1717. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Apabila Rasulullah saw. mengangkat salah seorang sahabatnya memegang suatu jabatan, beliau bersabda, "Berilah mereka kabar gembira agar mereka tidak menjauhkan diri, mudahkanlah segala urusan mereka dan jangan dipersulit."1718. Dari Sa'id bin Abu Burdah r.a., dari bapanya, dari kakaknya, katanya; "Bahwasanya Rasulullah saw. pernah mengutus kakaknya bersama Mu'adz ke negeri Yaman, maka bersabda beliau: Mudahkanlah kamu berdua, jangan mempersulit; dan gembirakanlah, dan jangan menjauhi; saling patuhlah kamu berdua, dan jangan jangan saling sengketa!"
1719. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila Allah Ta'ala telah mengumpulkan orang-orang dahulu dan orang-orang yang terakhir kelak di hari kiamat, maka dikibarkan bendera bagi setiap pengkhianat serta diteriakkan, "Inilah bendera si Fulan bin Fulan."
1720. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Kelak di hari kiamat, setiap pengkhianat membawa benderanya masing-masing."
1721. Dari Abu Sa'id r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Kelak di hari kiamat, setiap pengkhianat membawa sebuah bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya."
1722. Dari Jabir r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Perang itu adalah tipu muslihat."
1723. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi saw. bersabda: "Janganlah kamu minta-minta bertemu dengan musuh. Tetapi bila kamu bertemu dengan mereka, maka teguhkanlah hatimu!"
1724. Dari 'Abdullah bin Abi Aufa r.a., dia menulis surat kepada 'Umar bin 'Ubaidillah, ketika dia sedang melakukan perjalanan ke Haruriyah, mengabarkan bahwa Rasulullah saw. pada suatu hari akan bertemu dengan musuh, maka beliau menunggu hingga matahari tergelincir. Beliau berpidato di hadapan tenteranya, sabdanya: "Hai, manusia! Janganlah kamu meminta-minta supaya bertemu dengan musuh. Tetapi mintalah kepada Allah keselamatan, dan apabila kamu bertemu dengan musuh, teguhkanlah hatimu. Ketahuilah, sesungguhnya syurga itu di bawah kilatan pedang. Kemudian beliau mendoa: "Allahumma munzilal kitab, wa mujiryas, sahab, wa hazimal ahzab, ahzimhum wan shurna 'alaihim."1725. Dari 'Abdullah bin Abi Aula r.a., katanya: "Rasulullah saw. mendoakan kehancuran bagi pasukan gabungan musuh, "Allahumma munzilal kitab, sari'al hisab, ahzimil ahzab. Allahumma ahzimhum wa zalzilhum."1726. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Seorang wanita kedapatan mati terbunuh dalam suatu peperangan. Lalu Rasulullah saw. melarang membunuh wanita dan anak-anak."1727. Dari Ash Sha'bi bin Jatsuiamah r.a., katanya: "Nabi saw. ditanya orang mengenai anak-anak orang musyrikin yang terbunuh ketika terjadi serangan malam. Maka terbunuh di antaranya wanita-wanita dan anak-anak mereka. Jawab beliau, "Mereka itu termasuk musuh."
1728. Dari 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. membakar dan menebang pohon kurma Bani Nadhir di Buwairah. Lalu Allah menurunkan ayat: "Setiap pohon kurma yang kamu tebang, atau kamu biarkan tegak di atas pokoknya, semuanya itu adalah dengan izin Allah, kerana Allah hendak memberikan pembalasan kepada orang-orang yang jahat." (Al Hasyr, 59: 5).
1729. Dari Mush'ab ibnu Sa'ad r.a., dari bapanya, katanya: "Bapaku, Sa'ad, mengambil sebuah pedang dari seperlima bahagian harta rampasan perang (yang telah dikhususkan untuk Nabi saw. Lalu pedang itu dibawanya ke hadapan Nabi saw.), seraya berkata, "Berilah aku pedang ini, ya Rasulullah!" Tetapi Nabi saw. enggan hendak memberikannya kepada Sa'ad. Maka diturunkan Allah ayat: "Mereka meminta kepada mu, hai Muhammad, harta rampasan perang. Katakanlah kepada mereka, rampasan perang itu untuk Allah dan Rasul-Nya." (Al Anfal, 8 : 1).
1730. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Nabi saw. mengirim satu pasukan ke Nejed, di mana aku sendiri termasuk di dalamnya. Mereka beroleh harta rampasan berupa unta banyak sekali, sehingga masing-masing mereka mendapat pembahagian dua belas atau sebelas ekor unta. Kemudian Rasulullah saw. menambah pula untuk mereka masing-masing satu ekor unta (iaitu dari pembahagian beliau sendiri)."
1731. Dari 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. pernah memberikan tambahan pembagian harta rampasan kepada para anggota pasukan yang dikirimnya berperang selain pembagian umum, yang diambilkan beliau dari bagian khusus untuk beliau, iaitu seperlima bagian dari seluruh harta rampasan wajib dibagikan untuk beliau."
1732. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Ketika perang Hunain, kami pergi berperang bersama-sama dengan Rasulullah saw. Tatkala kami telah berhadapan dengan musuh, maka sebagian kaum muslimin mundur. Aku melihat seorang lelaki musyrik sedang menguasai seorang muslim. Lalu aku berbalik sehingga aku dapat mendatangi dari belakangnya, maka ku pukul batang lehernya. Tetapi si musyrik itu berbalik kepada ku dan merangkul ku dengan kuat. Aku tahu dia hampir mati. Setelah dia tewas, barulah aku dilepaskannya. Kemudian aku bertemu dengan 'Umar bin Khaththab. Dia menanya kepada ku, "Bagaimana keadaan pasukan?" Jawab ku, "Urusan Allah." Kemudian pasukan pulang kembali semuanya. Rasulullah saw. duduk seraya bersabda, "Siapa yang membunuh tewas seorang musuh, dan dia punya saksi, maka segenap perlengkapan si terbunuh boleh dimilikinya." Aku berdiri seraya berkata, "Siapa yang mahu menjadi saksi bagiku?" Kemudian aku duduk kembali dan Rasulullah berkata pula seperti tadi. Aku berdiri pula kembali sambil berkata, "Siapa yang mahu menjadi saksi bagi ku?" Kemudian aku duduk pula kembali dan Nabi saw. bersabda pula untuk ketiga kalinya. Aku berdiri pula. Maka bertanya Rasulullah saw. kepada ku, "Ada apa dengan engkau, hai Abu Qatadah?" Lalu ku ceritakan kepada beliau kisah bagaimana aku telah menewaskan seorang musuh. Berkata seorang anggota pasukan, "Abu Qatadah benar, ya Rasulullah. Sedangkan perlengkapan orang yang dibunuhnya itu ada di tangan ku. Kerana itu suruhlah dia merelakan haknya untukku." Kata Abu Bakar, "Jangan! Demi Allah, Nabi saw. tidak bermaksud terhadap seorang pahlawan di antara pahlawan-pahlawan Allah yang berperang untuk Allah dan Rasul-Nya, akan memberikan kepada mu harta rampasannya. Maka bersabda Rasulullah saw., "Itu memang benar. Kerana itu berikanlah kepada Abu Qatadah apa yang menjadi haknya." Kemudian baju besinya kujual, lalu ku belikan sebidang kebun di perkebunan Bani Salamah. Itulah harta yang mula-mula ku jadikan modal dalam Islam."
1733. Dari 'Abdurrahman Ibnu 'Auf r.a., katanya: "Ketika aku berada dalam barisan perang Badar, aku menengok ke kanan dan ke kiriku, kiranya aku berdiri di antara dua pemuda Anshar yang kedua-duanya masih berusia muda. Rasa hatiku, inginlah aku supaya tetap berada di antara keduanya. Seorang di antaranya mengedipkan mata kepada ku seraya bertanya, "Paman! Kenalkah Paman dengan Abu Jahil?" Jawab ku, "Kenal, apa keperluan mu kepadanya kemenakan?" Jawab anak muda, " Aku mendengar khabar, dia tukang maki Rasulullah saw. Seandainya aku melihatnya, maka aku tak akan berpisah dengannya sebelum salah satu di antara kami mati lebih dahulu." Kata Ibnu 'Auf, "Aku takjub mendengar ucapan pemuda itu. Lalu mengedip pula yang seorang lagi kepada ku, seraya berkata seperti ucapan temannya. Tidak lama antaranya, aku melihat Abu Jahil bergerak dengan tangkasnya di tengah-tengah orang banyak. Aku berkata kepada kedua pemuda itu, "Tidakkah kalian lihat dia? Teman kalian yang kalian tanyakan itu?" Keduanya segera mengejar Abu Jahil, lalu mereka penggal dengan pedang mereka sehingga
Abu Jahil tewas oleh keduanya. Kemudian mereka kembali kepada Rasulullah saw., lalu mereka ceritakan kepada beliau bahwa mereka berdua telah menewaskan Abu Jahil. Beliau bertanya, "Siapa di antara kalian berdua yang membunuhnya?" Masing-maSing menjawab, "Aku membunuhnya." Tanya beliau, "Apakah pedang kalian sudah dibersihkan?" Jawab mereka, "Belum!" Rasulullah melihat pedang keduanya, lalu beliau bersabda, "Ya, benar! Kalian berdua telah menewaskannya. Beliau memutuskan, supaya perlengkapan Abu Jahil diberikan kepada mereka berdua sebagai rampasan perang bagi mereka, kerna menewaskan pemiliknya." (Kedua pemuda itu
ialah: Mu'adz bin' Amr bin Jamuh, dan Mu'adz bin Afra').
1734. Dari 'Auf bin Malik r.a., katanya dia menewaskan seorang lelaki pihak musuh dari suku Himyar, dan 'Auf ingin memperoleh perlengkapan lawannya itu, tetapi dicegah oleh Khalid bin Walid yang menjadi komandan mereka ketika itu, 'Auf datang kepada Nabi saw., mengabarkan kepada beliau kasusnya tersebut. Kata Nabi saw. kepada Khalid, "Apa alasanmu untuk tidak memberikan rampasannya?" Jawab Khalid, "Dia telah banyak kuberi, ya Rasulullah." Khalid bertemu dengan 'Auf, lalu 'Auf menarik cadar Khalid dengan kasar seraya berkata, "Bukankah telah ku sampaikan kepada mu putusan dari Rasulullah saw.?" Rasulullah saw. mendengar ucapan 'Auf tersebut. Beliau marah kepadanya, lalu beliau bersabda, "Jangan diberikan kepadanya, hai Khalid! Jangan diberikan!" Kemudian beliau bersabda pula kepada 'Auf, "Mengapa tidak engaku serahkan saja kepada ku urusan dengan panglima-panglima yang kuangkat? Perumpamaan kamu dengan mereka ialah seperti penggembala unta atau kambing dengan haiwan-haiwan gembalaannya. Haiwan-haiwan itu digembalakannya, bila waktu minum telah tiba, haiwan-haiwan itu dibawanya ke telap. Maka haiwan-haiwan itu masuk ke dalam telap meminum air yang bersih, dan tinggallah air yang kotor. Air bersih untuk kalian, sedangkan yang kotor untuk mereka."
1735. Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., sabdanya: "Setiap negeri yang engkau taklukkan tanpa pertempuran, maka engkau mendapat bagian atas harta rampasannya, dan setiap negeri yang engkau taklukkan dengan pertempuran, maka seperlima harta rampasannya untuk Allah dan Rasul-Nya, kemudian sisanya untuk kamu selain."
1736. Dari 'Umar r.a., katanya: "Harta rampasan dari Bani Nadhir termasuk harta yang didapati tanpa pertempuran. Maka kerana itu harta tersebut khusus untuk Nabi saw., untuk nafkah keluarganya setahun, sedang selebihnya dimanfaatkan untuk perlengkapan perang dan alat senjata persediaan perang fi sabilillah."
1737. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. sabdanya: "Kami (para Nabi) tidak diwarisi; harta yang kami tinggalkan adalah sedekah."
1738. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. membahagikan harta rampasan perang untuk tentera berkuda dua bahagian, sedang untuk tentera berjalan kaki satu bahagian."
1739. Dari 'Umar bin Khaththab r.a., katanya: "Pada hari terjadinya perang Badar, Rasulullah saw. melihat kaum musyrikin, semuanya berjumlah seribu orang, sedangkan para sahabat beliau hanya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang. Nabi saw. menghadap ke kiblat, kemudian beliau tadahkan kedua tangannya ke langit lalu beliau mendo'a kepada Tuhannya, "Allahumma anjiz li ma wa'adtani; Allahumma aati ma wa'adtani; Allahumma ir tuhlika hadzihil 'ishabata min ahlil Islam, la tu'bad fil ardhi." Demikianlah, beliau sentiasa mendoa kepada Tuhannya, mengangkat kedua tangannya sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terlepas dari bahunya. Abu Bakar mendatangi Nabi saw., lalu diambilnya selendang beliau dan diletakkannya kembali ke bahu beliau, kemudian dia sentiasa berada di belakang beliau. Kata Abu Bakar, "Ya, Nabiyallah! Cukuplah kiranya Anda munajat dengan Allah, kerana Dia pasti akan menepati janjiNya kepada Anda. Lalu Allah menurunkan ayat: "Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhan mu, lalu diperkenankan-Nya bagi mu, sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada mu, seribu
malaikat yang datang beriring-iring." (Al Anfal, 8:9). Jadi Allah membantu Nabi saw. dengan seribu orang pasukan malaikat. Kata Abu Zumail, Ibnu Aboas mengabarkan kepadanya bahwa pada hari itu, ketika seorang tentara Islam mengejar tentera musyrikin yang berada di hadapannya, tiba-tiba terdengar olehnya bunyi suara cambuk di atas (kepala si musyrik) dan suara seorang penunggang kuda berkata, " Ayuh, maju Haizum!" Tiba-tiba dilihatnya musyrik yang berada di hadapannya telah jatuh, tewas tertelentang dengan hidungnya bengkak, mukanya terbelah seperti bekas pukulan cambuk, dan seluruh tubuhnya menghijau. Tentera muslim Anshar itu datang melaporkan peristiwa itu kepada Nabi saw. Kata beliau, "Ceritamu itu benar belaka. Itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga." Pada hari itu tentera muslim dapat menewaskan tujuh puluh orng tentera musyrikin, dan menawan mereka tujuh puluh orang. Kata Abu Zumail selanjutnya, Ibnu 'Abbas mengatakan, bahwa tatkala tawanan telah mereka tahan, Rasulullah saw. bertanya kepada Abu Bakar dan 'Umar, "Bagaimana pendapat kalian mengenai para tawanan ini?" Jawab Abu Bakar, "Ya, Nabiyallah! Mereka itu adalah anak-anak paman dan famlli kita. Aku berpendapat sebaiknya kita pungut tebusan dari mereka. Dengan begitu kita akan bertambah kuat atas orang-orang kafir, semoga Allah menunjuki mereka untuk masuk Islam." Kemudian Rasulullah bertanya pula kepada 'Umar, "Bagaimana pendapatmu, hari Ibnu Khaththab?" Jawab ku, "Tidak! Demi Allah, ya Rasulullah, aku tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar. Aku berpendapat, supaya Anda memberi kesempatan kepada kami untuk memenggal leher mereka. Berilah
kesempatan kepada 'Ali untuk memenggal leher si 'Uqail, berilah kesempatan kepada ku untuk memenggal leher siFulan (maksudnya keluarga 'Umar sendiri). Kerana mereka ini adalah para pemimpin kaum kafir dan pembesar-pembesar mereka. Rasulullah menyetujui pendapat Abu Bakar, tidak menyetujui pendapatku. Esok aku datang menemui Rasulullah saw. Aku dapati beliau sedang duduk menangis berdua dengan Abu Bakar. Lalu kataku, "Ceritakanlah kepada ku, apa sebabnya Anda berdua menangis. Jika aku merasa terharu aku akan turut menangis. Jika aku tidak terharu, aku akan menangis juga kerana tangis Anda berdua:" jawab Rasulullah saW., "Aku menangis, karena tebusan yang dipungut sahabatmu terhadap para tawanan itu, terasa bagi ku lebih murah daripada harga kayu ini (sambil beliau menunjukkan sebuah kayu di dekat beliau). Lalu Allah menurunkan ayat: "Tidak pantas bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum dia melumpuhkan musuhnya di muka bumi hingga firman-Nya maka makanlah olehmu sebagian harta rampasan " (Al Anfal, 8:67-69). Kerana itu Allah Ta'ala menghalalkan harta rampasan bagi mereka."
1740. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Pada suatu ketika, Rasulullah saw. mengirim pasukan berkuda ke arah Nejed. Mereka dapat menawan dan membawa seorang lelaki dari Bani Hanifah, iaitu Tsumamah bin Utsal, pemimpin penduduk Yamamah. Tawanan itu mereka ikatkan di sebuah tiang di antara tiang-tiang masjid.
Rasulullah saw. keluar mendapatkannya seraya berkata, "Apa khabarmu, hai Tsumamah?" Jawab Tsumamah, "Khabar ku baik-baik saja hai Muhammad. Jika engkau membunuh ku, bererti engkau menumpahkan darah; jika engkau membebaskan ku, engkau membebaskan seorang yang pandai berterima kasih. Jika engkau mengingini harta, mintalah, akan ku berikan berapa engkau kehendaki. Kemudian dia ditinggal oleh Rasulullah saw. Esok beliau bertanya pula kepadanya, "Apa khabarmu, hai Tsumamah?" Jawab Tsumamah, "Seperti telah ku katakan kepada mu, jika engkau membebaskan ku, maka engkau membebaskan orang yang tahu berterima kasih. Dan jika engkau membunuh ku, bererti engkau menumpahkan darah. Jika engkau ingin harta, mintalah berapa engkau kehendaki, akan ku berikan. Rasulullah saw. meninggalkannya pula sampai esok, kemudian beliau bertanya pula, "Apa khabarmu, hai Tsumamah? Jawab Tsumamah, "Khabar ku seperti yang telah ku katakan kepada mu. Jika engkau bebaskan aku, engkau membebaskan orang yang tahu berterima kasih, jika engkau membunuh ku, bererti engkau menumpahkan darah. Jika engkau ingin harta, mintalah, akan ku beri berapa engkau kehendaki." Maka bersabda Rasulullah saw., "Bebaskan Tsumamah!" Kemudian Tsumamah pergi ke sebatang pohon kurma dekat masjid, lalu dia mandi. Setelah itu dia masuk ke dalam masjid, dan mengucapkan dua kalimah syahadah: Asyhadu anlaa ilaaha illallah, asyhadu anna Muhammadan 'abduhu Rasuluh. (Aku mengaku tidak ada Tuhan selain Allah dan aku mengaku bahwa Muhammad hamba Allah dan RasulNya). Ya, Muhammad! Demi Allah, tadinya tidak ada seraut wajah yang paling ku benci di muka bumi ini selain wajahmu. Tetapi kini, wajahmulah yang paling ku cintai di antara seluruh wajah. Demi Allah, tadinya tidak ada agama yang paling ku benci selain agamamu. Tetapi kini, agamamulah yang paling ku cintai daripada sekalian agama. Tidak ada negeri yang paling kubenci selain dari negerimu ini. Tetapi kini, negeri inilah yang paling ku cintai daripada sekalian negeri. Ketika pasukan berkuda mu menangkap ku, aku bermaksud hendak pergi 'umrah. Sekarang bagaimana pendapatmu?" Rasulullah menyampaikan berita gembira kepadanya, sesudah itu beliau menyuruhnya pergi 'umrah. Sesampainya di Makkah orang bertanya kepadanya, "Apakah engkau pindah agama?" Jawabnya, "Tidak! Tetapi saya memeluk agama Islam bersama-sama Rasulullah saw. Demi Allah! Janganlah kamu harap, sebiji gandum pun tidak akan datang kepada mu dari Yamamah, sebelum mendapat izin dari Rasulullah saw."
1741. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ketika kami berada dalam masjid, tiba-tiba Rasulullah saw. keluar mendapatkan kami dan beliau bersabda, "Mari kita pergi ke tempat orang-orang Yahudi!" Kami pergi bersama-sama dengan beliau. Setelah kami sampai ke tempat mereka, Rasulullah saw. berdiri di hadapan mereka dan beliau berseru kepada mereka, "Hai, kaum Yahudi! Islamlah kamu sekalian, nescaya kalian selamat!" Jawab mereka, "Hai, Abu Qasim! Engkau telah menyampaikan seruanmu kepada kami," Sabda Rasulullah saw., "Begini! Aku ingin kalian masuk Islam supaya kalian selamat." Jawab mereka, "Engkau telah menyampaikan seruanmu kepada kami, hai Abu Qasim. "Sabda Rasulullah saw., "Begitulah yang kuinginkan." Beliau mengulang seruannya itu sampai tiga kali. Sesudah itu beliau bersabda, "Ketahuilah! Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah dan Rasul-Nya. Aku mengusir kalian dari negeri ini. Siapa yang mempunyai harta di antara kamu sekalian, hendaklah dijualnya. Jika tidak, maka ketahuilah, sesungguhnya bumi ini milik Allah dan Rasul-Nya."
1742. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya : "Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraizhah memerangi Rasulullah saw. Kerana itu beliau mengusir Bani Nadhir tetapi membiarkan Bani Quraizhah menetap, serta memberi kelapangan bagi mereka sampai mereka memerangi Rasulullah saw. pula kembali. Sesudah itu, setiap lelaki mereka dibunuh, sedangkan wanita-wanita, anak-anak, dan harta kekayaan mereka dibagi-bagikan kepada kaum muslimin, kecuali sebagian mereka yang menemui Rasulullah saw., lalu mereka beriman dan masuk Islam. Rasulullah saw. mengusir pula orang-orang Yahudi Madinah, semuanya terdiri dari Bani Qainuqa' (iaitu sukunya 'Abdullah bin Salam), Bani Haritsah, dan setiap Yahudi yang ada di Madinah."1743. Dari 'Umar bin Khaththab r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Akan kuusir orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah 'Arab, sehingga tidak ada yang ketinggalan selain orang-orang muslim."
1744. Dari 'Aisyah r.a., katanya; "Ketika terjadi perang Khandaq,
Sa'ad kena dipanah oleh seorang lelaki Quraisy bernama Ibnu 'Ariqah. Dia kena panah pada urat nadi di lengannya. Kerana itu Rasulullah saw. membuatkan sebuah khemah untuk Sa'ad di masjid, supaya beliau dekat menjenguknya. Tatkala Rasulullah saw. pulang dari perang Khandaq, beliau letakkan senjata beliau, sesudah itu beliau pergi mandi. Ketika beliau sedang membersihkan kepalanya dari debu, tiba-tiba Jibril datang kepadanya seraya berkata, "Mengapa Anda sudah meletakkan senjata? Demi Allah, kita belum boleh meletakkannya. Keluarlah! Pergi perangi mereka!" Rasulullah saw. bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Bani Quraizhah. Maka Rasulullah saw. segera pergi memerangi mereka, sehingga mereka menyerah kepada putusan Rasulullah saw. Tetapi beliau menyerahkan urusannya kepada Sa'ad. Kata Sa'ad, "Aku memutuskan orang-orang yang ikut berperang dihukum mati, anak-anak dan perempuan ditawan, dan harta mereka dirampas lalu dibagi-bagikan kepada kaum muslimin."
1745. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut: "Pada masa berlangsungnya perjanjian damai antaraku dengan Rasulullah saw., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah saw. kepada Kaisar Heraclius, Penguasa Agung Rumawi. Yang membawa surat itu ialah Dihyah Al Kalbi kepada pembesar Bushra, kemudian pembesar Bushra ini menyampaikannya kepada Heraclius. Tanya Heraclius, "Adakah di sini, orang-orang dari bangsa lelaki yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?" Jawab mereka, "Ada!" Lalu aku dipanggil mereka menghadap Heraclius bersama beberapa orang Quraisy kawan-kawanku. Kami masuk dan duduk di hadapan baginda. Tanya Heraclius, "Siapakah di antara kalian yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?" Jawab ku, "Aku!" Mereka menyuruh ku duduk ke depan, sedang kawan-kawanku duduk di belakangku. Sesudah itu dipanggilnya penterjemah sambil berkata, "Katakan kepada mereka, bahwa aku menanyakan kepada mereka perihal lelaki yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Jika dia berdusta, katakan dia dusta." Kata Abu Sufyan, "Demi Allah! Kalaulah aku tidak takut akan dicap pendusta, sungguh telah ku dustai dia." Kemudian Heraclius berkata kepada penterjemah, "Tanyakan kepadanya, bagaimana kebangsaan orang itu di kalanganmu?" Jawab ku, "Dia seorang bangsawan di kalangan kami." Tanya, "Apakah dia turunan raja?" Jawab ku: "Tidak!" Tanya, "Pernahkah kalian mengatakannya pembohong sebelum ia mengaku jadi Nabi?" Jawab ku, "Tidak! " Tanya, "Siapakah yang jadi pengikutnya, orang-orang besar atau rakyat kecil?" Jawab ku, "Hanya rakyat kecil." Tanya, "Apakah pengikutnya selalu bertambah atau berkurang?" Jawab, "Mereka selalu bertambah." Tanya, "Adakah di antara pengikutnya itu yang murtad kerana benci kepada agama yang dikembangkannya itu?" Jawab, "Tidak!" Tanya, "Pernahkah kamu berperang dengannya?" Jawab, "Ya, pernah!" Tanya, "Bagaimana jalannya peperanganmu dengannya?" Jawab, "Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah. Kadang-kadang kami yang menang, dia kalah; kadang-kadang kami yang kalah, dia menang." Tanya, "Pernahkah dia mungkir janji?" Jawab, "Tidak! Bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, iaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan dibuatnya terhadap perjanjian itu." Kata Abu Sufyan selanjutnya, "Demi Allah, tidak ada kalimat lain yang dapat kuucapkan selain daripada itu." Tanya, "Apakah ada orang lain sebelum dia, yang mengaku menjadi Nabi seperti dia pula?" Jawab, "Tidak!" Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya, "Katakan kepadanya, kutanyakan kepada mu tentang bangsanya (status sosialnya), maka engkau katakan dia bangsawan. Memang demikianlah halnya semua Rasul-rasul; mereka dibangkitkan dari kalangan bangsawan kaumnya." Kutanyakan pula kepada mu, " Apakah dia turunan raja?" Jawabmu, "Tidak!" Kataku, "Kalau adalah bapa atau kakaknya yang menjadi raja, tentu kerana dia ingin mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya." Kutanyakan pula tentang pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat kecil atau dari orang-orang besar? Kamu jawab, hanya terdiri dari rakyat kecil. Memang merekalah pengikut para rasul. Kutanyakan pula, pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya?" Jawabmu, "Tidak!" Aku tahu, dia tidak akan pernah berdusta terhadap manusia, apalagi berdusta terhadap Allah. Saya tanyakan kepada mu, "Adakah pengikutnya yang murtad, kerana setelah dipeluknya agama baru itu lalu dia membenci agama itu. Jawabmu, "Tidak!" Memang begitulah halnya apabila iman telah tertanam dalam hati seseorang. Kutanya pula, "Apakah pengikutnya berkurang?" Jawabmu, "Bahkan mereka selalu bertambah." Ya, seperti itulah iman hingga sempurna. Kutanya pula, "Pernahkah kamu memeranginya?" Jawabmu, "Memang, kamu memeranginya. Dan peperangan berjalan silih berganti, kadang-kadang menang, dan kadang kalah." Memang demikianlah halnya, para Rasul itu selalu diuji. Namun demikian, kemenangan terakhir selalu berada di pihak mereka. Kutanyakan pula, "Pernahkah dia mungkir janji?" Jawabmu, "Tidak pernah!" Memang demikian, para Rasul tidak pernah mungkir janji. Kutanya pula engkau, "Adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia?" Jawabmu, "Tidak!" Kataku, "Kalau ada orang lain sebelumnya yang mengaku jadi Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang yang sebelumnya itu." Kemudian dia bertanya, "Apa saja yang diperintahkannya kepadamu?" Jawab ku, "Dia menyuruh kami solat, membayar zakat, menghubungkan silaturahim, dan hidup suci." Katanya, "Jika yang kamu katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi. Aku telah tahu bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahwa dia akan muncul di kalangan kalian. Kalaulah aku yakin bahwa aku dapat bertemu dengannya, aku memang ingin benar bertemu dengannya. Dan kalau aku telah berada di dekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya. Dan daerah kekuasaannya kelak, akan sampai ke daerah kekuasaanku ini." Kata Abu Sufyan, "Kemudian dimintanya surat Rasulullah saw. tersebut, lalu dibacanya. Di dalamnya tertulis: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, Pembesar Rumawi. Berbahagialah orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian, aku mengajak Anda masuk Islam. Islamlah Anda, nescaya Anda selamat. Islamlah Anda, nescaya Allah akan memberi Anda pahala berlipat ganda. Jika Anda menolak, maka Anda akan memikul dosa seluruh rakyat Anda. Hai, Ahli Kitab! Marilah kita bersatu dalam kalimat yang sama antara kita semua. Iaitu, bahwa kita tidak akan menyembah selain hanya kepada Allah semata-mata; tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, dan tidak menjadikan sebagian kita menjadi Tuhan sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata-mata. Jika mereka menolak, maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim." Setelah Heraclius selesai membaca surat itu, terdengar suara heboh di sekitarnya. Dia memerintahkan kami supaya keluar. Sampai di luar aku berkata kepada kawan-kawanku, "Sungguh luar biasa urusan Ibnu AbiKabsyah! Sehingga dia ditakuti oleh raja bangsa kulit kuning. Kerana itu aku sentiasa yakin, bahwa agama Rasulullah saw. ini pasti menang, sehingga akhirnya Allah memasukkan Islam ke dalam hati sanubari ku."
1746. Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya Nabi saw. telah menulis surat kepada Kisra (Raja Persia), kepada para Kaisar (Raja-raja Rumawi), Kepada Najasyi (Raja Etiopia/ Habsyah) dan kepada sekalian penguasa, mengajak mereka supaya menyembah Allah Ta'ala."
Dostları ilə paylaş: |