> Pak Rhiza.. Apakah kegiatan TPSDP di FT juga
> antisipasi....
> Wass.
'Alaikum salam wr.wb.
"suka-duka"-nya proyek seperti ini .......
Kecuali kalo' beliau sudah "melupakan"-nya ....
penelitiannya (S2 komunikasi kalo tidak salah...
student-nya Pak Rhiza). Saya memang ingat pernah nama
tidak pernah sampai ke saya. Atau saya yang kurang
ter'attached' di email milist ini?). Makanya Kak Ina
tersebut? hehehe... soalnya sudah tahu betapa sedihnya
penelitian kita tidak merespon :)... sampai saya
di"omeli" Kak Ina :)).
So, melalui email ini, saya minta tolong kepada Ibu
A.S.A.P. Untuk lebih mudah, tolong kirimkan lewat
download kuesioner tersebut dari outlook express saya.
Sekali lagi saya minta maaf kepada Ibu Haruna... sama
kuesioner penelitian tersebut. Kalo mo 'instant', saya
bisa dihubungi di: 0811-411-403.
Sorry member yang lain, soalnya saya tidak tahu alamat
email Ibu Haruna.
Kantor Asisten Deputi Urs. Wil. Sulawesi, Maluku, dan
Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17 Sudiang
Tel. 0411-555701, 555702
Fax. 0411-555703
Jalan Datuk Ribandang II (2) No. 19
Tel. 0411-452687
Mobile tel. 0811-411-403
wrote:
>
> > Yang saya khawatir justru sikap yang ditunjukkan
> > oleh pimpinan UNHAS sendiri, khususnya PR IV
> > yang jelas-jelas telah merusak citra UNHAS
> > di mata reviewers. Ini malah yang bisa-bisa
> > mengakibatkan putusnya Proyek.
>
> Kekawatiran yang sama semula juga ada pada diri saya.
> Tapi belakangan saya diberitahu bahwa pernyataan-pernyataan
> seperti itu ternyata di Dikti sudah ngga direken lagi,
> jadi ngga perlu kawatir lah.. Tapi kan ini justru ironis
> ya... Siapa sih yang ngga pengin pimpinannya diperhitungkan
> di Dikti..??
> Simpang siur sikap yang ditunjukkan pimpinan Unhas
> memberikan kesan kurang manis tentunya.
>
> > Saya sungguh prihatin dengan sikap PR IV,
> > mudah-mudahan cepat sadar-lah, yah ....
>
> Amiin, ya robbal 'alaimiin... Semoga kejadian ini menjadi
> pelajaran buat kita semua...
>
> Wassalam,
>
> Mahmud Ghaznawie
>
Pak Mahmud, dan kawan-kawan semua. Terus terang
tadinya saya segan menulis seperti yang di bawah
ini, kita semua tahu PR IV orangnya nggak suka
di-kritik, tapi saya rasa untuk kebaikan masa
depan UNHAS, harus ada orang yang berani
meng-kritik-nya..... mudah-mudahan ada yang
berbaik hati melaporkan ke pak Rektor diskusi
di unhas-ml ini, khususnya yang menyangkut
kinerja pembantu kesayangannya ini ....,
maksudnya supaya ada perbaikan-lah, gitu ...
Saya merasa sudah sangat keterlaluan. Selama
ini dalam berbagai persoalan, saya "kalah"
dan/atau sengaja mengalah terhadap kebijakan-
kebijakan (atau ke-tidak-bijak-an?) PR IV
yang melibatkan diri saya demi kebaikan
UNHAS, itu saja yang saya pikirkan selalu.
Tapi dengan kejadian DUE-like kemarin, yang
pasti menyangkut TPSDP nantinya, saya kira
saya perlu menuliskan ini semua dengan
terus-terang. Kalo' pun saya "kalah" lagi,
ndak apa-apa, asalkan demi kebaikan UNHAS.
Beberapa hari ini dalam berbagai kesempatan
ada teman-teman berkumpul, selalu PR IV jadi
bahan pergunjingan. Semua kita tahu tidak
baik menggunjingkan orang, lebih-lebih
menjelang bulan Puasa seperti ini. Tapi
semua pergunjingan (saya risih sebetulnya
mendengarnya) tentang keburukan perilaku PR IV
sebenarnya bernada keprihatinan. "Mau kemana
UNHAS ini dibawa?", ungkapan seperti itu
biasa saya dengar. Nadanya semua sama, nada
kesal dan prihatin, atau rasa malu punya
pimpinan kok kaya' begitu. Tidak saja di
Makassar ini PR IV dipergunjingkan seperti
itu, tapi sampai ke daerah-daerah....
"Bagaimana PR IV-ta' itu, kok begitu sih?"
biasa saya dengar...... terakhir saya dengar
di UNTAD Palu ....
Yang paling banyak dipergunjingkan adalah
sifat PR IV yang suka "marah-marah", dengan
tidak pandang bulu dan tidak pandang tempat
dan waktu, seperti sudah jadi "hobby" saja.
Seorang staf-nya mengatakan: "Ah, sama ji,
kerja baik atau tidak kerja atau kerja jelek,
dimarah mentong....., yah, kita kerja mau-mau
kita saja kalo' begini...". Yang paling lucu,
ada beberapa orang yang PR IV tidak berani
memarahi, salah satunya pak Tahir. Sampai
ada seorang teman bilang: "Kalo' diundang
rapat PR IV, lihat-lihat ki dulu ...., kalo'
ada pak Tahir, mau-ka' datang.... kalo'
tidak, pasti dia marah-marah.... sembarang
orang na-marahi kaya' anak kecil, tidak
enak ditelingaku beng ...". Orang Jawa
memandang marah sebagai "aib" yang harus
disembunyikan, Suharto berhasil berkuasa
30 tahun salah-satunya karena pandainya
menyembunyikan marahnya. Tapi ini universal,
kata teman. Apalagi sebagai pimpinan,
harusnya pandai-pandai "mengatur" marahnya
..... Pak Amiruddin terkenal pemarah, tapi
semua orang sayang pada beliau. Memang
tidak fair membandingkan PR IV dengan
pak Amir, masih sangat jauh kelasnya.....
Tapi sifat suka marah-marah PR IV ini
membuat orang menghindar, lebih
baik tidak usah berurusan dengan PR IV...
Susahnya orang sulit menghindar, karena
ada perilaku buruk PR IV lain, yaitu
suka ikut campur pada urusan orang lain
yang bukan urusannya. "Paricuh", istilah
teman-teman itu. Sepertinya semua urusan
di UNHAS ini adalah urusannya. Kalo' turut
campur dalam arti positif sebagai seorang
unsur pimpinan sih nggak apa-apa, malah
bagus, sebagai unjuk kepedulian..... Tapi
ini nggak, tanpa ba tanpa bu, seolah-olah
dia tahu betul, jadinya malah merusak,
minimal merusak suasana. Saya sih mengalami
sendiri dalam urusan Internet... tapi itu
sudah sering dibahas di sini, ndak usah
diulang-ulangi. Contoh DUE-like Fakultas
Kedokteran nyata sekali. Yang in-charge
adalah PR I, tapi PR IV bikin kericuhan
di situ.....Pernah katanya dalam suatu
pelatihan, ada diskusi hangat mengenai
visi dan misi UNHAS, eh, rupanya ada
yang kirim SMS ke PR IV bilang bahwa
visi dan misi UNHAS sedang "dikritik"
di pelatihan itu......Tiba-tiba
- setelah diskusi hangat usai - dia
datang lalu marah-marah ...seolah-olah
"barang milik"-nya diganggu orang.
Padahal kecele dia, karena diskusi hangatnya
sudah usai. 'Kan malu, lebih-lebih yang
memberikan pelatihan adalah orang luar,
entah bagaimana pandangan orang luar,
visi dan misi kok seperti "ideologi"
yang ndak boleh didiskusikan ..... Ikut
campur urusan orang ini termasuk juga
dalam otoritas ilmiah. Semua bidang ilmu
dia campuri seolah menjadi expert di situ,
sambil mengejek dan menghina orang yang
memang sudah menekuni ilmunya bertahun-tahun
di situ. Baca satu-dua buku Kedokteran saja,
sudah sok lebih pintar dari dokter ahli....
Perilaku semacam ini tentu sangat memalukan
di kalangan akademisi, saya yakin banyak
orang diam-diam mentertawakan PR IV untuk
perilaku-nya yang satu ini.
Keburukan perilaku PR IV lainnya yang
sering dipergunjingkan orang adalah
"modus operandi"-nya membuat lembaga
tandingan kalo' keinginan megalomania
untuk menguasai tidak tercapai. Ini
persis perilaku Orde Baru. Untuk
menyaingi PSLH, bikin PSDAL atau apa
itu..... SISDIKSAT disikat dengan PIU,
BKS PTN INTIM dengan Konsorsium....
Tidak mustahil kalo' nanti tidak bisa
menguasai Fakultas kedokteran, dibikinlah
tandingannya Fakultas Kedokteran Alternatif,
misalnya, hehehe..... 'kan jadi lucu.
Masih banyak perilaku-perilaku buruk
PR IV yang terlalu panjang kalo' diungkap
di sini, salah satunya adalah sulitnya
bekerjasama dengan orang lain. Dan parahnya,
kalo' orang tidak bisa bekerjasama dengan
PR IV, dibilang tidak mau membangun UNHAS.
Kaya' cuma PR IV saja yang mau membangun
UNHAS, yang lain dianggap GPK (Gerakan
Pengacau Keamanan) UNHAS. "Kalo' anda
mau membangun UNHAS, mari kerjasama dengan
saya, kalo' anda tidak mau kerjasama dengan
saya, berarti anda tidak mau membangun
UNHAS". Dari situ PR IV jadi tidak
apresiatif terhadap usaha dan upaya orang
lain. Apresiasinya hanya sebatas retorika,
atau merupakan bagian dari upaya ikut nge-
klaim atau ikut memanfaatkan hasil kerja
orang lain ...... Kalo' ada yang berhasil
dengan usahanya, maka diupayakan supaya
PR IV bisa ikut "menikmati", minimal bisa
ikut meng-klaim keberhasilan itu. "Saya
ji itu yang meng-goal-kan proyek-ta'",
begitu selalu. Atau "Proyek-ta' harus setor
30 % untuk UNHAS, karena 'kan pake' simbol
ayam"...... atau minimal "Kasih mi tiket
untuk pak Rektor pergi main golf.....".
Nah, ngomong-ngomong tentang pak Rektor,
biasanya pergunjingan tentang PR IV
diakhiri dengan pertanyaan tak terjawab
tentang sikap Rektor. Mustahil segala
pergunjingan tentang PR IV tidak sampai
ke telinga Rektor. Mestinya sudah dari
dulu PR IV dipecat akibat perilakunya
yang banyak merugikan UNHAS, minimal
citra pimpinannya. Kalo' ancaman yang
selalu di-umbar PR IV ("Kupecat ko nanti!",
begitu selalu dikatakannya, atau, seperti
yang dibilang ke Dokter Mahmud: "kalo'
tidak mampu, mengundurkan diri saja...")
diberlakukan pada dirinya, tentu sudah
lama PR IV dipecat. Tapi Rektor sepertinya
memang sengaja mempertahankannya. Ada
yang ber-teori, justru PR IV dijadikan
sebagai "wastafel"-nya Rektor, tempat
"cuci tangan" supaya tangan Rektor tetap
bersih dalam segala persoalan UNHAS,
Rector can do no wrong..... Kalo' begitu,
Rektor memang pintar dalam memanfaatkan
ambisi bawahannya itu untuk "ke-enak-an"
dan kenyamanan hidup dirinya. Tidak heran,
sementara orang kalang-kabut memperbaiki
dan membangun UNHAS dengan segala
persoalannya, Rektor masih bisa jalan-
jalan main golf ke sana kemari. Kalo'
pemimpin yang betul-betul serius memikirkan
UNHAS, tentu setiap malam tidak enak tidur.
Saya saja waktu jadi Ketua Jurusan, cuma
memikirkan urusan satu Jurusan saja,
sering terpaksa begadang dan kepikiran
terus, apalagi kalo' ngurus UNHAS.....
Ada yang bilang juga "hutang budi" Rektor
terhadap PR IV dalam meng-oppo'-kan dirinya
terlalu besar ....., sehingga sulit bagi
Rektor untuk mengendalikannya sekarang.
Praktis konon PR IV lebih banyak bertindak
sebagai "Pengatur Rektor" daripada "Pembantu
Rektor", banyak SK yang dibuat PR IV
tidak dilihat-lihat lagi oleh Rektor,
langsung ditandatangani saja.
Wah, sudah terlalu panjang saya menulis,
yah, walau pun masih banyak sebenarnya
uneg-uneg lain yang mau diungkapkan, yang
biasa dipergunjingkan orang di belakang.
Saya tidak suka menggunjing orang di
belakang ybs., makanya lebih baik saya
ungkapkan saja secara terbuka begini.
Ada beberapa gelintir teman dekat PR IV
seperti Ibu Triyatni, Pak Tadjuddin
Parenta, Ibu Rita Husain Badawing, dll.,
yang dulu suka mengingatkan PR IV kalo'
ada yang tidak beres dengan dirinya,
tapi kaya'-nya mereka sekarang tutup-mata
tutup-telinga, mungkin sudah malas
mengingatkan lagi karena tidak mau
juga berubah. Padahal 'kan seharusnya
merekalah yang jadi peng-kritik terkeras
kalo' benar-benar teman sejati yang
menyayangi PR IV. Bukan cuma mau menyayangkan
saja pada akhirnya nanti .....
Terakhir, saya benar-benar segan sebetulnya
menuliskan semua di atas itu, tapi sebelum
segalanya terlambat, demi kebaikan UNHAS
sendiri, saya pun telah menuliskannya.
Saya berharap semoga tulisan ini memberikan
kontribusi positif pada perubahan perilaku
PR IV, walau pun ada saja orang yang lebih
suka agar PR IV tidak usah berubah, biarkan
saja begitu, .........., supaya selalu ada
saja yang bisa jadi bahan pergunjingan dan
"bulan-bulanan" orang. Saya khawatir Rektor
termasuk orang yang tidak ingin PR IV
berubah, karena alasan yang sama .....
Yang jelas saya tidak termasuk golongan
orang yang demikian, makanya saya bersusah-
payah menuliskan semua di atas itu. Memangnya
gampang menulis begini?
Maaf jika ada yang kurang berkenan, dan
terimakasih atas kesabaran teman-teman semua
membaca tulisan panjang tentang keburukan
orang ini. Berat dituliskan, lebih berat
lagi dibacanya ......
Wassalam, Rhiza
rhiza@unhas.ac.id
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Message: 4
Date: Sun, 19 Oct 2003 09:51:21 -0400 (EDT)
From: Yaty Yasir
Subject: Fwd: [MIIT] Fw: COMPLETE, UNCENSORED TEXT OF MALAYSIAN PRIME MINISTER'S SPEECH ON THE STATUS OF ISLAM IN THE MODERN WORLD
"Abdi M. Soeherman" wrote: > To:
Al-Irfan@yahoogroups.com>
CC: "'Masyarakat Islam Indonesia Di Toronto'"
MIIT@yahoogroups.com>,
> ,
>
Dostları ilə paylaş: