Betul Salah
Bergantung kepada/pada tergantung dari
Tergantung daripada
Bergantung dari
Berbeda dengan berbeda dari/daripada
Disebabkan oleh disebabkan karena
Hormat akan/kepada/terhadap hormat atas/sama
Berdasar pada/kepada(berdasarkan) berdasarkan atas/pada/kepada
Terdiri atas terdiri/terdiri dari
Sesuai dengan sesuai
Bertemu dengan bertemu/bertemu sama
Dalam karangan sebaiknya dipakai kata-kata yang lugas, yaitu kata yang bersahaja, apa adanya, tidak berupa frase yang panjang. Perhatikanlah contoh berikut dan bandingkan!
-
Sepanjang pengetahuan saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah diadakan penelitian.
Setahu saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah diteliti.
-
Setelah diberikan penjelasan secara mendalam, mereka tidak melakukan pengrusakan terhadap toko-toko itu.
Setelah dijelaskan secara mendalam, mereka tidak merusak toko-toko itu.
-
Untuk memungkinkan kami memberikan penilaian secara tepat, kami sangat memerlukan data dari Saudara.
Agar kami dapat menilai secara tepat, kami memerlukan data dari Saudara.
Jadi, dalam karangan sedapat-dapatnya dipakai kalimat lugas dan ringkas.
-
Penalaran
Menguasai kaidah-kaidah bahasa dan diksi yang tepat belum menentukan bahwa kalimat itu sudah efektif. Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis. Kalimat logis (kalimat yang masuk akal) dapat dipahami dengan mudah, cepat, dan tepat serta tidak menimbulkan salah paham. Perhatikanlah contoh berikut ini!
Tidak logis Logis
Saya belum jelas Saya belum mengerti.
Pemenang terbaik II mendapat hadiah Pemenang II (juara II) mendapat hadiah
Rp 500.000,00 Rp 500.000,00
-
Keserasian
Efektif tidaknya suatu bahasa ditentukan juga oleh faktor keserasian/kesesuaian, yaitu serasi dengan pembicara/penulis dan cocok dengan pendengar/pembaca serta serasi dengan situasi dan kondisi bahasa itu dipergunakan. Dalam hubungan dengan keserasian haruslah diperhatikan pemilihan ragam bahasa. Dalam karya ilmiah harus dipergunakan ragam baku. Ragam baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan benar atau tidak-nya penggunaan bahasa, baik ragam lisan maupun ragam tulis. Ragam baku diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan dari taman kana-kanak sampai perguruan tinggi.
BAB V
PENYUSUNAN PARAGRAF
-
Batasan Paragraf
Kita sering mendengar istilah paragraf, bahkan sering pula kita menggunakannya. Namun, bila ditanya apakah paragraf itu, kita akan sulit juga untuk memberikan jawaban yang paling tepat. Atau, kalau kita dipaksa untuk memberikan jawaban, kemungkinan jawaban yang muncul akan bervariasi. Kevariasian itu terjadi, sebab kemungkinan jawaban yang muncul itu bertolak dari suatu tinjauan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada beberapa batasan yang diberikan oleh beberapa ahli berikut ini.
-
W.J.S. Poerwodarminta
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa paragraf ialah bagian dari bab dalam buku.
-
The Liang Gie dan A. Widyamartaya
Dalam Kamus Seni Mengarang dikatakan bahwa paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.
-
Harimurti Kridalaksana
Dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa paragraf ialah (1) satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau kelompok kalimat yang berkaitan.
-
Soedjito dan Mansur Hasan
Dalam buku Seni Membina Paragraf diuraikan bahwa paragraf ialah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
-
Gorys Keraf
Dalam buku Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa dipaparkan bahwa alinea (baca: paragraf) bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam makna dari kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat, Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian yang membentuk sebuah gagasan. 65
-
Kosasih (2004: 40) Paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.66
-
Dosen PBSI menjelaskan bahwa paragraf mempunyai beberapa pengertian: (1) paragraf adalah karangan mini. Artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya, dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.67
Sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat digunakan. Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi, sebagai kesatuan gagasan menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu gagasan.
Batasan-batasan di atas merupakan jawaban terhadap pertanyaan apakah paragra itu. bertolak dari batasan-batasan tersebut, berikut ini dikemukakan batasan tentang paragraf yang relatif lebih lengkap. Paragraf ialah bagian dari bab dalam karangan atau buku yang terdiri atas seperangkat kalimat tersusun logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan atau buku.
-
Unsur-unsur Paragraf
Yang Dimaksud dengan unsur-unsur paragraf ialah beberapa unsur yang membangun paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu (1) transisi, (2) kalimat topik, (3) kalimat pengembang, dan (4) kalimat penegas.68 Keempat unsur tersebut kadang-kadang tampil bersama-sama, kadang-kadang hanya sebagian. Karena itu, kadang-kadang paragraf itu mengandung dua unsur, tiga unsur, dan kemungkinan empat unsur. Masing-masing unsur paragraf itu akan dijabarkan lebih rinci berikut ini
Transisi ialah penanda hubungan yang menghubungkan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain yang berdekatan. Transisi ini merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang bergerak atau mengingatkan pembaca ke arah mana ia sedang bergerak atau mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf baru bergerak searah dengan gagasan paragraf sebelumnya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang keutuhan dan kepaduan paragraf.
Kehadiran transisi dalam suatu paragraf suatu keharusan. Hal ini bergantung pada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu ada transisi untuk kejelasan informasi, transisi wajar ada. Sebaliknya, bila pengarang dapat mengungkapkan gagasannya secara jernih tanpa transisi, maka transisi tidak perlu dihadirkan dalam paragraf tersebut.
Transisi ini ada dua macam, yaitu transisi berupa kalimat dan transisi berupa kata. Transisi berupa kalimat memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan pengantar topik utama yang akan dibicarakan. Transisi kalimat ini tidak berfungsi sebagai kalimat topik. Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila suatu paragraf memiliki transisi kalimat, maka kalimat topik terletak setelah transisi tersebut. Contoh transisi kalimat dapat dilihat pada kutipan paragraf berikut.
Contoh:
Pada dasarnya, tatabahasa itu meliputi tiga hal, yakni fonologi, morfologi, dan sintaksis. Ketiga hal tersebut memiliki bidang kajian yang berbeda-beda. Fonologi berhubungan dengan kajian tata bunyi, morfologi mengenai kajian tatakata, dan sintaksis membicarakan tatakalimat.
Penanda transisi kata atau kelompok kata, jumlahnya banyak dan berjenis-jenis. Pada garis besarnya, penanda transisi kata atau kelompok kata itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-
Penanda hubungan kelanjutan, misalnya : dan, lagi, serta, lagi pula, tambahan lagi, dan sebagainya;
-
penanda hubungan urutan waktu, misalnya : dahulu, kini, sekarang, sebelum, kemudian, setelah, sementara itu, dan sebagainya
-
penanda klimaks, misalnya : paling, se . . . nya;
-
penanda perbandingan, misalnya : sama, seperti, ibarat, baik, bagaikan, laksana, dan sebagainya;
-
penanda kontras, misalnya : tetapi, biarpun, meskipun, walaupun, dan sebagainya;
-
penanda urutan jarak, misalnya : sebelah, jauh, dekat, di sini, dan sebagainya;
-
penanda ilustrasi, misalnya : umpama, contoh, misalnya, dan sebagainya;
-
penanda sebab akibat, misalnya : karena, sebab, akibatnya, dan sebagainya;
-
penanda pengandaian, misalnya : jika, kalau, andaikata, seandainya, dan sebagainya; dan
-
penanda kesimpulan, misalnya : kesimpulannya, ringkasnya, secara garis besar, umumnya, dan sebagainya.
Dalam pengungkapan gagasannya/pikiran69 itu, sebuah paragraf didukung oleh unsur-unsur tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Unsur-unsur itu disebut dengan gagasan utama (kalimat topik) dan gagasan penjelas (kalimat pengembang).
Gagasan utama (kalimat topik) adalah gagasan yang gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit atau secara implisit. Gagasan utama yang eksplisit dijumpai dalam jenis paragraf deduktif, induktif, atau paragraf campuran. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat utama yang letaknya bisa di awal, di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf. Sementara itu, gagasan utama yang implisit umumnya dijumpai dalam paragraf deskriptif atau naratif. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama tersebut pada seluruh kalimat dalam paragraf itu.
Tidak ada ciri umum tentang suatu kalimat utama. Yang jelas, secara maknawi, kalimat utama menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isi kalimat dalam paragraf itu. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah. Kalimat itu, antara lain, ditandai oleh kata-kata kunci berikut.
-
Sebagai kesimpulan . . .
-
Yang penting . . .
-
Jadi, . . .
-
Dengan demikian . . .
-
Intinya . . .
-
Pokoknya . . .
-
Pada dasarnya . . .
Gagasan penjelas (kalimat pengembang) adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.
Sesuai dengan namanya, kalimat penjelas dapat berisikan:
-
uraian-uraian kecil,
-
contoh-contoh,
-
ilustrasi-ilustrasi,
-
kutipan-kutipan, atau
-
gambaran-gambaran yang sifatnya parsial.
Contoh:
Karyawan-karyawan di suatu kantor tidak dapat bekerja dengan tenang karena kepala kantornya bersikap keras dan kaku. Sering kali dia bersikap seakan-akan dia sendiri yang paling benar. Semua kehendaknya harus diikuti. Akibatnya suasana kerja di kantor itu sama sekali tidak menyenangkan.
Gagasan utama paragraf di atas adalah karyawan tidak dapat bekerja dengan tenang karena sikap kepalanya yang keras dan kaku. Gagasan tersebut dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat pertama. Penjelasan terhadap gagasan itu dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang ada di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut menyatakan ilustrasi tentang sikap keras dan kaku seorang kepala kantor beserta akibat yang ditimbulkannya.
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak. Kalimat tersebut dihadirkan apabila pengarang merasa perlu mempertegas gagasan yang telah disampaikan terlebih dahulu. Namun, apabila informasi atau gagasan yang disampaikan itu cukup jelas maka kehadiran kalimat penegas itu tidak diperlukan.
Kehadiran kalimat penegas ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik, dan sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan atau sebagai penarik minat pembaca. Karena fungsinya yang seperti itu, kehadiran kalimat penegas itu bersifat mana suka.
Contoh:
Di mana-mana, anggota masyarakat membicarakan kenaikan harga. Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur yang semakin meningkat. Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. Pengusaha bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bis. Abang becak secara diam-diam sepakat menaikkan tarif becak menjadi dua kali lipat. Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya. Pegawai kecil asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. Pendek kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.
-
Ciri-ciri paragraf:
-
Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Karangan berbentuk turus yang tidak bertakuk (block style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antar baris lainnya.
-
Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik
-
Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik
-
Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.70
Karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya.
Lebih jauh dari itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya
-
Fungsi paragraf:
-
Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
-
Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
-
Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
-
Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
-
Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri dari beberapa variabel.71Sedangkan menurut Imam Syafi’I kegunaan paragraf di antaranya (1)diketik…..72
Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing berisi pikiran-pikiran mewujudkan keseluruhan karangan. Meskipun begitu, sebuah paragraf sudah merupakan satu sajian informasi yang utuh.
Ada kalanya, sebuah karangan terdiri hanya satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu pikiran. Untuk mewujudkan suatu kesatuan pikiran, sebuah paragraf yang terdiri dari satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang (penjelas) dapat kita polakan sebagai berikut: pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas, atau pikiran pendukung.
Pikiran-pikiran pengembang itu dapat dibedakan kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiran penjelas. Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung dan tiap pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Salah satu dari cara merangkai kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu adalah menempatkan kalimat utama pada awal paragraf (sebagai kalimat pertama) yang kemudian disusul dengan kalimat-kalimat pengembang. Setelah kita berikan pengembangan yang memadai dan ditutup dengan kesimpulan.
E.Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Paragraf yang baik harus memiliki ketentuan, yaitu kesatuan, kepaduan dan kelengkapan paragraf.73 Untuk kesatuan paragraf, dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Contoh:
Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi, tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu, sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut kepentingan negara lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang memungkinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namun, untuk mencukupi kebutuhan ini tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan. Oleh sebab tiu, masalah utama setiap negara selain meningkatkan kesejahteraan negaranya, juga mempertahankan eksistensinya yang meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan bangsa, dan keutuhan wilayahnya.
Paragraf di atas membicarakan satu tema atau gagasan pokok, yaitu masalah utama setiap bangsa. Gagasan pokok itu dirinci atau dijelaskan oleh beberapa gagasan penunjang sebagai berikut:
-
setiap negara seharusnya mampu menghidupi dirinya sendiri,
-
tidak semua negara kondisinya memungkinkan; dan
-
diperlukan hubungan dengan negara lain.
Rincian tersebut dirangkaikan sedemikian rupa, sehingga mampu membuahkan satu kesatuan paragraf yang bulat
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu berupa 1) ungkapan penghubung/transisi, 2) kata ganti, atau 3) kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan), dan 4) paralelisme.
Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/transisi.
Beberapa Kata Transisi
-
Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
-
Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
-
Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.
-
Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka.
-
Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu.
-
Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
-
Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
-
Hubungan tempat : berdekatan dengan itu
Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain. Dalam memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian, (kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga).
Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di siti, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya.
Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).74
Berikut ini diberikan contoh paragraf yang memiliki kepaduan.
(1)Perkuliahan bahasa Indonesia seringkali sangat membosankan sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan, bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswsa yang sudah mempelajarai bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan memberikan kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa Indonesia.
(2)Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kepaduan pada paragraf di atas diperoleh dengan menggunakan pengulangan kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf.
Cara lain untuk memperoleh kepaduan paragraf, yaitu dengan paralelisme. Pada prinsipnya paralelisme merupakan penuangan gagasan ke dalam kalimat-kalimat yang secara struktural sama. Perhatikan contoh berikut ini.
Menurut jadwal kerja, Pingkan bertugas sampai pukul 19.12. Artinya, kios itu tutup pukul 19.00, dan Pingkan diberi waktu menghitung uang, mengisi buku penjualan, mengunci safe, serta memasang alarm sebelum meninggalkan kios itu. Tetapi kereta api bawah tanah ke Hogdalen, tempat tinggal Pingkan, berangkat pukul tujuh lewat tujuh menit (19.07), dan tak seorang manusia pun sanggup melakukan semua tugas di atas dalam waktu sesingkat itu.
Kelengkapan paragraf ialah paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat topik saja dikatakan paragraf yang belum lengkap. Demikian juga yang dikembangkan itu hanya diperluas dengan Pengulangan-pengulangan dikatakan paragraf yang tidak lengkap.
Contoh:
(1)Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar, mereka tidak suka berselisih atau bersengketa. Mereka tidak mau melakukan perkelahian.
(2)Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini adalah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah.
Kedua paragraf di atas termasuk paragraf yang tidak lengkap. Paragraf yang pertama (a), meskipun terdiri atas lebih dari satu kalimat, tetap bukan termasuk paragraf yang lengkap, karena kalimat-kalimatnya hanya merupakan pengulangan kalimat yang pertama. Dapat kita lihat ungkapan bertengkar pada kalimat yang pertama, hanya diulangi dengan sinonimnya yaitu kata berselisih, bersengketa, dan berkelahi pada kalimat kedua dan ketiga. Demikian juga paragraf kedua (b), belum dapat dimasukkan paragraf lengkap, karena hanya terdiri atas kalimat topik saja.
Coba bandingkan kedua paragraf di atas kedua paragraf berikut, yang dikembangkan secara lengkap.
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak ada penyedia dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis makhluk laut tertentu, tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai pantai barat Laut Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semuanya ini ?75
Dostları ilə paylaş: |