesif, didukung oleh kata-kata yang padu.76

Kekohesifan sebuah paragraf dapat ditandai oleh:


  1. hubungan penunjukkan, yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, berikut, tadi;

  2. hubungan pergantian, ditunjukkan oleh kata-kata saya, kami, kita engkau, anda, mereka, ia; bentuk ini, itu, dan sejenisnya dapat pula berfungsi sebagai penanda hubungan penggantian;

  3. hubungan pelesapan, ditandai oleh penggunaan kata sebagian, seluruhnya;

  4. hubungan perangkaian, ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, selain itu, kecuali itu, jadi, akhirnya, namun demikian;

  5. hubungan leksikal, ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata, sinonim, atau hiponim.

Contoh:

  1. Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.

  2. Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

Paragraf (1) sudah koheren dan kohesif, sudah padu dan baik secara makna maupun menurut bentuknya. Paragraf tersebut didukung oleh kekompakan kata-kata yang digunakannya.
kekohesifan paragraf tersebut, antara lain, ditandai oleh:

    1. penggunaan kata ganti –nya, misalnya dalam kata buahnya, daunnya;

    2. pengulangan kata, seperti anggur, tumbuk, kita, wajah;

    3. penggunaan kata penunjuk, seperti itu;

    4. penggunaan kata perangkai (konjungsi), seperti lalu, setelah itu;

    5. penggunaan hiponim pohon, daun.

Gagasan utama paragraf (2) adalah masalah naik-turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian, koherensi paragraf tersebut sudah terpenuhi. Namun demikian, karena tidak memiliki kohesifitas yang baik, maka gagasan tersebut menjadi sulit dipahami.

Masalah utamanya yang dijumpai dalam paragraf tersebut adalah ketiadaan kata perangkai yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Padahal kata perangkai sangat penting untuk menunjukkan jalan pikiran penulis tentang masalah yang dikemukakannya. Misalnya, apakah jalan pikirannya itu disusun dalam hubungan sebab akibat, akibat sebab, atau yang lainnya.

Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya, menjadi:

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530, 7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.



F.Macam-macam Paragraf

1. Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:77



  1. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemudian disusul oleh penjelasan-penjelasan terperinci terhadap gagasan utama.

Contoh:


Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami imbas krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbu 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun.

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat yang mengandung gagasan utama. Hal ini tampak pada pernyataannya yang merangkum seluruh pernyataan dalam paragraf itu. kalimat-kalimat selanjutnya hanya merupakan perincian dan penjelasan lebih lanjut terhadap gagasan utamanya itu.



    1. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudian dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat.

Contoh:


Baik di Indonesia maupun di negaranya sendiri, Shin-chan tidak dianggap sebagai role model yang baik buat anak-anak. Protes pun bermunculan. Ruang surat pembaca di koran-koran dipenuhi dengan keberatan para otang tua terhadap komik yang laris manis itu. umumnya surat itu datang dari kalangan ibu. Menurut mereka dalam suratnya, kelakuan negatif Shin-chan ternyata diikuti oleh anak-anak. Shin-chan, di mata para orang tua Indonesia, adalah setan kecil penebar virus.

Paragraf di atas dengan jelas mengungkapkan gagasan bahwa Shin-chan merupakan komik yang menebarkan pengaruh yang berbahaya. Dalam paragraf itu diungkapkan dengan setan kecil penebar virus. Gagasan tersebut terdapat dalam kalimat terakhir. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan penjelasan. Dalam kalimat-kalimat itu diungkapkan sejumlah fakta tentang respons negatif terhadap komik Shin-chan. Dari fakta-fakta tersebut kemudian pembaca dibawa kepada kesimpulan bahwa komik Shin-chan itu berbahaya.



    1. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.

Contoh:


Saya berkeyakinan kalau Indonesia memfokuskan diri pada sektor agrobisnis, tidak ada Negara lain yang mampu menandingi kita. Agar reformasi tersebut dapat terjadi, yang over valued harus dihindari. Memang, krisis ekonomi yang sedang berlangsung, telah mengoreksi nilai tukar kita. Dalam hal ini, pemerintah tidak perlu memaksa rupiah menguat, tetapi biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya. Yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan diri terhadap nilai tukar yang ada dengan mendorong industri-industri yang mempu survive apda nilai tukar yang ada, yakni sektor agrobisnis. Bagi sektor agrobisnis, semakin melemah rupiah –asal stabil-, akan semakin baik. Apabila sektor ini sudah berjalan dengan baik, tidak mustahil Negara kita akan menjadi salah satu negera yang ekonominya tertangguh di dunia.

Gagasan utama paragraf tersebut adalah agrobisnis merupakan sektor terpenting bagi bangkitnya perekonomian Indonesia. Gagasan tersebut dinyatakan dalam kalimat pertama. Setelah diselingi dengan kalimat-kalimat penjelas, gagasan tersebut ditegaskan kembali dalam kalimat terakhir dengan rumusan yang berbeda



    1. Paragraf Deskriptif/Naratif

Di samping ketiga jenis paragraf di atas, dijumpai jenis paragraf lainnya. Jenis paragraf yang terakhir ini gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Dengan kata lain, paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Semua kalimatnya merupakan kalimat penjelas dengan gagasan utamanya tersirat pada kalimat-kalimat itu. Jenis paragraf ini umumnya dijumpai pada karangan-karangan deskripsi dan narasi atau pada paragraf yang menggambarkan/menceritakan suatu hal. Oleh karena itu, paragraf jenis ini disebut paragraf deskriptif atau paragraf naratif.

Contoh:


Sikap santun dan penuh hormat kepada Umi bersemi sejak kanak-kanak. Umi disayang semua orang, mulai dari kakek, nenek, ayah saya pokoknya semua memanjakan beliau. Sampai dia dapat suami, suaminya pun sayang dan memanjakan Umi saya. Umi orangnya aktif sehingga jarang memasak untuk keluarga. Sekali memasak, Umi membuat rendang banyak-banyak untuk kebutuhan satu bulan, atau satu minggu karena Umi sering pergi lama untuk urusan organisasi. Yang memasak Bapak, yang memperbaiki kompor dan berusaha dan memanjakan Umi juga Bapak.

Paragraf di atas mendeskripsikan sikap orang-orang terhadap Umi. Gagasan tersebut tampak pada setiap kalimatnya. Mulai dari kalimat pertama hingga kalimat terakhir, semuanya menggambarkan Umi yang disenangi orang-orang disekelilingnya.

2. Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan atas:

a.Paragraf Pembuka

Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantarkan karangan itu, atau mengantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat-sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan.

Alat untuk menimbulkan minat para pembaca yang dapat dipergunakan dalam sebuah paragraf pembuka, dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis karangan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya: Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subjek tersebut; menunjukkan mengapa subjek itu sangat penting; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan suatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat juga membuka karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Perhatikan bagian dari pendahuluan kutipan berikut:

Pelajaran bahasa mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan matapelajaran-matapelajaran lain, oleh karena itu ia akan menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh matapelajaran-matapelajaran lainnya. Hasil pekerjaan remedi yang dilakukan oleh para ahli dalam membantu murid-murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas. Antara lain dapat disebutkan di sini hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Dr. Fernald.”

Pada umumnya murid-murid yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala-gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan perkembangan mental anak-anak yang baik penggunaan bahasanya. Biasanya anak-anak yang kurang mampu berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik penguasaan bahasanya, dan anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naik kelas, ia sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah ada di antara mereka yang kecerdasannya akhirnya melebihi kecerdasan anak yang tadinya dianggap guru lebih cerdas. Dalam pergaulan di sekolah pun anak itu tidak lagi bersifat malu-malu dan suka mengasingkan diri, ia menjadi anak yang periang dan disukai teman-temannya dalam pergaulan.

Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita, betapa pentingnya pengajaran bahasa dan oleh karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya.

Paragraf pertama dari kutipan ini, yang merupakan paragraf pembuka, menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa bagi setiap orang. Sebenarnya kutipan di atas seluruhnya merupakan pendahuluan dari sebuah artikel. Namun demikian bagian itu sendiri dapat dibagi lagi atas paragraf pembuka dan paragraf-paragraf lainnya sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.



b.Paragraf Penghubung

Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antarparagraf dengan paragraf itu teratur, serta disusun secara logis.

Sifat paragraf penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan yang bersifat deskriptif, naratif, argumentasi, dan eksposisi Paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.

Apabila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf yang menekankan pendapat pengarang.



c.Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf penghubung.

Seperti halnya, dengan kedua macam paragraf di atas, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. Dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan yang diskursif atau kontroversial yang dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka kesimpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis.

Namun apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat diputuskan begitu saja. Hal yang paling esensi adalah paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada para pembacanya.

Apabila kita memperhatikan kembali kutipan di atas, maka tampak bahwa paragraf pertama merupakan paragraf pembuka, sedangkan paragraf kedua dan ketiga merupakan paragraf penghubung, sedangkan paragraf keempat merupakan paragraf penutup. Paragraf kedua dan ketiga memperinci apa yang sudah dikatakan secara umum dalam paragraf pembuka, memberikan contoh-contoh konkrit untuk menghidupkan apa yang disebut secara umum dalam paragraf pembuka. Paragraf keempat fungsinya tidak lain daripada menunjukkan secara singkat apa yang telah diuraikan sebelumnya

G.Pengembangan Paragraf

Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik.78

Dengan bijaksana..... danargumentasi.79


  1. Paragraf Narasi

Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama yakni tokoh-tokoh, kejadian, latar atau ruang dan waktu.

Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi. Narasi fiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiktif disebut juga narasi sugestif. Contohnya: novel dan cerpen. Narasi nonfiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, sesuatu yang ada dan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori. Contohnya: biografi dan laporan perjalanan.



Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut.

Narasi fiksi (1)

Narasi nonfiksi (2)

    1. Menyampaikan makna/amanat secara tersirat; sebagai sarana rekreasi rohaniah.

    2. Menggugah imajinasi

    3. Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.

    4. Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.

    1. Menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.

    2. Memperluas pengetahuan/wawasan.

    3. Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.




    1. Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.

Contoh:

  1. Sebagai seorang wartawan budaya, Herlita ditugaskan untuk meliput pameran patung-patung dari Ganje, sebuah kota di Iran Barat Laut yang letaknya tidak jauh dari kota Bakau, bekas wilayah Azerbaijan, Soviet. Herlita telah lama mendengar bahwa patung-patung dari Ganje banyak memendam hal-hal ajaib dan mengandung unsur-unsur magis. Misalnya saja, Herlita tahu bahwa menurut legenda, patung-patung dari Ganje tidak dibuat oleh tangan manusia tapi oleh angin yang mengabulkan permintaan batu-batu untuk membuatnya lebih berbentuk.

  2. Sikap santun dan penuh hormat kepada Umi bersemi sejak kanak-kanak. Umi disayang oleh semua orang, mulai dari kakek, nenek, ayah dan saya pokoknya semua memanjakan beliau. Sampai dia dapat suami, suaminya pun sayang dan memanjakan Umi. Umi orangnya aktif sehingga jarang memasak untuk keluarga. Sekali memasak, Umi membuat rendang banyak-banyak untuk kebutuhan satu bulan, atau satu minggu karena Umi sering pergi lama untuk urusan organisasi. Yang memasak Bapak, yang memperbaiki kompor dan berusaha dan memanjakan Umi juga Bapak.

  1. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.

  1. Pola Spasial

Pola Spasial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. dengan teratur, penulis menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografis (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan); deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut-turut hingga tingkat terakhir; penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.

Contoh:


Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu memberikan pancaran hangaat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

  1. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spasial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan suatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.

Contoh:


(1)Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing di atas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengawasi ke muka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon di antara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekalian temannya sejajar dengan dia.

(2)Di antara daun kayu tampak kepada mereka tebing itu turun ke bawah; di kakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-bentar sapi mendengus dan binatang-binatang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluar cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Di keliling pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.



  1. Yüklə 0,7 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   ...   15




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin