1437. Dari Sahal bin Sa'ad As Sa'idi r.a., katanya, 'Uwaimir Al 'Ajlani datang kepada 'Ashim bin 'Adi Al Anshari, lalu dia bertanya: "Bagaimana pendapat anda hai 'Ashim, seandainya seorang lelaki mendapati isterinya berbuat serong dengan lelaki lain, bolehkah dia membunuh lelaki itu? Kalau si suami itu membunuh, mungkin pula dia akan terbunuh; apa yang barus dilakukan si suami
itu? Tolonglah tanyakan masalah itu kepada Rasulullah saw., hai 'Ashim!" Lalu 'Ashim menanyakannya kepada Rasulullah saw. Tetapi beliau benci mendengar pertanyaan seperti itu, bahkan beliau mencelanya, sehingga 'Ashim merasa kurang senang terhadap celaan beliau itu, Ketika 'Ashim pulang kembali, 'Uwaimir tiba pula di rumah 'Ashim, lalu dia bertanya, "Hai, 'Asrum! Bagaimana sabda Rasulullah saw. kepadamu?" Jawab 'Ashim kepada 'Uwaimir, "Hal itu tidak mendatangkan kebaikan bagi ku. Rasulullah saw. benci mendengar pertanyaanku." Kata 'Uwaimir, "Demi Allah! Aku tidak akan berhenti sebelum masalah itu kutanyakan langsung kepada Rasulullah saw." Lalu 'Uwaimir pergi menemui Rasulullah saw. Didapatinya beliau sedang (mengadakan da'wah) di tengah-tengah orang ramai. Kata 'Uwaimir, "Ya, Rasulullah! Bagaimana pendapat Anda jika seorang suami mendapati isterinya berbuat serong dengan lelaki lain; bolehkah dia membunuh lelaki itu, sedangkan dia mungkin pula terbunuh. Apa yang harus diperbuatnya?" Jawab Rasulullah saw., "Memang, telah turun ayat mengenai kasus isteri mu itu. Jemputlah dia dan bawa ke sini." Di tengah-tengah orang banyak, di hadapan Rasulullah saw., kedua-duanya saling menuduh dan mengutuk. Setelah keduanya selesai saling tuduh dan mengutuk, maka berkata 'Uwaimir, "Jika aku masih tetap bersama dia, bererti aku memfitnahnya." Kerana itu 'Uwaimir menceraikan isterinya tiga kali (talak tiga), sebelum disuruh Rasulullah saw." Kata Ibnu Syihab, "Begitulah caranya menyelesaikan kasus suami isteri yang saling tuduh."
1438. Dari Sa'id bin Jubair r.a., katanya dia ditanya orang mengenai suami isteri yang saling tuduh, iaitu mengenai isteri Mush'ab, apakah keduanya diceraikan? Kata Ibnu Jubair, "Kerana aku tidak tahu hukumnya masalah tersebut, aku tidak menjawabnya. Tetapi sesudah itu aku langsung datang ke rumah Ibnu 'Umar di Makkah. Aku minta izin melalui pelayannya untuk bertemu dengan beliau. Tetapi rupanya Ibnu 'Umar mendengar dan mengenal suaraku. Lalu katanya, "Ibnu Jubairkah itu?" Jawab ku, "Betul, ya Ibnu 'Umar!" Kata Ibnu 'Umar, "Silakan masuk! Demi Allah, anda tentu tidak akan datang ke sini pada saat-saat seperti ini kecuali untuk urusan penting." setelah aku masuk lalu diberikannya tempat duduk pelana kuda dengan bantal berisi sabut. Kataku, "Ya, Abu' Abdur Rahman! Aku hendak bertanya perihal suami isteri yang saling tuduh menuduh. Diceraikankah keduanya?" Jawab Ibnu 'Umar, "Subhanallah!, Ya, diceraikan. Sesungguhnya orang yang pertama-tama bertanya masalah itu ialah si Fulan bin Fulan. Katanya, "Ya, Rasulullah! Bagaimana pendapat anda jikalau salah seorang kami mendapati isterinya berbuat serong, apakah yang harus dilakukannya? Jika dia berbicara maka dia membicarakan suatu masalah besar dan jika diam, ialah kerana masalah besar pula. Kata Thnu 'Umar, Justru Nabi saw. diam saja, tidak menjawab. Kemudian orang itu datang lagi kepada beliau, katanya: "Sesungguhnya masalah yang pernah kutanyakan pada anda tempuh hari, adalah masalahku sendiri di mana aku dicubai dengannya." Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat: "Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, (An Nur : 6). Rasulullah saw. membacakan ayat itu kepadanya, memberinya pengajaran, memperingati, dan mengabarkan bahwa siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat. Kata lelaki. "Demi Allah yang mengutus anda dengan kebenaran aku tidak bohong." Kemudian beliau panggil isterinya. Lalu diberinya pengajaran, peringatan, serta dikhabarkannya bahwa siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat. Jawab perempuan itu. "Demi Allah yang mengutus anda dengan kebenaran. sesungguhnya lelaki itu dusta. Nabi saw. memulai dengan yang lelaki, menyuruh suami itu bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa sesungguhnya dia benar; kali yang kelima mengucapkan: jika dia dusta maka kutuk Allah atasnya. Kemudian disuruhnya pula yang perempuan bersumpah empat kali, bahwa sesunguhnya suaminya itu dusta. Kali yang kelima disuruhnya mengucapkan: Sesungguhnya murka Allah atasnya jika sekiranya suaminya yang benar. Sesudah itu Rasulullah saw. menceraikan kedua suami isteri itu.
1439. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda kepada sepasang suami isteri yang saling tuduh menuduh, "Allah sajalah yang tahu jika salah satu di antaramu berdua berdusta. Tidak ada jalan lain bagi mu untuk menuntut isterimu: Kata si suami, "Bagaimana hartaku, ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah saw., "Engkau tidak dapat menuntutnya lagi, kerana engkau telah bersumpah. "Jika sumpahmu itu benar maka harta itu sebagai imbalan bagi kehormatannya, dan jika engkau dusta maka harta itu akan semakin menjauh darimu daripada kepadanya sendiri."
1440.. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Pada masa Rasulullah saw., ada seorang lelaki menuduh isterinya berbuat serong, lalu Rasulullah saw. menceraikan keduanya, dan memutuskan bahwa anak yang lahir dari perbuatan serong yang dituduhkan itu menjadi pewaris ibunya."
1441. Dari Muhammad r.a. katanya, dia bertanya kepada Anas bin
Malik kerana dia tahu bahwa Anas adalah seorang yang pandai. Katanya: "Hilal bin Umayyah menuduh isterinya berbuat serong dengan Syarik bin Sahma'. Hilal adalah saudara seibu dengan Al Barra' bin Malik, dan orang yang pertama-tama melakukan sumpah li'an dalam Islam. Kata Anas, "Sesudah Hilal melakukan sumpah li'an di hadapan Rasulullah saw., beliau bersabda: "Cubalah perhatikan perempuan itu, jika nanti anaknya putih, berambut lurus, dan mata agak merah, tandanya bayi itu anak Hilal bin Umayyah. Tetapi jika matanya agak hitam, rambutnya keriting, dan betisnya ramping, maka anak itu adalah anaknya Syarik bin Sahma'." Kata Anas, "Kemudian aku diberitahu orang bahwa anak itu bermata hitam, berambut keriting dan berbetis ramping (iaitu anak Syarik)." 1442. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Sa'ad bin 'Ubadah bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya, Rasulullah! Jikalau aku mendapati isteri ku berduaan dengan lelaki lain, tidak bolehkah aku memukul laki-laki itu sebelum ada saksi empat orang?" Jawab Rasulullah saw., "Ya, benar!" Kata Sa'ad, "Demi Allah yang mengutus anda dengan yang hak, jika akulah yang memergokinya, kupenggal dia lebih dahulu sebelum empat orang saksi datang." Sabda Rasulullah saw: "Dengarlah kata pemimpin mu! Sa'ad ini sungguh cemburu; tetapi aku lebih cemburu daripadanya; dan Allah Ta'ala lebih cemburu pula daripada ku."
1443. Dari Mughirah bin Syu'bah r.a., katanya Sa'ad bin 'Ubadah berkata: "Seandainya aku melihat lelaki lain berduaan dengan isteriku, sungguh kupenggal dia dengan pedang tanpa maaf baginya." Maka sampailah berita itu kepada Rasulullah saw. Lalu sabda beliau, "Alangkah anehnya cemburu Sa'ad itu. Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya; dan Allah lebih cemburu pula daripada ku: Kerana cemburunya Allah, maka diharamkannya segala perbuatan keji, baik secara terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi. Tidak seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah. Tidak seorang pun yang lebih meresapkan daripada Allah. Kerana itulah Dia mengutus para rasul untuk memberi khabar suka dan duka. Dan tidak seorang pun yang lebih suka kepada pujian daripada Allah, kerana itulah Dia menjadikan syurga."
1444. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Seorang lelaki dari
Bani Fazarah datang kepada Nabi saW., lalu katanya: "Isteriku melahirkan bayi hitam, bagaimana itu ya Rasulullah?" Sabda Nabi saw., "Adakah kamu punya unta?" Jawabnya, "Ya, ada!" Tanya, "Apa warnanya?" Jawab, "Merah." Tanya, "Adakah yang abu-abu?" Jawab, "Ya, ada pula" Sabda beliau, "Nah, dari mana datangnya itu?" Jawab, "Mungkin begitu asal turunannya." Sabda Nabi saw., "Ini begitu pula, mungkin asal turunannya sudah begitu."1445. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang hendak membebaskan (memerdekakan) budak yang disekutuinya dengan orang lain, hendaklah dia menyediakan wang seharga budak itu seutuhnya, untuk dibayarkan sebagian kepada sekutunya. Jika dia tidak sanggup, maka budak itu merdeka separuh."1446. Dad Abu Hurairah r.a., katanya Nabi saw. bersabda: "Seorang hamba yang dimiliki oleh dua orang, lalu salah saw di antaranya hendak membebaskan budak itu, maka hendaklah dia mengganti pula kerugian sekutunya."
1447. Dari 'Aisyah r.a., katanya: "Dia bermaksud hendak membeli seorang sahaya perempuan untuk dimerdekakannya." Kata keluarganya, "Kami bersedia menjualnya pada anda, dengan syarat kewaliannya tetap di pihak kami." Lalu 'Aisyah menanyakan hal itu kepada Nabi saw. Sabda beliau, "Tidak ada yang dapat menghalangi mu memerdekakannya. Kewalian berada di pihak yang memerdekakan."1448. Dari 'Urwah r.a. katanya, 'Aisyah pernah bercerita: "Bahwasanya Barirah (seorang sahaya perempuan) datang kepadanya minta tolong bagi kemerdekaannya, kerana dia sedang dalam proses kemerdekaan dengan jalan menebus dirinya; padahal Barirah tidak punya apa-apa untuk menebus kemerdekaannya itu. Lalu kata 'Aisyah kepadanya, "Pergilah temui majikanmu, tanyakan kepadanya apakah dia setuju kalau aku yang membayar tebusan kemerdekaanmu dengan ketentuan, kewalianmu berada di pihakku sesudah itu." Maka pergilah Barirah mengatakannya kepada majikannya, dan ternyata mereka enggan melepas kewalian Barirah. Kata mereka, "Kami tidak keberatan 'Aisyah menebus kemerdekaanmu, tetapi kewalianmu tetap di pihak kami." Lalu hal itu dibicarakan oleh 'Aisyah dengan Nabi saw. Beliau bersabda : "Tebuslah Barirah, kemudian merdekakan! Kewalian sesungguhnya berada di pihak yang memerdekakan." Kemudian beliau berdiri sambil berkata: "Ada-ada saja orang membuat-buat syarat yang tidak ditetapkan dalam Kitabullah. Sudah tentu syarat mereka tidak berlaku sekalipun mereka membuat syarat seratus macam. Tetapi syarat yang ditetapkan Allah lebih benar
dan lebih kuat."1449. Dari Ibnu 'Umar r.a.. katanya Rasulullah saw. melarang jual
beli kewalian dan menghibahkannya.
1450. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang menguasai satu kaum tanpa izin walinya, maka dia mendapat kutuk Allah dan malaikat, serta tidak diterima daripadanya pembelaan."
1451. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi saw. bersabda: "Siapa
yang memerdekakan seorang hamba mukmin. Allah akan membebaskan pula segala anggota tubuhnya dari neraka, seperti setiap anggota tubuh sahaya itu merdeka dari perbudakan."
1452. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda, "Belum cukup bakti seorang anak terhadap bapanya, kecuali bila didapatinya bapanya dalam genggaman perbudakan, lalu dibelinya dan dimerdekakannya."1453. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Bahwasanya Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli kerana sentuhan dan lemparan."
1454. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang dua macam cara jual beli. Iaitu, mulamasah dan munabadzah. Mulamasah, ialah menjual dengan cara menyentuh barang dagangan tanpa diteliti oleh pembeli. Munabadzah ialah menjual dengan cara melemparkan barang dagangan kepada si pembeli tanpa meneliti barang itu."
1455. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., katanya; "Rasulullah saw. melarang kami jual beli dengan dua malam cara. Iaitu jual beli mulamasah dan munabadzah. Mulamasah ialah si pembeli hanya menyentuh kain dagangan si penjual, malam atau siang, tanpa membalik-baliknya dengan teliti. Munabadzah ialah si penjual melemparkan kain dagangannya kepada si pembeli, maka dengan begitu terjadilah jual beli tanpa diberi kesempatan
kepada pembeli untuk meneliti dan tanpa disetujuinya."
1456. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli dengan cara melemparkan kerikil, dan cara-cara lain yang mengandung unsur tipuan."
1457. Dari 'Abdullah r.a., katanya, "Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang jual beli "Habali 'l habalah" (iaitu jual beli anak unta atau haiwan ternak lainnya yang masih dalam kandungan).
1458. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Orang-orang jahiliyah mengadakan jual beli daging dengan menjanjikan habali 'l habalah, iaitu apabila anak unta yang dalam kandungan telah lahir, kemudian anak unta itu mengandung pula. Maka Rasulullah saw. melarang mereka melakukan jUal beli seperti itu."1459. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kamu menawar/membeli barang yang sedang ditawar/dibeli orang lain."
1460. Dari Ibnu 'Umar r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Janganlah kamu menawar/membeli barang yang sedang ditawar/dibeli saudara mu (sesama Islam), dan jangan pula kamu lamar perempuan yang sedang dilamar saudara mu, melainkan setelah diizinkannya."
1461. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Seorang muslim tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar saudaranya (sesama muslim)." 1462. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan menyongsong (mencegat) pedagang untuk memborong barang-barangnya (sebelum sampai ke pasar) jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain: jangan menipu; orang kota jangan memborong dagangan orang dusun (dengan maksud monopoli dan menaikkan harga); jangan menahan susu unta atau susu kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya banyak. Lebih baik si pembeli memilih sesudah diperahnya, jika dia suka membeli maka ditahannya dan jika dia tidak suka boleh dikembalikannya berikut satu gantang kurma (pengganti susu yang diperahnya)."
1463. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang perbuatan-perbuatan: (1) Menyongsong (mencegat) pedagang (sebelum tiba di pasar untuk memborong barang-barangnya supaya dapat monopoli dan menaikkan harga; (2) memborong dagangan orang dusun (untuk mendapat untung lebih besar); (3) seorang wanita mendesak suami supaya menceraikan madunya; (4) membayar dengan harga lebih tinggi dari pasaran; (5) menahan susu ternak yang akan dijual supaya kelihatan air susunya banyak; (6) menawar barang yang sedang ditawar orang lain."1464. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang mencegat (menyongsong) barang-barang niaga sebelum sampai di pasar."
1465. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan mencegat pedagang (sebelum sampai di pasar). Barangsiapa mencegatnya, lalu dia membeli barang dagangan pedagang itu, maka apabila ia telah sampai di pasar, hendaklah pedagang itu diberinya kebebasan untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya."
1466. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya : "Rasulullah saw. melarang menyongsong (mencegat) pedagang (sebelum tiba di pasar), dan melarang orang kota membeli dagangan orang desa. Tanya Thawus kepada Ibnu 'Abbas, "Mengapa orang kota dilarang membeli dagangan orang desa?" Jawab Ibnu Abbas, "Dilarang menjadi perantara (tengkulak)."
1467. Dari Jabir r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Tidak boleh orang kota menjadi perantara niaga bagi orang desa. Biarkanlah orang-orang memperoleh rezeki Allah satu dari yang lainnya."
1468. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli kambing yang air susunya ditahan. Maka dia diberi kesempatan berfikir selama tiga hari, apakah dia akan meneruskan jual beli atau mengembalikannya. Jika dia mengembalikan hendaklah disertainya dengan segantang kurma."1469. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila seseorang kamu membeli unta atau kambing yang ditahan air susunya, maka dia mempunyai dua pilihan setelah memerahnya; iaitu meneruskan jual beli atau mengembalikannya beserta segantang kurma sebagai ganti susu yang telah diperah."
1470. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli bahan makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum menerimanya deogan cukup."
1471. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda; "Siapa membeli (bahan) makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum barang itu betu-betul dikuasainya."
Kata Ibnu 'Abbas selanjutnya, "Setiap barang-barang yang dibeli sama halnya dengan bahan makanan itu."1472. Dari Ibnu 'Abbas r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa membeli bahan makanan, maka janganlah menjualnya sebelum ditakar."
1473. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Pada masa Rasulullah saw. kami pernah berdagang (bahan) makanan. Lalu beliau mengirim orang kepada kami dan memerintahkan kami supaya memindahkan barang yang telah kami beli ke tempat lain sebelum menjualnya."
1474. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda; "Siapa membeli (bahan) makanan, maka janganlah langsung menjualnya sebelum menerimanya dengan cukup." Kata Ibnu 'Umar selanjutnya, "Kami pernah membeli (bahan) makanan dari pedagang dengan taksiran. Lalu Rasulullah saw. melarang kami menjualnya sebelum memindahkan barang-barang itu dari tempat membeli."1475. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya mereka pernah dipukul pada masa Rasulullah saw., ketika mereka memborong (bahan) makanan secara taksiran, kemudian menjualnya di tempat membeli sebelum dipindahkan ke tempat lain."
1476. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli tumpukan kurma yang belum diketahui takarannya sesuai dengan takaran kurma yang dikenal (standard)."
1477. Dari Ibnu 'Umar r.a., dari Rasulullah saw. sabdanya: "Dua orang yang berjual beli, masing-masing mempunyai hak pilih (diteruskan atau tidak jual beli itu) selama keduanya belum berpisah. Kecuali apabila dalam jual beli itu telah ditentukan sebelumnya satu pilihan tertentu."
1478. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila dua orang melakukan jual beli (untuk satu partai barang), masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah, atau keduanya telah menetapkan suatu pilihan tertentu. Jika mereka telah membuat suatu pilihan (perjanjian), maka pilihan itu wajib dilaksanakan."1479. Dari Hakim bin Hizam r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Dua
orang yang berjual beli, masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan terus-terang menjelaskan (keadaan barang yang diperjual belikan), maka mereka diberi berkat dengan jual beli mereka; tetapi jika mereka berdusta dan menyembunyikan (cacat masing-masing), hilanglah berkat jual beli mereka."
1480. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Seorang lelaki mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa dia ditipu orang dalam jual beli. Maka bersabda Rasulullah saw., "Katakan kepada si penjual: Jangan menipu!" Maka sejak itu, apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya,"Jangan menipu!"
1481. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli buah-buahan sebelum nyata benar baiknya (bebas hama, tidak busuk, dan sudah matang bagi buah-buahan yang hanya dapat dimanfaatkan apabila telah matang, dan sebagainya)."
1482. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli kurma, sebelum nyata benar baiknya; dan melarang jual beli buah-buahan yang masih di tangkai (masih berputik) sebelum matang dan bebas hama."
1483. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Jangan jual beli buah-buahan, sebelum nyata benar baiknya; iaitu bebas hama (tidak busuk), dan tampak merah dan kuning (kerana sudah matang)."
1484. Dari Abu Al Bakhtari r.a., katanya: "Aku bertanya kepada Ibnu 'Abbas r.a. tentang jUal beli kurma. Maka jawabnya, Rasulullah saw. melarang jual beli kurma sebelum dapat di makan, ditakar atau ditimbang." Lalu tanyaku, "Ditimbang bagaimana?"
Jawab seseorang yang berada di sampingnya, "Ditakar."
1485. Dari Sa'id bin Musayyab r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang jual beli secara 'muzabanah' dan 'muhaqalah'. Muzabanah ialah menukar kurma basah dengan kurma kering. Muhaqalah ialah menukar gandum yang masih di tangkai dengan gandum yang sudah dituai (dibersihkan)."
1486. Dari Zaid bin Tsabit r.a., katanya Rasulullah saw. memberi keringanan bagi pinjaman untuk membayarnya dengan kurma basah atau kurma kering."
1487. Dari Zaid bin TSabit r.a., katanya Rasulullah saw. memberi keringanan bagi jual beli 'ariyah, dengan cara menaksirnya dengan kurma kering. Kata Yahya, "'Ariyah ialah membeli buah kurma yang masih di pohon dalam keadaan basah setengah masak untuk makanan keluarga, dengan harga kurma kering yang ditaksirkan seimbang."1488. Dari Sahal bin Abu Hatsmah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang jual beli, kurma basah dengan kurma kering. Sabda beliau, "Jual beli seperti itu adalah riba."
1489. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa menjual pohon kurma yang telah berputik, maka buahnya bagi si penjual, kecuali bila ditentukan (dalam jual beli) untuk si pembeli."
1490. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Siapa menjual pohon kurma yang telah berputik, maka buahnya untuk si penjual; kecuali bila ditentukan (dalam jual beli) untuk si pembeli. Dan siapa menjual hamba sahaya, maka hartanya bagi yang menjual, kecuali bila ditentukan untuk si pembeli. "
1491. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang sewa-menyewa secara mukhabarah, muhaqalah, dan muzabanah; dan beliau melarang menjual buah-buahan sebelum dapat dimakan (sebelum tua atau masak) dan melarang melakukan jual beli kecuali dengan dinar atau dirham (wang tunai), kecuali jual-beli 'ariyah (lihat hadis no. 1487). Kata 'Atha', "Jabir menjelaskan kepada kami, adapun mukhabarah ialah menyewakan tanah gersang dengan hasil tanaman dari tanah itu; muzabanah ialah jual-beli kurma basah dengan kurma kering dengan takaran yang sama; muhaqalah ialah jual beli tanam-tanaman yang masih di pohon dengan buah/biji yang ditakar."
1492. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang melakukan jual beli secara muhaqalah, muzabanah, mu'awamah, dan mukhabarah - kata mereka, menjual-belikan hasil pohonan untuk beberapa tahun ialah mu'awamah - dan dari tsun-ya, (iaitu penjualan dengan pengecualian yang tidak ditentukan. Contoh, saya jual rumah ini kepada mu kecuali sebagiannya) dan beliau membolehkan penjualan secara 'ariyah."
1493. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah dan mengontrakkannya beberapa tahun, serta melarang menjual buah-buahan sebelum nyata benar baiknya.
1494. Dari Jahir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang memiliki tanah maka hendaklah ditanaminya. Jika dia tidak sanggup menanami sendiri, maka hendaklah disuruhnya saudaranya menanami."1495. Dari Jabir hin 'Abdullah r.a., katanya: "Beberapa orang sahabat Rasulullah saw. mempunyai kelebihan tanah. Maka bersabda Rasulullah saw., "Siapa mempunyai kelebihan tanah hendaklah ditanaminya atau dipinjamkannya kepada saudaranya (sesama muslim). Jika dia enggan (menanami atau meminjamkan), hendaklah dibiarkannya saja."
1496. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah atau memungut hasil (sebagai sewa).1497. Dari Jabir bin'Abullah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Siapa mempunyai tanah maka hendaklah ditanaminya. Jika dia tidak sanggup menanami, hendaklah dipinjamkannya kepada saudaranya sesama muslim tanpa menyewakan kepadanya."
1498. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. melarang menyewakan tanah dengan memungut hasil tanamannya.
1499. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Di masa Rasulullah saw. kami pernah (menyewakan tanah) dengan mengambil sepertiga atau seperempat hasil tanaman yang di sepanjang parit. Maka bersabda Rasulullah saw. dalam kasus demikian, "Siapa mempunyai tanah hendaklah ditanaminya sendiri; jika dia tidak sanggup hendaklah dipinjamkannya kepada saudaranya (sesama muslim), dan jika tidak dipinjamkan hendaklah dibiarkannya saja."
1500. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya; "Rasulullah saw. melarang mengadakan kontrak sewa tanah gersang dua atau tiga tahun."1501. Dari Yazid bin Nu'aim r.a., katanya Jabir bin 'Abdullah r.a. mengatakan kepadanya bahwa Jabir mendengar Rasulullah saw. melarang berjual-beli secara muzabanah dan huqul. Kata Jabir menjelaskan, "Muzabanah ialah menjual kurma basah dengan kurma kering. Sedangkan huqul ialah menyewakan tanah (dengan memungut hasil-hasil tanaman yang ditanam si penyewa)."
Dostları ilə paylaş: |