Konsorsium sertifikasi guru



Yüklə 3,94 Mb.
səhifə23/45
tarix06.08.2018
ölçüsü3,94 Mb.
#67442
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   45

4) Penilaian Proyek

a. Konsep Penilaian Proyek

Yang dimaksud proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi, hingga penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan informasi.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat:

•Merencanakan dan mengorganisasikan investigasi

•Bekerja dalam tim, dan

•Arahan diri


b. Contoh Penilaian Proyek

Materi:


Pertunjukan Karya Seni Siswa, cara pengelolaan dan bentuk pertunjukannya.
Perancangan Kegiatan:

•Observasi ke beberapa koperasi sekolah

•Talk show bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian, pengelola dan anggota koperasi. Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. (sedikit ceramah, percakapan antara guru-guru sumber, dan diakhiri dengan dialog interaktif dengan siswa).

•Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. Format dibuat oleh guru dan dapat dikembangkan lebih luas lagi oleh siswa.

•Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan hasil observasi tersebut.
Penilaian dilakukan terhadap:

•Keaktifan pada saat mengikuti talk show

•Makalah yang dibuat

•Aktifitas dalam diskusi panel


5) Penilaian Hasil Kerja (Product Assessment)

Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Terdapat dua tahapan penilaian yaitu: Pertama, penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya/kerja siswa.


Hasil kerja dapat berupa produk kerja siswa yang bisa saja terbuat dari kain, kertas, metal, kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, patung dan lain-lain.
Strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan lingkup hasil kerja adalah:

  • Penetapan kompetensi yang akan diukur. Perlu diingat pada waktu memberikan tugas kepada siswa sebaiknya tugas tersebut tidak hanya memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi yang diukur tetapi juga memungkinkan siswa untuk dapat menunjukkan kompetensi setingkat di atasnya dan kompetensi setingkat di bawahnya.

  • Penyusunan tahapan dalam pengerjaan hasil kerja (dalam tahap perencanaan, produksi, dan akhir).

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengelola hasil kerja siswa, diantaranya adalah sebagai berikut.

• Anekdotal, merupakan catatan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan terhadap siswa yang waktu kegiatan belajar mengajar disebut anekdotal. Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang belum terlihat pada hasil kerja siswa, seperti misalnya kemampuan siswa untuk kerjasama, dan kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman.


  • Skala Penilaian Analitis penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek pada hasil kerja siswa dilihat dari berbagai perspektif atau kriteria disebut skala penilaian analitis. Skala ini digunakan untuk menilai kemampuan pada tahap perencanaan/perancangan dan tahap akhir. Pada kedua tahap tersebut guru dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari berbagai perspektif serta kriteria. Untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

  • Skala Penilaian Holistik, merupakan penilaian terhadap hasil kerja siswa secara keseluruhan disebut skala penilaian holistik. Skala ini digunakan untuk penilaian pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil kerja.


6) Penilaian Sikap

a. Sikap dan Objek Sikap yang Perlu Dinilai

Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian terhadap sikap selain bermanfaat untuk mengetahui factor-factor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna juga sebagai faeback pengembangan pembelajaran.
Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran sebagai berikut:

•Sikap terhadap mata pelajaran

•Sikap terhadap proses pembelajaran

•Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada

•Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu.

•Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum


b. Cara-cara Menilai Perilaku

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan siswa selama di sekolah (Critical Incidents Record). Pertanyaan langsung dilakukan dengan menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Berdasarkan jawaban dan reaksi yang tampil dari seseorang dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap orang itu terhadap sikap tertentu.


Penggunaan skala sikap mengambil dari teknik-teknik yang telah dikembangkan, namun yang paling praktis dan mudah diimplementasikan adalah Skala Diferensiasi Semantik (Semantic Differential Technique. Teknik ini dapat digunakan pada berbagai bidang, dan teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan skala sikap di kelas. Langkah-langkah pengembangan skala dengan teknik ini sebagai berikut:

•Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya “Mata Pelajaran Seni Tari”

•Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya menarik; penting; menyenangkan’ mudah dipelajari; dan sebagainya.

•Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala

•Menentukan rentang skala pasangan dan penskorannya.
Tabel 3.22. Skala Sikap terhadap kegiatan Pentas Seni di sekolah.

No

Pernyataan

Pilihan Sikap

SS

S

N

TS

STS

1.

Kegiatan di sekolah pada Pentas Seni perlu

dilakukan


















2

Usaha pengaktifan kegiatan Pentas Seni merupakan usaha yang kurang menyenangkan
















3

Kegiatan pentas seni perlu didukung oleh guru

dan orang tua murid


















4

Kegiatan pentas seni diselenggarakan untuk mengisi waktu luang
















5

dts.




















7) Penilaian Diri (Self Assessment)

Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau Classroom Self Assessment (CSA) adalah penilaian sendiri siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) ditingkat kelas. Penerapan konsep PDK adalah sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang menerapkan penilaian berbasis kelas atau Classroom Based Assessment.
Tabel 3.23. Format Penilaian Konsep Diri Siswa Mata Pelajaran Seni Tari


No

Pernyataan

Alternatif Jawaban

Ya

Tidak

1
2
3
4

5

6



7
8

9


Saya sulit mengikuti pelajaran Seni Tari
Saya sulit menghafal urutan gerak dalam tari
Saya sulit melakukan gerak tari dengan baik
Saya sulit mengikuti gerak tari yang docontohkan
Saya belum bisa melaksanakan menari dengan benar
Saya suka belajar tari di luar jam pelajaran sekolah
Saya selalu mengikuti pentas seni di sekolah
Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar tari
Saya ….dts.










BAB IV

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari Bagian ini Anda akan dapat:

a. Menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas (PTK)

b. Menjelaskan perbedaan PTK dengan penelitian formal

c. Menjelaskan hubungan antara PTK dengan guru profesional

d. Mendeskripsikan masalah secara rinci

e. Menemukan akar masalah dan tindakan untuk memecahkan

f. Membuat proposal sederhana dalam bentuk matriks


2. Uraian Materi

a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyakm kita kenal. PTK mmempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:


  • Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.

  • Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.

  • Data diambil dari berbagai sumber.

  • Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.

  • Partisipatif, dilakukan sendiri.

  • Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.

Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut :

PTK:


  • Dilakukan sendiri oleh guru

  • Memperbaiki pembelajaran secara langsung

  • Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan

  • Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit

  • Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen

  • Sampel tidak perlu representatif

Penelitian Formal:



  • Dilakukan oleh orang lain

  • Mengembangkan teori, melalui generalisasi

  • Biasanya mempersyaratkan hipotesis

  • Menuntut penggunaan analisis statistik

  • Instrumen harus valid dan reliabel

  • Sampel harus representatif

b. Cara Memulai PTK

Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK.
Setelah menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan proposal sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK.

Analogi Guru-Dokter

Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” .


Tabel 4.1 Analogi Guru-Dokter


No

Dokter

Guru Peneliti PTK

1

Menanyakan gejala penyakit

Mendeskripsikan masalah

2

Mendiagnosis penyakit

Menemukan akar masalah

3

Menulis resep

Menyusun hipotesis tindakan

4

Menentukan tema pengobatan,

misalnya “Mengobati sakit perut”



Menuliskan judul penelitian


Mendeskripsikan Masalah

Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia akan bertanya: “Kenapa Pak?” atau “Kenapa Bu?” Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?” Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan. Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda. Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit Anda akan makin mudah dokter mendiagnosis penyakit Anda itu.


Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah Anda menemukan akar masalah.
Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburu-buru sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat, lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah penelitian Anda secara rinci:

1. Mulailah dengan satu kalimat masalah.

2. Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut ini:

a. Dari mana tahunya?

b. Bagaimana datanya?

c. Upaya apa yang telah dilakukan?

d. Bagaimana hasilnya?

3. Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.
Contoh:

(Kalimat masalah) ”Nilai Seni Budaya siswa kelas VII SMP X Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan diberikan guru; tetapi tidak mengerti cara mendeskripsikannya, karena mereka tidak diberikan contoh real bentuk seni yang dijelaskan guru. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan; hal-hal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang sudah dilakukan) Agar minat siswa lebih meningkat, guru sering menggunakan model pembelejaran, alat-alat untuk demonstrasi di kelas maupun latihan di studio/kelas yang diharapkan dapat meningkatkan minat siswa. Guru juga sudah menggunakan media Power Point dalam menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi dengan program animasi flash. Siswa-siswa yang bernilai rendah sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. (Bagaimana hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktik itu tampaknya belum berhasil menanamkan konsep-konsep seni budaya secara mantap kepada siswa. Program remedial juga tidak banyak menolong karena siswa yang nilainya rendah pada umumnya berusaha untuk menghindar.
Menemukan Akar Masalah

Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah dapat mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi masalah di atas jelas sekali bahwa akar masalahnya adalah ”minat belajar siswa yang kurang baik”.


Menyususun Hipotesis Tindakan

Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/praktik dan media pembelajaran yang interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar masalah ”kurangnya minat belajar siswa terhadadp mata pelajaran Seni Budaya”. Guru sudah melakukan hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program remedial juga bukan merupakan obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak berhasil. Guru harus menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain.


Marilah sejenak kita berfikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas konsep ”kursi”. Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan kursi model apapun--berkaki empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek, sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan, berbentuk bulat, berbentuk segi empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan logam, ditambahi busa agar empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan, dsb.--kita tidak akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan kursi. Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa dalam kasus di atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia penanaman konsep yang mantap tentang kursi itu?
Dalam menanamkan konsep model pembelajaran terpadu, dengan mengaitkan seni dalam beberapa bidang studi lain, sehingga siswa tidak mengalami mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu sempit. Sebaliknya lupa memberikan ”non contoh” yang akan membuat siswa mengalami over-generalization atau generalisasi yang terlalu luas. Baik under-generalization maupun over-generalization dua-duanya akan mengganggu minat belajar siswa terhadap materi Seni Budaya. Pemberian contoh yang cukup banyak dan disertai dengan mengkaitkannya dalam bentuk ketrrkaitan seni budaya dengan ilmu lain diduga akan dapat memantapkan minat belajar seni budaya siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal dengan model pembelajaran pembelajaran terpadu atau model integrated leraning.
Model pembelajaran terpadu memulai penanaman konsep dengan memberikan contoh yang cukup banyak keteriatan materi seni budaya dengan ilmu lain. Contoh-contoh itu ditempatkan dalam dua kolom yang masing-masing berjudul “Ya” dan “Tidak”, Tabel berikut. Setelah melihat tabel itu siswa diminta berdiskusi untuk menambahkan tiga nama-benda baru pada masing-masing kolom. Sebelum dapat menambahkan nama baru itu, siswa harus menemukan terlebih dahulu konsep yang sesuai dengan “Ya” dan “Tidak”. Jawaban siswa akan bermacam-macam dan masing-masing disertai dengan argumentasi yang kuat, dari pikiran sendiri.

Tabel 4.2. Menyusun Hipotesis Tindakan

dalam Model Pembelajaran Terpadu


Ya

Tidak

Multi kultural

………………..

Multi dimensional

……………….


Cabang Seni

……………..

Cabang ilmu

………………

Kreativitas

…..

Hasil karya seni

……

...

...

...

...

...

...

Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: ”model pembelajaran terpadu akan meningkatkan minat belajar Seni Budaya siswa kelas VII SMP X Jakarta.”


Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunankan model pembelajaran terpadu, dengan, dengan mengaitkan seni dengan bidang ilmu lain.

2. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan jawaban.

3. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian tugas atau kerjasama antar kelompolok yang terlalu banyak”.


Catatan:

Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktik tetap dilakukan karena merupakan karakteristik pembelajaran Seni Budaya. Program remedial bagi siswa-siswa yang lambat juga terus dilakukan karena merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku. Jadi tindakan dalam PTK tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” model pembelajaran dan prinsip sudah baku, melainkan “menambahkan” model-model pembelajaran baru.



Yüklə 3,94 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   45




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin