b. Model Webbed (Terjala)
Model Weebed atau Terjala merupakan model pembelajaran terpadu yang paling populer digunakan dalam pembelajaran di segala jenjang pendidikan, khususnya di pendidikan dasar. Model Terjala dikenal dengan sebutan model Tematik yang memfokuskan pembelajaran pada hubungan antara dua atau lebih disiplin ilmu melalui tema atau topik (Fogarty, 1991). Seperti layaknya sebuah kaca pembesar, pendekatan ini memberi wawasan pemahaman yang luas dan mendalam tentang sebuah tema keterpaduan dari beragam disiplin ilmu yang memiliki jaringan komponen aspek yang
berbeda. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik mampu mencermati dan memahami suatu konsep secara menyeluruh sehingga wawasan dan pengalaman belajarnya lebih bermakna dan bermanfaat.
Tema atau topik keterpaduan dalam model ini merupakan pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut padang disiplin ilmu yang berbeda. Tema dipilih melalui pengkajian terhadap peta kompetensi dasar dan materi bahasan yang relevan untuk dipadukan dalam sebuah pembelajaran. Setiap disiplin ilmu mengacu pada tema yang sama dan diuraikan secara rinci menjadi jaringan komponen aspek pembelajaran yang saling terjala. Di dalam komponen aspek pembelajaran yang saling terjala dan variatif ini peserta didik dapat mempelajari segi konseptual, segi keterampilan dan segi sikap (apresiatif) dari berbagai disiplin ilmu secara terpadu dan utuh.
Dalam pemilihan tema atau topik penting diperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Tema ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara guru dan peserta didik. Agar pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah tetap menarik, aktual dan kontekstual maka penting pula diperhatikan peristiwa atau kejadian-kejadian penting di lingkungan dan kehidupan sehari-hari peserta didik untuk dikembangkan sebagai tema.
Keberhasilan pembelajaran dengan model ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam memilih tema dan mengembangkan tema yang tepat dan menarik. Jika cakupan tema terlalu luas maka dapat dilakukan pengembangan sub-sub tema yang lebih spesifik sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Sub-sub tema yang dikembangkan harus tetap terkait dengan bidang-bidang ilmu yang akan dipadukan. Oleh karenanya diperlukan kerjasama tim guru/pengajar yang kompak dari berbagai disiplin ilmu dalam merancang pembelajaran terpadu yang efektif untuk satu tahun ajaran dalam rapat kerja tahunan.
Rancangan model Terjala atau Tematik dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut
Mapel 1
Mapel 6
Mapel 2
Mapel 5
TEMA
Mapel 4
Mapel 3
Gambar 3.8. Bagan Model Terjala
(Adaptasi dari Fogarty, 1991)
Implementasi model Terjala atau Tematik dalam pembelajaran dapat dilakukan antara disiplin ilmu satu rumpun (misalnya: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Sastra) dan lintas disiplin ilmu (misalnya: Seni Rupa, Olah Raga, Matematika). Agar kebermaknaan hasil belajar lebih nyata, sebaiknya ruang lingkup keterpaduannya jangan terlalu sempit/dangkal atau terlalu banyak/luas memadukan bidang ilmu. Idealnya mencakup 3 hingga 6 bidang ilmu yang dipadukan. Bidang ilmu yang akan dipadukan dipilih berdasarkan hasil kajian Kurikulum dan peta konsep yang dikembangkan sesuai tema.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik
1) Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student center), pengalaman dan kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
2) Memperikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik yang bersifat kontekstual akan memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada peserta didik. Mereka dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar memahami hal-hal yang lebih abstrak. Kegiatan belajar jadi lebih bermakna dan berkesan, sehingga hasil belajar lebih lama tertanam di memori mereka. Kegiatan belajar disajikan secara pragmatis sesuai permasalahan yang sering ditemui anak di lingkungannya.
3) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara holistik
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini akan memudahkan peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan tematik menjadikan peserta didik mampu berpikir kritis dan kreatif.
4) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, keterpaduan pembelajaran dapat dirancang antara bidang ilmu yang serumpun atau lintas bidang ilmu. Jumlah bidang ilmu yang dipadukan dapat disesuaikan dengan tema yang dikembangkan dari kehidupan dan lingkungan sekitar anak.
5) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat serta kebutuhan peserta didik
Pembelajaran tematik memberi kesempatan peserta didik mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran disesuaikan dengan minat dan tingkat perkembangan anak.
6) Menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan
Pembelajaran tematik dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas/sekolah dalam kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual. Peserta didik juga dilibatkan dalam memilih topik dan kegiatan-kegiatan belajarnya sehingga aktivitas belajar berlangsung dengan suasana belajar yang aktif, interaktif, kreatif, kolaboratif dan menyenangkan
7) Mengembangkan keterampilan sosial
Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, memiliki sikap toleran dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Berbagai aktivitas diskusi, kerja kelompok dan belajar langsung dari nara sumber menjadikan peserta didik lebih terbuka, komunikatif dan mampu beradaptasi dengan beragam situasi.
Keunggulan
-
Model pembelajaran tematik memiliki keunggulan dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik melalui aktivitas memilih topik atau tema yang diminatinya.
-
Tema sebagai pusat minat dan fokus pembelajaran memudahkan peserta didik mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya dalam bidang ilmu yang berbeda namun dengan tema yang sama.
-
Pembelajaran tematik berlangsung dengan suasana menyenangkan sehingga lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik. Manfaat nya dirasakan langsung karena pembelajaran disajikan dalam konteks tema yang nyata dan jelas.
-
Kompetensi apresiasi, kreasi dan kompetensi lainnya dapat lebih baik dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran yang dikaitkan pengalaman pribadi peserta didik.
-
Bagi para guru/pengajar pemula, model ini relatif mudah dirancang dan dilaksanakan di sekolah karena melibatkan tim guru/ pengajar dari bidang ilmu yang berbeda.
-
Pendekatan tematik menjadikan cakupan payung konsep lebih jelas sehingga memudahkan guru/pengajar menelaah SK-KD dalam Kurikulum yang dapat diintegrasikan agar pembelajaran berlangsung lebih efektif.
Kelemahan
-
Guru dan peserta didik sering kali kurang tepat dalam memilih tema, terkadang terlalu luas atau terlalu dangkal. Pemilihan tema yang terlalu dangkal akan menyulitkan guru dalam melakukan pengembangan tema ke subtema. Guru seringkali terjebak hanya terfokus pada satu kompetensi saja, misalnya hanya berorientasi pada kemampuan kognisi saja atau aktivitas kreasi saja sehingga hasil pembelajaran kurang optimal. Sebaliknya jika pemilihan tema terlalu luas maka pembelajaran jadi kurang bermakna.
-
Pendekatan ini akan memerlukan waktu perencanaan yang cukup lama khususnya jika akan mengembangkan model terjala yang lintas bidang ilmu. Diawal semester perlu dilakukan koordinasi dengan beberapa guru/pengajar dari berbagai bidang ilmu untuk membentuk team teaching dan melakukan kajian SK-KD dalam Kurikulum serta memilih tema yang relevan dengan kurikulum dan kebutuhan peserta didik.
Rambu-Rambu
-
Dimungkinkan terjadi penggabungan Kompetensi Dasar lintas semester agar pembelajaran lebih efisien.
-
Tidak semua Kompetensi Dasar dapat dan harus dipadukan. Kompetensi Dasar yang tidak tercakup dalam tema tetap harus diajarkan tersendiri agar seluruh Kompetensi Dasar dapat dikuasai oleh peserta didik secara utuh.
-
Tema-tema yang dipilih haruslah sesuai dengan karakteristik anak, karakteristik bidang ilmu yang dipadukan, SK-KD dalam Kurikulum, minat anak dan kondisi lingkungan setempat.
c. Model Integrated (Integrasi) :
Model Integrated atau Integrasi merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks. Fokus dari model pembelajaran ini adalah pada pendekatan lintas disiplin ilmu yang mengintegrasikan kompetensi dan materi bahasan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Fokus pembelajaran muncul dari berbagai prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang saling tumpang tindih antar bidang ilmu yang diintegrasikan (Fogarty, 1991). Model ini berbeda dari model pembelajaran tematik yang keterpaduannya diawali dengan suatu pusat minat sebagai tema yang memayungi kompetensi dan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu yang berbeda.
Perencanaan implementasi model Integrasi diawali dengan telaah Kurikulum dan substansi dari materi bahasan ditiap bidang ilmu yang berbeda. Melalui proses penyusunan peta konsep dan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu di semester tertentu akan ditemukan unsur konsep, keterampilan dan sikap yang sama untuk diangkat sebagai fokus integrasi dalam pembelajaran terpadu. Semakin banyak bidang ilmu yang diintegrasikan semakin kompleks dan sulit memilih fokus integrasinya.
Model ini sangat cocok digunakan untuk kondisi Kurikulum di Indonesia dalam hal mengefisiensikan muatan Kurikulum yang padat dan sarat, sehingga beban belajar peserta didik dapat diringankan dan pemanfaatan waktu belajar menjadi lebih efektif.
Rancangan model Integrasi dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini :
MATEMATIKA
ILMU
PENGETAHUAN
ALAM
BAHASA
ILMU
PENGETAHUAN
SOSIAL
Gambar 3.9. Bagan Model Integrasi/Terpadu
(Adaptasi dari Fogarty, 1991)
Implementasi model Integrasi atau Terpadu dalam pembelajaran dilakukan lintas disiplin ilmu (misalnya: Matematika, IPA, IPS dan Bahasa). Agar kebermaknaan hasil belajar lebih nyata, sebaiknya ruang lingkup keterpaduannya jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak mengintegrasikan bidang ilmu. Idealnya mencakup 3 hingga 4 bidang ilmu yang berbeda. Bidang ilmu yang akan diintegrasikan dipilih berdasarkan hasil kajian Kurikulum dan peta materi bahasan yang sama ditiap bidang ilmu.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Integrasi :
Pada prinsipnya karakterisik pembelajaran terpadu dengan model Integrasi sama degan model tematik. Yang membedakan keduanya adalah proses menggali dan meemukan fokus pembelajaran terpadu. Pembelajaran dengan model Integrasi relative lebih sulit dan kompleks prosedurnya karena harus menemukan unsur-unsur yang sama dalam peta konsep dan materi pembelajaran untuk ’dimerger’ atau dilembur menjadi satu fokus keterpaduan antar disiplin ilmu yang berbeda.
Secara garis besar karakteristik pembelajaran terpadu dengan model Integrasiialah: 1) berpusat pada peserta didik, 2) memberikan pengalaman langsung, 3) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara holistik, 4) bersifat fleksibel, 5) hasil pembelajaran sesuai dengan minat serta kebutuhan peserta didik, 6) menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan 7) mengembangkan keterampilan sosial.
Keunggulan
-
Pembelajaran berlangsung lebih efisien karena terjadi penghematan waktu dalam pembelajaran.
-
Pembelajaran berlangsung lebih efektif karena beberapa materi bahasan yang mencakup konsep, keterampilan dan sikap yang sama atau tumpang tindah dapat diintegrasikan dalam satu pembelajaran terpadu yang utuh sehingga beban belajar peserta didik dapat diringankan dan hasil pembelajaran lebih bermakna.
-
Peserta didik memiliki wawasan yang lebih luas dan menjadi lebih kritis dalam melihat hubungan yang bermakna dalam materi bahasan antar bidang/disiplin ilmu yang berbeda.
-
Peserta didik menjadi lebih mudah memahami suatu konsep karena disajikan secara terpadu dengan bidang ilmu lainnya sehingga kemampuan penguasaan konsep menjadi meningkat lebih baik.
-
Motivasi belajar peserta didik menjadi meningkat karena pemahaman mereka tentang konsep dan prinsip baru dapat diperoleh secara utuh.
-
Peserta didik dapat mempelajari konsep, melakukan praktik keterampilan dan mengembangkan sikap apresiatif secara terpadu dan menyeluruh (holistik) sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat.
-
Penghematan waktu dalam pembelajaran menjadikan guru/ pengajar dapat lebih fokus memperhatikan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar sehingga pencapaian hasil belajar lebih optimal.
Kelemahan
-
Belum semua guru/pengajarmampud enganbaikmengkaji Kurikulum dan membuat peta konsep serta merancang peta materi yang relevan untuk diintegrasikan.
-
Dibutuhkan waktu cukup panjang untuk menyusun perencanaan pembelajarannya dan membina kerjasama tim yang baik.
-
Model ini merupakan model keterpaduan yang paling kompleks dan sulit dilakukan dibandingkan model lainnya sehingga dibutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih untuk mengimplementasikan model ini di sekolah.
-
Banyaknya kendala yang dihadapi menjadikan guru/pengajar kurang termotivasi untuk mencoba pendekatan ini secara lebih intensif, dan akibatnya peserta didik terperangkap dalam kegiatan pembelajaran yang konvensional.
-
Pelaksaanaan pembelajaran dengan model ini membutuhkan dukungan dari seluruh komponen sekolah. Tanpa dukungan yang nyata dari pihak pimpinan sekolah dan para guru tak mungkin hal ini dapat direalisasikan dengan baik.
Rambu-Rambu
-
Tidak semua mata pelajaran dan Kompetensi Dasar harus dipadukan.
-
Dimungkinkan terjadi penggabungan Kompetensi Dasar lintas semester agar pembelajaran lebih efisien dan menghemat waktu belajar.
-
Tidak semua Kompetensi Dasar dapat dan harus dipadukan. Kompetensi Dasar yang tidak tercakup sebagai fokus keterpaduan tetap harus diajarkan tersendiri agar seluruh Kompetensi Dasar dapat dikuasai oleh peserta didik secara utuh (tidak timpang)
-
Penjabaran materi bahasan ditiap bidang ilmu harus dikaji dari aspek yang sama untuk memudahkan dalam mencari dan memilih unsur-unsur yang saling tumpah tindih.
-
Fokus pembelajaran terpadu haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik anak, karakteristik bidang ilmu yang dipadukan, SK-KD dalam Kurikulum, minat anak dan kondisi lingkungan setempat.
Rangkuman
-
Ada 10 macam model pembelajaran terpadu yang dikelompokkan dalam 3 kategori yakni : 1) Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu, 2) Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu dan 3) Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran.
-
Untuk kategori Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu ada 3 model yaitu : Fragmented, Connected, Nested. Sedang untuk kategori Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu ada 5 model yaitu : Sequence, Shared, Webbed, Thread dan Integrated. Untuk kategori Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran ada 2 model yaitu: Immersed dan Network.
-
Model Connected atau Terkait merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana polanya, sehingga lebih mudah dan cocok diimplementasikan dalam pembelajaran oleh para guru/pengajar pemula.
-
Model Weebed atau Terjala merupakan model pembelajaran terpadu yang paling populer digunakan dalam pembelajaran di segala jenjang pendidikan, khususnya di pendidikan dasar. Keterpaduannya diawali dengan suatu pusat minat sebagai tema yang memayungi kompetensi dan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu yang berbeda.
-
Tidak seluruh model pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik.
-
Tema-tema dan fokus pembelajaran terpadu yang dipilih haruslah sesuai dengan karakteristik anak, karakteristik bidang ilmu yang dipadukan, SK-KD dalam Kurikulum, minat anak dan kondisi lingkungan setempat.
-
Model Integrated atau Integrasi merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks. Fokus dari model pembelajaran ini adalah pada pendekatan lintas disiplin ilmu yang mengintegrasikan kompetensi dan materi bahasan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda.
-
Dimungkinkan terjadi penggabungan Kompetensi Dasar lintas semester agar pembelajaran lebih efisien dan efektif.
-
Tidak semua Kompetensi Dasar dapat dan harus dipadukan. Kompetensi Dasar yang tidak tercakup sebagai fokus keterpaduan tetap harus diajarkan tersendiri agar seluruh Kompetensi Dasar dapat dikuasai oleh peserta didik secara utuh.
-
Prosedur Perencanaan Pembelajaran Model Terkait, Tematik Dan Terpadu
Perencanaan suatu pembelajaran memiliki prosedur yang sesuai dengan pendekatan yang dipilih. Dalam perencanaan pembelajaran keterpaduan, model terkait, model tematik dan model terpadu pada dasarnya memiliki perbedaan dalam hal prosedur perencanaan dari setiap model yakni terletak pada proses pencarian dan pengembangan fokus pembelajaran atau pusat minat. Sedangkan persamaannya terletak pada Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran dan Langkah Kegiatan, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran, Pengelolaan Kelas, serta Penilaian dan Umpan balik.
Secara garis besar alur perencanaan Pembelajaran Terpadu dapat dipelajari pada bagan berikut ini:
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian
Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu
Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu
Menyusun silabus pembelajaran terpadu
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu
Gambar 3.10. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
Penentuan fokus pembelajaran dalam penyusunan rencana pembelajaran terpadu perlu mendapat perhatian khusus karena tidak serupa dengan pendekatan belajar yang konvensional. Berikut ini akan dibahas secara khusus bagaimana pengembangan focus pembelajaran sebagai pusat minat dari model Terkait, model Terjala dan model Integrasi
dalam Pembelajaran Terpadu.
a. Pengembangan Fokus Pembelajaran pada Model Terkait
Perencanaan model terkait diawali dengan melakukan pengkajian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari kurikulum pada satu mata pelajaran dalam satuan waktu tertentu (semester atau kelas). Kemudian dipilih ide-ide tentang konsep, keterampilan dan sikap yang dapat dikaitan secara eksplisit dengan topik, unit dan konsep lainnya dari materi pembelajaran yang terdapat dalam satu bidang ilmu. Dalam mengembangkan ide-ide ini perlu pula memperhatikan karakteristik peserta didik (tingkat perkembangan, gaya belajar), karakteristik bidang ilmu, minat peserta didik, lingkungan belajar (sosial dan budaya) serta lokasi setempat. Ide ini kemudian dikembangkan menjadi pusat minat atau inti pembelajaran model terkait. Pemilihan ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami konsep baru secara utuh dan bermakna bagi dirinya.
Perencanaan model terkait ini kemudian perlu ditampilkan dalam bagan keterkaitan topik, unit, konsep seperti yang tertera di bawah ini. Dalam gambar/bagan ini ditunjukkan contoh model terkait yang dibuat dalam satu semester untuk empat bidang ilmu atau mata pelajar.
Contoh ini dikembangkan dari buku How to Integrate the Curricula ditulis oleh Robin Forgaty (1991). Melalui contoh ini dapat dilihat bahwa keterkaitan yang dilakukan dalam empat bidang ilmu ini memang terpisah dan tidak menyatu antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya.
MATEMATIS
Prosentase
(topic unit konsep)
Estimasi
(konsep keterampilan sifat)
Pecahan
(topik unit konsep)
ILMU PENGETAHUAN
Kesehatan mental
(topic unit konsep)
Keputusan Hidup Sehat
(konsep keterampilan sifat)
Keterkaitan /
(topik unit konsep)
BAHASA INDONESIA
Abad 19
(topic unit konsep)
Bahasa Kesatuan
(konsep keterampilan sifat)
Abad 20
(topik unit konsep)
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Budaya Lokal Indonesia
(topic unit konsep)
Konflik
(konsep keterampilan sifat)
Bhineka Tunggal Ika
(topik unit konsep)
Gambar 3.11. Bagan Model Terkait untuk Empat (4) Bidang llmu
(Adaptasi dari Fogarty, 1991)
Keunggulan dari model terkait ini adalah peserta didik dapat belajar lebih rinci dan mendalam tentang konsep dan prinsip dalam satu bidang ilmu. Setelah fokus pembelajaran ditentukan, selanjutnya guru/pengajar perlu memperhatikan komponen perencanaan pembelajaran lainnya, yaitu :
1) Tujuan Pembelajaran
2) Materi Pembelajaran dan Langkah Kegiatan
3) Alokasi Waktu
4) Metode Pembelajaran
5) Media Pembelajaran
6) Pengelolaan Kelas
7) Penilaian dan Umpan balik
Pengembangan berbagai komponen di atas perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, karakteristik bidang ilmu, minat peserta didik, lingkungan dan kondisi setempat.
b. Pengembangan Fokus Pembelajaran pada Model Tematik
Langkah awal perencanaan dalam model tematik (webbed) terletak pada pemilihan tema oleh guru/pengajar. Selanjutnya dikembangkan bersama peserta didik menjadi beberapa sub-tema. Perlu diwaspadai tema yang dipilih supaya jangan terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. Bila tema terlalu luas akan mengakibatkan peserta didik kurang dapat memahami hubungan antara konsep satu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang lain. Apabila tema terlalu sempit maka pembelajaran akan terperangkap dalam kegiatan belajar yang kurang bermakna. Selain itu, pemilihan tema tetap harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik bidang ilmu yang dipadukan, minat peserta didik, lingkungan dan kondisi lokasi pembelajaran.
Tema dalam model ini berfungsi sebagai pengikat berbagai aspek yarg akan dipadukan. Melalui pemilihan tema yang tepat dan menarik diharapkan peserta didik dapat termotivasi mengembangkan kemampuan memahami suatu konsep dari beragam bidang ilmu yang berbeda. Dengan menggunakan tema, peserta didik dilibatkan secara aktif untuk mempelajari sesuatu secara mendalam dalam waktu yang cukup lama.
Tema yang dipilih perlu dikembangkan ke dalam sub-tema yang berkaitan dengan karakteristik bidang ilmu yang akan dipadukan. Kegiatan ini memerlukan perhatian khusus karena ketidaktepatan pengembangan sub-tema akan membuat konsep keterpaduan yang dipilih menjadi rancu. Selanjutnya sub-tema akan dikembangkan berdasarkan beberapa pertanyaan kunci menjadi berbagai aspek pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada pada setiap mata pelajaran. Jenis aspek
pembelajaran yang dikembangkan dapat berupa aspek kognisi, aktivitas keterampilan tertentu, dan sikap yang saling terkait dengan sub-tema yang sama. Oleh karenanya diperlukan keahlian khusus dan pengalaman untuk pemilihan tema, pengembangan subtema dan aktivitas belajar dalam model tematik.
Agar diperoleh perencanaan fokus pembelajaran sebagai pusat minat yang tepat dan menarik, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut a) pemilihan tema, b) penentuan lingkup konsep sesuai SK-KD, c) pengembangan sub-tema melalui mind mapping, d) pengumpulan sumber belajar, e) penyusunan Silabus dan RPP pembelajaran terpadu.
1) Pemilihan tema
Guru/pengajar bersama tim mengeksplorasi tema dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : minat peserta didik, minat guru, kebutuhan dan harapan peserta didik, keadaan rutinitas per tahun, kurikulum/standar kompetensi dan harapan masyarakat, ketersediaan sumber belajar pendukung tema. Kegiatan pengeksplorasian tema ini dilakukan dengan menggunakan metode curah pendapat yang dipertajam dengan beberapa pertanyaan kunci dan selanjutnya diwujudkan kedalam bagan model tematik.
Pemilihan Tema dari berbagai sumber
Gambar 3.12. Berbagai Sumber Pengembangan Tema
Tema dipilih berdasarkan karakteristik anak dan diperoleh dari berbagai sumber ide yang dekat dengan realitas kehidupan dan lingkungan anak misalnya: buku, benda sebagai sumber lebih termotivasi untuk belajar lebih optimal.
Dalam eksplorasi tema pertanyaan kunci diperlukan untuk mengarahkan pikiran “PERUBAHAN” dengan “apa, bagaimana dan mengapa ?” Contoh pertanyaan kunci yang berkaitan dengan tema “PERUBAHAN” adalah : Mengapa diperlukan perubahan ? Mengapa makhluk hidup perlu berubah? Bagaimana perubahan dilakukan ? Bagaimana binatang dapat bertahan hidup dalam lingkungannyaPELIHARAANBagaimana manusia dapat sebagai sumber tema sebagai sumber tema. Mengapa karya-karya tersebut berbeda-beda ? Mengapa karya seni rupa, karya seni dan puisi berbeda ? Bagaimana perubahan yang terjadi pada penulisan novel,
cerita pendek dan puisi dalam bacaan di masyarakat ?
Berdasarkan jawaban dari berbagai pertanyaan kunci ini serta kajian SK-KD dalam kurikulum, dapat dirumuskan kompetensi pembelajaran dari setiap mapel. Dalam merumuskan kompetensi pembelajaran perlu diperhatikan hirarkhis berpikir dari Bloom yang berkaitan dengan ranah pengetahuan, psikomotorik dan sikap. Selain itu perlu diperhatikan juga gradasi tingkat kesulitan belajar pada semester berikutnya.
2) Penentuan Lingkup Konsep
Lingkup konsep dalam setiap mata pelajaran yang dipadukan dikembangkan berdasarkan tema yang terkait dengan konteks kehidupan peserta didik dan telaah SK-KD yang ada dalam kurikulum. Berbagai konsep, prinsip dan unit dari KD yang saling terkait disusun dalam bagan Kompetensi Dasar dan Materi Bahasan.
Pemetaan lingkup konsep dapat disajikan dalam format matriks atau bagan. Jika jumlah bidang ilmu yang akan dipadukan lebih dari empat bidang, maka umumnya digunakan format matriks. Berikut ini disajikan contoh peta KD dan Materi Bahasan dalam format bagan.
Gambar 3.13. Bagan Peta Kompetensi Dasar dan Materi Bahasan
Pemetaan Kompetensi Dasar dan Materi Bahasan disusun setelah terlebih dahulu dilakukan telaah terhadap SK-KD. Beberapa Kompetensi Dasar dan materi bahasan yang saling terkait dipilih sebagai materi keterpaduan. Pemetaan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu diperlukan untuk memudahkan guru/pengajar dalam menyusun Silabus dan RPP keterpaduan. Pemetaan materi bahasan disusun dalam bentuk bagan atau matriks. Materi yang dikaitkan hendaknya memiliki tingkat kesukaran yang setara dan sesuai tingkat perkembangan anak.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran SENI terpadu adalah sebagai berikut:
-
Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
-
Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
-
Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran SENI BUDAYA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
-
Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
3) Pengembangan Sub-tema melalui Mind Mapping
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling menarik karena guru bersama peserta didik melakukan pengembangan sub-tema. Dalam kegiatan ini peserta didik diarahkan oleh guru untuk berfikir aktif dan memotivasi mereka untuk mengutarakan minat belajarnya. Kegiatan dilakukan dengan metode curah pendapat dan pertanyaan yang dikemukakan berkaitan dengan Apa, Siapa, Mengapa, Kapan, Dimana ?
Berbagai contoh pertanyaan inti di bawah ini dikembangkan terkait dengan tema “Perubahan” yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan pendukung yang lebih spesifik agar guru dapat mengembangkan cara berpikir dari peserta didik yang lebih kritis dan mengarahkannya ke pusat minat (tema).
Siapa saja yang mengalami perubahan ?
Mengapa perubahan itu terjadi ?
Apa saja yang mengalami perubahan ?
Dimana saja perubahan terjadi ?
Dostları ilə paylaş: |