Orkes madun II atawa Umang-Umang Karya Arifin C. Noer


BUANG Barangkali, barangkali kita bisa menangis sambil membayangkan seakan-akan kita juga sedang melayani beliau? DEBLENG



Yüklə 480,31 Kb.
səhifə2/4
tarix06.08.2018
ölçüsü480,31 Kb.
#67449
1   2   3   4

BUANG

Barangkali, barangkali kita bisa menangis sambil membayangkan seakan-akan kita juga sedang melayani beliau?


DEBLENG

Membayangkan?


BUANG

Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang


SEKOTENG

Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang


DAN ORANG-ORANG PUN SAMA MENGANGGU-ANGGUK
ORANG-ORANG

Boleh juga, boleh juga….


LALU SEMUA MENCOBA MENANGIS DAN MEMBAYANGKAN HAL ITU. DAN TIBA-TIBA SEMUA DIKEJUTKAN OLEH SUARA LANTANG BIGAYAH
BIGAYAH

Tarkeniiiiii! Mana perempuan kolokan itu!?


BUANG

Dia nggak ada di sini, Bigayah


SATU

Maaf, Bigayah. Bicaranya jangan keras-keras


BIGAYAH

Apa? Jangan keras-keras? Kamu siapa? Hansip baru? Tukang beca baru? Copet baru? Garong baru? Tamu baru? Seniman baru?


SATU

Saya tukang pijat baru, Bigayah


BIGAYAH

Ya, tapi baru, kan?


SATU

Baru satu bulan, Bigayah


BIGAYAH

Tapi kok situ berani melarang saya bicara keras padahal bicara keras itu adat saya dan di stasiun tua ini, adat serta kepribadian sangat dijunjung tinggi? Kok berani?


SATU

Saya berani karena….


SEMUA

Sssst
SATU

Karena
SEMUA

Ssst
SATU

Kenapa?
SEMUA

Sssst
SATU

Biarkan saya menjelaskan, teman-teman, supaya…
SEMUA

Sssst
SATU

Barangkali saja soal cinta atau soal wanita bisa menentramkan atau mengurangi sakit Waska
BIGAYAH

Cinta? Wanita? Waska? Sakit? Apa hubungan semua itu?



(Tergantung)

Ayo, jangan bisu!


SATU

Bigayah, pacarmu Waska saat ini sedang dalam keadaan sakaratul maut dalam gerbong tua itu


BIGAYAH

Jangan bicara sembarangan ya? Saya orang kuat di sini


SATU

Betul, Bigayah, kami berkumpul di sekitar gerbong tua karena di dalam gerbong itu Waska sedang berkelahi dengan ajalnya


BOROK (Memukul-mukul kepalanya sendiri)

Modar! Modar!


RANGGONG

Ada apa, Borok?


BOROK (Sambil berjalan)

Saya lupa membawa jamu itu


BIGAYAH

Kamu tidak bohong? Waska, kekasihku sedang sakit?


SATU

Percayalah saya seperti saya ini seorang bayi


BIGAYAH (Sambil berlari)

Waskaaa!
JAPAR

Jadi bagaimana kseimpulan diskusi kita?
GUSTAV

Sampai tetes airmata yang penghabisan, kita teruskan tangis kesedihan kita


DEBLENG

Ya, sekarang kita boleh menlanjutkan tangis kita karena Bigayah akan melayani Waska, karena Bigayah akan titik titik titik


JAPAR

Mari teman-teman


MAKA TANGIS PUN BERLANGSUNG LAGI. DAN SENIMAN PUN BACK IN ACTION. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA PLUITPLUIT POLISI DAN KAMTIBMAS SEMUA MENYINGKIR KELUAR

HIRUK PIKUK HINGAR BINGAR KEGIATAN JADI SATU. MEREKA MUNCUL LAGI DAN MELANJUTKAN TANGIS. SENIMAN SELALU KETINGGALAN.

TERDENGAR LAGI PLUIT-PLUIT POLISI, SEMUA MENYINGKIR. SENIMAN SELALU KETINGGALAN.
SEMAR

Saya bukan Waska atau orang-orang itu, jadi saya aman dan tidak perlu takut sama polisi atau pun kamtib. Saya Semar.

Nah, penonton, ketika germo dan pelacur tua yang bernama Bigayah itu menuju gerbong tua, Waska sedang mengalami demam yang sangat-sangat. Begini.
WASKA DEMAM, DALAM GERBONG DAN ORANG-ORANG MUNCUL LAGI DALAM KOMPOSISI YANG TETAP, NAMUN TERBALIK DAN KEMBALI TANGIS! DAN KEMBALI GESEKAN BIOLA….

SETELAH SUARA-SUARA ITU JUGA TERDENGAR CAMPUR BAUR SUARA-SUARA LONCENG GEREJA, ADZAN DAN BEDUK DAN KLININGAN DAN LAIN-LAIN.


RANGGONG

Tahan, Waska. Tahan!


WASKA

Sakan saya tahan, akan saya tahan. Tak akan saya biarkan putus nyawa saya dan saya pasti menang


RANGGONG

Kamu lebih tua, jauh lebih tua dariku, tapi juga kamu lebih kuat dalam segala hal. Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-citaku. Kamu adalah panduku, Waska. Kebanggaanku berkibar-kibar setiap kali aku menatap garis-garis wajamu yang tajam bagaikan mata pisau membara


WASKA BERJUANG MELAWAN BATUK. PERKELAHIAN YANG MENGERIKAN SEKALI. TERAKHIR WASKA KECAPEKAN.
JAPAR

Penyelesaian saya tidak akan pernah beujung atas tangis cengeng saya yang sekarang, kalau ternyata kemudian kamu adalah seorang lelaki tua yang pengecut dan takut akan mati. Dan bukan mustahil penyesalan saya akan menghasilkan kutukan atas dirimu, atas badanmu, atas rohmu, atas keyakinanmu, atas pikiranmu, atas impianmu, atasmu!


WASKA

Saya tidak pernah takut mati. Masalahnya saya tidak pernah mau mati! (Berseru) Borok!


SEMUA TIDAK TAHU APA MESTI MENYAHUT
WASKA

Bangsat kamu, Borok! Di mana kamu, Borok!? Kalau kamu berani mengingkari janji atau berbohong, saya tidak akan berpikir dua kali untuk merobek mulut dan matamu! Borok!


RANGGONG

Dia baru saja pergi mengambil jamu yang dijanjikannya, Waska


WASKA

Ini masalah detik. Ini hanya bisa diatasi kalau kamu semua bisa mengalahkan detik


RANGGONG

Aku sanggup mengalahkan semua detik yang ada, Waska


WASKA

Siapa yang bicara itu? Siapa yang sesumbar itu?


RANGGONG

Golokmu, Waska


WASKA

Ranggong, golokku. Mendengar suaramu, aku seperti baru saja menghirup udara segar dan meneguk air pegunungan. Berangkatlah, anak-anakku. Segera!


LALU RANGGONG PUN BERANGKATLAH BERSAMA MEMUNCAKNYA SUARA-SUARA. TAPI KEMUDIAN TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA SUARA. SATU-SATUNYA ADALAH SUARA BIGAYAH MEMANGGIL-MANGGIL WASKA
WASKA

Pasti suara itu. Aku mendengar suara itu. Aku tidak pernah merasa takut kecuali setiap hari mendengar suara itu. Suara itu seperti suara mendiang ibuku yang tidak pernah jelas wajahnya. Suara itu seperti istriku yang tak pernah ada. Suara itu seperti suara anak perempuan ku yang tidak akan pernah lahir. Dan aku takut, aku takut. Ak berubah jadi badut menghadapi cobaan ini. Bigayahkah itu?


BIGAYAH (dari jauh)

Ya, Waska, Bigayahmu


WASKA

Widow, wados. Saya minta berhenti kamu memanggil-manggil


BIGAYAH

Sudah hampir empat puluh tahun aku dirundung cinta suci atasmu. Waska, masihkah kau menampik?


WASKA

Aku mohon, aku mohon janganlah engkau memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon.


BIGAYAH

Bungkus ketupatku yang kau makan empat puluh lebaran yang lalu masih kusimpan sebagai kenang-kenangan, Waska. Juga puntung rook minak jingo yang kamu hisap empat puluh tahun yang lalu masih kusimpan sebagai tanda bukti kasihku kepadamu, Waska. Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali malam itu, empat puluh cap gomeh yang lalu masih tergantung sebagai hiasan dinding rumahku,Waska. Empat puluh Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku!?. Waska, pada usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam kekosonganmu, dalam kesunyianmu.


WASKA

Aku masih muda. Aku masih muda. Baru saja aku melewati masa akilbaligku.dan sekali aku mohon, Gayah….


BIGAYAH

Kamu ingin aku tak memanggilmu?


WASKA

Ya, Gayah. Tolonglah


BIGAYAH

Apakah itu berarti aku boleh mendekatimu tanpa bersuara?


WASKA

Gayah, aku tidak menghendaki suaramu, juga kehadiranmu


BIGAYAH

Begitu maumu?


WASKA

Ya, Gayah


BIGAYAH

Begitu mauku, begini mauku


DAN MENDEKATLAH BIGAYAH PERLAHAN. DAN SEMAKIN MENDEKAT SEMAKIN WASKA NGERI DAN TAKUT
BIGAYAH

Waska
WASKA

Jangan dekat, Gayah
BIGAYAH

Waska
WASKA

Kasihani aku, Gayah. Aku sedang sakit parah, inkoma dalam keadaan sakaratul maut
BIGAYAH

Justru ini artinya kesempatan yang baik


DAN BEKEJAR-KEJARANLAH MEREKA, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG MENANGIS JADI KALANG KABUT. DAN PUNCAK ADEGAN INI ADALAH SAAT TERDENGAR BUNYI PLUIT-PLUIT LAGI YANG MENYEBABKAN SEMUA ORANG JADI PORAK-PORANDA. DAN SENIMAN SELALU KETINGGALAN

DAN DALAM KEPORAK-PORANDAAN ITU, TERDENGAR BIGAYAH MENGUCAPKAN BARIS-BARIS KALIMAT SEBAGAI BERIKUT


BIGAYAH

Jangan bersembunyi, Waska. Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa tetap bercinta. Biarkan kita terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya. Waska, nasib buruk, kesialan, kemelaratan dan penyakit jangan pula kita biarkan memusnahkan cinta kita. Melarat sudah, penyakitan sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian


WASKA

Aku tidak bersembunyi, aku bertapa, aku bersamadi, aku sedang menghitung jumlah semut yang pernah ada dan jumlah tarikan napas saya selama ini. Jangan sekati saya. Kalau dintamu tidak atau belum mendapatkan balasan dari hatiku karena adalah karena pikiranku yang jahanam serta penuh kepongahan, yang adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka


BIGAYAH

Waska
WASKA

Jangan dekat, gayah. Aku lenyap
PENTAS KOSONG

LONCENG DUA KALI

BIGAYAH MENANGIS MERAUNG-RAUNG, RANGGONG SEDANG MEMBUAT PIPA ROKOK DARI TULANG AYAM. DEBLENG SEDANG MEMBERSIHKAN LOBANG HIDUNGNYA. DAN SENIMAN MENGIRINGINYA DENGAN BIOLA
RANGGONG

Jangan terlalu berkepanjangan, Bigayah. Kasihan Waska, kasihan jiwanya


DEBLENG

Kalau terlalu lama menangis nanti serak


RANGGONG

Jangan ngaco, Debleng


BIGAYAH

Tujuh hari tujuh malam sudah saya menangis meraung-raung bagaikan seekor kucing betina di suatu wuwungan rumah tua kala dinihari yang dingin dan sepi. Tujuh hari tujuh malam sudah sehingga saya persiapkan segala sesuatunya, asam sianida, air keras, silet, pil tidur, belati, pistol bahkan tali palstik untuk sewaktu-waktu diperlukan kalau-kalau bermaksud bunuh diri


DEBLENG

Sampai sebegitu jauh jugakah tekad percintaan pasangan tua kayak kalian?


BIGAYAH

Cinta tak pernah kenal akan usia


RANGGONG

Tapi Bigayah, mendengar rencana-rencanamu yangs eram begitu, apakah tidak akan membuat jiwa Waska semakin tersiksa sehingga bisa mengakibatkan semakin rawan tali nyawanya dan gampang putus!?


BIGAYAH

Saya betul-betul tidak habis mengerti, kenapa Waska selalu menolak setiap kali saya ajak kawin. Apakah karena saya seorang germo dan pelacur tua? Kalau memang kedudukan saya yang menghalangi semua ini, saya rela menghentikan karir saya dan rela juga melakukan apa saja yang ia kehendaki


RANGGONG

Banyak alas an dan banyak sebab seseorang melakukan sesuatu atau mengambil sikap tertentu, sekali pun ada juga tindakan-tindakan dan sikap-sikap seorang yang kadangkala sama sekali tidak beralasan. Pernah kamu minta penjelasan Waska atas sikapnya itu?


BIGAYAH

Bukan saja pernah tapi sering


RANGGONG

Bagaimana?


BIGAYAH

Pernah saya Tanya padanya, apakah barangkali ada alas an kesehatan atau alas an biologis yang menyebabkan ia tidak mau kawin


RANGGONG

Apa jawabnya?


BIGAYAH

Diam seribu bahasa


RANGGONG

Diam seribu bahasa?


BIGAYAH

Ya, tapi saya tidak bisa berhenti di sini. Saya lanjutkan pertanyaan saya. Alas an psikologis barangkali? Diam seribu bahasa. Alasan sosiologis barangkali? Diam seribu bahasa. Alas an agama atau kepercayaan atau filosofis barangkali? Ia tetap membisu. Atau alasan politis barangkali? Juga ia tetap membisu


RANGGONG

Sama sekali Waska tidak mengucapkan apa-apa?


DEBLENG

Kadang-kadang, Waska memang keterlaluan


BIGAYAH

Pada suatu kesempatan yang lain, pada suatu malam yang lain, sehabis kami bersetubuh di atas kasur yang baru saja dijemur siangnya, Waska berkata bahwa sekali pun ia menolak perkawinan yang juga tak jelas dasar alasannya, namun ia sangay menyukai saya dan malahan ia berjanji akan selalu siap menemabni di tempat tidur kapan saja saya ingin melepas rindu


DEBLENG

Seniman besar memang tak terjelaskan


RANGGONG

Debleng, kalau kamu tidak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar, saya bisa membuat kamu pingsan untuk beberapa jam


DEBLENG

Mampu, Ranggong. mampu


RANGGONG

Sekarang pertanyaan saya begini, Bigayah. Kamu punya rencana bunuh diri atas dasar alas an apa? Karena lamaranmu ditolak atau karena Waska akan menemui ajalnya!?


BIGAYAH DIAM SAJA
RANGGONG

Kenapa kamu diam, Bigayah?


BIGAYAH NYELONONG PERGI
RANGGONG

Kenapa dia?


DEBLENG

Diam seribu bahasa


WASKA

Ranggong! Matahari itu telah menggelincir lagi tanpa tanggung jawab dan aku dibiarkannya mengejarnya megap-megap


RANGGONG

Segera akan kususul Borok, Waska. Segera.


RANGGONG PUN LARI
RANGGONG

Borok!
DEBLENG

Orang sakit itu bisaa, kenapa ada orang yang menganggapnya luar bisaa?
LEWAT BUANG
DEBLENG

Kemana, Buang?


BUANG

Beli minyak angina buat Waska


DEBLENG

Bagaimana keadaan Waska?


BUANG

Dalam satu jam hanya tiga kali Waska sanggup menarik napas


DEBLENG

Gawat!
DAN DEBLENG PUN LARI


BUANG

Para penonton, buat saya minyak angina atau obat atau jamu macam apa pun hanyalah sekedar memperingan rasa sakit atau yang paling banter berfungi seperti seteguk air bagi musafir di padang pasir. Tapi apa kata Waska? “Aku yakin” katanya “Aku yakin minyak angina mampu melawan ajalku!” betul-betul sinting dia. Tapi memang dia sudah pikun. Dan kalau awalnya terlalu pintar, pada akhirnya pikunnya berbahaya.

Nah, saya permisi sebentar, para penonton. Mau beli minyak angina.
LONCENG DUA KALI

BAGIAN KEDUA
MUSIK PELAN
RANGGONG (Berseru)

Kumpul!!!


BOROK

Modar! Modar!


RANGGONG

Kumpul!!!


BOROK

Modar! Modar!


DEBLENG

Kumpul!!!


BUANG

Kumpul!!!


NABI

Ada apa Semar!?


SEMAR

Dalam adegan ini pengarang bermaksud ingin melukiskan rapat kerja para penjahat


NABI

Kok kayak rapat raksasa?


SEMAR

Memang. Rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan serupa ini bisaanya hanya terjadi di kalangan kaum agama atau pergerakan politik, tapi Waska berpendapat pada abad ini sudah saatnya kaum penjahat harus berani tampil dalam berbagai bentuk pertemuan dan berbagai mimbar, bahkan dalam diskusi-diskusi, seminar-seminar, rapat-rapat tertutup dan terbuka. Bentuk-bentuk pertemuan yang sifatnya tertutup dan penuh rahasia, seperti yang dikisahkan buku-buku sejarah atau pun novel-novel criminal, menurut jalan pikiran Waska, harus dianggap bentuk yang tidak lagi pantas, mengingat gerombolan penjahat sama sekali bukanlah kaum minoritas di bumi ini. Bahkan lebih jauh Waska sampai pada kesimpulan bahwa bumi ini justru milik mereka.

Dan perlu dicatat, begitu kata Waska dalam salah satu wawancaranya dengan wartawan. Bahwa pendapatnya ini serta pandangan-pandangan cukup ilmiah, setidak-tidaknya didukung oleh data-data
NABI

Tapi Waska, apakah kamu tidak menyadari sebenarnya kamu dan kawan-kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap putus asa yang sangat gelap mengerikan?


WASKA

Nabi, ketahuilah, kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah jauh dari sikap serta keadaan itu. Kami telah menyebrangi samudera luas keputus asaan dan sampai di suatu pulau seberang harapan yang masih belantara, masih lebat dengan hutan buah larangan, yang setiap abatangnya dari berjuta pohonan melilit seekor ular purba.


Dan di pulau itu adalah sebuah bukit terjal. Dan bukit terjal itu adalah gua-gua yang di dindingnya adalah tembaga. Dan di tempat yang hanya berbau karat besi itu, kami telah bertemu dengan Dajjal
NABI

Tuhanku!
DAJJAL MERAUNG-RAUNG


WASKA

Berhenti kamu meraung-raung, Dajjal! Cengeng kamu!



(kemudian seseorang memberikan minuman kepada Dajjal)

seperti kamu baca dalam kitab-kitab, ia terus meraung-raun, dan setiap ia meraung telah menyebabkan gempa di salah satu belahan bumi. Dan sebaliknya, setiap kali tiba saat adzan diperdengarkan, belenggunya semakin tebal dan tebal sehingga pada suatu kali, pernah ia sama sekali terbalut belenggu, bahkan ia telah menjelma jadi belenggu itu sendiri.


Kami telah berusaha melepaskan belenggunya, tapi sia-sia, maka aku pinjam sana sebelah matanya yang kiri
MUSIK
NABI

Tapi Semar, apakah mereka sadar, bahwa pulau yang disebut Waska itu sangat jauh terpencil dan sama sekali tidak akan memberikan apa yang mereka harapkan?


SEBENTAR, SEMAR MENYALAKAN ROKOKNYA
SEMAR

Kalau harapan mereka adalah harapan seperti yang saya bayangkan, barangkali ya. Tapi persoalannya jauh dari sederhana, yaitu saya tidak tahu sama sekali, apa yang mereka harapkan. Dan lagi apa kata Waska mengenai hal itu?


WASKA

Aku pernah mengharap, tapi aku tidak pernah mendapat. Aku pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah menodongku dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan dan kelaparan, maka kutodonglah kekayaan dan makanan


MUSIK PELAN.

SEBENTAR WASKA MERENUNGI KEMBALI KALIMAT-KALIMATNYA SENDIRI


SEMAR

Waska memang keras kepala


NABI

Betul-betul putra Nuh. Saya ahrap saja pada akhir sandiwara ini, ia akan mendapat karunia cahaya


SEMAR

Saya sendiri juga mengharapkan itu, tapi sayangnya, seperti juga pengarang sendiri, kita hampir tidak pernah bisa mneduga akhir kisah seseorang. Benih peristiwa selalu luput dari tangan kita


NABI

Nah, pendapatmu bagaimana, Seniman?


SENIMAN

Aku hanya berurusan dalam lakon Waska, tapi tidak dalam diskusi kalian. Tapi kalau boleh berkata, aku hanya mau mengatakan bahwa kau tidak punya urusan dengan semua itu. Urusanku adalah nasib irama, melodi, harmoni dan warna bunyi. Terus terang belakangan ini kemurnian elemen-elemen ini ditunggangi secara kurang ajar dan tidak senonoh


DEBLENG

Kumpul!!!


BOROK

Modar! Modar!


JAPAR

Gak bisa prei modar-modarnya!?


BOROK

Gua ledakin! Gua ledakin!


RANGGONG

Jangan sekarang, Borok


BOROK

Modar! Modar!


JAPAR

Apa yang maudiledakan?


RANGGONG

Dunia
JAPAR

Memangnya petasan?
DEBLENG

Kumpul!!!


BUANG

Saudara-saudaraku, segeralah berkumpul di alun-alun, maksud saya di kompleks kuburan berbagai bangsa dan agama. Di atas tanah yang di dalamnya berisi leluhur kita itu. Waska pemimpin jempolan kita akan membagi-bagikan impian spektakuler dan kolosalnya dari ketentraman jiwa kita. Kumpul saudara-saudara, kumpul. Hidangan supaya bawa sendiri masing-masing. Bagi mereka yang tidak sempat mencuri makanan karena kesiangan dianjurkan supaya merampas saja. Jangan sekalisekali mengemis. Mengemis itu haram. Kumpul saudara, kumpul leluhur kita, baik yang dibawah tanah mau pun di atas tanah yang telah menanti dengan setumpukan novelnya yang terbaru


DEBLENG

Kumpul! Kumpul! Penjelasan sudah cukup, saya tidak perlu lagi menjelaskan. Kumpul!


MAKA ORANG-ORANG PUN BERDATANGAN DARI BERBAGAI PENJURU

JUMLAH MEREKA MELEBIHI JUMLAH PENONTON


SEMAR

Permisi sebentar, tuanku. Kami akan memainkan adegan musyawarah itu


NABI

Sebagai pemain, apalagi sutradara, sebenarnya kamu bisa mengarahkan lakon ini, Semar


SEMAR

Maaf, apa Tuanku kira diri saya milik diri saya semata-mata?


NABI

Tentu saja tidak


SEMAR

Kalau begitu kita sependapat. Dan lebih dari itu saya hampir mutlak percaya, bahwa tidak seorang pun di dunia ini, baik yang dibawah mau pun di atas tanah, di balik langit, yang mutlak milik dirinya semata-mata. Kalau ada orang merasa dirinya adalah mutlak milik dirinya semata, pastilah orang itu sedang menyadari kedudukannya, yang ternyata tidak seperti yang diucapkan mulutnya


ANAK KECIL

Oom Semar, cepat dong. Sandiwara diskusi melulu, ntar nggak habis-habis


SEMAR

Permisi, Tuanku


NABI

Kau semakin tua, badutku


SEMAR

Kita semakin tua dan semakin muda sekaligus nabiku


KE DALAM
NABI

Ya, badutku. Kesabaran inilah yang menyenangkan


SEMAR

Yang memelihara dan mengasuh ruh serta semangat kita


NABI

Dua ribu tahun yang lalu, kamu mengucapkan kalimat itu untuk pertama kalinya, ketika kita bertemu untuk kedua kalinya di – di saya kira di suatu fyord dengan ombak-ombaknya yang gemulung


SEMAR

Fi Finlandia, Tuanku. Finlandia


NABI

Ya, ya. Finlandia. Dua ribu tahu yang lalu. Sayang sulingmu hilang


SEMAR

Tapi saya masih menyimpan bunyinya, Tuanku


ANAK KECIL

Oom Semar, cepetan dong


SEMAR

Cerewet. Permisi Tuanku – emangnya penonton saja yang boleh mengaso dan ngobrol?


ANAK KECIL

Oom sendiri yang bilang ‘penonton adalah raja’


SEMAR

Nggak ada raja. Yang ada penonton dan pemain atau sebaliknya. Nah, ayo kamu mulai, mulai!

MUSIK KERAS. LALU MULAILAH PERTEMUAN BESAR ITU. PERSIS KAYAK RAPAT RAKSASA
TUKANG PIJAT

Nggak dipijat dulu, bapak?


WASKA

Kamu kira aku kumpulin orang-orang ini hanya untuk nonton aku pijatan? Lagi siapa yang mengatakan aku sakit? Siapa? (Batuk-batuk, hebat sekali) aku tidak sakit! Aku tidak sakit! Aku sehat wal afiat! (Meludah) Batuk sialan!



(rang-orang mau menolong)

jangan pedulikan aku. Aku pasti sembuh. Bagaimana, tidak ada yang absent?


RANGGONG

Semuanya lengkap hadir, Waska


DEBLENG

Priok, daerah kota, Cengkareng, Grogol dan sekitanya semua lengkap dengan perbekalannya


JAPAR

Halim, Cawang, Jatinegara, Cakung, Pondok Bambu, Kelapa Gading dan sekitarnya semua lengkap hadir


BUANG

Dari Krawang, Tangerang, Jatinegara, Jatibarang dan beberapa daerah juga mengirimkan utusan, bapak


WASKA

Bukitduri?


JAPAR

Datang
SENIMAN

Aku juga hadir, Waska!
WASKA

Setan lu Jonathan. Kemana saja kamu? Lama sekali kamu hilang


SENIMAN

Mengembara seperti bisaanya, seperti sejak dahulu kala. New York, Paris, London, Moskow, semua kota, semua perempuan, semua lorong, semua museum, semua auditorium, semua, semua


WASKA

Anak-anakkuu, perkenalkanlah sahabatku, Jonathan, seniman. Ia adalah seniman abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota telah dihirupnya dan sebaliknya kota-kota itu juga telah menghirup ciptaan-ciptaan seninya yang memang lezat. Sebagai tanda seorang universalis ia telah memasang hampir semua lambing berbagai Negara pada jaketnya yang berlabel Levi’s, meski pun buatan pulogadung. Silakan duduk, sahabatku


SENIMAN

Terima kasih


WASKA

Berbeda dengan seniman zaman dahulu kala, yan bisaanya hidup di kalangan para pengeran dan bangsawan serta rja-raja, maka Jonathan telah memilik gerombolan kita sebagai lingkungannya serta sumber-sumber ciptaannya. Tepuk tangan untuk Jonathan, anak-anakku


MAKA SEMUA ORANG PUN BERTEPUK
Yüklə 480,31 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin