Diktat kuliah


Jenis Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya



Yüklə 0,7 Mb.
səhifə7/15
tarix26.07.2018
ölçüsü0,7 Mb.
#59536
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   ...   15

Jenis Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya

Menurut strukturnya, kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan majemuk (kompleks). Yang majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif subordinatif). Semuanya dipakai dalam karangan yang baik sesuai dengan pokok pikiran yang diajukan. Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.48

      1. Kalimat Tunggal (Simpleks)

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat atau satu klausa.49 Pola kalimatnya itu dibentuk oleh subjek dan predikat. Ada pula yang lebih lengkap lagi, yakni terdiri atas subjek, predikat, objek, dan atau pelengkap. Di samping itu, tidak mustahil terdapat pula unsur yang bukan inti, yakni keterangan.

Contoh:


  1. Dia akan pergi.

S P


  1. Anto membaca buku.

S P O


  1. Alam berharap ayahnya akan segera pulang.

S P Pel.


  1. Kakak meminjami Alam novel baru.

S P O Pel.
Berdasarkan bentuk predikatnya, kalimat tunggal terbagi ke dalam tiga jenis.

  1. Kalimat nominal, adalah kalimat yang predikatnya kata benda. Kalimat yang predikatnya nominal sering pula dinamakan kalimat persamaan atau kalimat ekuatif. Kalimat persamaan oleh sebagian ahli bahasa juga diartikan kalimat yang subjek dan predikatnya tergolong kategori yang sama.50

Contoh: Dia mahasiswa terbaik STAIN Kediri.

Dia dosen saya.

Orang itu pencurinya.



  1. Kalimat verbal, adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Kalimat yang berpredikat verba hanya dibagi tiga macam (1) kalimat taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif. Disamping itu, terdapat kalimat dengan verba pasif.51 Kalimat taktransitif adalah kalimat yang objeknya tidak hadir dan tak berpelengkap hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Juga dapat diiringi oleh unsure tak wajib seperti keterangan tempat, waktu, cara, dan alat. Berikut adalah beberapa contoh kalimat verbal yang tak berobjek dan tak berpelengkap dengan unsur tak wajib diletakkan dalam tanda kurung.

Contoh: Tata makan roti goreng

  1. Kalimat ajektival atau kalimat statif, adalah kalimat yang predikatnya berupa kata sifat.

Contoh: Bunga itu harum

Pernyataan orang itu benar

Alasan para pengunjuk raga agak aneh

Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek dari predikatnya.52 Hal itu dilakukan bila subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang. Perhatikan contoh berikut.

- Pernyataan ketua gabungan koperasi itu adalah tidak benar.

- Tindakan main hakim sendiri oleh penduduk desa itu adalah tidak sesuai dengan rasa kemanusiaan kita.

2. Kalimat Majemuk

Siti Annijat Maimunah menjelaskan kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.53 Menurut Kosasih yang dimaksud Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa buah kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.54

Kalimat majemuk setara, adalah kalimat yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat setara atau sederajat. Berdasarkan kata penghubung yang digunakannya, kalimat majemuk setara terbagi menjadi tiga macam.55


  1. Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata penghubung lalu, dan, kemudian, dan sejenisnya

Contoh: Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya hadih.

Ibu membaca buku dan ayah membersihkan kebun.



  1. Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata penghubung atau.

Contoh: Saya tidak tahu apakah dia akan ikut atau tidak.

  1. Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata penghubung tetapi, melainkan.

Contoh: Ia tidak bergaji terlampau besar, tetapi dapat menghidupi keluarganya

Mahasiswanya kaya, tetapi ia sendiri miskin.

Kalimat majemuk bertingkat, adalah kalimat yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat, antara lain, meliputi jenis-jenis berikut.56


  1. Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai oleh konjungsi sejak, sewaktu, ketika, setelah, sampai, manakala, sampai, hingga dan sebagainya

Contoh: Peristiwa itu terjadi sewaktu keluargaku sedang dalam suasana berkabung.

Jabbir selalu tertarik pada roda yang berputar sejak ia mulai belajar merangkak.

Aku tidak mengerti akan hal itu ketika aku masih anak-anak.

Yanto mengurus adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.



  1. Kalimat majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan, apabila.

Contoh: Kami akan segera pulang seandainya kakak tidak datang hari ini.

Jika Anda mau mendengarkanya, saya tentu senang sekali menceritakanya.

  1. Kalimat majemuk hubungan tujuan, ditandai oleh konjungsi agar, supaya, biar, untuk

Contoh: Saya sengaja meninggalkan rumah agar adik-adik saya bisa mandiri.

Kami pergi biar dia bisa bebas berbuat sesukanya.

Anggota DPR itu pergi ke daerah malapetaka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas.


  1. Kalimat majemuk hubungan konsesip, ditandai oleh konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun,kendatipun, sungguhpun.

Contoh: Walaupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku.

  1. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada, ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, alih-alih.

Contoh: Saya akan menolongmu sebagaimana ayahmu juga menolong keluargaku.

  1. Kalimat majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata penghubung sebab, karena, oleh karena.

Contoh: Pemuda itu berhasil karena ia bekerja keras.

  1. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh: Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.

  1. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan dan tanpa.

Contoh: Dengan cara menggendongnya, anak itu ia bawa ke rumah orang tuanya.

Pencari intan bekerja tanpa menghiraukan bahaya di sekelilingnya.



  1. Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan

Contoh: Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.

  1. Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh: Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.

  1. Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.

Contoh: Tempat ini licin, makanya kamu jatuh.

  1. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh: Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia adalah pelajar teladan.

  1. Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.

Contoh: Laki-laki yang berbaju putih itu adalah kakekku dari ibu.

  1. Kalimat majemuk hubungan optatif, untuk menyatakan harapan. Subordinator yang lazim digunakan adalah semoga atau moga-moga dan mudah-mudahan.

Contoh: Kita berdoa mudah-mudahan/semoga/moga-moga kemalangan ini segera diatasi.

Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk campuran sekurang-kurangnya terdapat tiga inti kalimat atau tiga klausa.

Contoh: Pekerjaan itu telah selesai ketika kakak datang dan ibu selesai memasak.

Klausa utama : pekerjaan itu telah selesai

Klausa bawahan : (a) kakak datang



(b) ibu selesai memasak

          1. Jenis Kalimat Menurut Gayanya (Retoriknya)

Bentuk retoriknya di sini berarti rancangan, gaya, tata susunan, atau arsitektur kalimat yang menentukan efeknya terhadap pendengar atau pembacanya. Kalimat yang secara gramatikal sudah baik belum tentu memuaskan dari sudut retoriknya. Unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokkan; kata yang tepat harus dipilih dan ditata, sehingga hasilnya menunjukkan keserasian. Pendek kata, kalimat itu harus efektif. Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat digolongkan jadi kalimat yang melepas (induk-anak), kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan kalimat yang berimbang (setara atau campuran).57

        1. Kalimat yang Melepas (loose sentence)

Kalimat yang melepas mulai dengan struktur S-P (atau suku induk) yang diikuti unsur tambahan yang sifatnya manasuka. Kalimat itu sudah lengkap walaupun seandainya unsur tambahan itu dihilangkan. Misalnya.

Saya tidak akan datang jika nanti hujan.

Kami belajar di aula.

        1. Kalimat yang Berklimaks (periodic sentence)

Kalimat yang berklimaks mulai unsur tambahan yang diikuti oleh struktur utama (atau suku induk) sehingga membangun ketegangan. Kalimat itu baru selesai dan lengkap dengan adanya kata yang terakhir. Misalnya.

Jika nanti hujan, saya tidak akan datang.

Belajar di aula, kami.

Di aula, kami belajar.

Belajar, kami di aula.

        1. Kalimat yang Berimbang (balanced sentence)

Kalimat yang berimbang ialah kalimat majemuk setara atau campuran yang strukturnya memperlihatkan kesejajaran. Gagasan yang menunjukkan penalaran yang sejalan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri. Misalnya.

Petatar boleh belajar, boleh bersantai.

Mereka memilih buku ini, atau menghafalkan diktat ini.

          1. Kalimat Efektif

Menurut Siti Annijat menjelaskan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut.58 Sedangkan Zaenal A. dan Amran Tasai Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.59

Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan yang diterima itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian atau informasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan.60 Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat dikatakan efetif manakala apa yang disampaikan berlangsung dengan sempurna, tergambar lengkap dalam pikiran pendengar atau pembaca.

Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca memiliki ciri: keutuhan, perpautan, penegasan, ekonomi, dan variasi.61 Kalau Siti Annijat Maimunah membangun kalimat efektif perlu memperhatikan keparalelan, ketepatan, kecermatan, kehematan, kesepadanan, kepaduan dan kelogisan.62 Sedangkan Soedjito menjelaskan cirri-ciri kalimat efektif antara lain pilihan kata, penalaran dan keserasian.63


  1. Keutuhan

Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang jalin-menjalin. Kesatuan struktur diperoleh dengan adanya subjek dan predikat. Jika salah satu tidak ada kita berhadapan dengan penggalan yang bukan kalimat. Kesatuan logika akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian. Unsur yang tidak relevan yang dimasukkan merusak kesatuan itu.

Bandingkan:



  • Kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri. (salah)

  • Para pelamar diharap mendaftar (benar) atau para pelamar diminta agar mendaftar.

  1. Perpautan

Perpautan dalam kalimat menyangkut masalah pertalian di antara unsur-unsurnya. Pertalian itu dapat dijelaskan oleh penataan kata, frasa, dan suku kalimat yang tepat. Perpautan itu akan lebih nyata jika (1) pemakai kata ganti diperhatikan; (2) gagasan yang sejajar dituangkan ke dalam bangun yang sejajar; dan (3) jika sudut pandangan (ragam, orang) tetap, dipertahankan.

  1. Penegasan

Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang terpenting. Penegasan dapat dicapai dengan pengubahan urutan yang lazim. Dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan menggunakan pungtuasi khusus.

Bandingkan:



  • Kami ditugasi menyusun acara

  • Penyusunan acara ditugaskan kepada kami.

  1. Acara ini penyusunannya ditugaskan kepada kami

  1. Ekonomi

Ekonomi dalam kalimat ialah penghematan dalam pemakaian kata. Hal itu tidak berarti bahwa yang perlu, atau yang menambahkan nilai artistik, boleh dihilangkan. Maksudnya ialah pembuangan kata yang mubazir dan konstruksi yang meliuk-liuk.

Bandingkan:



  • Pengangguran adalah merupakan hambatan utama.

  • Pengangguran merupakan hambatan utama.

  1. Variasi

Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat yang berurutan. Cara-caranya ialah (1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan bentuk retorik; (2) pemakaian kalimat yang panjangnya berbeda-beda; (3) pemakaian urutan unsur kalimat yang berselang-seling.

  1. Pilihan kata

Kalimat efektif harus mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa. Namun demikian, kalimat-kalimat yang sudah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa mungkin belum efektif. Faktor yang mendukung kalimat efektif ialah pilihan kata (diksi).

Untuk menyusun kalimat efektif harus dipilih kata-kata yang (a) tepat, (b) saksama (sesuai), dan (lazim). Perhatikan contoh-contoh berikut ini!

(1)- Lambang-lambang matematika (dibuat) secara artifisial dan individual.

- Dalam hal ini dapat (dibilang, dikatakan) bahwa matematika dalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat emosional dari bahasa verbal.



Melihat

memandang

(2)Saya suka menonton wayang kulit

Mengawasi

besar

(3)Tanggal 17 Agustus adalah hari raya bagi bangsa Indonesia

Agung

Buruh

pekerja


(4)Semua pegawai wajib bekerja dengan jujur, tertib, dan bersemangat.

karyawan

(5)Menjawab surat (Anda, Saudara) tertanggal 1 Oktober 1984 nomor 87/PT28.1/C 84, dengan ini (kami, saya) beritahukan bahwa . . . .

(6)Memang, prestise seseorang ditentukan oleh tingkah laku dan sopan santunnya

harga diri

martabat

(7)Dalam masyarakat Indonesia leadership itu harus dilandasi oleh nilai-nilai



Kepemimpinan moral Pancasila
Kata tutur ialah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. Kata-kata seperti: bilang, bikin, dikasih tahu, makanya, nantinya, sendirian, bicara, jumpa, beli, baca, dsb. adalah kata-kata tutur. Dalam karya ilmiah pemakaian kata-kata tutur itu hendaknya dihindarkan (lihat contoh (1)). Kata-kata tutur termasuk kata-kata yang tidak baku.

Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan, ada yang tidak. Ada pula kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan. Karena itu, kita harus memilihnya secara cermat (lihat contoh (2), dan (3)). Pada contoh (2) kata menonton lebih tepat daripada melihat sebab wayang kulit merupakan tontonan. Pada contoh (3) terlihat bahwa kata raya, besar, dan agung terbatas pemakaiannya pada kata tertentu (keterbatasan kolokasi).

Kata-kata yang bernilai rasa hendaklah dipilih secara cermat agar keefektifan penuturan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Salah pilih terhadap kata-kata yang bernilai rasa akan mengganggu perasaan pembaca. Kata-kata yang bernilai rasa hendaklah dipakai secara tepat serasi dengan situasi dan kondisi pembaca (lihat contoh (4) dan (5) di atas).

Ada kata-kata/istilah-istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, ada yang belum. Jika sudah ada padanannya, hendaknya dipakai padanannya, bukan asingnya. Memakai kata-kata/istilah-istilah asing yang hanya bermaksud megah atau gagah akan merugikan perkembangan bahasa Indonesia. (lihat contoh (6), dan (7) di atas).

Kata-kata/istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan pertimbangan sebagai berikut:


  1. lebih cocok karena konotasinya, misalnya:

kritik - kecaman

asimilasi - persenyawaan

dianalisis - diolah


  1. lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:

eksekusi - pelaksanaan hukuman mati

inovasi - perubahan secara baru

mutasi - perpindahan tugas kepegawaian


  1. bersifat internasional, misalnya:

matematika - ilmu pasti

hidrogen - zat air

fisiologi - ilmu faal

Kata-kata kongkret ialah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dirasakan dan dibau; sedangkan kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau gagasan.64 Kata-kata kongkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak. Bandingkan kata-kata bunga, pohon, kucing, dan bambu, dengan kata-kata seperti penyesalan, ketahanan nasional, demokrasi, dan kecerdasan. Karena itu, dalam karangan sebaiknya dipakai kata-kata kongkret sebanyak-banyaknya agar isi karangan itu menjadi lebih jelas. Agar lebih jelas lagi bandingkan kutipan a. dan b. berikut ini!

(a)Gunung Bromo merupakan gunung api yang masih bekerja. Kawahnya berbentuk kerucut terbalik yang bergaris tengah kira-kira 700m. Bagi masyarakat Tengger, Gunung Bromo ini dianggap gunung yang suci. Pada setiap bulan ke-12 (kesadha) bulan Jawa, mereka melaksanakan perayaan kurban yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Brahma. Kurban-kurban itu berupa kambing, ayam, kerbau, jagung, dan sebagainya.

(b)Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa Indonesia. Karena itu, ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga undang-undang dasar yang pernah kita miliki, Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Pancasila yang selalu menjadi pegangan kita pada saat-saat terjadi krisis nasional, merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila selalu dihendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar negara.

Kata-kata kongkret dapat lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi atau deskripsi sebab dapat merangsang pancaindera. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang rumit.

Kata-kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus daripada kata-kata umum.



Umum Khusus

  1. Melihat memandang (gunung/sawah/lautan)

menonton (wayang/ludruk/ketoprak)

menengok (orang sakit)

menatap (muka/gambar)

menoleh (ke kiri/dan ke kanan)

meninjau (daerah-daerah)

menyaksikan (pertandingan sepak bola)



  1. Jatuh roboh (rumah/gedung)

Tumbang (pohon besar)

Rebah (pohon pisang/tebu/badan)

Rontok (daun-daun/bunga-bunga)

Longsor (tanah)



  1. Membawa menjinjing (sepatu/map/sandal)

Menggotong (meja/lemari/tiang)

Menyandang (bedil)



  1. Pakaian baju, celana, sarung, kain batik, dan sebagainya.

  2. Permainan bulu tangkis, tennis, sepak bola, catur dan sebagainya.

  3. buah-buahan apel, mangga, durian, pisang, rambutan, dan sebagainya.

Pada contoh (a), (b), dan (c) kata umum itu mengandung arti inti, sedangkan kata-kata khusus yang bersinonim itu mengandung arti tambahan (arti khusus). Pada contoh (d), (e), dan (f) kata umum itu merupakan superordinatnya, sedangkan kata-kata khusus yang merupakan kelas bawah disebut hiponim.

Karangan yang cermat dalam diksinya sebaiknya bersifat idiomatik. Perhatikan contoh-contoh berikut ini!



Yüklə 0,7 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   ...   15




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin