kedua, sanad atau daftar para perawi yang berperan dalam mentransmisikan hadis itu sampai kepada perawi terakhir yang menuliskannya di dalam sebuah kitab hadis.
Klasifikasi Bidang Kajian dalam Ilmu Hadis
Ilmu rijal al-hadits guna mengetahui ihwal perawi di kalangan sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin
Ilmu tawarikh al-ruwât, yaitu ilmu yang menjelaskan biografi para perawi hadis: kapan dan di mana dilahirkan, dari siapa ia menerima hadis, siapa yang mengambil hadis darinya, dan di mana ia wafat. Contoh karya bidang ini:
al-Tarikh al-Kabîr karya al-Bukhârî (w. 252 H);
Tarikh Nisabûr al-Hakim al-Naisabûrî;
Tarikh Baghdâd karya al-Khatîb al-Baghdâdî;
Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl karya Abû al-Hajjâj Yusuf al-Mizzî ( w. 742 H);
tahdzib al-tahdzîb karya Ibn Hajar al-Asqallânî (w. 852 H)
Ilmu Tabaqât membahas kelompok orang-orang (jama’ah) yang memiliki kesamaan masa hidup. Contoh kitab
Tabaqât al-Kubrâ karya al-Wâqidî (w. 230 H);
Tabaqât al-Ruwât karya Khalifa b Khayyâth al-Syaibanî (w. 240 H);
Tabaqât al-Tâbi’în karya Muslim (w. 261 H),
Tabaqât al-Muhadditsîn wa al-Ruwât karya Ahmad b Abd Allah b Ahmad al-Isfahânî (w. 430 H);
Tabaqât al-Huffâzh karya al-Dzahabî (w. 748); dan tabaqât al-hiffâdz karya al-Suyutî (w. 911 H).
Ilmumu’talif dan mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas kesamaan bentuk tulisan dari nama asli, nama samaran, atau nama keturunan para perawi, tetapi bunyi bacaannya berlainan. Bila sama bunyi lafadznya disebut mu’talif, bila tidak disebut mukhtalif. Ada pula istilah yang dikenal dengan muttafiq dan muftariq yang membahas kesamaan bentuk tulisan dan ucapan, tetapi orangnya berlainan. Contoh karya di bidang-bidang ini:
Ilmumu’talif dan mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas kesamaan bentuk tulisan dari nama asli, nama samaran, atau nama keturunan para perawi, tetapi bunyi bacaannya berlainan. Bila sama bunyi lafadznya disebut mu’talif, bila tidak disebut mukhtalif. Ada pula istilah yang dikenal dengan muttafiq dan muftariq yang membahas kesamaan bentuk tulisan dan ucapan, tetapi orangnya berlainan. Contoh karya di bidang-bidang ini:
al-Mu’talif wa al-mukhtalif fî asmâ’i naqlat al-hadits dan Musytabih al-nisba karya Abd al-Ghanî b Sa’d al-Azdî (w. 409 H);
al-Musytabih fî asmâ’ al-Rijâl karya Dzahabî (w. 748); dan
Tabsîr al-muntabih bi tahrîr al-musytabih karya Ibn Hajar al-Asqallânî (w. 852 H).
Ilmu jarh wa ta’dîl membahas ihwal perawi dari segi diterima ataupun ditolak periwayatannya. Kitab-kitab yang termasuk bidang ilmu ini:
Ma’rifat al-Rijal karya Ibn Ma’in;
al-Du’afâ karya al-Bukhârî (w. 252 H);
al-Thiqât karya Ibn Hibbân (w. 304 H);
Al-Jarh wa al-Ta’dîl karya Ibn Abî Hâtim al-Râzî (w. 326);
Mîzân al-I’tidâl (3 vol) karya Al-Dzahabî (w. 748);
Lisân al-Mîzân (6 vol) karya Ibn Hajar al-Asqallânî (w. 852 H).
Ilmu gharîb al-hadits membahas lafazh-lafazh dalam matan hadis yang sulit difahami karena jarang dipergunakan. Karya-karya bidang ini:
Ilmu gharîb al-hadits membahas lafazh-lafazh dalam matan hadis yang sulit difahami karena jarang dipergunakan. Karya-karya bidang ini:
Gharib al-Hadits oleh Abu Ubayd Qâsim b Salâm (w. 224 H);
al-Fâ’iq fî Gharib al-hadits karya Zamakhsyarî (w. 538 H);
al-Nihâya fî Ghârib al-Hadîts wa al-Athâr oleh Ibn al-Atsîr al-Jazarî (w. 606 H).
Ilmu asbâb wurûd al-hadits menerangkan sebab lahirnya sebuah hadits. Contoh karya bidang ini:
Al-Bayân wa Ta’rîf fî Asbâb wurûd al-Hadits al-Syarîf karya Ibn Hamzah al-Husainî (w. 1120 H).
Ilmu tawârikh al-mutûn membahas kapan dan di mana sebuah hadits diucapkan oleh Nabi SAW. Perintis ilmu ini Abû Hafs Amr b Salar al-Bulqînî dengan kitab Mahâsin al-Istilâh.
Ilmu nâsikh wa al-mansûkh membahas hadits-hadits yang berlawanan maknanya dan tidak mungkin mengkompromikannya lagi, sehingga perlu ditentukan mana yang nâsikh dan mana yang mansûkh. Karya bidang ini
Nasikh al-Hadits wa mansûkhuh karya Abu Bakr Ahmad b Muhammad al-Atsram (w. 261 H); juga
Nasikh al-Hadits wa mansûkhuh karya Abu Hafs b Ahmad al-Baghdâdî, populer dengan sebutan Ibn Syâhîn (w. 385 H);
al-i’tibâr fî al-Nâsikh wa al-mansûkh min al-atsar karya Abu Bakr Muhammad b Musa al-Hâzimî (w. 585)
Ilmu mukhtalif al-hadits membahas hadits-hadits yang pada lahirnya saling berawanan, yaitu dengan menghilangkan pertentangan itu, ataupun dengan mengkompromikannya. Contoh karya:
Mukhtalif al-Hadits karya al-Syâfi’î;
Ta’wîl Mukhtalif al-Hadits karya Abd Allâh b Muslim b Qutaiba al-Daynûrî (w. 276 H);
Musykil al-Atsâr karya Ahmad b Muhammad al-Tahanâwî (321 H);
Musykil al-hadits wa bayânuh karya Ibn Furak al-Isfahanî (w. 406).
Ilmu ‘ilal al-hadits membahas sebab tersamar yang membuat kecacatan sebuah hadits, seperti menyambungkan sanad yang munqati’, memarfu’kan berita yang mauquf, menyisipkan satu hadits dengan yang lain, atau memutarbaikkan matan dengan sanad, dan sebaliknya. Contoh karya:
al-Tarikh wa al-ilal karya yahya b Ma’in (w. 233);
Ilal al-hadits karya Ahmad b Hanbal (w. 241);
al-musnad al-mu’allal karya Ya’qub b Syaibah al-Sudusy al-Basrî (w. 279);
al-Ilal karya Isâ al-Tirmidhî (w. 279);
Ilal al-Hadits karya Ibn Abî Hâtim al-Râzî (w. 327); dan
al-Ilal al-wârida fî al-ahâdits al-nabawiyya karya Ali b Umar al-Dâruqitnî (w. 375).